BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Wonosobo adalah kota kedua di Jawa Tengah yang banyak dikunjungi wisatawan mancanegara setelah Magelang dengan tujuan wisata Candi Borobudur. Wonosobo mudah dijangkau dari segala penjuru dan didukung dengan prasarana jalan yang memadai. Di Kabupaten ini memiliki banyak daya tarik wisata baik wisata alam, wisata sejarah, wisata religious, maupun wisata kebudayaan, seperti telaga alam dan waduk buatan, kemudian beberapa gua alam, kawah, air terjun, serta beberapa daya tarik yang lain untuk contoh wisata alam. Wisata alam merupakan daya tarik wisata yang terbentuk karena aktivitas alam seperti Telaga Warna, Kawah Sikidang, Curug Sikarim, Kalianget, dll, kemudian wisata sejarah seperti candi-candi peninggalan masa kerajaan, dan wisata kebudayaan seperti tari lengger yang merupakan tarian khas Kabupaten Wonosobo, sedangkan untuk wisata religious berupa makam-makam tokoh penyebar agama Islam, sekaligus pendiri kabupaten Wonosobo. Salah satu destinasi wisata yang ada di kabupaten ini dan sudah dikenal oleh wisatawan baik lokal maupun mancanegara adalah dataran Tinggi Dieng. Dieng merupakan kawasan wisata yang berada di dataran tinggi, sekitar 2.093 DPL, dengan udara yang sejuk dengan suhu antara 10 - 15Oc. Dieng sendiri terletak diantara dua Kabupaten, yakni Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo. Kabupaten Wonosobo, memiliki berbagai objek yang menarik untuk dikunjungi seperti deskripsi di atas, namun tidak semua objek memiliki daya tarik yang cukup tinggi bagi para turis, baik turis domestik maupun mancanegara. Beberapa daya tarik wisata yang ada
di Dieng dan masuk dalam wilayah Kabupaten Wonosobo ini seperti Telaga Warna, Candi Dieng, Tuk Bimo Lukar, Kawah Sikidang, dan beberapa objek lain. Selain Dieng, di Kabupaten ini terdapat salah satu destinasi yang sebenarnya tak kalah menarik yakni Telaga Menjer. Telaga Menjer ini merupakan salah satu daya tarik wisata alam, dimana terdapat sebuah danau kecil atau yang biasa disebut dengan telaga, yang terbentuk secara alami oleh alam, karena aktivitas vulkanik di kaki Gunung Pakuwaja. Telaga ini sendiri terbentuk melalui proses alam, akibat letusan gunung vulkanik di kaki Gunung Pakuwaja. Gambar 01: Peta Telaga Menjer
Sumber: google.map, 2013
Telaga ini terletak di Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo, +12km dari Kota Wonosobo dan berada diketinggian +1300 mdpl. Tepatnya terletak di Desa Maron Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Telaga ini berjarak 2km dari ibukota Kecamatan Garung. Dinamakan Telaga Menjer karena Desa Maron sebenarnya merupakan desa baru yang dulunya merupakan wilayah Desa Menjer. Telaga ini memiliki luas sekitar 70ha, dengan kedalaman 45m. Iklim disekitar telaga ini cukup sejuk dengan kabut yang mengelilingi sekitar telaga, dan dengan suhu ratarata 22-270c.
Selain sebagai tempat rekreasi, telaga ini sendiri mempunyai beberapa manfaat sebagai pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang dibangun di bawah telaga, sekitar + 2km dari telaga1, warga juga memanfaatkan telaga ini sendiri sebagai tempat budidaya ikan air tawar melalui keramba-keramba yang dibangun ditepian telaga. Dulunya sumber air di telaga itu hanyalah beberapa mata air kecil disekitar telaga dan juga mengandalkan curah hujan yang cukup tinggi di daerah ini. Pada zaman penjajahan Belanda, di bawah telaga ini yang berjarak sekitar +2km dari telaga dibangun sebuah pembangkit listrik tenaga air (PLTA), yang masih difungsikan sebagai pembangkit listrik hingga saat ini. Maka dibendunglah Sungai Serayu yang terletak di sebelah utara Desa Jengkol, dan dialirkan melaui terowongan bawah tanah sepanjang +7km, dibawah perkebunan teh PT Tambi. Sedangkan untuk mengalirkan air telaga, dibendung sebagian kecil dari telaga dan dibawahnya dipasang pipa dengan diameter +3m menuju PLTA yang berjarak sekitar +2km. Taman wisata alam Telaga Menjer ini sendiri dikelola oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo, sedangkan pembangkit listrik tenaga air dikelola oleh salah satu anak perusahaan, yakni unit Pembangkitan oleh PT Indonesia Power dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yakni PT PLN, yang bergerak di bidang energi. PT Indonesia Power ini sendiri mulai beroperasi sejak tahun 1982. PLTA dari PT Indonesia Power yang ada di Kecamatan Garung sendiri merupakan Sub Unit dari PT Indoensia Power Unit Bisnis Pembangkitan Mrica di Banjarnegara. Telaga ini sendiri memiliki beberapa manfaat, diantaranya :
1
Farikhun & Hardiyanto, A. 2012. Wawancara dengan Pegawai Dinas Pariwisata Kab. Wonosobo. Wonosobo, tidak diterbitkan
a. Sebagai taman wisata alam. Telaga ini terbentuk secara alami oleh aktifitas Gunung Pakuwaja. Pada mulanya telaga ini merupakan kawah yang terserap oleh bumi dan saat hujan air menggenangi bekas kawah ini, tetapi karena bentuk dari kawah yang cekung sehingga genangan air yang tertampung makin lama makin banyak sehingga terbentuklah telaga ini. Telaga menjer saat ini merupakan salah satu destinasi wisata alam yang terletak di Kabupaten Wonosobo. Konon di dasar telaga ini masih terdapat lumpur panas sebagai bekas aktivitas vulkanik yang pernah terjadi beberapa abad lalu. Hal ini dibuktikan dengan matinya sebagian hewan air di telaga, yang dikarenakan racun dari gas alam yang terkadang masih muncul dari bekas kawah di dasar telaga pada saat-saat tertentu. b. Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) seperti deskripsi tersebut, bahwa telaga ini juga dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang dikelola oleh PT PLN melalui salah satu anak perusahaanya yakni PT Indonesia Power. Untuk menggerakkan turbin dari sisi telaga, maka dibendunglah sebagian kecil dari telaga ini dan airnya dialirkan melalui terowongan bawah tanah sepanjang +2km menuju PLTA yang berada di bawah telaga ini. Unit ini hanya sebagai pembangkitan listrik dengan menggunakan debit air dari telaga, yang kemudian disalurkan ke unit transformasi di Ungaran, sebelum di pasok ke daerah-daerah lain. c. Budidaya ikan air tawar. Warga setempat juga turut memanfaatkan telaga ini sebagai tempat budi daya ikan air tawar, melalui keramba-
keramba yang berada di tepian telaga. Saat ini, keramba ini sendiri menjadi salah satu daya tarik wisata bagi pengunjung, karena pengunjung dapat memancing ikan dari keramba-keramba ini. d. Perkebunan teh milik PT Tambi yang berada diatas Telaga, meskipun PT Tambi tidak secara langsung turut mengelola dan memanfaatkan kawasan Telaga Menjer, akan tetapi sebagian dari perkebunan teh milik PT Tambi ini berada dalam wilayah Telaga Menjer. Seperti uraian diatas, salah satu manfaat Telaga Menjer adalah sebagai daya tarik wisata dengan keindahan telaga tersebut yang menjadi magnet bagi wisata tersebut. Berikut merupakan tabel tentang jumlah kunjungan wisatawan diobyek wisata Kabupaten Wonosobo, salah satunya Telaga Menjer. Tabel 1.1 Jumlah Kunjugan Wisatawan Ke Obyek Wisata Kabupaten Wonosobo Jumlah Wisatawan No
1 2 3 4 5 6 7
Obyek Wisata Telaga Warna Lembah Dieng Telaga Menjer Kalianget GR Mangli Waduk Wadaslint ang
Tahun 2010 (orang)
Tahun 2011 (orang)
Wisnu
Wisman
Jumlah
Wisnu
Wisman
Jumlah
Wisnu
Wisman
Jumlah
109,068
10,658
119,726
94,549
11,254
105,803
114,656
10,947
125,603
32,985
6,199
39,184
39,768
6,465
46,233
57,081
7,787
64,868
6,254
-
6,254
7,634
-
7,634
9,734
-
9,734
65,275
25
65,300
78,329
45
78,374
92,681
84
92,765
27,801
-
27,801
30,275
-
30,275
30,485
-
30,485
16,626
-
16,626
24,255
-
24,255
25,685
-
25,685
63,316
280
63,596
393,638
19,098
412,736
DPT Jumlah
Tahun 2012 (orang)
258,009
16,882
274,891
274,810
17,764
292,574
