BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mengajar adalah pekerjaan yang sangat penting untuk perkembangan suatu Negara. Tanpa kehadiran guru maka suatu Negara tidak akan berkembang atau maju. Guru merupakan bagian penting dalam sistem pendidikan. Guru mempunyai peran yang penting dalam pembentukan karakter, moral, dan kepribadian siswa. Proses sosial dan kejiwaan siswa tidak lepas dari peran guru dalam mendidik siswa yang terjadi dalam lembaga atau institusi sekolah. Oleh karena itu maka kinerja guru haruslah diperhatikan guna meningkatkan kualitas pendidikan kita Berdasarkan Undang Undang No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Peraturan pemerintah No 74 tahun 2008 tentang Guru, dinyatakan bahwa Guru sebagai tenaga pendidik yang professional mempunyai tugas
utama
mengarahkan, peserta
didik,
mendidik,
mengajar,
melatih,
menilai,
pada
pendidikan
membimbing,
dan
mengevaluasi
usia
dini
jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dalam
kegiatan
mendidik
dan
mengajar
pemerintah haruslah memperhatikan guru. Kinerja guru haruslah selalu ditingkatkan. Menurut
Nawawi
(2006 : 64-65) dinyatakan bahwa Kinerja guru adalah hasil kerja yang di capai oleh seorang guru/pendidik dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung 1
jawabnya. Kinerja merupakan gabungan dari tiga faktor yang terdiri dari (a) Pengetahuan, khususnya yang berhubungan dengan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab dalam bekerja. (b) Pengalaman, tidak hanya yang sekedar berarti jumlah waktu atau lamanya bekerja , tetapi
berkenaan
juga
dengan
substansi
yang
dikerjakan, (c) Kepribadian, berupa kondisi di dalam diri seseorang menghadapi bidang kerjanya, seperti motivasi kerja, dan disiplin kerja . Selanjutnya kualitas proses pendidikan dan produknya tidak bisa lepas dari kinerja guru. Sehingga kinerja guru adalah suatu keharusan untuk perbaikan pendidikan. Menurut Hanif (2004:39), menjelaskan bahwa kualitas dari proses dan produk pendidikan tidak bisa disangkal lagi merupakan pengaruh dari kinerja guru. Seluruh bagian dari pendidikan akan goyah jika kinerja guru lemah dan tidak efektif. Oleh karena itu kinerja guru yang efektif adalah suatu keharusan
untuk perbaikan pendidikan, yang mana
kita berusaha keras untuk melaksanakannya. Definisi dari kinerja guru yang terbaik tentu saja jauh lebih komplek dari pada hanya menuliskan daftar tujuan pendidikan. Menurut Russel & Munby, 1992; Cooper & Conley,
1991;
Carnegie
Forum,
1986;
Education
Commision Adversory Committee, 1992 dalam Hanif (2004:41) dalam dua dekade terakhir, para pengambil kebijakan, lembaga pendidikan guru, dan sekolah sekolah telah menerap-kan banyak sekali inisiatif dalam pengembangan dan pendidikan guru, yang bertujuan untuk memperbaiki kinerja guru. Meskipun 2
sumber daya yang sangat besar telah diinvestasikan dalam pembaharuan pendidikan, tetapi performa dari siswa secara keseluruhan menurun dalam ukuran yang berarti baik di Hong Kong dan juga dinegara Negara berkembang lainnya. Guru selalu dituntut untuk bisa bekerja yang professional. hal ini dikarenakan bahwa Pekerjaan yang digelutinya
merupakan
sumber
dari
kehidupanya.
Pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki haruslan bisa
memenuhi
diharapkan
dari
standar para
mutu stake
dan
norma
holder
yang
(pemangku
kepentingan). yaitu masyarakat dan pemerintah. Guru haruslah bisa menunjukkan kinerja yang tinggi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, sesuai dengan tuntutan masyarakat. Upaya secara
terus
meningkatkan menerus
kualitas
dilakukan
kinerja
tetapi
guru
berbagai
indikator mutu pendidikan belum menunjukan adanya peningkatan yang berarti. Upaya peningkatan mutu pendidikan sebenarnya selalu dilakukan salah satunya dengan peningkatan produktifitas kinerja guru baik secara perorangan atau kelompok melalui pendidikan, pelatihan dan penataran. Pemerintah mengharapkan para guru memberikan kinerja yang tinggi. Berdasarkan data tes Uji Kompetentsi Guru (UKG) Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 untuk tingkat SMA untuk semua Mata pelajaran dapat diperoleh keterangan:
3
Tabel 1.1 Rasio Pencapaian Pelaksanaan Total peserta 949.972 sudah mengikuti 878.53 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Mata Pelajaran Antropologi B Arab B Indonesia B Inggris B Jawa B Jepang B Jerman B Konseling Biologi Ekonomi Fisika
Nilai rata rata 43.80 49.58 50.20 42.71 60.51 48.29 52.15 54.79 58.34 53.72 47.81
No 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.
