BAB I PENDAHULUAN 1.
Latar Belakang Masalah
Lingkungan kerja merupakan tempat yang potensial mempengaruhi kesehatan pekerja. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan pekerja antara lain faktor fisik, faktor kimia, dan faktor biologis. Dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari pekerja di berbagai sektor akan terpajang dengan risiko penyakit akibat kerja. Untuk itu perlu dikembangkan dan ditinggalkan upaya promosi dan pencegehan dalam rangka menekan serendah mungkin risiko penyakit yang timbul akibat pekerjaan atau lingkungan kerja (Anies, 2005). Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memegang peranan utama dalam proses pembangunan industri. Oleh karena itu perananan sumber daya manusia perlu mendapat perhatian khusus baik kemampuan, keselamatam maupun kesehatan kerjanya. Risiko bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja adalah bahaya kecelakaan dan penyakit akibat kerja akibat kombinasi dari berbagai faktor yaitu tenaga kerja dan lingkungan kerja (Baskara, 2011). Keselamatan dan kesehatan pada dasarnya adalah kebutuhan setiap manusia dan dijadikan naluri dari setiap mahluk hidup. Keselamatan dan kesehatan kerja telah menjadi satu pilar penting ekonomi makro maupun mikro, karena keselamatan dan kesehatan kerja tidak dapat terpisahkan. Untuk itu, perusahaan harus menekan adanya resiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, karena dapat menyebabkan kelambatan dalam berproduksi (Suardi, 2005). Tujuan keselamatan kerja adalah untuk meningkatkan produktivitas kerja melalui peningkatan derajat kesehatan tenaga kerja, pembinaan lingkungan kerja yang memenuhi
syarat kesehatan, penyelenggaraan upaya kesehatan tenaga kerja dan pengaturan syarat kesehatan bagi tenaga kerja (Agustina, 2010). Produktivits kerja seorang tenaga kerja merupakan hasil nyata yang terukur, yang dapat dicapai seseorang dalam lingkungan kerja yang nyata untuk setiap satuan waktu, produktifitas kerja tersebut dipengaruhi oleh kapasitas kerja (umur, jenis kelamin, status gizi, anthropometri), beban kerja dan beban tambahan akibat lingkungan yang terdiri dari beban kerja karena faktor fisik,kimia, biologis dan sosial (Tarwaka, 2004). Produktivitas tenaga kerja dipengarui oleh faktor-faktor lingkungan dan manusia itu sendiri. Lingkungan kerja yang manusiawi dan lestari akan menjadi pendorong bagi kegairahan dan efisiensi kerja. Sedangkan lingkungan kerja yang melebihi toleransi kemampuan manusia tidak saja merugikan produktifitas kerjanya, tetapi juga menjadi sebab terjadinya penyakit atau kecelakaan kerja. Lingkungan kerja yang aman, selamat dan nyaman merupakan persyaratan penting untuk terciptanya kondisi kesehatan prima bagi karyawan yang bekerja didalamnya atau disekitarnya (Aditama, 2010). Oleh karena itu, kesehatan kerja mutlak harus dilaksanakan di dunia kerja dan di dunia usaha oleh semua orang yang berada di tempat kerja baik pekerja maupun pemberi kerja, jajaran pelaksana, penyelia (supervisor), maupun manajemen, serta pekerja yang bekerja untuk diri sendiri. Alasannya jelas karena bekerja adalah bagian dari kehidupan dan setiap orang memerlukan pekerjaan untuk mencukupi kebutuhan atau aktualisasi diri, bagian dalam pelaksanaan, berbagai potensi bahaya (faktor resiko) resiko di tempat kerja mengancam diri pekerja sehingga dapat menimbulkan cedera atau gangguan kesehatan (Kurniawidjaja, 2010). Keselamatan dan kesehatan pada dasarnya adalah kebutuhan setiap manusia dan dijadikan naluri dari setiap mahluk hidup. Keselamatan dan kesehatan kerja telah menjadi satu pilar
penting ekonomi makro maupun mikro, karena keselamatan dan kesehatan kerja tidak dapat terpisahkan. Untuk itu perusahaan harus menekan adanya