Jumlah Kunjugan Wisatawan Ke Obyek Wisata Kabupaten Wonosobo Jumlah Wisatawan No
Obyek Wisata
Tahun 2013 (orang)
Tahun 2014 - Mei (orang)
Wisnu
Wisman
Jumlah
Wisnu
Wisman
Jumlah
1
Telaga Warna
127,573
3,740
131,313
40,659
41
40,700
2
Lembah Dieng
71,067
6,308
77,375
40,747
2,293
43,040
3
Telaga Menjer
9,936
-
9,936
3,759
-
3,759
4
Kalianget
107,315
43
107,358
52,075
2
52,077
5
GR Mangli
37,076
-
37,076
17,704
-
17,704
6
Waduk Wadaslintang
20,635
-
20,635
6,536
-
6,536
7
DPT
99,491
244
99,735
45,763
41
45,804
373,602
10,091
383,693
207,243
2,377
209,620
Jumlah
Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo (2014)
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah pengunjung mengalami peningkatan setiap tahunnya, namun jumlah tersebut dirasa masih kurang, apalagi daya tarik wisata tersebut menurut dinas pariwisata merupakan salah satu daya tarik wisata yang potensial. Jika dibandingkan dengan daya tarik wisata lain yang juga ada di Kabupaten Wonosobo, Telaga Menjer masih kurang diminati oleh wisatawan terutama untuk wisatawan mancanegara. Salah satu contohnya adalah perbandingan kunjungan wisatawan ke Telaga Warna, yakni wisata sejenis, namun Telaga Warna memang memiliki keunikan tersendiri yang tidak bisa ditemui di daerah lain. Selain Telaga Warna, ada Waduk Wadaslintang yang juga merupakan wisata air yang terletak diantara dua kabupaten, yakni antara Kabupaten Wonosobo dan Kebumen. Dilihat dari jumlah pengunjung yang datang, Telaga Menjer sudah memberi kontribusi kepada daerah. Bisa dilihat dari jumlah tiket yang terjual, seperti pada tahun 2012 sudah 9.734 tiket yang terjual, dan 9.936 tiket yang terjual pada tahun 2013, serta 3.759 tiket yang terjual sejak Januari hingga Mei 2014. Jika per orang harus membayar
retribusi sebesar Rp 3.000,- maka pada tahun 2012 hingga Mei 2014 Telaga Menjer sudah menyumbangkan sekitar Rp 70.287.000,- kepada Kabupaten Wonosobo. Retribusi tersebut baru dibayarkan oleh pengunjung yang memasuki kawasan taman Telaga Menjer, belum lagi jika ditambahkan dengan retribusi parkir pengunjung, juga pengunjung yang datang dan memasuki kawasan Telaga Menjer dari area perusahaan, yang tentu saja tanpa membayar retribusi. Para wisatawan tersebut jika membayarpun sudah pasti tidak tercatat dan tidak masuk dalam pendapatan daerah, karena kawasan perusahaan bukan bagian dari kewenangan Dinas Pariwisata. Pihak dinas sebetulnya sudah melakukan beberapa upaya untuk
lebih
meningkatkan ketertarikan wisatawan untuk berkunjung ke Telaga Menjer. Beberapa upaya yang dilakukan mulai dari pembenahan kawasan wisata, pembangunan dan penambahan beberapa fasilitas pendukung, pendampingan kepariwisataan kepada warga sekitar, dan beberapa upaya lain untuk meningkatkan kunjungan wisatawan dan menambah masa tinggal wisatawan di kawasan Telaga Menjer. Kegiatan yang dilakukan dalam memajukan pengembangan daya tarik wisata alam berwawasan lingkungan, antara lain: a. Kontribusi dalam pelestarian sumber daya alam dan pengembangan kemitraan pengelolaan daya tarik wisata 1. Perawatan sarana dan prasarana objek 2. Bersama masyarakat dan lembaga pemerintah maupun non pemerintah secara berkala mengadakan penghijauan b. Kontribusi pengembangan kemitraan dalam rangka pengelolaan daya tarik wisata, antara lain:
Telaga Menjer memiliki keindahan alam yang cukup menjanjikan untuk dinikmati dengan lingkungan yang asri dengan topografi berbukit-bukit dan ditumbuhi hutan pinus sangat mendukung untuk kegiatan berkemah dan outbond. Dengan bekerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan dan Event Organizer untuk mengadakan kegiatan perkemahan dan outbond, dapat meningkatkan kesadaran dan menumbuhkan kecintaan terhadap lingkungan, disamping juga sebagai ajang rekreasi dengan menikmati keindahan alam disekitar Telaga Menjer. c. Kontribusi dalam rangka peningkatan kapasitas dan pendapatan masyarakat lokal. Selain panorama yang indah, Telaga Menjer juga dimanfaatkan untuk kegiatan memancing baik oleh penduduk disekitar maupun wisatawan yang berkunjung. Masyarakat sekitar banyak yang membuat karamba disekitar lokasi Telaga Menjer sebagai mata pencaharian atau sebagai tambahan penghasilan karena hasilnya bisa dijual. Banyak pengunjung dan masyarakat yang menyukai ikan dari Telaga Menjer ini. Dari segi kepariwisataan sekarang sudah dimulai ada yang merambah ke bisnis homestay, karena pada hari liburan banyak tamu yang ingin menginap dan bisa menjadi usaha yang menjanjikan dikemudian hari, kalau nantinya sudah ada pembenahan dan peningkatan fasilitas di sekitar objek, sehingga dapat meningkatkan kunjungan wisata, dan berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat lokal.
d. Upaya pengelolaan dalam meningkatkan kesadaran wisatawan untuk menjaga lingkungan. Kegiatan
pemeliharan
lingkungan
meski
didukung
pemerintah
dan
masyarakat, tidak akan berhasil tanpa peran serta wisatawan dan masyarakat untuk ikut menjaga kelestarian kawasan dan sarana dan prasarana di taman wisata alam Telaga Menjer. Untuk itu, pengelola memfasilitasi dengan menyediakan sarana dan prasarana yang nyaman bagi pengunjung, seperti toilet / kamar mandi yang bersih dilakukan pemasangan papan larangan di seluruh kawasan Telaga Menjer, dan yang sangat penting adalah tersedianya tempat sampah yang memadai di seluruh kawasan wisata Telaga Menjer. Selain kegiatan tersebut, kegiatan pembangunan fisik maupun non fisik juga telah dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo, dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2011. Tabel 1.2 Pembangunan Fisik oleh Dinas Pariwisata Tahun
Nama Kegiatan
Jumlah Anggaran
2004
---
--
2005
---
--
2006
---
--
2007
---
--
2008
Ujicoba perahu wisata
Bantuan Pemda
2009
---
--
2010
---
--
2011 Penataan kawasan 50.000.000 Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo (2012)
Dari uraian tersebut terlihat bahwa sudah ada upaya dari pihak Dinas Pariwisata sebagai pengelola untuk sector pariwisata untuk mengembangkan kawasan Telaga Menjer, dan untuk menarik kunjungan wisatawan ke Telaga Menjer. Beberapa
upaya baik upaya fisik maupun non-fisik telah dilakukan, namun upaya terebut belum mampu menarik wisatawan secara optimal, sehingga perlu upaya lain untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan di area Telaga Menjer. Taman Wisata Alam Telaga Menjer ini merupakan destinasi wisata alam yang terletak di Kabupaten Wonosobo, maka dalam pengelolaanya menjadi tanggung jawab pemerintah. Meski begitu, pemerintah tidak memiliki tanggung jawab 100%, karena letak telaga ini sendiri di tengah lingkungan masyarakat, maka tak hanya pemerintah saja yang menjadi stakeholder atau pengelola. Dilihat dari manfaat telaga tersebut, terlihat bahwa ada beberapa sektor yang turut mengelola Telaga Menjer, baik sektor pemerintah, Badan Usaha Negara maupun masyarakat. Ada tiga pihak yang turut mengelola Telaga Menjer ini2 untuk berbagai kepentingan. Yang pertama yakni Pemerintah Daerah Wonosobo melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan untuk sektor pariwisata, masyarakat setempat untuk sektor ekonomi yakni dengan pembangunan karamba yang digunakan untuk budidaya ikan air tawar. Pihak yang ketiga yakni BUMN, dan pihak yang turut mengelola telaga ini yakni PT Indonesia Power sebagai salah satu anak perusahaan dari PT PLN Persero, dengan membangun pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang memanfaatkan aliran air dari telaga ini. Selain ketiga pihak tersebut, perkebunan teh milik PT Tambi yang memanfaatkan bagian atas telaga tepatnya disebelah timur laut telaga yang bersebelahan dengan Desa Tlogo. Meskipun PT Tambi tidak banyak memanfaatkan telaga ini, karena perusahaan teh ini hanya memanfaatkan sebagian lahan yang berada di tepian telaga untuk ditanami teh. Sedangkan PT Indonesia Power lebih banyak menggunakan dan memanfaatkan telaga
