BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pariwisata dalam negeri terus dikembangkan dan diarahkan untuk memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa serta menanamkan jiwa, semangat dan nilai-nilai luhur bangsa dalam rangka lebih memperkokoh persatuan dan kesatuan disamping untuk mengingkatkan kegiatan ekonomi. Usaha pembinaan dan pengembangan pariwisata dalam negeri ditujukan pula untuk meningkatkan kualitas kebudayaan bangsa, memperkenalkan peninggalan sejarah serta keindahan alam termasuk alam bahari diseluruh pelosok tanah air (Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Direktorat Jenderal Pariwisata Tahun 1988). Sektor Pariwisata merupakan salah satu sektor yang menjadi sumber devisa negera. Pariwisata dapat diharapkan menjadi penentu dan katalisator untuk mengembangkan pembangunan sektor lainnya secara betahap(Yoeti 1983). Pariwisata menjadi sektor andalan Indonesia yang menjanjikan dalam pemasukan devisa negera. Selain letak Indonesia yang strategis, hal ini juga dikarenakan Indonesia sedang tahap pembangunan dalam segala macam asset potensi wsata. Peranan tersebutlah yang akan memberikan dampak pada berbagai bidang, baik bidang ekonomi, sosial, maupun kebudayaan. Hal ini sangat berpengaruh dalam pengembangan pariwisata karena saling terkait menghasilkan barang atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan. Dalam konteks pengembangan pariwisata, Indonesia merupakan salah satu negara di Asia
1
2
Tenggara yang memiliki paling banyak pusaka budaya,baik yang berasal dari masa prasejarah, Hindu Budha, Islam, dan masa colonial yang tersebar di seluruh nusantara (Ardika, 2007:47). “Hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan suatu daya tarik wisata yang potensial harus dilakukan penelitian, inventarisasi, dan evaluasi sebelum fasilitas wisata dikembangkan. Hal ini penting agar perkembangan daya tarik wista yang ada dapat sesuai dengan keinginan pasar potensial dan untuk menentukan pengembangan yang tepat dan sesuai” (Marpaung 2000 dalam Widyasmi 2012). Jawa Barat merupakan salah satu tujuan wisata karena memiliki berbagai sumber daya alam yang masih asli, sehingga sangat berpotensi dalam pembangunan wisata alam. Prospek wisata ala mini dapat dilihat dari banyaknya objek yang belum dikembangkan atau dipopulerkan. Kabupaten Tasikmalaya merupakan salah satu dari wilayah di Provinsi Jawa Barat yang memiliki banyak potensi alam yang menarik untuk dijadikan objek pariwisata. Beragamnya objek wisata yang terdapat di Kabupaten Tasikmalaya merupakan suatu potensi untuk lebih dikembangkan, tentunya harus dengan perencanaan dan pengelolaan yang matang serta profesional. Kabupaten Tasikmalaya juga memiliki sejumlah destinasi wisata yang potensial dan aneka seni budaya yang beragam yang tersebar di beberapa daerah Tasikmalaya seperti Gunung Galunggung, Pantai Cipatujah, Kampung Naga, dan Pamijahan. Yang secara bertahap
terus dikembangkan dengan harapan agar
Kabupaten Tasikmalaya dapat menjadi tujuan wisata utama di Jawa Barat (Data BPS Tahun 2014).