Nilai rata rata 62.56 57.10 65.47 50.60 51.10 59.89 52.61 59.07 50.47 65.34
Mata pelajaran Geografi Ketrampilan Kimia Matematika Penjaskes Pkn Sejarah Seni Budaya Sosiologi TIK
Jumlah Nilai Keseluruhan
1136.12
Nilai rata rata kompetensi guru 1136.12 : 21 = 54.10 Sumber: Ukg.kemdikbud.go.Id
Dari Nilai rata rata yang di peroleh para guru di atas
menunjukkan
bahwa
nilai
rata-rata
masih
dibawah nilai yang dijadikan standar penilaian yaitu 70. Kemendikbud (2016) telah mengumumkan hasil Uji Kompetensi Guru tahun 2015. Dari perolehan secara nasional hanya 7 provinsi yang mencapai standar kompetensi minimum (SKM) yang ditargetkan secara nasional, yaitu rata-rata 55. 7 provinsi tersebut adalah DI Yogyakarta (62,58), Jawa Tengah (59,10), DKI Jakarta (58,44), Jawa Timur (56,73), Bali (56,13), Bangka Belitung (55,13), dan Jawa Barat (55,06). Meskipun
provinsi
Jawa
Tengah
sudah
mencapai
standar kompetensi minimum, jika dirinci lagi hasil UKG untuk kompetensi bidang pedagogik, rata-rata nasionalnya hanya 48,94, yakni berada di bawah standar kompetensi minimal (SKM), yaitu 55. Artinya secara nasional untuk aspek pedagogi atau cara 4
mengajar guru belum baik, sehingga masih perlu dilakukan upaya peningkatan melalui pelatihan dan pendidikan yang lebih terarah. Berdasarkan informasi yang dimuat surat kabar online, yaitu Kedaulatan Rakyat online krjogja.com pada bulan Oktober 2015, menjelaskan bahwa kualitas guru di Kabupaten Temanggung belum memenuhi standar kompetensi minimal, sehingga perlu dipacu agar
kompetensi
tersebut
dan
disampaikan
kinerjanya Kepala
meningkat.
Dinas
Hal
Pendidikan
kabupaten Temanggung, Darmadi (2015), "Kualitas guru di Temanggung masih belum baik, sehingga harus terus dipacu agar meningkat dan memenuhi standar nasional,". Dari data hasil UKG pada tahun 2013, 2015 dan informasi dari kepala dinas kabupaten Temanggung, menegaskan
bahwa
masih
terdapat
permasalahan
kualitas guru secara nasional. Khususnya di kabupaten Temanggung, kualitas kompetensi dan kinerja guru belum memenuhi standar kompetensi minimal . Untuk memperbaiki permasalahan tersebut perlu dilakukan berbagai upaya tindakan dari berbagai pihak maupun stake holder. Berkaitan dengan kinerja guru maka faktor motivasi kerja juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kinerja
guru.
Menurut
Manullang
(2006: 166) “Motivasi kerja tidak lain dari suatu yang menimbulkan dorongan atau semangat kerja”. Motivasi kerja seorang guru akan dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara lain prestasi, pengakuan, penghargaan, 5
tanggung
jawab,
perkembangan eksternal
memperoleh
dalam
antara
lain
kemajuan
bekerja.
Sedangkan
gaji/upah
dan faktor
hubungan
antar
pekerja, supervisi teknis, kondisi kerja, kebijakan perusahaan, dan proses administrasi di perusahaan (Herzberg dalam Nawawi, 2005: 354). Selain dipengaruhi motivasi kerja, kinerja guru juga dipengaruhi oleh kepuasan kerja guru. Istilah kepuasan kerja biasanya digunakan dalam istilah manajemen bisnis. Kepuasan kerja (job satisfaction) adalah kenyamanan atau ketidaknyamanan
dengan
mana para pekerja memandang pekerjaan mereka. Kepuasan
kerja
dapat
lebih
banyak
diterapkan
terhadap bagian bagian dari pekerjaan individual. Jika masing
masing
pekerjaannya
orang
maka
benar-benar
akan
bisa
puas
dengan
dikatakan
sebagai
kepuasan kerja kelompok. Usaha-usaha untuk menyediakan pendidikan yang berkualitas akan terbukti sia-sia jika semua pemangku
pendidikan
dan
pembuat
kebijakan
sekarang dan yang akan datang tidak memperhatikan pada
kepuasan
kerja
guru.