2
Ibid
ini, selain dari arus air yang digunakan sebagai pendorong turbin untuk PLTA. Perusahaan juga menggunakan sebagian lahan baik di sekitar telaga maupun di wilayah lain guna kepentingan perusahaan. Seluruh stakeholder yang turut mengelola dan memanfaatkan telaga ini juga turut bertanggung jawab atas sektor wisata ini, akan tetapi pada kenyataanya tidak semua stakeholder turut mengelola dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari tanggung jawab masyarakat yang masih sangat rendah. Salah satu contoh, pemerintah telah menyediakan fasilitas umum dan fasilitas pendukung untuk menikmati keindahan telaga ini, dengan menyediakan boat untuk mengelilingi telaga, tetapi masyarakat setempat juga turut membuat “gethek” atau perahu motor kecil untuk mengantarkan pengunjung mengelilingi telaga. Perahu motor ini sendiri sudah memiliki ijin, tetapi pemilik perahu motor ini kurang mempertimbangkan keselamatan pengunjung seperti ketika terdapat kerusakan pada bagian perahu pemilik hanya menambal bukan mengganti bagian yang rusak tersebut. Meskipun terdapat beberapa stakeholder yang turut memanfaatkan dan mengelola Telaga Menjer, namun dari penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti keterkaitan antar stakeholder tidak terjalin dengan baik. Contohnya antara pemerintah dengan pihak perusahaan yang belum ada kerjasama yang baik, hal ini dapat dilihat dari pembangunan yang dilakukan oleh kedua pihak ini di sekitar telaga. Pihak perusahaan menggunakan wilayah telaga di bagian timur, sedangkan pihak pemerintah menggunakan wilayah telaga di bagian barat, yang juga digunakan oleh warga untuk budidaya ikan tawar. Selain itu antara pemerintah dan masyarakat juga belum terjalin kerjasama yang baik, dan belum ada kesepahaman yang sesuai antara
pihak pemerintah dan masyarakat mengenai pengelolaan sector pariwisata di Telaga Menjer ini. Ketiga pihak ini memang memiliki kepentingan yang berbeda namun dan menggunakan satu wilayah yang sama, maka sudah seharusnya terjalin kerjasama yang baik antara seluruh stakeholder yang terkait baik dalam pemanfaatan maupun dalam pengelolaan kawasan wisata Telaga Menjer. Dari uraian tersebut, Telaga Menjer memiliki banyak manfaat untuk berbagai pihak, dan juga memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan menjadi sebuah destinasi wisata baru di Kabupaten Wonosobo. Sangat disayangkan jika potensi tersebut tidak dikembangkan, karena Telaga Menjer mampu memberikan kontribusi yang besar bagi pemerintaah daerah apabila dikembangkan, sehinga mampu menarik wisatawan lebih banyak dari sebelumnya. Dinas Pariwisata juga sudah melakukan beberapa upaya untuk mengembangkan Telaga Menjer, namun belum ada upaya khusus dari Dinas Pariwisata untuk mengembangkan Telaga Menjer menjadi sebuah destinasi wisata baru. Penelitian dilakukan untuk mengetahui isu-isu yang ada di Telaga Menjer lebih dalam lagi dan merumuskan strategi yang tepat untuk mengembangkan Telaga Menjer menjadi sebuah destinasi wisata baru di Kabupaten Wonosobo.
1.2. Rumusan Masalah Strategi apakah yang dapat diterapkan untuk mengembangkan Telaga Menjer sebagai destinasi wisata baru di Kabupaten Wonosobo? 1.3. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi pengembangan Telaga Menjer yang tepat, karena potensi Telaga Menjer untuk dikembangkan menjadi sebuah detinasi sangat besar. Dinas Pariwisata juga belum memiliki strategi khusus untuk pengembangan Telaga Menjer, sehingga perlu dirumuskan strategi yang dapat diterapkan di Telaga Menjer, sehingga Telaga Menjer dapat dikembangkan menjadi sebuah destinasi wisata baru di Kabupaten Wonosobo. 1.4. Manfaat Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: a. Dinas Pariwisata Sebagai bahan pertimbangan untuk lebih mengembangkan daya tarik wisata Taman Wisata Alam Telaga Menjer, mengingat daya tarik taman wisata alam Telaga Menjer ini untuk sector pariwisata dikelola oleh Pemerintah Daerah Wonosobo, yakni oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Wonosobo. b. Masayarakat di Sekitar Daya Tarik Wisata Sebagai wadah informasi mengenai salah satu objek wisata di kabupaten Wonosobo. Meski taman wisata alam Telaga Menjer sudah cukup dikenal dikalangan masyarakat, namun daya tarik wisata ini masih kurang memikat masyarakat untuk mengunjungi Telaga Menjer. Juga sebagai wadah informasi
mengenai pemanfaatan, pengelolaan, dan potensi dari Telaga Menjer itu sendiri, serta nilai sosial, budaya yang berlaku dalam masyarakat c. Pihak BUMN, PT Indonesia Power Sebagai wadah informasi mengenai pengelolaan dan pemanfaatan Telaga Menjer ini sendiri, mengingat telaga ini memiliki beberapa manfaat dan tidak hanya dikelola dan dimanfaatkan oleh satu pihak saja, namun juga oleh beberapa pihak. d. Akademisi Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan referensi bagi penelitian selanjutnya. e. Peneliti Sebagai wadah pembelajaran dan latihan untuk mengaplikasikan dan menerapkan teori-teori yang telah dipelajari, maupun dalam praktek di lapangan.
baik dalam bentuk tulisan
BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pengembangan Destinasi Wisata 2.1.1 Pariwisata Wisata merupakan kegiatan berpergian bersama-sama yang berguna untuk memperluas pengetahuan, atau hanya sekedar bersenang-senang3. Namun tidak semua kegiatan bepergian ini bertujuan untuk berwisata. Dan tak jarang terutama dalam kecanggihan jaman seperti saat ini, berwisata terkadang tidak dilakukan bersama-sama namun seorang diri. Beberapa bentuk perjalanan untuk tujuan menyenangkan dikonotasikan sebagai tour. Kata tour berasal dari bahasa Latin (Yunani) yang awalnya berarti “alat untuk membuat lingkaran”.
Istilah tour ini sendiri telah menjadi
perbendaharaan kata dalam Bahasa Inggris sejak berabad-abad lalu, yang artinya adalah perjalanan ke suatu tempat yang mana orang tersebut akan kembali ke titik awal dari mana ia berangkat4. Maka pariwisata akan terjadi manakala orang atau kelompok yang melakukan perjalanan wisata tersebut meninggalkan tempat asalnya untuk beberapa waktu dan kembali pada tempat asalnya ketika tujuanya telah tercapai. Pariwisata itu sendiri memiliki beberapa makna, salah satunya menurut kamus Glosary Pariwisata Kontemporer (2005)5, berarti semua proses yang ditimbulkan oleh arus perjalanan lalu lintas orang-orang dari luar atau asing yang datang dan pergi dari dan
3
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989. Balai Pustaka, hal 1012 I Gde P. & I Ketut Surya D. Pengantar Ilmu Pariwisata. Penerbit Andi. Yogyakarta: 2009, hal 33. 5 Dalam Simatupang, Violetta. Pengaturan Hukum Kepariwisataan Indonesia. P.T. Alumni. Bandung. 2009,hal 25 4
ke suatu tempat, daerah, atau negara dan segala sesuatu yang ada hubunganya denga proses tersebut. Beberapa ahli mencoba untuk memberikan batasan mengenai pariwisata, diantaranya6: 1) Prof. Hans Buchli Kepariwisataan adalah setiap peralihan tempat yang bersifat sementara dari seseorang atau beberapa orang dengan maksud memperoleh pelayanan yang diperuntukan bagi kepariwisataan itu oleh lembaga-lembaga yang digunakan untuk maksud tersebut. 2) Prof. Kurt Morgenroth Kepariwisataan dalam arti sempit, adalah lalu lintas orang-orang yang meinggalkan tempat kediamanya untuk sementara waktu, untuk berpesiar ketempat lain, semata-mata sebagai konsumen dari buah hasil perekonomian kebudayaan, guna memenuhi kebutuhan hidup dan budayanya atau keinginan yang beraneka ragam dari pribadinya. 3) Dr. R. Gluckmann Keseluruhan hubungan antara manusia yang hanya berada sementara waktu dalam suatu tempat kediaman dan berhubungan manusia-manusia yang tinggal ditempat itu.
