BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan harus memiliki acuan atau pedoman dalam proses penyelenggaraannya, baik dalam konteks institusi pendidikan sekolah maupun luar sekolah. Salah satu acuannya adalah pendidikan harus berprinsip pada pengembangan nilai-nilai moral dan agama, di samping aspek-aspek lain yang berkaitan dengan bidang-bidang pengembangan. Hal ini sangat diperlukan sebagai upaya untuk mengantarkan anak didik menuju kedewasaan berpikir, bersikap, dan berperilaku secara terpuji (akhlakul karimah). Upaya tersebut bisa dilakukan oleh para pendidik (guru dan orang tua) sejak usia dini, yakni ketika masa kanak-kanak. Pendidikan nilai-nilai moral dan keagamaan pada program Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pondasi yang kokoh dan sangat penting keberadaannya, dan jika hal itu telah tertanam serta terpatri dengan baik dalam setiap insan sejak dini, hal tersebut merupakan awal yang baik bagi pendidikan anak bangsa untuk menjalani pendidikan selanjutnya. Bangsa Indonesia sangat menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan keagamaan (Suyanto, 2005:66). Namun dalam realitasnya dewasa ini terdapat sesuatu yang memprihatinkan dalam dunia pendidikan nasional di Indonesia. Salah satu di antaranya adalah masih banyak anak didik dan output pendidikan nasional di
11
2
Indonesia yang belum mencerminkan kepribadian yang bermoral, seperti sering tawuran antar pelajar bahkan dengan guru, penyalahgunaan obat-obat terlarang, pelecehan seksual, pergaulan bebas, dan lain-lain. Jika ditelusuri lebih jauh lagi, sebenarnya keadaan yang demikian itu tidak lepas dari dasar pendidikannya pada masa lampau, yang boleh jadi pada masa itu pengokohan mental spritualnya masih belum tersentuh secara maksimal, selain faktor lingkungan yang mempengaruhi. Orang tua adalah pendidik kodrati. Perhatian yang diberikan oleh orang tua terhadap anak sangat diperlukan karena orang tua adalah pembina pribadi yang pertama dalam hidup anak. Perhatian yang cukup dari orang tua terhadap anak-anaknya dapat menghasilkan sebuah perilaku yang positif karena segala tingkah lakunya selalu mendapat arahan dari orang tua. (Sopiatin dan Sahrani, 2011:58). Sikap moral dan keagamaan pada anak harus selalu diasah sejak usia dini agar anak dapat mengamalkan ajaran agama yang lebih mendalam nantinya dan hingga dewasa anak terbiasa untuk berpengetahuan agama dengan matang sebagai bekal pergaulannya bersama-sama dalam lingkungan masyarakat. Namun pada kenyataannya masih ada orang tua yang menganggap ketika menyerahkan anaknya ke sekolah maka tanggung jawab sepenuhnya terletak pada sekolah yang bersangkutan dan orang tua sudah tidak lagi memberikan perhatian yang cukup kepada anak-anaknya. Hal ini tentu saja menyebabkan anak kurang mendapat perhatian di lingkungan keluarganya.
3
Hasil wawancara awal yang dilakukan Penulis pada 30 orang tua anak Kelompok B di 5 PAUD di wilayah Desa Wonorejo – Gondangrejo – Karanganyar, diperoleh kesimpulan bahwa sebanyak 60% orang tua beranggapan bahwa penanaman nilai-nilai moral dan agama harus lebih banyak dilakukan di sekolah, sedangkan 20% beranggapan perlunya kerjasama antara sekolah dan orangtua dalam menanamkan nilai-nilai moral dan agama pada anak-anak, dan 20% sisanya beranggapan bahwa pengamalan nilai-nilai moral dan agama dimulai dari kedua orangnya. Sedangkan hasil observasi pada 30 anak yang orangtuanya telah diwawancarai sebelumnya diperoleh kesimpulan bahwa anak-anak dari orang tua yang beranggapan bahwa pengamalan nilai-nilai moral dan agama harus lebih banyak dilakukan di sekolah hanya 20% diantaranya yang telah memenuhi kriteria pencapaian perkembangan nilai-nilai agama dan moral minimal yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah dan yang lainnya masih memerlukan bimbingan lebih lanjut. Untuk anak-anak dari orang tua yang beranggapan perlunya kerjasama antara sekolah dan orangtua dalam menanamkan nilai-nilai moral dan agama pada anak-anak baru 60% diantaranya yang telah memenuhi kriteria pencapaian perkembangan nilainilai agama dan moral minimal yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah dan yang lainnya masih memerlukan bimbingan lebih lanjut. Sedangkan anakanak dari orang tua yang beranggapan bahwa pengamalan nilai-nilai moral dan agama harus dimulai dari kedua orangnya 60% diantaranya yang telah memenuhi kriteria pencapaian perkembangan nilai-nilai agama dan moral
4