Zembylas
dan
Papanastasious, 2006:245 dalam Ngimbudzi (2009:12) yang meneliti Kepuasan dan Ketidakpuasan Kerja Guru di Cyprus menganjurkan ,”… there is an urgent need for policy makers to recognize the fact that educational quality is largely related to teacher’ job satisfaction is a pivotal aspect for a country like Tanzania which is trying to fight ignorance among its citizens both quantitavely and qualitively”. …Ada suatu kebutuhan mendesak bagi para pembuat kebijakan untuk mengenali fakta bahwa 6
kualitas
pendidikan
sebagian
besar
berhubungan
dengan kepuasan kerja guru adalah aspek vital bagi Negara
seperti
pengabaian
Tanzania
diantara
yang
warga
sedang
Negara
memerangi
baik
secara
kuantitas maupun kualitas…”. Kepuasan guru merupakan salah satu bagian dari
kematangan
kepribadian
seseorang
dan
merupakan salah satu kunci untuk mencapai tingkat kinerja dari guru. Adanya tingkat kepuasan guru yang tinggi akan bisa mendongkrak kinerja guru. Kepuasan kerja
adalah
keberlanjutan
hal
yang
pertumbuhan
sangat sistem
penting
demi
pendidikan
di
Indonesia. Dari
hasil
penelitian
terdahulu
yang
telah
ditemukan ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa ada hubungan motivasi kerja guru dengan kinerja guru dan kepuasan kerja guru dengan kinerja guru.
Sebaliknya
ada
beberapa
penelitian
yang
membuktikan bahwa tidak ada hubungan motivasi kerja
guru
dengan
kinerja
guru
dan
tidak
ada
hubungan signifikan kepuasan kerja guru dengan kinerja guru. Hasil penelitian yang menyebutkan ada hubungan dan tidak ada hubungan antara pasangan variabel
tersebut
diuraikan
pada
hasil
penelitian
berikut ini. Hasil penelitian Mary (2010:59-66) Motivation and The Performance of Primary School Teacher’s In Uganda: A Case of Kimaanya-kyabakuza Devision, Masaka District” menemukan ada korelasi positif antara motivasi instrinsik dengan kinerja guru (r = 0,437) dengan signifikansi (Sig. = 0.000) pada 0.05 tingkat signifikansi, dan korelasi positif antara motivasi ekstrinsik dengan kinerja guru (r=0.144) 7
dengan signifikansi signifikansi 0.05.
(Sig.=0.042)
pada
tingkat
Berdasarkan fakta bahwa hanya ada sedikit atau tidak ada penelitian untuk menunjukkan tidak adanya korelasi antara motivasi kerja guru dengan kinerja guru untuk mendukung penemuan ini maka kami sajikan penelitian Yensy (2008:41)
tentang
“Pengaruh kompensasi dan motivasi terhadap kinerja guru di SMA Negeri 2 Argamakmur Bengkulu Utara”. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh guru tetap di SMA N 2 Argamulya Bengkulu Utara yang berjumlah 30 orang. Dari hasil analisis kuantitatif diperoleh kesimpulan bahwa : 1)
2)
3)
Secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan kompensasi dan motivasi terhadap kinerja guru di SMA N 2 Argamakmur Bengkulu Utara (R 2 45.6%). Secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kompensasi terhadap kinerja guru di SMA N 2 Argamulya Bengkulu Utara (α 5 %. r 0,488). Secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan motivasi terhadap kinerja guru di SMA N 2 Argamakmur Bengkulu Utara.