Dari batasan-bataan yang dikemukan oleh beberapa ahli tersebut, pariwisata merupakan aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dari tempat dimana ia tinggal ke tempat lain, dan bukan untuk tujuan usaha atau tujuan memperoleh keuntungan secara materi yang lain. Namun hanya untuk menikmati tempat tujuan tersebut atau perjalanan yang dilakukanya tersebut. Pariwisata merupakan bentuk kegiatan manusia, dimana kegiatan tersebut mengharuskan manusia untuk berpindah dari tempatnya berasal untuk sementara waktu, dan menggunakan atau memanfaatkan aspek-aspek yang telah tersedia, sebagai salah satu pemenuhan kebutuhan sekunder manusia itu sendiri, setelah pemenuhan dari kebutuhan utama manusia. Seperti yang diungkapkan oleh Murphy (1985)7 bahwa pariwisata adalah keseluruhan dari elemen-elemen terkait (wisatawan, daerah tujuan
6
Yoeti, Oka A. 1983. Pengantar Ilmu Pariwisata. Penerbit Angkasa, Bandung. Hal 107 - 108 Murphy, dalam Sugiarti & Argyo D. 2009. Pembangunan Pariwisata Berbasis Masyarakat. UNS Press, Surakarta, hal 9 7
wisata, perjalanan, industri, dll) yang merupakan akibat dari perjalanan wisata ke daerah tujuan wisata, sepanjang perjalanan tersebut tidak permanen. Untuk mendukung pariwisata, ada hal-hal lain yang memberi pengaruh terhadap kepariwisataan itu sendiri, karena pada hakikatnya pariwisata adalah suatu kegiatan yang menyediakan jasa akomodasi, transportasi, makanan, rekreasi serta jasajasa lainya yang terkait8. Perdagangan pariwisata ini sendiri menyangkut beberapa aspek seperti aspek ekonomi, budaya, sosial, agama, lingkungan, kemanan, dan aspek lainya. Meskipun ada batasan mengenai pariwisata, ada beberapa komponen pokok yang secara umum disepakati di dalam memberikan batasan mengenai pariwisata, yakni9: 1. Traveler, yaitu orang yang melakukan perjalanan antar dua atau lebih lokalitas. 2. Visitor, yaitu orang yang melakukan perjalanan ke daerah yang bukan merupakan tempat tinggalnya, kurang dari 12 bulan, dan tujuan perjalananya bukanlah untuk terlibat dalam kegiatan untuk mencari nafkah, pendapatan, atau penghidupan di tempat tujuan. 3. Tourist, yaitu bagian dari visitor yang menghabiskan waktu paling tidak satu malam (24 jam) di daerah yang dikunjungi. Selain batasan tersebut juga terdapat unsur-unsur pariwisata, atau unsur yang harus ada dalam suatau kepariwisataan10, yakni:
8
Gelgel, I Putu. Industri Pariwisata Indonesia (Dalam Globalisasi Perdagangan Jasa). Refika Aditama. Bandung. 2006, hal 22 9 Ibid, hal 10 10 Anonymous, 1975. Pariwisata Indonesia 1975, oleh Direktorat Kepariwisataan Indonesia, Jakarta.
1. Attraction, yakni iklim yang menarik, pemandangan yang indah, benda-benda purbakala, peristiwa atraksi, atau dengan kata lain merupakan segala aspek yang mampu menarik wisatawan untuk datang, melihat atau menikmati atraksi yang ada. 2. Accessibility, yakni kemungkinan untuk mencapai tujuan pariwisata, segala aspek yang menunjang wisatawan untuk mengunjungi daerah pariwisata. Akomodasi pariwisata, yang didalamnya terdapat aksesibilitas, kendaraan yang tersedia, keadaan jalan yang memungkinkan untuk dilalui. 3. Amenities, yakni segala faktor penunjang kepariwisataan, yang didalamnya termasuk sarana kesehatan, keamanan, penginapan, ketersediaan makanan, dll. Maka dalam suatu daerah pariwisata hendaknya sudah memenuhi ketiga unsur tersebut. Karena ketiganya saling terkait dan saling menunjang satu sama lain. Unsurunsur kepariwisataan tersebut juga menjadi tolok ukur kelayakan daerah pariwisata untuk dikunjungi oleh wisatawan. Suatu daya tarik menjadi tidak menarik ketika akomodasi untuk mencapai daerah atau tujuan wisata tersebut sulit didapatkan. Setiap orang memiliki alasan tertentu untuk mengunjugi suatu daya tarik wisata, karena suatu obyek wisata merupakan suatu hal yang harus dikunjungi oleh wisatawan terutama dalam aktivitas kepariwisataan. Untuk itu ketiga unsur tersebut sangat penting untuk menunjang kepariwisataan. 2.1.2
Destinasi Wisata
Ketika seseorang sudah memutuskan untuk berwisata, maka orang tersebut juga sudah tentu mempunyai tempat tujuan wisata, dan kegiatan apa yang akan dilakukanya ketika berwisata. Dalam daerah tujuan wisata, ada hal-hal lain yang mendukung
kepariwisataan itu sendiri, seperti faktor keamanan, sarana kesehatan, kuliner, transportasi, dan hal-hal lain yang menjadi bagian dari sebuah destinasi wisata. Destinasi wisata merupakan suatu tempat yang dikunjungi dengan waktu yang signifikan selama perjalanan seseorang dibandingkan dengan tempat lain yang dilalui selama perjalanan, karena pada umumnya seseorang memiliki suatu tujuan utama dalam perjalananya, namun saat dalam perjalaan tak jarang orang juga punya tujuantujuan lain, akan tetapi waktu yang dihabiskan tidak sebanyak pada tempat yang menjadi tujuan utamanya tersebut11. Sedangkan menurut Undang-Undang no. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan, menguraikan mengenai Destinasi Pariwisata, adalah area atau kawasan geografis yang berbeda dalam suatu atau lebih wilayah administrative yang di dalamnya terdapat unsur: daya tarik wisata, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, masyarakat serta wisatawan yang saling terkait dan melengkapi untuk terwujudnya kegiatan kepariwisataan. Dalam satu destinasi pariwisata, ada hal-hal yang saling terkait satu sama lain. Selain ada keterkaitan juga ada keselarasan antara fungsi dari berbagai aspek, seperti dalam pariwisata meskipun terdapat daya tarik wisata, namun jika tidak didukung dengan aksebilitas dan moda untuk mobilitas yang nyaman, baik keadaan jalan maupun kendaraan yang tersedia, serta keamanan dan kesehatan yang mendukung, destinasi tersebut belum dapat dikatakan sebagai sebuah destinasi wisata. 2.1.3
Ciri-Ciri Destinasi Wisata
Jika destinasi wisata merupakan suatu tempat yang dikunjungi oleh wisatawan dengan kurun waktu tertentu, maka sudah tentu ada hal-hal yang menjadi batasan dari 11
Pitana, I Gde. Prof& I Ketut Surya D. Pengantar Ilmu Pariwisata. Penerbit Andi. Yogyakarta: 2009, hal 126
destinasi wisata. Tidak semua tempat menjadi sebuah destinasi. Untuk itu sebuah destinasi wisata meiliki kriteria mengapa layak untuk diseut sebagai destinasi. Maka setidaknya dalam sebuah destinasi wisata mencakup beberapa hal berikut12: 1. Daya Tarik Wisata Daya Tarik wisata memiliki kedudukan yang sangat penting pada sisi produk pariwisata, terutama dalam menarik kunjungan wisatawan ke destinasi. Atraksi dan daya tarik wisata diklasifikasikan menjadi tiga jenis tema daya tarik wisata, yakni: daya tarik wisata alam, daya tarik wisata budaya, dan daya tarik minat khusus. 2. Amenitas atau Akomodasi Amenitas atau akomodasi dalam pengertian ini adalah berbagai jenis fasilitas dan kelengkapanya yang dapat digunakan oleh wisatawan untuk beristirahat dan bersantai dengan nyaman serta menginap selama melakukan kunjungan ke suatu destinasi. 3. Aksebilitas dan Transportasi Aksebilitas dan transportasi memiliki arti segenap fasilitas dan moda angkutan yang memungkinkan dan memudahkan serta membuat nyaman wisatawan untuk mengunjungi suatu destinasi. 4. Infrastruktur Pendukung Infrastruktur disini adalah keseluruhan jenis fasilitas umum yang berupa prasarana fisik yang mendukung destinasi.
12
Sunaryo, Bambang. 2013, Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata. Gava Media. Yogyakarta, hal 25-31
5. Fasilitas Pendukung Wisata Lainnya Berbagai jenis pendukung kepariwisataan yang berfungsi memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi wisatawan selama melakukan kunjungan ke suatu destinasi. 6. Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia Pariwisata Kelembagaan dan sumberdaya manusia pariwisata ini adalah, keseluruhan unsur organisasi atau institusi pengelola kepariwisataan dan termasuk sumber daya manusia pendukungnya, yang terkait dengan manajemen pengelolaan kepariwisataan di suatu destinasi, baik unsur Pemerintah, swasta / industry, dan Masyarakat.
