BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini persaingan dalam dunia bisnis sangat ketat, oleh sebab itu perguruan tinggi khususnya akuntansi dituntut untuk meningkatkan mutu dan kualitas mahasiswanya, agar dapat menghasilkan akuntan yang memiliki kualitas yang baik, ketrampilan, profesionalisme dan rasa tanggung jawab yang tinggi. Perguruan tinggi khususnya jurusan akuntansi diharapkan mampu mempersiapkan mahasiswanya dalam menghadapi dunia kerja dengan cara mendidik dan melatih mahasiswa untuk mendapatkan pemahaman akuntansi yang baik. Pemahaman akuntansi tercermin dalam kemampuan dan nilai akademis. Pemahaman akuntansi yang baik dapat membuka pintu kesuksesan seseorang. Faktor lain yang amat berperan dalam kesuksesan seseorang adalah kemampuan kecerdasan emosional (emotional intelligence). Lapangan kerja yang semakin kompetitif dan spesialistis, membuat tidak ada satu pun individu atau intitusi yang dapat mencapai tujuan mereka tanpa harus bekerja sama dalam tim. George Lucas, chairman PBS Foundation, mencontohkan bahwa dalam pekerjaannya di bidang pembuatan film, mereka membutuhkan orang-orang yang berbakat dengan keterampilan teknis yang kuat, tetapi kemampuan untuk berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain tidak kurang pentingnya. “Salah satu hal yang perlu dilakukan oleh sekolah dalam mempersiapkan anak didik ke dunia
1
2
nyata ialah dengan mengajarkan mereka kemampuan kecerdasan emosional.” Goleman (1997) menyatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa dan mengatur suasana hati. Cooper dan Sawaf (1998) menyatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara selektif menerapkan daya kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosional menuntut penilikan perasaan, untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Suwardjono (1999), proses belajar merupakan kegiatan yang terencana dan kuliah merupakan kegiatan untuk memperkuat pemahaman mahasiswa terhadap materi pengetahuan sebagai hasil kegiatan belajar mandiri. Sundem (1993) dalam Machfoedz (1998) menghawatirkan ketidakjelasan industri akuntansi yang dihasilkan oleh pendidikan tinggi akuntansi. Pendidikan tinggi tidak sanggup membuat anak didiknya menguasai dengan baik pengetahuan dan keterampilan “hidup”, karena yang diajarkan cuma menghapal. Prakarsa (1996) mengkritisi pendidikan tinggi akuntansi karena lulusannya kurang memiliki ketrampilan dan orientasi profesional yang diperlukan guna mengimplementasikan pengetahuan yang dimiliki ke dalam dunia nyata. Kelemahan tersebut diperparah karena perserta didik kurang mendapat pendidikan yang memadai dalam keterampilan intelektual, komunikasi, serta interpersonal.
3
Kecerdasan emosional (EQ) bukan merupakan lawan kecerdasan intelektual yang biasa dikenal dengan IQ, keduannya berinteraksi secara dinamis. Pada kenyataannya perlu diakui bahwa kecerdasan emosional memiliki peran yang sangat penting untuk mencapai kesuksesan di sekolah, tempat kerja, dan dalam berkomunikasi dilingkungan masyarakat. Kecerdasan akademis praktis tidak menawarkan persiapan untuk menghadapi gejolak atau kesempatan yang ditimbulkan oleh kesulitankesulitan hidup. IQ yang tinggi tidak menjamin kesejahteraan, gengsi, atau kebahagiaan hidup. Banyak bukti memperlihatkan bahwa orang yang cakap secara emosional, yaitu mampu mengetahui dan menangani perasaan mereka sendiri dengan baik, dan mampu membaca dan menghadapi perasaan orang lain dengan efektif, memiliki keuntungan dalam setiap bidang kehidupan, entah itu dalam hubungan asmara dan persahabatan. Ia juga mampu menangkap aturan-aturan tak tertulis yang menentukan keberhasilan dalam politik organisasi. Orang dengan ketrampilan emosional yang berkembang baik berarti kemungkinan besar ia akan bahagia dan berhasil dalam kehidupan, menguasai kebiasaan pikiran yang mendorong produktivitas mereka. Orang yang tidak dapat menghimpun kendali tertentu atas kehidupan emosionalnya akan mengalami
pertarungan
batin
yang
merampas
kemampuan
mereka
untuk
berkonsentrasi pada karir (pekerjaan) ataupun untuk memiliki pikiran yang jernih. Proses belajar mengajar dan berbagai aspeknya sangat berkaitan dengan kecerdasan emosional mahasiswa. Kecerdasan emosional ini mampu mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi orang lain, dan membina hubungan dengan orang lain.