Selanjutnya
berdasarkan
penelitian
Astawa
(2009:abstraksi) tentang “Hubungan kepuasan kerja guru dan motivasi kerja guru dengan kinerja guru pada sekolah menengah atas swasta di Negara” menemukan hasil
yaitu
Pertama,
ditemukan
bahwa
terdapat
hubungan positif dan signifikan antara kepuasan kerja guru (X1) dengan kinerja guru (Y) yang dinyatakan dalam bentuk persamaan Y = 39,482 + 0,602 X1 dan koefisien korelasi rx1 y = 0,602. Kedua, ditemukan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara 8
motivasi kerja guru (X2) dengan kinerja guru (Y) yang dinyatakan dalam bentuk persamaan regresi y = 86,321 + 0,220 X1 dan koefsien korelasi rx2- y = 0,261. Ketiga, terdapat
hubungan
positif
dan
signifikan
antara
kepuasan kerja guru (X1) dan motivasi kerja guru (X2) secara bersama sama terhadap kinerja guru (Y) yang dinyatakan dalam bentuk persamaan regresi y = 31, 874 + 0,576 X1 + 0,0623 X2 dan koefisien ganda r y12 = 0.652. Selanjutnya menurut hasil penelitian Utamie (2009:abstraksi) “Hubungan Antara Motivasi Kerja Dan Kepuasan Kerja Dengan Kinerja Guru YPE GKI salatiga“. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) terdapat hubungan signifikan antara motivasi kerja (X1) dengan kinerja guru (Y) dengan koefisien korelasi sebesar 0,474 dan tingkat probabilitas lebih kecil dari 0,05 (p= 000 < 0,05). Penelitian ini menunjukkan bahwa apabila skor motivasi
kerja
meningkat
terdapat
kecenderungan
diikuti oleh meningkatnya skor kinerja guru. Demikian pula sebaliknya apabila skor motivasi kerja menurun; (2) Tidak terdapat hubungan antara kepuasan kerja (X2) dengan kinerja guru (Y) dengan hasil perhitungan koefisien korelasi r = 0,103 dan p= 0,229 > 0,05. Hal ini menunjukkan
bahwa
kepuasan
kerja
tidak
berhubungan secara signifikan dengan kinerja guru. Berdasarkan penelitian Mary (2010:59-66) dan Yensy (2008:41) tentang hubungan motivasi kerja guru dengan
kinerja
guru
dan
penelitian
Astawa
(2009:Abstraksi) dan Utamie (2009:abstraksi) tentang hubungan antara kepuasan kerja guru dengan kinerja guru terdapat perbedaan hasil dan bertolak belakang. 9
Mary (2010:59-66) menyatakan bahwa motivasi kerja guru
berkorelasi
signifikan
dengan
kinerja
guru
sedangkan Yensy (2008:41) menyatakan tidak ada pengaruh signifikan antara motivasi kerja guru dengan kinerja guru. Astawa (2009:abstraksi) menyatakan ada hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja guru dengan
kinerja
(2009:abstraksi)
guru,
Dilain
menyatakan
tidak
pihak ada
Utamie hubungan
antara motivasi kerja guru dengan kinerja guru. Sementara itu berdasarkan hasil prapenelitian yang dilakukan peneliti pada guru-guru di 6 SMA Swasta
di
Kabupaten
Temanggung
dengan
80
responden menunjukkan hubungan yang signifikan antara motivasi kerja guru dengan kinerja guru dan kepuasan kerja guru berhubungan signifikan dengan kinerja guru. Hasil penelitian ini tertarik
melakukan
penelitian
membuat penulis ulang
untuk
membuktikan adakah Hubungan motivasi kerja guru dan kepuasan kerja guru dengan kinerja guru SMA Negeri di Kabupaten Temanggung.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah: 1. Adakah hubungan yang signifikan antara motivasi kerja
guru dengan kinerja
guru SMA Negeri di
Kabupaten Temanggung?
10
2. Adakah hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja guru dengan kinerja guru SMA Negeri di Kabupaten Temanggung ?.
1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui signifikansi hubungan motivasi kerja guru dengan kinerja guru di SMA Negeri di Kabupaten Temanggung. (2) mengetahui signifikansi hubungan kepuasan kerja guru dengan kinerja guru di SMA Negeri di Kabupaten Temanggung.
1.4. Manfaat Penelitian. Penelitian ini bermanfaat, baik secara teoritis maupun praktis, yaitu: 1.4.1 Manfaat Teoritik Jika
dalam
hubungan yang
penelitian
ini
menunjukkan
signifikan antara motivasi kerja
dengan kinerja guru , maka temuan ini sesuai dengan hasil penelitian Mary (2010:59-60) dan jika tidak ada hubungan yang
signifikan antara motivasi kerja
dengan kinerja guru maka penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Yensy (2008:41). Jika
dalam
penelitian
ini
menenjukkan
hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja guru dengan kinerja guru maka temuan ini sejalan dengan hasil penelitian Astawa (2009:abstaksi) dan jika tidak menemukan
hubungan
yang
signifikan
antara
kepuasan kerja guru dengan kinerja guru berarti sejalan dengan penelitian Utamie (2009:abstraksi). 11
1.4.2. Manfaat Praktis Bagi guru-guru di SMA Negeri di Kabupaten Temanggung
penelitian
ini
memberikan
masukan
untuk membuat kebijakan dalam peningkatan kinerja guru di Kabupaten Temanggung, Sehingga mampu mengubah hambatan menjadi peluang guru. Penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan kinerja guru. Bagi pihak sekolah dan kepala sekolah penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang berharga untuk berbagai kepentingan terutama dalam menentukan kebijakan.
12