Telaga Menjer sendiri sebagai destinasi wisata, sudah didukung oleh beberapa hal untuk menunjang kepariwisataan itu sendiri, diantaranya danau alam atau telaga yang menjadi daya tarik dari destinasi ini sendiri. Aksebilitas berupa rute yang mudah dijangkau dari pusat kota hingga lokasi daya tarik, dan kendaraan umum yang juga sudah tersedia. Di sekitar Telaga Menjer sendiri sudah terdapat beberapa fasilitas pendukung seperti keamanan, bank, meski lokasinya tidak begitu dekat dengan daya Tarik wisata.
2.1.4
Daya Tarik Wisata
Pengertian daya tarik wisata atau tourism attraction yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu13. Daya tarik wisata dapat berupa berbagai hal mulai dari kesenian, keindahan alam, panorama, event-event
13
Qusyairi, Ihsan Ahmad. 2012, Evaluasi Potensi Daya Tarik http://repository.upi.edu
terntentu dalam suatu daerah yang tidak ada di daerah lain, dan lain sebagainya. Dalam dunia kepariwisataan, segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat atau lazim pula dinamakan daya tarik wisata. Sebuah daya tarik wisata harus memiliki karakteristik yang dapat menarik wisatawan, karakteristik tersebut seperti (1) something to see, (2) something to do, (3) something to buy14. Something to see, merupakan apa saja yang menjadi daya tarik sehingga bisa dinikmati secara visual oleh wisatawan. Something to do, apa saja yang bisa dilakukan oleh wisatawan dalam daya tarik wisata tersebut, dan something to buy, apa yang menjadi ciri khas daerah tersebut yang dapat dibeli oleh wisatawan sebagai oleh-oleh. Sehingga ada aktivitas yang dapat dilakukan oleh wisatawan dan sesuatu yang menjadi daya jual dari destinasi wisata tersebut. Indonesia merupakan Negara yang kaya akan budaya, dan memiliki kekayaan sumber daya alam. Budaya yang berbeda dari daerah satu dengan daerah yang lain menjadi suatu identitas tersendiri bagi daerah tersebut, dan dapat menjadi satu daya tarik wisata. Karena budaya yang berbeda akan menghasilkan sesuatu yang berbeda, yang pada umumnya berupa kerajinan dan kesenian. Hasil kerajinan dan kesenian yang berbeda-beda ini yang memiliki daya tarik. Kesenian seperti tarian, atau upacara adat, dan kerajinan seperti kain batik, topeng, ulos, dan lain sebagainya. Sumber lain yakni UU No. 10 th 2009 tentang kepariwisataan menjelaskan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisata. Daya tarik disini merupakan Taman Wisata Alam Telaga Menjer, dan telaga ini terbentuk akibat aktivitas Gunung
14
Pendit, dalam Qusyairi, Ibid
Pakuwaja beberapa abad silam, sehingga terbentuk kawah yang pada akhirnya menjadi telaga. Keindahan alam yang disuguhkan, serta keasrian yang masih terjaga, juga kesejukan udara yang ada di Telaga Menjer yang menjadi salah satu daya Tarik wisata yang dapat menarik wisatawan untuk mengunjungi destinasi ini. 2.2 Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Sebuah perencanaan strategi hendaknya mencakup faktor-faktor yang menjadi kekuatan dari sebuah daya tarik wisata untuk lebih dikembangkan lagi, kelemahan yang harus diminimalisir, peluang yang hendaknya dipertimbangkan, dan ancaman yang harus dihindari. Untuk mengidentifikasi factor-faktor tersebut diperlukan analisis SWOT. Analisis SWOT merupakan identifikasi untuk memetakan antara kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam sebuah destinasi wisata, untuk dapat menyusun sebuah strategi pengembangan yang sesuai. Analisis SWOT merupakan salah satu instrument analisis ampuh apabila digunakan dengan tepat. SWOT sendiri sebetulnya merupakan akronim dari Strengh (Kekuatan), Weakness (Kelemahan), Opportunities (Peluang), dan Threats (Ancaman). Keempat hal tersebut yang menjadi factor utama dalam sebuah analisis SWOT, untuk merumuskan strategi baru15. a. Faktor Kekuatan berarti kompetensi khusus yang terdapat dalam sebuah daya tarik wisata yang berakibat pada pemilikan keunggulan komparatif dari daya tarik wisata oleh pelaku wisata. b. Faktor Kelemahan berarti keterbatasan atau kekurangan dalam hal pemenuhan keinginan dan kebutuhan wisatawan, baik yang sudah tersedia dalam daya tarik wisata tersebut, atau karena keterbatasan pengelolaan, sehingga daya tarik
15
Siagian, Sondang P. 1995. Manajemen Stratejik. Bumi Aksara. Jakarta. Hal 172-173
wisata tersebut belum memenuhi apa yang diinginkan dan dibutuhkan wisatawan ketika mengunjunginya. c. Faktor Peluang. Definisi sederhana tentang peluang adalah “berbagai situasi lingkungan yang menguntungkan bagi sebuah daya tarik wisata”. Yang dimaksud dengan berbagai situasi tersebut dapat berupa kecenderungan penting yang terjadi di kalangan wisatawan, identifikasi suatu segmen yang belum mendapat perhatian, baik dari pengelola maupun dari wisatawan, ataupun perubahan dalam kondisi persaingan antar daya tarik wisata sejenis. d. Faktor Ancaman, pengertian ancaman merupakan kebalikan dari pengertian peluang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ancaman merupakan factorfaktor lingkungan yang tidak menguntungkan, yang jika tidak segera diatasi, ancaman bisa menjadi “ganjalan” dalam kegiatan kepariwisataan dalam suatu daya tarik wisata, baik untuk masa sekarang mupun di masa depan. Sebuah strategi yang matang hendaknya melalui beberapa tahapan tertentu sampai dapat
disimpulkan
strategi
perencanaan
yang
sesuai,
dengan
kebutuhan
pengembangan sebuah destinasi. Untuk itu tahap pertama yang harus dilakukan yakni16: 2.2.1
Tahap Pengumpulan Data Pada tahap ini tidak sekedar mengumpulkan data, namun juga
pengklasifikasian setiap masalah yang terjadi. Data pada tahap ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni data eksternal dan data internal. Data eksternal maksudnya data
16
Rangkuti, Freddy. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis (Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21). Gramedia, Jakarta. 19
yang diperoleh dari luar lingkungan sebuah destinasi wisata. Sedangkan data internal berarti data yang diperoleh dari lingkungan sekitar atau dari destinasi wisata itu sendiri. Selain data, juga harus dilakukan analisis lingkungan, yakni analisis lingkungan internal dan analisis lingkungan eksternal. Hasil penelitian faktor internal antara kekuatan (strength) dan kelemahan (wekness), serta faktor eksternal antara peluang (opportunities) dan ancaman (threats), ditetapkan pada diagram analisi SWOT yang di gambarkan dalam diagram I, II, III, dan IV. Kuadran I,II, III, dan IV dalam diagram analisis SWOT merupakan kombinasi dari factor internal dan factor eksternal, dari tahap pemetaan masalah sebelumnya. Diagram analisis SWOT Peluang (Opportunities) 3. Mendukung Stragegi
1. Mendukung Strategi
Turn Around
Agresif
Kelemahan
Kekuatan
(Weakness)
(Strenght)
4. Mendukung Strategi
2. Mendukung Strategi
Defensif
Diversifikasi Ancaman (Threats)
Sumber: Rangkuti, 1998. Pg. 19
Kuadran 1:
Situasi yang menguntungkan bagi Daya Tarik wisata karena memiliki peluang dan keuntungan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented Strategy).
Kuadran 2:
Meskipun menghadapi berbagai ancaman, daya tarik wisata masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuata untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk / pasar).
Kuadra 3:
Daya tarik wisata menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak, menghadapi beberapa kendala / kelamahan internal. Fokus strategi yang harus diterapkan adalah meminimalkan masalahmasalah internal daya tarik wisata, sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.
Kuadran 4:
Kondisi ini merupakan situasi yang tidak menguntungkan, daya tarik wisata menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.
2.2.2
Tahap Analisis Setelah semua informasi yang diperlukan sudah terkumpul, dan sudah
diklasifikasikan sesuai kelasnya, maka tahap selanjutnya yang harus dilaksankan adalah tahap analisis data. Jika pada tahap pengumpulan data digunakan diagram analisis SWOT, maka dalam tahap analisis menggunakan matriks SWOT. Matriks SWOT merupakan alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis dari
destinasi wisata17. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas antara peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi sebuah destinasi dapat disesuaiakan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya, karena matriks ini dapat menghasikan empat set kemungkinan alternatif strategis. Matrik SWOT Internal
Ekternal
Opportunities (O) Faktor Peluang Eksternal
Strengths (S)
Weakness (W)
Faktor-faktor kekuatan internal
Faktor-faktor kelemahan internal
Strategi SO
Strategi WO
Strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi ST
Treaths (T) Faktor Ancaman Eksternal
Strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
Strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Strategi WT Strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
Sumber: Rangkuti, 1998. Pg. 31
a. Strategi S-O Strategi ini dibuat berdasarkan kekuatan dan peluang yang ada, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaakan peluang sebesar-besarnya. b. Strategi S-T Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki daya tarik wisata untuk mengatasi ancaman.