resiko kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja, karena dapat menyebabkan kelambatan dalam berproduksi (Suardi, 2005). Tujuan keselamatan kerja adalah untuk meningkatkan produktivitas kerja melalui peningkatan derajat kesehatan tenaga kerja, pembinaan lingkungan kerja yang memenuhi syarat kesehatan, penyelenggaraan upaya kesehatan tenaga kerja dan pengaturan syarat kesehatan bagi tenaga kerja (Suma’mur, 1996). Penyakit Akibat Kerja (PAK) tidak hanya terjadi di negara berkembang, namun juga di negara maju. Menurut data ILO pada tahun 2014, terdapat 1 pekerja tewas setiap 15 menit akibat kecelakaan kerja dan PAK) dan setiap 15 detik 153 pekerja mengalami kecelakaan. Diperkirakan 2,3 juta pekerja tewas setiap tahun akibat kecelakaan kerja dan PAK. Lebih dari 160 juta pekerja menderita penyakit akibat kerja dan terdapat lebih dari 313 juta kecelakaan tidak fatal setiap tahunnya. Jika dihitung kerugian dalam ekonomi, ILO memperkirakan lebih dari 4% GDP (Gross Domestic Product) tahunan seluruh dunia kerugian akibat konsekuensi dari kecelakaan dan PAK. Menurut data dari BPJS ketenagakerjaan republik Indonesia tahun 2013 tercatat jumlah angka kecelakaan kerja nasional mencapai 105,383 kasus dengan total pemberian iuran dari BPJS mencapai Rp 2,336,100,185,333. Angka tersebut hanya berasal dari catatan aktif peserta aktif BPJS. Berarti angka sesungguhnya lebih besar dari data BPJS (BPJS Ketenagakerjaan, 2013) Seluruh lingkungan kerja di muka bumi ini mempunyai resiko terjadinya penyakit akibat kerja, termasuk lingkungan kerja di tempat sampah bagian composting. Para pekerja harus berhadapan dengan bau tidak sedap, benda-benda berbahaya yang mengandung zat kimia dan
bakteri ditempat tumpukan sampah. Selain itu pekerja juga beresiko terpapar komponen gas yang dihasilkan oleh sampah. Menurut United Protection Agency (US-EPA) pada tahun 1991 komponen gas yang dihasilkan dari tempat pembuangan akhir terdiri dari Gas Metana (CH4), Karbon Dioksida (CO2), Nitrogen (N), Oksigen (O), Amoniak ( NH3), Sulfida dan lain sebagainya. Dari beberapa komponen tersebut gas dengan konsentrasi paling besar yang terdapat di TPA yaitu adalah Metana (45%-60%) dan Karbon
dioksida (40%-60%). Gas metana dapat
mengakibatkan bahaya ledakan dan kebakaran bila bercampur dengan udara atau peledakan saat sambaran petir. Apabila secara tidak sengaja menghirup gas metana berakibat terjadinya gangguan pernapasan, dalam konsentrasi tinggi dan berkepanjangan memiliki dampak buruk yaitu kematian. Selain berisiko terpapar polusi gas, pekerja di lingkungan TPA sampah khususnya di bagian composting berisiko juga terkena penyakit cacingan. Terbukti dari penelitian yang dilakukan oleh Mulasari & Daimayanti 2013 di TPA di kota jogja, terdapat 4 orang yang positif terkena cacingan dari 40 orang pekerja yang ada. Banyak sekali faktor penyebab terjadinya suatu kecelakaan dan penyakit akibat kerja, maka dari itu faktor penyebab dan faktor-faktor lainnya harus segera diidentifikasi dan dikendalikan dengan benar. Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi dan analisis risiko agar dapat mengetahui risiko apa saja, tingkatan risiko dan konsekuensinya yang terdapat di tempat kerja sehingga hasil dari analisis risiko yang dilakukan dapat digunaan untuk menentukan upaya pengendalian yang sesuai dengan bahaya dan tingkat risikonya agar program pengendalian yang diterapkan dapat berjalan efisien dan efektif (Mulya, 2008).
Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang merupakan instansi yang menangani pengolahan sampah yang berasal dari Jakarta yang dimana mempunyai karyawan banyak untuk keberlangsungan kegiatannya. Berdasarkan observasi ditemukan gambaran umum keadaan K3 pada pekerja di TPA Bantar Gebang meliputi : pertama adanya berbagai bahaya K3 yang ada di lingkungan kerja seperti bahaya K3 fisik, bahaya K3 mekanik, bahaya K3 biologi, kimia dan bahaya K3 psikososial yang akan mempengaruhi kesehatan kerja. Kedua, keterbatasan peralatan pelindung diri yang dipergunakan dan penggunaannya. Ketiga, beban fisik yang tinggi. Keempat, pengetahuan tentang kesehatan kerja dan keselamatan kerja yang masih rendah. Kelima, program K3 yang dijalankan belum efektif dan efisien karena belum adanya identifikasi dan analisis risiko di unit tersebut dan keenam tidak adanya unit atau departemen yang mengurusi bagian K3. Oleh karena itu penulis akan melakukan penilaian risiko kesehatan dan mencoba untuk membuat karakteristik tingkat risiko yang ada di tempat kerja dengan metode Job Safety Analyze (JSA). 2.
