Bab I Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan atau K3L masih menjadi sesuatu yang asing bagi masyarakat umum. Jangankan bagi orang awam, bagi professional dan kalangan terdidik saja masih banyak yang belum paham sepenuhnya mengenai K3L, padahal K3L itu sangat penting. Pemahaman mengenai keselamatan termasuk K3L sebenarnya harus ditanam sejak dini. Hal ini perlu ditekankan mengingat gaya hidup orang
Indonesia
masih
mengenyampingkan
masalah
keselamatan
dan
tidak
memprioritaskan keselamatan. Dapat dipastikan bahwa suatu kecelakaan merupakan suatu rangkaian sebab akibat, sehingga tidak ada kejadian apapun yang tanpa sebab sebagi pemicunya. Jika faktor penyebab tersebut dihilangkan, maka dengan sendirinya kecelakaan dapat dicegah. Selain itu sebagian besar kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia yang kurang paham ataupun ketidak pedulian terhadap lingkungan yang menimbulkan resiko-resiko timbulnya bahaya penyebab dari kecelakaan. Pada tahun 2007 lalu telah terjadi 65.474 kecelakaan kerja di Indonesia dan 1.451 orang diantaranya meninggal dunia. Hal ini menunjukkan masih rendahnya standar penerapan program K3 di Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah masih rendahnya pemahaman mengenai program K3 serta masih kurangnya tenaga ahli program K3 di Indonesia.(Ketua STIKes BINAWAN Prof. Dr. dr. Azrul Azwar, MPH. 2009). Selama 2010, Jamsostek mencatat terjadi kasus kecelakaan kerja sebanyak 98.711 kasus dan sebanyak 2.191 tenaga kerja meninggal dunia dari kasus-kasus kecelakaan tersebut dan 6.667 orang mengalami cacat permanen. Diyakini masih banyak kecelakaan kerja yang tidak dilaporkan, sehingga data kecelakaan di atas merupakan phenomena I-1
Bab I Pendahuluan
‘Gunung es’. Masih tingginya angka kecelakaan kerja di Indonesia dipaparkan Menakertrans antara lain disebabkan karena masih rendahnya tingkat kesadaran pengusaha dan pekerja terhadap pentingnya K3, belum diterapkannya Sistim Manajemen K3 secara optimal, belum tersedianya data penyakit akibat kerja (PAK). (http://www.inssin.org/menakertrans-penerapan-k3-di-perusahaan-belum-maksimal). Angka kecelakaan kerja di Indonesia termasuk yang paling tinggi di kawasan ASEAN. Hampir 32% kasus kecelakaan kerja yang ada di Indonesia terjadi di sektor konstruksi yang meliputi semua jenis pekerjaan proyek gedung, jalan, jembatan, terowongan, irigasi bendungan dan sejenisnya. “Sektor konstruksi merupakan penyumbang kecelakaan tertinggi. Oleh karena itu, semua proyek pembangunan konstruksi harus ditingkatkan pengawasannya, agar angka kecelakaan kerja di bidang konstruksi dapat diminimalkan," kata Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (menakertrans) Muhaimin Iskandar saat melakukan kunjungan kerja ke proyek pembangunan konstruksi yang berlokasi di apartemen Gandaria City dan Kalibata City, Jakarta, Rabu (13/1).Dari hasil kunjungannya ditemukan juga fakta bahwa dasar-dasar K3 sudah dilaksanakan. Namun, pelaksanaannya
belum
sempurna,
terutama
pada
infrastruktur
pengamanan
pembangunan gedung tinggi yang perlu ditingkatkan. (Moh. Ridwan. Sinar Harapan, Kamis 14 Januari 2010). Tingkat kecelakaan kerja jasa Konstruksi masih relatif tinggi karena proyek yang dikerjakan dalam waktu relatif lama dan nonstop dilakukan atau biasanya (pekerjaan berlangsung) selama 24 jam, sehingga tingkat kelelahan pekerja yang tinggi dapat menyebabkan kerawanan kecelakaan kerja. (Dirjen Pembinaan dan Pengawasan Ketenagakerjaan (PPK) Kemenakertrans I Gusti Made Arka, Rabu. Investor Daily Indonesia. 23 Februari 2011).
I-2
Bab I Pendahuluan
Saat ini sistem manajemen K3L (SMK3L) belum sepenuhnya dilaksanakan oleh perusahaan, pekerja/buruh maupun masyarakat. Akibatnya kasus kecelakaan kerja di Indonesia masih relatif tinggi. Untuk itu, para pengusaha dan tenaga kerja diharapkan mengambil inisiatif dan lebih serius dalam melaksanakan K-3 di lingkungan kerja masing-masing. Hingga saat ini masih banyak perusahaan, yang belum menyadari pentingnya penerapan K-3 dan merupakan bagian dari investasi perusahaan yang wajib direalisasikan. Penerapan K-3 yang baik akan melindungi dan meningkatkan produktivitas pekerja serta daya saing perusahaan. Dengan segala keterbatasan, pemerintah mendorong perusahaan besar dan terutama skala kecil dan menengah untuk melatih K-3 kepada perusahaan yang bersangkutan. (Jakarta, Rabu 25 April 2012, Suara Karya). Gedung National Traffic Management Center (NTMC) merupakan gedung perkantoran milik dari Korlantas Polri yang berhubungan dengan pemantauan dan pengawasan dalam bidang arus lalu lintas darat di seluruh Indonesia. Dalam pembangunan proyek ini awalnya dilaksanakan oleh PT. Waskita Karya pada tahap pertama yang terdiri dari paket pembangunan struktur bawah antara lain pekerjaan pondasi bore pile, plat lantai basement 2, dinding retaining wall, serta kolom. Selanjutnya pada tahap kedua pembangunan paket pekerjaan konstruksi dilaksanakan oleh PT. Pembangunan Perumahan selaku kontraktor utama setelah menang pada pelaksanaan lelang terbuka. Paket pekerjaan pada tahap 2 terdiri dari paket pembangunan struktur atas, pekerjaan arsitektur dan mekanikal elektrikal. Dalam pelaksanaan pembangunan gedung NTMC ini PT. Pembangunan Perumahan telah menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3L) sebagai salah satu syarat mutlak dalam meminimalkan resiko dan bahaya kerja yang dapat terjadi selama proses kegiatan pekerjaan konstruksi. Tapi dalam I-3
Bab I Pendahuluan
kenyataannya dalam proses pelaksanaan pembangunan gedung NTMC tetap terjadi beberapa kecelakaan yang khususnya berhubungan dengan kinerja K3. Berdasarkan hasil observasi dilapangan dan wawancara terhadap salah satu pengawas K3 PT. Pembangunan Perumahan ada 8 kali kejadian kecelakaan yang terjadi yang sebagian besar terjadi adalah akibat faktor manusia. Selama bulan Oktober terjadi kecelakaan sebanyak 2 kali yang bersumber dari faktor manusia akibat kurangnya kesadaran dan kelalaian pekerja. Kecelakaan tersebut antara lain 1 orang pekerja yang terkena paku karena hanya memakai sandal saat bekerja. Kecelakaan lainnya yaitu 1 orang kepalanya kejatuhan U-head scafolding karena tidak memakai helm saat bekerja. Pada bulan November terjadi 1 kali kecelakaan akibat faktor manusia yaitu ketidak pedulian pekerja terhadap lokasi pekerjaannya. Kecelakaan tersebut yaitu 1 orang pekerja
terkena terjepit besi saat menurunkan besi dari truk expedisi. Pada bulan
Desember terjadi 2 kali kecelakaan yang disebabkan oleh lingkungan kerja yang tidak aman. Kecelakaan tersebut adalah 2 orang pekerja kesetrum akibat kabel listrik yang terkelupas. Pada bulan Januari terjadi 1 kecelakaan yang yang disebabkan oleh faktor manusia. Kecelakaan tersebut adalah 1 orang pekerja (kenek) yang tidak memakai sepatu kerja sehingga kakinya tertimpa batu bata yang jatuh saat membongkar valet batu bata yang posisi awalnya sudah agak miring. Pada bulan Februari terjadi 2 kali keracunan makanan yang disebabkan
oleh faktor manusia dan faktor lingkungan.
Kecelakaan tersebut yaitu 2 orang pekerja keracunan makanan saat makan di warung pekerja, karena meraka cuci tangan di air yang tercampur cairan kimia. Dari data diatas diketahui bahwa angka kecelakaan kerja terbanyak disebabkan oleh faktor manusia yang mana karena rasa ketidak pedulian dan kurangnya kesadaran menyebabkan timbulnya kecelakaan, meskipun kecelakaan yang terjadi masuk dalam kategori kecelakaan ringan yang mana tidak menyebabkan kerugian besar bagi pekerja I-4
Bab I Pendahuluan
maupun perusahaan. Mungkin dalam hal ini sebenarnya pihak pengawas K3 kontraktor telah melakukan pengendalian dan sistem proteksi, tapi tidak konsisten dalam pelaksanaannya, serta mungkin kepedulian dari pihak-pihak yang terkait langsung dengan proses produksi telah diberikan pelatihan kesadaran, memiliki preventive maintenance tapi tidak dilaksanakan berkala. Disisi lain dalam pelaksanaan SMK3L di proyek pembangunan NTMC PT. PP telah konsisten dalam pelaksanaan IBPPR yang bersumber dari material maupun mesinmesin dan perlengkapannya yang digunakan sebagai penunjang produksi. Maka disini penulis tertarik untuk membandingkan penerapan elemen Sistem Manajemen K3L (SMK3L) yang dilaksanakan PT. PP dengan persyaratan – persyaratan OHSAS 18001-2007 dalam proses pembangunan gedung NTMC, yang mungkin nantinya dapat dipakai sebagai pedoman dalam pengembangan kinerja sistem manajemen K3L untuk proyek dengan tingkat resiko yang cukup tinggi. Harapan penulis yaitu dapat memberikan acuan dalam pelaksanaan kegiatan Sistem Manajemen K3L yang Komprehensif yaitu organisasi yang terkait menerapkan dan mengikuti proses kesisteman yang baik dengan pengembangan elemen SMK3L berdasarkan hasil identifikasi
resiko, dilanjutkan dengan penetapan langkah pencegahan dan
pengamanan, serta melalui proses manajemen untuk menjamin penerapannya secara baik. Hal ini berhubungan beberapa fakta mengenai tujuan penerapan SMK3L. Beberapa fakta tersebut diantaranya: a.
K3 sebenarnya mempunyai tujuan ekonomi. Selama ini masyarakat mengetahui K3 hanya untuk tujuan sosial atau kebaikan semata, padahal banyak
penelitian
yang
membuktikan
bahwa
safety
atau
K3
itu
menguntungkan untuk pihak-pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung. Contohnya ada perusahaan yang rugi besar dan gulung tikar hanya I-5
Bab I Pendahuluan
karena sering terjadi kecelakaan kerja sehingga terlalu banyak biaya kompensasi. b.
K3 yang buruk mempunyai banyak dampak, baik dari segi biya, waktu, mutu dan sudut pandang pelanggan terhadap organisasi yang bersangkutan.
c.
K3 itu menjadi syarat mutlak agar menang di persaingan global, jadi tidak alasan untuk menolak K3.
d.
K3 itu tidak hanya mengenai fisik, namun juga melibatkan non fisik seperti psikis dan perencanaan biaya (cost analyzer).
1.2 Rumusan Masalah Pelaksanaan penerapan SMK3L yang dilaksanakan PT. PP pada proyek pembangunan gedung NTMC sudah berjalan cukup baik, walaupun dalam perjalanannya masih ada beberapa kecelakaan ringan yang terjadi, dimana hal ini tidak menimbulkan kerugian yang besar baik untuk pekerja maupun perusahaan. Maka dalam hal ini penulis ingin membandingkan apakah dalam pelaksanaan penerapan SMK3L yang dipakai PT. PP di proyek NTMC Korlantas Polri sudah sepenuhnya melaksanakan klausul-klausul OHSAS 18001 : 2007 sebagai salah satu standar sistem manajemen K3L yang diakui secara global dan syarat untuk mendapatkan sertifikasi dibidang manajemen K3L.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Adapun maksud dan tujuan penulisan tugas akhir ini adalah :
Untuk mengetahui komitmen dan kebijakan pihak manajemen terhadap SMK3L , perencanaan SMK3L, dan penerapan SMK3L dalam pembangunan gedung NTMC oleh PT. Pembangunan Perumahan berdasarkan persyaratan-persyaratan OHSAS 18001. I-6
Bab I Pendahuluan
Untuk mengetahui pencapaian kinerja SMK3L yang dilaksanakan PT. PP yaitu dengan membandingkannya dengan persyaratan elemen-elemen OHSAS 18001.
Hasil dari penulisan skripsi ini bisa memberikan acuan dalam penerapan program SMK3L dalam kegiatan pelaksanaan kegiatan konstruksi lainnya yang mempunyai resiko kecelakaan tinggi.
1.4 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah Jenis kinerja proyek yang diteliti dalam kasus ini adalah penerapan sistem manajemen K3L sesuai standararisasi kebijakan manajemen proyek pada tahap 2 yang dilaksanakan PT. Pembangunan Perumahan.
1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang akan disajikan antara lain : a. Memberikan informasi tentang elemen – elemen sistem manajemen K3L yang mempengaruhi kinerja K3L proyek khususnya proyek konstruksi gedung. b. Memberikan informasi untuk pengembangan penelitian lebih lanjut di bidang manajemen K3L proyek konstruksi. c. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan S1.
1.6 Sistematika Penulisan Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis membagi pokok-pokok pembahasan secara garis besar sebagai berikut : Bab I Pendahuluan
I-7
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini berisikan mengenai latar belakang masalah, metodologi penulisan, pegertian judul, alasan pemilihan judul, sistematika penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan, dan batasan masalah.
Bab II Tinjaun Pustaka Pada bab ini akan dijelaskan mengenai dasar penerapan sistem manajemen keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan dan teori standar OHSAS 18001 : 2007 secara umum dalam bidang konstruksi. Bab III Metoda Penelitian Pada bab ini berisi mengenai cara mendapatkan data – data yang dipakai untuk penerapan sistem manajemen K3L yang dilaksanakan pada proyek pembangunan gedung National Traffic Management Center (NTMC), MT. Haryono, Jakarta. Bab IV Analisa Data Pada bab ini akan membahas mengenai analisa sistem manajemen K3L proyek yang dipakai hingga dicapai tujuan (zero accident) yang diterapkan dilapangan pada proyek pembangunan gedung National Traffic Management Center (NTMC), MT. Haryono, Jakarta. Bab V Penutup Pada bab ini berisi mengenai kesimpulan dan saran dari keseluruhan pembahasan yang telah dilakukan penulis.
I-8