minimal yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah dan yang lainnya masih memerlukan bimbingan lebih lanjut. Hasil observasi dan wawancara awal tersebut membuktikan bahwa anak-anak yang telah memenuhi kriteria pencapaian perkembangan nilai-nilai agama dan moral minimal yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah bisa berasal dari kelompok orang tua mana saja, baik yang beranggapan bahwa penanaman nilai-nilai moral dan agama harus lebih banyak dilakukan di sekolah, yang beranggapan perlunya kerjasama, maupun yang beranggapan harus dimulai dari keluarga. Demikian juga sebaliknya, dari kelompok orang tua mana saja, baik yang beranggapan bahwa penanaman nilai-nilai moral dan agama harus lebih banyak dilakukan di sekolah, yang beranggapan perlunya kerjasama, maupun yang beranggapan harus dimulai dari keluarga, bisa saja anaknya belum memenuhi kriteria pencapaian perkembangan nilai-nilai agama dan moral minimal yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah dan masih memerlukan bimbingan lebih lanjut. Berdasarkan latar belakang tersebut, Penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Perhatian Orang Tua dengan Perkembangan Nilai-nilai Agama dan Moral Anak Kelompok B PAUD di Wilayah Desa Wonorejo – Gondangrejo – Karanganyar Tahun 2013”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut :
5
1. Banyaknya masalah yang dapat ditimbulkan akibat kurang optimalnya pencapaian perkembangan nilai-nilai agama dan moral pada saat anak masih berusia dini. 2. Masih banyaknya orangtua yang belum memahami pentingnya perhatian dari orangtua demi pencapaian perkembangan nilai-nilai agama dan moral anak.
C. Pembatasan Masalah Penelitian ini hanya terbatas pada : 1. Hubungan antara perhatian orangtua dengan perkembangan nilai-nilai agama dan moral anak. 2. Perkembangan nilai-nilai agama dan moral dibatasi pada perkembangan yang telah dituliskan dalam Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Kelompok B dalam Permendiknas No. 58 Tahun 2009.
D. Perumusan Masalah Rumusan permasalahan yang disusun dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Adakah hubungan antara tingkat perhatian orang tua dengan tingkat pencapaian perkembangan nilai-nilai agama dan moral anak Kelompok B PAUD di Wilayah Desa Wonorejo – Gondangrejo – Karanganyar Tahun 2013?
6
2. Bagaimanakah arah hubungan antara tingkat perhatian orang tua dengan tingkat pencapaian perkembangan nilai-nilai agama dan moral anak Kelompok B PAUD di Wilayah Desa Wonorejo – Gondangrejo – Karanganyar Tahun 2013? 3. Seberapa besarkah hubungan antara tingkat perhatian orang tua dengan tingkat pencapaian perkembangan nilai-nilai agama dan moral anak Kelompok B PAUD di Wilayah Desa Wonorejo – Gondangrejo – Karanganyar Tahun 2013?
E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Mengetahui adakah hubungan antara tingkat perhatian orang tua dengan tingkat pencapaian perkembangan nilai-nilai agama dan moral anak Kelompok B PAUD di Wilayah Desa Wonorejo – Gondangrejo – Karanganyar Tahun 2013. 2. Mengetahui arah hubungan antara tingkat perhatian orang tua dengan tingkat pencapaian perkembangan nilai-nilai agama dan moral anak Kelompok B PAUD di Wilayah Desa Wonorejo – Gondangrejo – Karanganyar Tahun 2013. 3. Mengetahui besar hubungan antara tingkat perhatian orang tua dengan tingkat pencapaian perkembangan nilai-nilai agama dan moral anak Kelompok B PAUD di Wilayah Desa Wonorejo – Gondangrejo – Karanganyar Tahun 2013.
7
F. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis Dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran dalam dunia pendidikan, khususnya bagi pembelajaran di PAUD Wilayah Desa Wonorejo – Gondangrejo – Karanganyar. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa 1) Dapat meningkatkan penncapaian perkembangan nilai-nilai agama dan moral pada anak. 2) Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. b. Manfaat Bagi Guru Kelas 1) Dapat meningkatkan keterampilan dalam meningkatkan pencapaian perkembangan nilai-nilai agama dan moral yang tepat dalam proses pembelajaran. 2) Dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan kualitas profesional guru dalam melakukan proses pembelajaran. 3) Dapat meningkatkan minat untuk melakukan penelitian. c. Manfaat Bagi Guru Lain 1) Dapat meningkatkan pemahaman tentang penelitian. 2) Dapat meningkatkan makna kerjasama antara berbagai pihak (sekolah – guru – orang tua).
8
d. Manfaat Bagi Orang tua Sebagai masukan bagi orang tua mengenai pentingnya perhatian orang tua dalam rangka upaya meningkatkan pencapaian perkembangan nilainilai agama dan moral anak. e. Manfaat Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian lebih luas dan lebih lengkap khususnya tentang hubungan tingkat perhatian orang tua dengan tingkat pencapaian perkembangan nilai-nilai agama dan moral anak.