17
Ibid, pg 31
c. Strategi W-O Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. d. Strategi W-T Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. 2.2.3
Tahap Pengambilan Keputusan Tahap ini merupakan tahap perumusan strategi yang didasarkan pada
analisis–analisis
yang
menyeluruh
terhadap
pengaruh–pengaruh
faktor
lingkungan eksternal dan faktor lingkungan internal. Pengambilan keputusan dilakukan dengan cara mengkaji ulang strategi-strategi yang telah dianalisis sebelumnya, sehingga bisa dihasilkan strategi pengembangan yang paling sesuai dengan keadaan daya tarik wisata dari Telaga Menjer, dilihat dari keuntungan, efisiensi dan efektifitasnya. Strategi tersebut yang kemudian digunakan sebagai acuan dalam tahap pengembangan Telaga Menjer menjadi sebuah Destinasi Wisata baru di Kabupaten Wonosobo. Setelah dihasilkan beberapa strategi dengan menggunakan matrik SWOT, dan untuk menentukan strategi yang paling strategis dan krusial, sehingga memerlukan perhatian lebih dari pihak pengelola, maka empat set strategi tersebut dikaji ulang, dan di tes menggunakan tes litmus untuk menentukan tingkat kestrategisan dari startegi-strategi tersebut. Strategi yang lain diterapkan sesuai jumlah skor berdasarkan hasil dari Tes Litmus. Strategi yang benar-benar strategis adalah strategi yang memiliki skor tinggi pada
semua dimensi, dan strategi yang bersifat operasional merupakan strategi yang memiliki skor rendah pada semua dimensi18. Tabel 2.1 Tes Litmus Untuk Isu Strategis Strategi No
1
2
3
4
5 6
7
Pertanyaan Pokok Kapan tantangan atau peluang isu-isu strategis tersebut ada di hadapan anda? Seberapa luas pengaruh isu tersebut akan berpengaruh kepada departemen anda? Seberapa besar resiko keuangan / peluang keuangan departemen anda? Akankan strategi bagi pemecahan isu akan memerlukan: a. pengembangan tujuan dan program pelayanan baru? b. perubahan signifikan dalam sumber - sumber atau jumlah pajak? c. perubahan signifikan dalam ketepatan atau peraturan federal atau negara lain? d. penambahan atau modifikasi fasiltas utama? e. Penambahan staff yang signifikan? Bagaimana pendekatan yang terbaik bagi pemecahan isu? Tingkat manajemen terendah manakah yang dapat menetapkan bagaimana menanggulangi isu? Konsekuensi apakah yang mungkin terjadi bila isu tidak diselesaikan?
Seberapaa banyak departemen lainya dipengaruhi oleh isu ini 8 dan harus dilibatkan dalam pemecahan masalah? Bagimana sensivitas atau "charged" isu terhadap nilai-nilai 9 sosial, politik, religisu dan kultural komunitas? Sumber: Bryson (2013:185)
18
Operasional 1
Strategis 3
2
Sekarang
Tahun Depan
Dua Tahun atau lebih dari sekarang
Unit atau divisi tunggal
beberapa divisi
Seluruh departemen
Kecil (Kurang dari 10% anggaran)
Sedang (hingga 25% anggaran)
Besar (lebih dari 25% anggaran)
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Jelas, Siap untuk diimplementasikan
Parameter luas, agak terpernci
Terbuka Luas
Pegawai staff lini
Kepala Divisi
Kepala Departemen
ada gangguang inevisien
Kekacauan pelayanan, Kehilangan sumber dana
Kekacauan pelayanan jangka panjang dan biaya besar/merosotnya penghasilan
Tidak ada
Satu sampai tiga
Empat atau lebih
Lunak
Sedang
Keras
Bryson, Jon. 2003 Perencanaan Strategis Bagi Organiasasi Sosial. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Hal 183
Setidaknya ada tiga macam isu strategis, yakni (1) isu yang tidak membutuhkan tindakan sekarang, tetapi harus dipantau, (2) isu yang bisa ditangani sebagai bagian dari siklus perencanaan strategis regular organiasi, dan (3) isu yang membutuhkan perhtian seger dan harus ditangani diur siklus perencanaan strategis regular organiasi19.
2.3 Konsep Strategi Konsep strategi sangatlah beragam, hal ini bisa dilihat dari beragamnya konsep strategi yang dipaparkan oleh beberapa ahli. Salah satunya konsep strategi menurut Salusu, ialah suatu seni menggunakan kecakapan dan sumber daya suatu organisasi untuk mencapai sasaranya melalui hubunganya yang efektif dengan lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan20. Selain pendapat tersebut, pendapat lain diuatarakan oleh Chandler bahwa strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan jangka panjang dari suatu perusahaan, serta pendayagunaan dan alokasi semua sumber daya penting untuk mencapai tujuan tersebut21. Strategi yang dimaksud disini adalah strategi untuk mencari solusi dalam permasalahan pariwisata yang terjadi di Telaga Menjer. Strategi diputuskan berdsarkan masalah yang ditemukan, dan dianalisis untuk dipecahkan atau dicari jalan keluarnya. Strategi tersebut yang kemudian menjadi acuan dalam pengembangan daya tarik wisata. Tujuan dari pengembangan daya tarik wisata adalah untuk mengembangkan daya tarik wisata tersebut menjadi sebuah destinasi wisata baru.
19
Bryson, John 2003. Ibid Hal 186 Salusu, J. Prof. Dr. 1996. Pengambilan Keputusan Stratejik, untuk Organisasi Publik dan Organisasi Nonprofit. Grasindo. Jakarta. 101 21 Chandler (1962) dalam Rangkuti. 1998. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis (Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21). Gramedia, Jakarta. 20
2.3.1
Pengembangan Destinasi Destinasi wisata atau tujuan wisata akan lebih menarik ketika terdapat
berbagai fasilitas penunjang pariwisata. Untuk itu akan lebih baik jika fasilitas tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan wisatawan atau orang yang mengunjungi daya Tarik wisata, salah satunya dengan pembaharuan ataupun penambahan berbagai fasilitas penunjang kepariwisataan itu sendiri. Sebuah destinasi wisata perlu mengalami perubahan-perubahan dalam berbagai aspek untuk menunjang eksistensi dari sebuah destinasi itu sendiri. Perubahan tersebut atau lebih tepatnya pengembangan destinasi wisata dilakukan untuk memperbaharui segala aspek yang terkait dengan kepariwisataan, baik dalam pengelolaan, pengadaan sarana dan prasarana penunjang kepariwisataan, kelembagaan dari pengelola atau stakeholder, hingga partisipasi masyarakat. Pengembangan destinasi dapat dilakukan melalui pembangunan kepariwisataan. Dalam kepariwisataan, pembangunan itu sendiri bermakna proses perubahan pokok yang dilakukan oleh manusia secara terencana pada kondisi kepariwisataan tertentu yang dinilai kurang baik, yang diarahkan menuju suatu kondisi kepariwisataan tertentu yang dianggap lebih baik22. Jadi pembangunan ini sengaja dilakukan untuk mewujudkan perubahan keadaan kepariwisataan yang lebih baik dari sebelumnya, yang dilakukan untuk meningkatkan daya tarik wisata itu sendiri. Untuk itu pengembangan destinasi pariwisata harus memperhatikan segala aspek yang terkait dalam sebuah destinasi. Teknik yang sering digunakan dalam
22
Sunaryo, Bambang. 2013 ibid, hal 129
pengembangan sebuah destinasi pariwisata adalah carrying capacity (daya dukung kawasan), hal tersebut mengandung makna batasan (limit) yang tidak boleh dilewati dalam pembangunan destinasi pariwisata23. Dengan kata lain pembangunan atau pengembangan sebuah destinasi harus memperhatikan kemampuan dari destinasi itu sendiri. Pengembangan destinasi selain harus memperhatikan aspek yang tekait didalamnya, adalah untuk melihat daya dukung yang tersedia dari sebuah destinasi, baik dari segi sumber daya alam, sumber daya manusia, ataupun kelembagaanya. Pendapat lain mengatakan, pengembangan destinasi pariwisata harus mempertimbangkan nilai-nilai dalam pendekatanya24. Dalam konteks pengembangan destinasi pariwisata, ada beberapa pendekatan yang harus diperhatikan. Pendekatan yang pertama melalui pendekatan spiritual, yakni ketaatan kepada Tuhan Yang Maha Esa, keseimbangan hubungan manusia dengan sesamanya dan keseimbangan manusia dengan alam. Pendekatan yang kedua terkait dengan realitas sosiologis masyarakat destinasi wisata. Karena setiap masyarakat memiliki budaya yang berbeda, maka realitas yang terjadi didalamnya juga pasti berbeda. Kemudian pendekatan yang ketiga yakni dengan pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan disini maksudnya pembangunan destinasi wisata yang dapat memberikan implikasi positif jangka panjang bagi seluruh komponen yang ada didalamnya. Selain melihat hal-hal tersebut, dalam pengembangan destinasi juga harus memperhatikan rencana. Perencanaan berpengaruh terhadap arah 23
Pitana, I Gde. Prof, Ibid hal 134 Damanik Janianton & Frans Teguh. 2013. Manajemen Destinasi Pariwisata. Kepel, Yogyakarta, hal 14-18 24
perkembangan suatu destinasi, karena suatu perencanaan yang dilaksanakan dengan baik tentu akan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya dan dapat mengurangi resiko yang lebih kecil25. Hal ini bertujuan agar pembangunan ataupun pengembangan pariwisata berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu diperlukan strategi yang tepat dalam pengembangan suatu destinasi wisata, salah staunya melalui rencana tersebut sehingga arah pengembangan dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan daya tarik wisata itu sendiri. 2.3.2
Strategi Pengembangan Daya Tarik Menjadi Destinasi Wisata Baru Jika beberapa pendapat mengatakan strategi merupakan alat untuk
mencapai tujuan jangka panjang, maka strategi pengembangan destinasi wisata yang dimaksud disini adalah strategi untuk mengembangkan sebuah daya tarik wisata menjadi sebuah destinasi wisata baru, yang sifatnya tetap atau selamanya. Pengembangan ini dilakukan terlebih dahulu dengan melihat potensi dari calon destinasi wisata tersebut. Dalam pengembangan destinasi wisata, harus mempertimbangkan beberapa hal dan yang paling utama adanya ciri-ciri dari sebuah destinasi wisata: 1. Atraksi atau daya tarik wisata Suatu destinasi wisata harus terdapat lebih dari satu daya tarik wisata, meski pada beberapa destinasi ada satu atau dua daya tarik wisata yang menjadi primadona dari beberapa daya tarik wisata dalam sebuah destinasi wisata.
25
A.J, Muljadi, 2010. Kepariwisataan dan Perjalanan, Raja Grafindo Persada, Bandung. Hal, 68
2.
Amenitas Ketersediaan fasilitas penunjang kepariwisataan juga harus ada. Fasilitas penunjang tersebut antara lain akomodasi atau penginapan, rumah makan (food and beverage), retail, toko cindera mata, biro perjalanan, dan fasilitas penunjang kenyamanan lainya.
3. Aksebilitas Kemudahan untuk mencapai destinasi tersebut juga menjadi salah satu komponen utama, seperti kemudahaan akses baik berupa jalan yang bisa dilalui maupun ketersediaan kendaraan untuk mengakses destinasi wista tersebut. 4. Fasilitas Pendukung Ketersediaan fasilitas pedukung di area wisata, seperti keamanan, sarana kesehatan baik rumah sakit ataupun puskesmas, bank, pos, dan lain sebagainya. 5. Kelembagaan Kelembagaan berarti peran dari setiap pihak yang terkait dan mendukung akivitas kepariwisataan, baik masyarakat setempat, pemerintah, atau privat sector. Kesiapan kelembagaan sangat dibutuhkan khususnya bagi pengelola sebuah daya tarik wisata. Dalam sebuah destinasi harus memenuhi kriteria dari ciri-ciri sebuah destinasi. Untuk itu strategi pengembangan destinasi diperlukan untuk mewujudkan tujuan pengembangan, maka strategi yang dirumuskan harus dapat mengembangkan kekuatan atau keunggulan daya tarik wisata melalui potensi dan
peluang yang ada, dan bisa mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada, serta mengantisipasi ancaman yang mungkin terjdi. 2.4 Kerangka Pikir Telaga Menjer memiliki banyak potensi yang bisa dikembangkan menjadi daya tarik wisata. Namun keterbatasan pengelolaan membuat potensi-potensi tersebut belum tersentuh, dan belum dikenal oleh wisatawan. Padahal jika dikelola dengan baik, potensi-potensi tersebut mampu meningkatkan jumlah kunjungan wisataan di area Telaga Menjer. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu disusun sebuah strategi pengembangan yang tepat, dengan melihat kekuatan yang sudah tersedia, mengembangkan potensi yang ada, menanggulangi kelemahan-kelemahan, dan mengantisipasi kemungkinan adanya ancaman yang akan terjadi. Berikut ini merupakan bagan alur pikir yang mencoba menjawab permasalahan yang terkait dengan penyusunan strategi dengan berdasarkan isu-isu strategis yang didalamnya juga terdapat faktor-faktor internal mupun eksternal yang ada di area Telaga Menjer.
Gambar 02: Kerangka Berpikir
Isu Strategis Telaga Menjer
Internal
Eksternal l
Uji kestrategisan dari strategi yang dihasilkan
Analisis Isu Strategis
Strategi Pengembangan Telaga Menjer Menjadi Sebuah Destinasi Wisata Baru
Penerapan Strategi yang paling strategis
Sumber: Dokumen Pribadi, 2014
Berdasarkan gambaran alur tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi-potensi yang ada di Telaga Menjer, untuk bisa dikembangkan dengan lebih baik lagi. Untuk mencapai strategi yang sesuai, identifikasi faktor internal dan faktor eksernal perlu dilakukan, untuk melihat potensi-potensi yang memungkinkan untuk dikembangkan lagi. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT untuk memperoleh gambaran strategi pengembangan yang sesuai bagi Telaga Menjer, untuk dikembangkan menjadi sebuah destinasi wisata baru.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode diskriptif, dan dilengkapi dengan data sekunder. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat post-positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrument kunci. Teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif / kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna daripada generalisasi26. Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara kuantifikasi lainnya. Penelitian kualitatif dapat digunakan untuk meneliti kehidupan masyarakat, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi, gerakan sosial, atau hubungan kekerabatan. Dengan kata lain, metode ini melihat fenomena alamiah yang ada dalam obyek penelitian, sehingga memungkinkan peneliti memperoleh data yang alamiah tanpa rekayasa. Dalam penelitian ini, penelitian menggunakan kesadaran dari sumber informasi dengan kesadaran penuh untuk memperoleh data yang real. Data yang diperoleh merupakan data apa adanya yang tidak dimanipulasi, sehingga saat melakukan penelitian maupun setelah selesai melakukan penelitian data relatif tidak berubah.
26
Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung. Alfabeta, hal 9
Metode deskriptif merupakan metode pemecahan masalah dalam penelitian, dengan menggambarkan / melukiskan keadaan atau obyek yang diteliti, dengan penggambaran yang tampak seperti saat penelitian. Dalam penelitian ini, karena peneliti ingin melihat hubungan antar stakeholder dalam mengembangkan destinasi wisata Telaga Menjer yang memiliki kesamaan fungsi, yakni sebagai pengelola Daya Tarik Wisata (DTW) Telaga Menjer, Kabupaten Wonosobo, namun dengan latar belakang yang berbeda, karena setiap stakeholder dipandang memiliki peran masingmasing dalam pengembangan DTW tersebut, maka tujuan mengadopsi metode penelitian ini supaya diperoleh data valid, karena data diperoleh dari sumbernya langsung. Data valid, akurat, dan tepat waktu artinya data yang diperoleh menggunakan metode yang tepat, focus dan lokus dari data tersebut juga tepat, selain itu data tersebut juga up to date, yang artinya data tersebut merupakan data terbaru. Sehingga data yang valid tersebut diharapkan memberikan informasi yang valid sesuai yang
dibutuhkan
penulis
dalam
menyusun
laporan
penelitian,
mengenai
pengembangan sector wisata Telaga Menjer Kabupaten Wonosobo. 3.2
Fokus Fokus dari penelitian ini yakni stategi pengembangan daya tarik wisata Taman
Wisata Alam Telaga Menjer, yang terletak di Kabupaten Wonosobo. Alasan penulis mengambil lokus di Telaga Menjer, seperti yang telah dibahas dalam bab sebelumnya bahwa Telaga Menjer memiliki point plus, karena Telaga Menjer merupakan salah satu destinasi wisata yang potensial, akan tetapi belum mampu menarik wisatawan baik mancanegara maupun domestic lebih banyak jika dibandingan dengan daya tarik wisata lain yang ada di Kabupaten Wonosobo, terutama untuk daya tarik wisata
sejenis. Selain itu, Telaga Menjer sebagai salah satu daya tarik wisata dari komponen wisata yang ada di Kabupaten Wonosobo, namun Telaga Menjer masih kalah pamor dari beberapa daya Tarik yang terdapat dalam destinasi wisata lainya seperti Dataran tinggi Dieng. Untuk itu, diperlukan berbagai upaya untuk mengembangkan daya tarik wisata ini, sehingga menjadi salah satu destinasi wisata unggulan Kabupaten Wonosobo, mengingat di Wonosobo pariwisata merupakan salah satu produk unggulan.