Identifikasi Masalah
Pekerja pengolahan sampah adalah pekerja yang kesehariannya kontak dengan sampah, dimana mereka menyortir sampah yang terkumpul di TPA hingga mengolahnya menjadi kompos. Berdasarkan komposisi sampah yang diolah oleh pekerja tersebut, pekerja dapat dikatakan beresiko terkena berbagai penyakit akibat kerja yang mempengaruhi kesehatan dari pekerja tersebut. Berdasarkan observasi ditemukan gambaran umum keadaan K3 pada pekerja di TPA Bantar Gebang meliputi : pertama adanya berbagai bahaya K3 yang ada di lingkungan kerja seperti bahaya K3 fisik, bahaya K3 mekanik, bahaya K3 biologi, kimia dan bahaya K3 psikososial yang akan mempengaruhi kesehatan kerja. Kedua, keterbatasan peralatan pelindung diri yang
dipergunakan dan penggunaannya. Ketiga, beban fisik yang tinggi. Keempat, pengetahuan tentang kesehatan kerja dan keselamatan kerja yang masih rendah. Kelima, program K3 yang dijalankan belum efektif dan efisien karena belum adanya identifikasi dan analisis risiko di unit tersebut dan keenam tidak adanya unit atau departemen yang mengurusi bagian K3. Oleh karena itu penulis akan melakukan penilaian risiko kesehatan dan mencoba untuk membuat karakteristik tingkat risiko yang ada di tempat kerja dengan metode Job Safety Analyze (JSA). 3.
Pembatasan Masalah
Penulis menyadari bahawa adanya keterbatasan pengetahuan, kemampuan, waktu, biaya, peralatan dan tenaga untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam. Oleh karena itu penulis akan membatasi ruang lingkup penelitian sebatas “Analisis Risiko Kesehatan Kerja Pada Pekerja Bagian Composting di TPA Bantar Gebang”.
4.
Pertanyaan penelitian
1)
Bahaya kesehatan kerja apa saja yang terdapat pada pekerja di TPST Bantar Gebang?
2)
Berapa nilai consequences, likehood, expose dan basic risk dari risiko-risiko kesehatan
kerja pekerja? 3)
Pengendalian kesehatan kerja apa yang sudah dilakukan?
4)
Bagaimana pengendalian tingkat penilaian risiko kesehatan kerja?
Bagaimana pengendalian risiko kesehatan kerja?
5)
Tujuan penelitian
5.
Tujuan Umum
5.1.
Mengetahui risiko kesehatan kerja pada pekerja composting di TPA sampah Bantar Gebang. Tujuan Khusus
5.2.
1. Mengetahui tahapan dan proses kerja di unit composting TPST Bantar Gebang 2. Menjelaskan potensi Hazard kesehatan kerja di lingkungan unit composting TPST Bantar
Gebang 3. Mengetahui risiko kesehatan kerja di lingkungan unit composting TPST Bantar Gebang 4.
Mengetahui
hasil
analisis
risiko
dari
risiko-risiko
kesehatan
kerja
tanpa
mempertimbangkan pengendalian yang dilakukan di unit composting TPST Bantar Gebang. 5. Mengetahui pengendalian risiko kesehatan kerja yang sudah dilakukan 6.
Mengevaluasi hasil analisis risiko dari risiko-risiko kesehatan kerja dengan
mempertimbangkan pengendalian yang sudah dilakukan di unit composting TPST Bantar Gebang. 7.
Menjelaskan rekomendasi pengendalian yang masih memungkinkan dapat dilakukan
untuk menurunkan risiko saat ini pada proses kerja. 6. 1.
Manfaat Penelitian Bagi Perusahaan
Penelitian ini dapat memberi sumbangan bahan masukan perkembangan, terutama untuk penerapan analisis risiko kesehatan kerja 2.
Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sarana dan mengembangkan Keilmuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, khususnya mengenai analisis risiko K3.
3.
Bagi Peneliti
Penelitian merupakan sarana untuk dapat menerapkan keilmuan K3 yang didapatkan serta sebagai salah satu prasyarat untuk mendapatkan gelar sarjana kesehatan masyarakat.