3
Kawasan Gunung Galunggung mempunyai daya tarik wisata alam sebagai tempat rekreasi, di antaranya terdapat pemandian air panas, area berkemah, kolam renang, taman bermain anak-anak, saung ranggon, dan kios-kios wisata. Selain itu dikawasan wisata Gunung Galunggung terdapat kawasan kawah Gunung Galunggung yang menjadi ikon wisata yang sering dikunjungi oleh para wisatawan. Namun potensi yang dimiliki oleh kawasan wisata Gunung Galunggung belum dikembangkan secara maksimal. Hal ini dipengaruhi oleh faktor kurangnya tenaga kerja serta belum adanya kesadaran dari pihak pengelola. Oleh karena itu, agar kawasan wisata Gunung Galunggung dapat dikembangkan secara optimal dan menjadi salah satu tujuan wisata yang berkenjutan perlu adanya strategi pengembangan untuk kawasan ini1. Akan tetapi perlu pengkajian terlebih dahulu tentang potensi-potensi wisata serta komponen daya tarik wisata apa saja yang terdapat di kawasan pemandian air panas dan kawsan kawah Gunung Galunggung Desa Linggajati Kecamatan Sukaratu tersebut. Hal itu menjadi pendorong bagi penulis untuk melakukan penelitian mengenai komponen daya tarik yang terdapat di kawasan pemandian air panas dan kawasan kawah di Gunung Galunggung Desa Linggajati Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya. Pengkajian potensi wisata sangat diperlukan guna menjadikan sektor pariwisata di Kabupaten Tasikmalaya berkembang dan berkelanjutan. Sehingga penulis mengambil judul skripsi ”Analisis Komponen Daya Tarik Wisata di Kawasan Gunung Galunggung Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya”. 1
Sumber: Wawancara Peneliti dengan Bapak Asep Herman, Kasi Bina Wisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya, 29 September 2015, Pukul 10.30 WIB
4
1.2 Rumusan Masalah a. Bagaimana potensi pariwisata yang terdapat di kawasan pemandian air panas dan kawasan kawah di sekitar kawasan wisata Gunung Galunggung Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya? b. Bagaimana analisis komponen daya tarik wisata yang terdapat di kawasan pemandian air panas dan kawasan kawah di sekitar kawasan wisata Gunung Glaunggung Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Mengetahui potensi-potensi pariwisata yang ada di kawasan pemandian air panas dan kawasan kawaah di sekitar kawasan wisata Gunung Galunggung Kecamatan Sukartu Kabupaten Tasikmalaya. b. Mengatahui
komponen-komponen daya
tarik wisata
di
kawasan
pemandian air panas dan kawasan kawah di sekitar kawasan wisata Gunung Galunggung. 1.4 Manfaat Penulisan Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: Manfaat Teoretis Penelitian ini sebagai bentuk pemikiran dalam upaya pengembangan pariwisata di kawasan Gunung Galunggung Desa Linggajati Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya.
5
Manfaat Praktis: a. Bidang akademis, hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan serta referensi bagi akademisi pariwisata dalam mengkaji dan mengembangkan sebuah destinasi pariwisata. b. Bagi pemerintah setempat, penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten Tasikmalaya. 1.5 Tinjauan Pustaka Beberapa kajian yang membahas tentang pariwisata telah banyak dilakukan oleh para peneliti. Beberapa kajian yang telah dilakukan memberikan acuan pemikiran
secara
ilmiah
yang menunjang perkembangan
pada
bidang
kepariwisataan. Beberapa penelitian terdahulu dibawah ini mebahas permasalahan yang serupa dan sesuai yang dijelaskan. Artikel yang ditulis Wahyu Widodo (2014) dengan judul “Populasi dan Pola Sebaran Burung di Hutan Wanawisata Galunggung Tasikmalaya Jawa Barat” dalam journal of Biology & Biology Education. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui populasi dan pola sebara burung –burung yang terdapat di kawasan Galunggung dalam periode pemulihan pasca 31 tahun meletus. Metode “point count jarak tidak tetap” digunakan dalam penelitian ini. Gunung Galunggung telah ditetapkan sebagai kawasan wanawisata Galunggung. Berdaarkan hasil penelitian dijumpai 39 spesies burung dengan total 419 individu. Nilai indeks Morista sebesar 7,67, ini menunjukan bahwa pola sebaran ini sebagian besar burung di wanawisat Gunung Galunggung adalah mengelompok. Secara spesifik 1 spesies
6
burung sebaran terbatas (stachyris melanothorax), 1 spesis burung migrant (Motacilla cinerea). dan beberapa spesies burung endemic dan dilindungi 2. Skripsi yang ditulis oleh Arni Mahardika (2002) dengan judul “Evaluasi Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata di Kabupaten Garut”. Penelitian ini bertujuan untuk mengtahui dan mengevaluasi potensi pengembangan objek dan daya tarik wisata yang terdapat di Kabupaten Garut sehingga dapat diketahui objek dan daya tarik wisata potesial yang dapat dikembangkan di Kabupaten Garut. Metode yang digunakan yaitu mtode deskriptif kualitatif. Pengembangan objek wisata dan daya tarik wisata yang perlu dikembangkan di Kabupaten Garut difokuskan pada pengembangan daya tarik wisata alam, seperti pantai, pemandian air panas kawah darajat, serta mengoptimalkan sarana dan prasarana di sekitar kawasan wisata alam yang terdapat di Kabupaten Garut. Artikel yang ditulis oleh Encep Ridha Muhammad Paha dan H. Nedi Sunaedi (2013) dengan judul “Pengembangan Potensi Objek Wisata Malagnti di Desa Sukaharja Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya”. Metode yang digunakan metode deskriptif kuantitatif, Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang menjadi pendukung dan penghambat perkembangan Objek Wisata Malaganti di Desa Sukaharja Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya. Serta untuk mengetahui uapaya-upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk pengembangan Objek Wisata Malaganti di Desa Sukaharja Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya. Objek wisata Malaganti di Desa
2
Sumber: http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/biosaintifika diakses pada tanggal 10 Desember pukul 11.20
7
Sukharja Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya mengalami hambatan dalam pengembangan karena sistem manajemen yang tidak memadai, kurangnya modal, sarana dan prasarana (72,00) sehingga pelayanan kepada pengunjung kurang memuaskan, belum adanya cenderamata (100,00%) sehingga pengunjung belum bisa mendapatkan buah tangan untuk dibawa ke tempat asal. Skripsi yang ditulis oleh Maulidia Tyas Safitri (2014) dengan judul “Analisis Komponen Daya TarikWisata Budaya di Desa Wisata Sermo, Kelurahan Hargowilis, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta”. Dalam skripsi ini dijelaskan komponen daya tarik wista budaya di desa wisata sermo menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung. Komponen daya tarik wisata budaya di desa wisata sermo di analisis menggunakan analisis komponen daya tarik wisata yang hasilnya menunjukan adanya komponen daya tarik yang memilki nilai (+), netral, dan (-). 1.6 Landasan Teori Potensi wisata adalah perwujudan dari ciptaan manusia (tata kehidupan, seni budaya, serta sejarah) dan keadaan alam yang dimungkinkan untuk dipasarkan dan dikelola serta dikembangkan guna menjadi tempat yang dimanfaatkan untuk bersenang-senang atau mengagumi alam dalam sementara waktu. Potensi objek wisata tersebut dapat berupa fisik, produk-produk wisata maupun atraksi-atraksi yang menjadi modal utama bagi perkembangan pariwisata. Adapun identifikasi potensi wisata dapat di lihat dari jenis daya tarik yang dimiliki (Inskeep, 1991:27).
8
Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Daya tarik wisata dapat menimbulkan wisatawan untuk datang mengunjunginya. Para wisatawan datang untuk mendapatkan kepuasan batin (something to see, something to buy, something to do) (Yoeti, 1983:160). Daya tarik wisata adal segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayanaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan yang kemudian disebut dengan daerah tujuan wisata (Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan). Wisata alam (natural tourism) adalah jenis wisata yang memanfaatkan potensi alam sebgai objek daya tariknya (Yoeti, 1983:160). Termasuk dalam jenis ini adalah: a. Wisata dataran tinggi (hawa sejuk, lingkungan alam, dan pemandangan indah). b. Wisata Cagar alam (dunia flora dan fauna yang dilindungi, perilkau kehidupan satwa dan sebagainya). c. Wisata hutan (hutan lindung, taman nasional (Bromo Tengger Semeru, Ujung Kulon, Gede Pangrango, Gunung Merapi, Gunung Leuseur, dan sebagainya) ). d. Wisata gua. e. Wisata tirta antara lain: (menyelam, memancing, berselancar, dayung, renang, dan arum jelarm.
9
Menurut Burkat dan Medlik (1982:46) daerah tujuan wisata memiliki potensi yang meliputi atraksi, aksesibilitas, dan amenitas. Atraksi merupakan tempat menarik yang meliputi iklim, pemandangan, dan sejarah atau kegiatan-kegiatan menarik seperti kongres, pameran, festival kebudayaan dan kegiatan olahraga. Aksesibiltas berfungsi untuk menghubungkan suatu destinasi tersebut dapat didatangi atau diakses oleh wisatawan. Amenitas pada destinasi yang meliputi akomodasi, tempat makan, atau tempat hiburan yang dapat di nikmati wisatawan ketika menetap di suatu daerah tujan wisata. Namun untuk memaksimalkan pariwisata pada suatu destinasi maka perlu adanya sebuah organisasi pariwisata yang dapat memanajemen destinasi tersebut. Menurut Hadinoto (1996:21) komponen-komponen dari objek wisata terdiri dari 3, yaitu komponen atraksi, komponen fasilitas yang tersedia di objek wisata, dan komponen aksesibilitas untuk menjangkau objek wisata tersebut. Berikut ini penjelasan 3 komponen tersebut: 1. Atraksi Atraksi merupakan focus perhatian yang memotivasi wisatawan untuk berkunjung ke suatu objek wisata. Atraksi dapat dikatergorikan menjadi 3 kategori yaitu alam (pantai, gunung, taman, iklim), bangunan (bangunan bersejarah, bangunan
keagamaan,
gedung pertemuan,
gelanggang
olahraga), dan budaya (museum, teater, galeri seni, pameran)(World Tourism Organization. 2007:1).