4
Kecerdasan emosional dapat melatih mahasiswa dalam mengelola perasaanya, kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, kesangupan untuk tegar dalam menghadapi stres, serta dapat bekerjasama dengan orang lain. kemampuankemampuan inilah yang dapat mendukung seorang mahasiswa dalam mencapai citacitanya. Dari pendapat diatas dapat terlihat bahwa kecerdasan emosional mempunyai hubungan yang erat terhadap perilaku mahasiswa, khususnya mahasiswa akuntansi dalam meningkatkan pemahaman akuntansinya. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh kecerdasan emosional mahasiswa akuntansi terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Diharapkan penelitian ini mampu menunjukan pengaruh dan dapat memberikan umpan balik bagi perguruan tinggi untuk dapat menghasilkan para akuntan yang berkualitas.
1.2. Perumusan Masalah Sesuai latar belakang masalah yang sudah diuraikan diatas, maka penulis merumuskan pokok permasalahan sebagai berikut: Apakah kecerdasan emosional mahasiswa akuntansi mempengaruhi tingkat pemahaman akuntansi dan seberapa besar pengaruh kecerdasan emosional mahasiswa akuntansi terhadap tingkat pemahaman akuntansi?
1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:
5
1. Untuk menguji pengaruh kecerdasan emosional terhadap tingkat pemahaman akuntansi, 2. Untuk menguji seberapa besar pengaruh kecerdasan emosional terhadap tingkat pemahaman akuntansi,
1.4. Kontribusi Penelitian Kontribusi dari penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut: 1. Bagi Penulis Sebagai sarana untuk menerapkan teori-teori yang diperoleh penulis selama di bangku perkuliahan, dan untuk memenuhi syarat memperoleh Strata 1 (satu) pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta. 2. Bagi Mahasiswa Akuntansi dan Dosen a. Sebagai obyek penelitian yang dapat membantu untuk dapat mengevaluasi dan mengetahui sejauh mana mereka dapat mengelola kecerdasan emosional dengan baik, sehingga dapat meningkatkan pemahaman akuntansi, b. Penelitian ini dapat memberikan motivasi kepada mahasiswa akuntansi untuk dapat meningkatkan kecerdasan emosionalnya agar dapat mencapai prestasi akademik yang optimal,
6
c. Untuk memberikan informasi dan motivasi kepada dosen, bahwa dengan mengetahui hasil penelitian ini, diharapkan dosen dapat lebih maksimal dalam menyampaikan tentang pemahaman akuntansi. 3. Bagi Pembaca Sebagai bahan referensi atau masukkan bagi para pembaca untuk melakukan penelitian lebih lanjut khususnya yang berkaitan dengan pengaruh kecerdasan emosional terhadap tingkat pemahaman akuntansi.
1.5. Batasan Penelitian Adapun batasan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengukuran pemahaman akuntansi pada penelitian ini bertolok ukur dengan menggunakan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), 2. Pengaruh kecerdasan emosional pada penelitian ini diukur dengan menggunakan lima (5) komponen kecerdasan emosional yaitu: pengenalan emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain atau empati, dan membina hubungan, 3. Mahasiswa yang dijadikan responden adalah mahasiswa Program Studi Akuntansi yang telah menempuh minimal 120 SKS di Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta.