BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk yang terdiri dari ribuan pulau-pulau dimana masing-masing penduduk dan suku bangsa yang mendiaminya dan memiliki tradisi dan keyakinan yang beragam terkait dengan perkawinan yang merupakan kebiasaan yang sudah menjadi kebudayaan sendiri-sendiri di dalam setiap suku bangsa. Demikian pula yang berlaku di masyarakat pulau Lombok dengan berbagai adat perkawinan yang ada pada setiap daerah dan dengan berbagai macam upacara-upacara yang dianggap suci dan masih ditaati sampai sekarang oleh masyarakat. Perkawinan merupakan salah satu bagian dari kebudayaan, setiap daerah memiliki adat tata cara sendiri-sendiri yang berbeda dalam pelaksanaannya yang mempunyai beragam proses serta aturan-aturan yang berlaku, dan semua itu tidak terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat itu tinggal, karena manusia tidak dapat dipisahkan dari adat istiadat dan kebudayaan yang merupakan bagian dari kehidupan manusia. Seperti yang dikatakan dalam Koentjaraningrat (1984 : 8) mengatakan bahwa nilai-nilai budaya adalah tingkat pertama kebudayaan ideal atau adat. Nilai budaya adalah lapisan paling abstrak dan luas ruang lingkupnya. Di pulau Lombok banyak macam-macam upacara adat yang dilaksanakan dan khususnya di Lombok Tengah yang masih sangat dominan akan pelaksanaannya yaitu adat perkawinan, dimana sebagian besar
masyarakat masih menerima adat merariq karena dianggap untuk melestarikan budaya, dan dalam tradisi merariq ini terdapat begitu banyak prosesi dan ritual yang mencerminkan keistimewaan dari tradisi itu sendiri. Bagi masyarakat sasak merariq tidak dianggap negatif karena dianggap sebagai usaha untuk melestarikan budaya dan menjalankan adat istiadat yang sudah dimana tindakan merariq ini diawali dengan membawa lari calon mempelai perempuan oleh calon mempelai laki-laki secara diam-diam keluar dari rumahnya dan tanpa sepengetahuan orang tua dari yang perempuan, kemudian proses ini akan diakhiri dengan rembuk antara keluarga kedua calon mempelai setelah berlangsungnya atau terjadinya merariq yang dilakukan oleh kedua calon mempelai tersebut ada bahwa dengan terjadinya suatu perkawinan, tindakan tersebut merupakan tindakan yang sudah umum dilakukan oleh masyarakat dan dibenarkan secara adat, sebaliknya tindakan melamar seorang gadis tidak digunakan karena kegiatan
melamar dianggap dengan “meminta” yang
diartikan sama dengan “meminta anak ayam”, sehingga tindakan tersebut dianggap tidak sopan oleh orang tua dari pihak yang perempuan. Secara umum karakteristik nilai-nilai sosial budaya tersebut memiliki banyak keunikan dan daya tarik tersendiri. Unik dalam arti adanya kompleksitas dan pluralitas ekspresi keberagaman terutama dalam praktik budaya perkawinan adat yang dianggap sakral
dan suci. Demikian juga
sebaliknya, mereka yang tidak mematuhi ajaran adat senantiasa dihadapkan pada ancaman-ancaman psikologis, (Roibin, 2010: 2).
Di tengah perkembangan zaman yang semakin modern ini adat merariq masih terus dilakukan oleh masyarakat dan khususnya di Lombok Tengah di desa Batunyala. Masyarakat disini sangat memegang teguh tradisi tersebut sampai sekarang meski terdapat perbedaan dengan merariq di zaman dahulu akan tetapi upacara-upacara yang dilakukan dalam adat merariq masih dilakukan oleh masyarakat hanya yang berbeda tata cara di dalam melakukan merariq itu saja. Hal inilah yang menarik untuk diteliti dari merariq ini yaitu bagaimana konsep tata
cara dalam adat merariq yang dapat mengatur
sedemikian rupa konsep berpikir masyarakat untuk masih mempertahankan dan menerima merariq dibandingkan dengan keadaan sekarang yang serba maju. Berdasarkan uraian tersebut di atas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “ Tradisi Merariq Pada Masyarakat Desa Batunyala Lombok Tengah” B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana prosesi pelaksanaan merariq pada masyarakat desa Batunyala Lombok Tengah 2. Apa makna tradisi merariq bagi masyarakat di desa Batunyala Lombok Tengah 3. Apa faktor yang menyebabkan tradisi merariq masih dilakukan sampai sekarang oleh masyarakat desa Batunyala Lombok Tengah
C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui prosesi pelaksanaan tradisi merariq pada masyarakat di desa Batunyala Lombok Tengah. 2. Untuk mengetahui makna tradisi merariq pada masyarakat di desa Batu nyala Lombok Tengah. 3. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan tradisi merariq masih dilakukan sampai sekarang pada masyarakat di desa Batunyala Lombok Tengah. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan atau manfaat baik itu secara teoritis maupun praktis. 1. Secara Teoritis: Untuk mengembangkan disiplin ilmu sosioliogi, khususnya dan dapat memperkaya wawasan secara ilmiah tentang tradisi dan adat-istiadat dalam Merariq. 2. Secara Praktis : hasil penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat bagi masyarakat serta dapat menjadi penambah pengetahuan bagi para mahasiswa di bidang sosiologi. E. Penelitian Terdahulu Untuk dapat melakukan penelitian tentang tradisi merariq, maka disini diperlukan bantuan para penulis terdahulu. Sejauh ini penelitian ilmiah tentang merariq masih sulit ditemukan, akan tetapi dari penelitian dibawah ini dapat memberikan gambaran tentang tradisi merariq yang ada di Lombok.
Penelitian yang dilakukan oleh Syarif Adnan, tahun 2004 dengan judul Tesis “Pergeseran Nilai-nilai Adat Merariq Pada Masyarakat Suku Sasak Lombok (Studi Pada Kecamatan Ampenan, Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat)”. Adapun
hasil
yang
didapatkan
yaitu
ada
beberapa
yang
menyebabkan pergeseran nilai-nilai adat merariq pada masyarakat Ampenan yaitu kuatnya pengaruh agama islam yang telah memberikan pedoman-pedoman baru dalam masyarakat suku sasak, kemudian tingkat pendidikan yang membawa transformasi ilmu pengetahuan pada masyarakat suku sasak, pengetahuan ini mendobrak pemahaman yang ada selama ini mengenai tata cara perkawinan, kemudian ada faktor akulturasi budaya yang merupakan dampak yang dibawa oleh para pendatang ke dalam lingkungan suku sasak terutama oleh para pendatang suku bugis dan jawa yang mengenal adat pelamaran, sehingga hal-hal tabu dalam pelamaran yang dipandang selama ini dapat terkikis oleh konsep-konsep pendatang ini. Sedangkan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis, yaitu di dalam penelitian yang dilakukan di desa Batunyala ini, masyarakat sampai sekarang masih melakukan tradisi merariq meskipun dari segi tata cara yang dilakukan berbeda, akan tetapi makna dari merariq masih ditanamkan oleh masyarakat, sehingga tradisi merariq justru masih dipertahankan di desa Batunyala dan berbeda dengan di kota Ampenan yang dilakukan oleh peneliti di atas, dimana nilai merariq sudah mulai bergeser dalam masyarakat.