10
2. Fasilitas Fasilitas adalah elemen dalam objek wisata sebagai pendukung aktivitas wisatawan saat berada di objek wisata yang memungkinkan wisatawan untuk tinggal di objek wisata, unuk menikmati atau berpartisipasi dalam atraksi yang ditawarkan oleh objek wisata yang menjadi tujuannya. Fasilitas tersebut antara lain toilet umum, area parkir, mushola, serta fasilitas akomodasi, restoran, café, dan bar (Pitana dan Diarta, 2009:130). 3. Aksesibilitas Aksesibilitas berkaitan dengan keterjangkauan suatu objek wisata, seperti sistem transportasi, rute, atau jalur yang dilewati, serta moda tarnsportasi yang tersedia (Sunaryo, 2013:159).
1.7 Metode Penelitian Metode penelitian ini dilakukan melalui metode deskriptif kualitatif. Metode ini disesuaikan dengan jenis penelitian deskriptif yang merupakan penelitian yang bertujuan membuat deskriptif atas suatu fenomena sosial/alam secara sistematis, faktual dan akurat dengan menggunakan data yang bersifat kualitatif (Wardiyanta. 2006:5).
11
1. 7. 1 Metode Pengumpulan Data 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini bertempat di kawasan pemandian air panas dan kawasan kawah di kawasan wisata Gunung Galunggung Desa Linggajati, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. 2. Fokus Penelitian Penelitian ini penulis memfokuskan pada kawasan Gunung Galunggung, meliputi area pemandian air panas, beserta area kawah Gunung Galunggung, tepatnya di Desa Linggajati Kecamatan Sukaratu dengan menitik beratkan pada penggalian potensi dan komponen daya tarik wisata yang menyangkut aksesibilitas, atraksi serta amenitas yang terdapat di kawasan pemandian air panas dan kawasan kawah di Gunung Galunggung sebagai daya tarik. 1. 7. 2 Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data sangat dibutuhkan untuk mendapatkan data-data yang akurat dalam penyusunan skripsi. Penulis menggunakan metode sebagai berikut: a. Observasi Metode pengumpulan data ini adalah dengan cara mengamati secara langsung kawasan Gunung Galunggung dan potensi wisata di kawasan Gunung Galunggung di Desa Linggajati Kecamatan Sukaratu.
12
b. Studi Pustaka Metode pengumpulan data ini dilakukan melalui data kepustakaan dengan cara membaca dan mengumpulkan data dari referensi buku-buku ilmiah yang berhubungan dengan penelitian seperti buku cetak, e-book, jurnal, majalah, dan internet, serta penelitian-penelitian yang berkaitan dengan penulisan skripsi. c. Wawancara Data ini diperoleh dengan cara wawancara di tempat penelitian. Wawancara akan dilakukan kepada pemerintah Kabupaten Tasikmalaya, pemerintah Kecamatan Sukaratu, perangkat desa di Desa Linggajati, wisatawan, serta masyarakat lokal. d. Metode Survei Adapun metode survei yang dilakukan dalam pengumpulan data ini sebagai berikut: 1. Angket Cara angket adalah mengumpulkan data dengan mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi sendiri. Angket mengacu pada kumpulan dari pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada responden dan jawaban yang diperoleh juga dalam bentuk tertulis (Kusmayadi, 2000:82). Banyak pertanyaan kuisioner dalam penelitian ini tertutup, sehingga responden hanya mengisi dengan cara menyilang (x) pada pilihan jawaban yang telah disediakan (Kusmayadi dan Sugiarto, 2000:88). Pilihan jawaban yang tersedia
13
terdiri dari 5 alternatif jawaban tersebut sangat menari, menarik, tidak menarik, sangat tidak menarik, dan netral. Alternatif jawaban tersebut dibat berdasarkan skala likert, yaitu skala yang digunakan untuk mengukur pendapat responden dari keadaan positif hingga ke jenjang negative (Kusmayadi dan Sugiarto, 2000:94). 2. Populasi Penelitian Populasi merupakan seluruh objek penelitian. Populasi menurut Singarimbun (1989:8) adalah jumlah keseluruhan dari unit0unit analisis yang memiliki cirri-ciri yang akan diduga. Dalam penelitian ini, wisatawan yang berkunjung ke kawasan wisata Gunung Galunggung merupakan populasinya. Pengambilan populasi dikhususkan pada wisatawan yang berkunjung ke kawasan wisata Gunung Galunggung pada tahun 2014, dengan pertimbangan data tersebut merupakan data tahunterakhir yang berdekatan dengan waktu dilaksanakannya penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah data kunjungan wisatawan domestik yang berkunjung ke kawasan wisata Gunung Galunggung yaitu sebanyak 238.434 wisatawan. Data tersebut diperoleh dari Dinas Pariwisata dan Kebuayaan Kabupaten Tasikmalaya 3. 3. Sampel Penelitian Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2005:91). Teknik pengambilan sampel untuk menetukan responden yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. dengan pertimbangan tertentu dalam menetapkan contoh sesuai dengan tujuan penelitiannya. Besar contoh yang dapat ditarik dari populasi sangat 3