3.3
Lokus
Telaga Menjer ini merupakan tempat wisata alam, dimana terdapat sebuah danau kecil atau yang biasa disebut dengan telaga, yang terbentuk secara alami oleh alam, yakni karena aktivitas vulkanik di kaki Gunung Pakuwaja. Telaga ini sendiri terbentuk melalui proses alam, akibat letusan gunung vulkanik di kaki Gunung Pakuwaja. Telaga ini terletak di Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo, tepatnya +12km dari Kota Wonosobo dan berada diketinggian +1300m dpl. Tepatnya terletak di desa Maron Kecamatan Garung, kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Telaga ini berjarak 2km dari ibukota Kecamatan Garung. Dinamakan Telaga Menjer karena Desa Maron sebenarnya merupakan desa baru yang dulunya merupakan wilayah Desa Menjer. Telaga ini memiliki luas sekitar 70ha, dengan kedalaman 45m. Iklim disekitar telaga ini cukup sejuk, dengan kabut yang mengelilingi sekitar telaga, dan dengan suhu ratarata 22-270c.
3.4
Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penulisan ini menggunakan dua jenis data, yakni data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung melalui pengamatan di lapangan, dan wawancara dari narasumber. Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui studi pustaka maupun dokumentasi, publikasi, atau hasil penelitian dari beberapa media atau dari sumber lain. Untuk mendapatkan data primer, dilakukan observasi langsung di area Telaga Menjer, hal ini dimaksudkan agar peneliti memperoleh data yang valid dan up to date, karena dapat dilihat langsung keadaan dilapangan, sehingga analisis data menjadi lebih akurat. Kemudian untuk memperkuat argument, digunakan data yang sudah ada, yang bersumber dari berbagai literatur, dokumen, ataupun media massa.
3.5
Teknik Pengumpulan Data Dalam pencarian data untuk melengkapi penelitian ini, digunakan metode
penelitian kualitatif. Alasan digunakanya metode ini adalah untuk mendapatkan data yang lebih akurat mengenai sektor wisata alam Telaga Menjer yang ada di Kabupaten Wonosobo ini, karena selain menggunaka metode wawancara kepada beberapa narasumber, peneliti juga dapat terjun langsung di lapangan, sehingga dapat diperoleh data yang lebih akurat. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan beberapa teknik, diantaranya:
1. Teknik Wawancara Terstruktur Yakni Wawancara yang dilakukan terhadap key persons, atau orangorang yang dianggap memiliki sumber informasi oleh peneliti. Namun sebelum menentukan informan yang akan diwawancarai sebelumnya peneliti harus mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Dalam wawancara terstruktur ini peneliti menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan yang akan diajukan. Untuk itu pertanyaan disusun secara ketat. Semua subjek yang diwawancarai dipandang mempunyai kesempatan yang sama untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang berbeda, tergantung dari latar belakang setiap narasumber. Untuk wawancara, peneliti menetapkan pegawai dinas pariwisata sebagai narasumber, dalam hal ini narasumber adalah Kepala Bidang Pengembangan Destinasi dari Dinas Pariwisata, karena dalam pengelolaanya, destinasi wisata Telaga menjer ini dikelola oleh Pemda Wonosobo melalui Dinas Pariwisata, Perangkat Desa Maron dan Desa Tlogo karena letak Telaga Menjer yang berada di kedua desa, serta perwakilan dari masyarakat melalui organisasi kepemudaan, dan pihak PT Indonesia Power sebagai pihak ketiga dalam pengelolaan Telaga Menjer, yang memanfaatkan Telaga sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air. Ketiga sektor ini dipandang lebih mengetahui informasi lebih luas, karena ketiga stakeholder ini merupakan pihak yang memanfaatkan Telaga Menjer untuk berbagai kepentingan.
Tabel 3.1 Teknik Pengambilan Data: Wawancara No
Informan Dinas Pariwisata Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata 1 Staff Dinas Pariwisata Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Pengelola Telaga Menjer Masyarakat Sekitar Telaga 1. Kepala Desa Maron 2. Sekertaris Desa Maron 3. Perangkat Desa Maron 4. Kepala Desa Tlogo 5. Sekretaris Desa Tlogo 6. Perangkat Desa Tlogo 2 7. Anggota Pokdarwis Desa Maron 8. Anggota HPI Desa Maron 9. Anggota Pipa Ijo 10. Anggota Gang Mawar 11. Mantan Kepala Desa Maron Periode 1985-1992
Data yang dicari Apa saja yang sudah dilakukan oleh Dinas Pariwisata selaku pengelola "Destinasi" Wisata Telaga Menjer dalam upaya untuk megembangkan Telaga Menjer?
1. Bagaimana respon masyarakat terhadap aktivitas pariwisata, dan adakah kontribusi masyarakat terhadap pariwisata di Telaga Menjer? 2. Bagaimana upaya masyarakat untuk turut mengelola dan mengembangkan Telaga Menjer sebagai sebuah destinasi wisata baru? 3. Apa peran pemuda dalam upaya pengembangan Telaga Menjer sebagai sebuah destinasi wisata baru?
PT Indonesia Power PLTA Garung Bagaimana aktivitas pariwisata di Telaga menjer menurut perusahaan, Sub Unit Pembangkitan Mrica 3 dan bagaimana peran perusahaan 1. Supervisor terhadap aktivitas tersebut? 2. Bidang Pemeliharaan Sumber: Pengamatan Lapangan, 2014
2.
Teknik Observasi Partisipan Observasi partisipan dilakukan untuk mengetahui upaya perkembangan pariwisata di Telaga Menjer. Selain itu, juga dapat diketahui secara visional mengenai gambaran keadaan yang ada dalam objek wisata Telaga Menjer. Teknik ini dilakukan dengan cara berbaur bersama masyarakat, dengan menjadi salah satu bagian dari masyarakat yang dituju. Dengan menjadi salah satu bagian dari objek yang sedang diteliti, maka peneliti dapat melihat serta
mengamati langsung keadaan yang ada di sekitar Telaga Menjer. Dengan observasi partisipan ini maka data yang diperoleh lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap pelaku yang tampak27. Peneliti dapat memiliki gambaran tersendiri mengenai daya tarik wisata ini, serta peneliti juga dapat memperoleh data yang dibutuhkan secara akurat dan up to date, karena peneliti langsung mengunjungi lokasi untuk mencari data yang diperlukan dalam waktu penulisan hasil penelitian. 3. Telaah Pustaka Telaah pustaka dilakukan dengan menghimpun data sekunder dari berbagai literatur yang terkait dengan masalah pengembangan pariwisata dan pariwisata di Kabupaten Wonosobo, khususnya untuk daya tarik wisata Telaga Menjer Wonosobo. Data sekunder, yakni data yang diperoleh tidak langsung dari penelitian yang dilakukan, data diperoleh melalui study pustaka, ataupun media. Penghimpunan data dilakukan melalui penelitian yang sudah ada sebelumnya, artikel-artikel terkait, serta data lain yang dapat menunjang penelitian terkait sektor daya tarik wisata Telaga Menjer. Penggunaan dokumen yang sudah ada, atau studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif28, dan memperkuat argumen melalui teori-teori yang dikemukakan oleh beberapa ahli, seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya.
27 28
Sugiyono, Ibid hal 227 Sugiyono, Ibid hal 240
3.6 Instrumen Penelitian Dalam Penelitian Kualitatif, kunci dari instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri. Namun ketika fokus penelitian mulai ditetapkan maka penelitian juga menjadi lebih berkembang. Terutama keterlibatan stakeholder-stakholder yang ada, guna mendapatkan data yang lebih akurat dibandingkan data awal dan data yang diperoleh melalui proses wawancara dan observasi.
3.7 Tenik Analisis Data Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis29. Tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik kualitatif deskriptif, yaitu teknik menganalisis data secara menyeluruh dengan memaparkan segala aspek di dalamnya secara mendetail sehingga dapat diperoleh gambaran objek penelitian yang sebenarnya. Hal ini disesuaikan dengan teknik penelitian, karena digunakan metode penelitian kualitatif, maka data yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian merupakan data kualitatif. Dalam penyusunan laporan penelitian, analisis penelitian sudah dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan, dan setelah selesai di lapangan. Dalam hal ini Nasution30 menjelaskan analisis telah dimulai sejak perumusan dan menjelaskna masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus menerus sampai penulisan hasil penelitian. Data yang diperoleh dari penelitian sebelumnya dipaparkan dan diperjelas dengan gambar dan foto. Gambar dan foto ini sendiri
29 30
Sugiyono, Ibid hal 245 Nasution (1988) dalam Sugiono, Ibid. hal 245
diperoleh dari berbagai sumber, baik media maupun dokumen pribadi penulis ketika melaksanakan observasi partisipan, dengan mengunjungi langsung lokasi yang menjadi lokus penelitian penulis.