Sumber: Wawancara Peneliti dengan Bapak Taufik, Kasi Pengembangan Wisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya, 26 Oktober 2015, pukul 08.09 WIB
14
tergantung pada tujuan penelitian, jenis instrument yang digunakan, biaya dan waktu ( Kusmayadi dan Sugiarto, 2000:141). Jumlah sampel yang dibutuhkan untuk penelitian ini dihitung berdasarkan rumus Slovin (Kusmayadi dan Sugiharto, 2000:74), sebagai berikut:
Keterangan: n = ukuran sampel yang dibutuhkan N = ukuran populasi e = margin error yang dperkenankan (5% sampai 10%) Menurut data dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya, jumlah kunjungan wisatawan ke kawasan wisata Gunung Galunggung pada tahun 2014 adalah sebanyak 238.434 orang. Margin error yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10%. Berikut penjabaran populasi tersebut:
15
Dari rumus Slovin diatas hasil perhitungan untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini diperoleh angka sebanyak 101,6628719077. Agar penelitian ini mendapatkan hasil yang baik, jumlah sampel dibulatkan ke atas sehingga menjadi 102 responden. 4. Dokumentasi Data (dokumen) dari kantor dinas, kantor kepala desa atau tempat lainnya, sejauh data tersebut ada hubungannya dengan masalah-masalah yang diteliti, dalam hal ini penyusun mencari data tertulis terbaik yang berupa catatan, arsip, serta bukubuku yang diangggap perlu. 1. 7.3 Metode Analisis Data Bagian ini menjelaskan tentang bagaimana tahapan pengolahan dan analisis data yang telah dikumpulkan. Berikut penjabarannya: a. Pengorganisasian dan Editing Data Pada tahap ini dilakukan penghitungan jumlah kuisioner yang terkumoul sebanyak 102 responden. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan terhadap kelengkpan jawaban dalam kuisioner. Melalui proses editing kesalahan yang terdapat dalam data hasil kuisioner dapat diminimalisir(Kusmayadi dan Sugiarto, 2000:172).
16
b. Koding Tahap koding dilakukan untuk mempermudah dalam proses perhitungan frekuensi masing-masing kategori jawaban pada kuisioner. Dalam tahap ini setiap jawaban diberi kode A untuk kategori Sangat Menarik, B Menari, C untuk kategori Tidak Menarik, D untuk kategori Sangat Tidak Menarik, dan E untuk kategori Netral (N), yang menyatakan jawaban ragu-ragu antara menarik dan tidak menarik (Kusmayadi dan Sugiharto, 2000:175). c. Memasukan Data (Data Entry) Program pengolah data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Microsoft Office Excel 2007. Kode yang telah dibuat akan dioperasikan pada program pengolah data untuk menghitung frekuensi (Kusmayadi dan Sugiharto, 2000:177). d. Analisis Data Setelah dikumpulkan dan dituangkan data harus segera dianalisis dalam bentuk laporan lapangan. Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan dari hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman penulis tentang kasus yang diteliti dan menyajikan sebagai temuan baru.
17
1.8 Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan Bab ini akan membahas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian yang digunakan, metode pengumpulan data serta sistematika penulisan. BAB II Deskripsi Wilayah dan Potensi Daya Tarik Wisata di Kawasan Wisata Gunung Galunggung Bab ini akan membahas gambaran umum tentang Kabupaten Tasikmalaya, Letak geografis Desa Linggajati, serta potensi daya tarik wisata di kawasan Gunung Galunggung Desa Linggajati Kecamatan Sukaratu. BAB III Pembahasan Bab ini akan membahas apa saja komponen daya tarik wisata di kawasan Gunung Galunggung hasil observasi, wawancara, serta angket yang disebarkan, dan membahas hasil pengumpulan data yang kemudian akan ditafsirkan hasilnya secara deskriptif kualitatif. BAB IV Kesimpulan dan Saran Bab ini akan membahas kesimpulan dari pembahasan skripsi secara keseluruhan dan saran untuk pengembangan lebih lanjut.