BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan. Sekolah atau kampus sebagai lembaga formal merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Dalam pendidikan formal, menurut Slameto (2010), belajar adalah merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu
perubahan
tingkah
laku
yang
baru
secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Hasil yang diperoleh melalui proses belajar ini dinyatakan dengan nilai-nilai (scores), dimana dengan nilai-nilai tersebut dapat dilihat apakah prestasi belajar siswa tersebut tinggi atau rendah (Syah, 1997). Prestasi belajar mahasiswa dapat dibuktikan dengan perolehan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang sangat memuaskan. Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232 Tahun 2000, penilaian hasil belajar mahasiswa dinyatakan dengan huruf A, B, C, D, dan E yang masing-masing bernilai 4, 3, 2, 1, dan 0
yang dinyatakan pada transkrip akademik dengan IPK (Indeks
Prestasi
Kumulatif).
Hal
ini
berarti
IPK
merupakan hasil dari proses belajar mahasiswa yang tercermin dalam prestasi belajarnya. Winkel (2004) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 28 Desember
2013,
fenomena
pada
prestasi
belajar
mahasiswa STT GMI Bandar Baru Sumatera Utara menurut Dinson Saragih, seorang dosen STT GMI Bandar Baru Sumatera Utara adalah dosen sering menghadapi kendala ketika memberikan tugas makalah maupun tugas langsung pada mahasiswa di kelas kuliah. Dinson Saragih juga menyatakan bahwa ada beberapa mahasiswa STT GMI Bandar Baru Sumatera Utara yang memiliki IPK (Indeks
Prestasi
Kumulatif)
rendah
dan
beberapa
mahasiswa mengikuti kuliah dengan asal-asalan dan berpedoman ‘yang penting lulus’. Prestasi belajar mahasiswa merupakan suatu hal yang harus di tingkatkan oleh sebuah Perguruan Tinggi. Penelitian Wicaksono (2009) menemukan bahwa prestasi belajar
memiliki
pengaruh
terhadap
pengambilan
keputusan karier. Penelitian Nurainah (2013) menemukan bahwa prestasi belajar memiliki peranan yang signifikan terhadap pengetahuan dunia kerja dan kesiapan kerja. Berdasarkan penelitian sebelumnya, prestasi belajar merupakan hal yang harus ditingkatkan karena penting bagi masa depan individu. Namun meningkatkan prestasi belajar bukanlah hal yang gampang, karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar individu. Menurut
Syah
(1997),
faktor-faktor
yang
mempengaruhi prestasi belajar dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar. Salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu berupa aspek psikologis yang
dapat
perolehan
mempengaruhi
pembelajaran,
kualitas
misalnya
dan
kuantitas
intelegensi
atau
kecerdasan individu. Individu
dalam
kehidupannya
tidak
hanya
membutuhkan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosi saja, tetapi ada hal lain yang sangat berhubungan dengan kebermaknaan hidup yaitu kecerdasan spiritualitas (Amram & Dryer, 2008). Kecerdasan spiritual merupakan landasan utama yang diperlukan untuk memfungsikan kecerdasan intelegensi (IQ) dan kecerdasan emosional
(EQ) secara efektif (Bhangale & Mahajan, 2013). Kecerdasan spiritual merupakan modal spiritual individu, dengan modal spiritual yang ada dalam diri seseorang akan mampu membangkitkan motivasi tinggi dalam memandang kehidupan, tidak lagi hanya memandang sebatas materi tetapi menjadikan hidup ini penuh arti dan makna yang lebih tinggi (Jauhari, 2007). Menurut Zohar dan Marshall (dalam King dan DeCicco, 2009) kecerdasan spritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan yang lain. King dan DeCicco (2009) menyatakan
bahwa
kecerdasan
spiritual
adalah
sekumpulan kapasitas mental adaptif yang didasarkan pada aspek-aspek non material dan transenden dari realitas, secara khusus yang berhubungan dengan critical existential
thinking,
personal
meaning
production,
transcendental awareness, conscious state expansion. Melalui aspek critical existential thinking, individu dapat mengambil suatu simpulan murni yang dapat dijadikan filosofi pribadi tentang keberadaan dan realitas (King dan DeCicco, 2009). Tingginya kecerdasan spiritual
dalam diri seorang mahasiswa akan mengakibatkan mahasiswa
memiliki
kesadaran
realitasnya
sebagai
mahasiswa dan memiliki motivasi untuk belajar, hal ini tentunya akan mengakibatkan prestasi belajarnya menjadi tinggi. Selain itu, melalui personal meaning production, seorang dapat mampu memperoleh makna pribadi dan tujuan dari semua pengalaman fisikal dan mental, termasuk kapasitas untuk membuat keputusan dan menguasai kehidupan sesuai dengan tujuan hidup (King dan DeCicco, 2009). Dalam aspek personal meaning production, maka mahasiswa dapat mengambil keputusan dan menguasai kehidupan sesuai dengan tujuannya sebagai seorang mahasiswa dan menjadikan perubahan sikap dari semangat belajar yang rendah menjadi memiliki semangat belajar yang tinggi sehingga akan mengalami perubahan peningkatan prestasi belajar yang baik (Lubis, 2012). Siswa yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi akan memperlihatkan peningkatan prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki kecerdasan
spiritual
rendah
(Khadivi,
Adib
&
Farhanghpour, 2012). Pada penelitian sebelumnya, Arbabisarjou, Raghib, Rezazade, & Siadat (2013) yang melakukan penelitian pada 250 mahasiswa Universitas Isfahan menemukan
bahwa ada korelasi positif signifikan sebesar 0.71 (p≤0.01) antara kecerdasan spiritual dengan prestasi belajar. Raisi, Tehran, Heidari, Jafarbegloo, Abedini, & Bathaie (2013) yang melakukan penelitian pada 353 mahasiwa jurusan Medical Sciences Universitas Qom di Iran menemukan bahwa ada hubungan antara kecerdasan spiritual dengan prestasi belajar dengan korelasi positif r sebesar 0.12 (p = 0.041). STT GMI Bandar Baru Sumatera Utara merupakan Sekolah
Tinggi
Theologia,
sehingga
tentunya
mahasiswanya lebih banyak belajar mengenai dasar-dasar spiritualitas keagamaan. Hal tersebut tak serta merta berarti prestasi belajarnya tinggi, bahkan Dinson Saragih, seorang dosen STT GMI Bandar Baru Sumatera Utara, sering menghadapi kendala ketika memberikan tugas makalah pada mahasiswa dan rendahnya IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) beberapa mahasiswa, padahal STT GMI Bandar Baru Sumatera Utara banyak mengajarkan mahasiswanya
mengenai
dasar-dasar
spiritualitas
keagamaan. Berdasarkan paparan sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan kecerdasan
spiritual
dengan
prestasi
belajar
pada
mahasiswa STT GMI Bandar Baru Sumatera Utara.
Meskipun sudah ada penelitian sebelumnya mengenai hubungan antara kecerdasan spiritual dengan prestasi belajar, tetapi penulis tetap tertarik untuk meneliti kembali. Hal ini dikarenakan adanya adanya perbedaan subjek dan tempat penelitian yang nantinya akan diteliti dengan penelitian sebelumnya.
B.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : apakah ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan spiritual dengan prestasi belajar pada mahasiswa STT GMI Bandar Baru Sumatera Utara?
C.
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan spiritual dengan prestasi belajar pada mahasiswa STT GMI Bandar Baru Sumatera Utara.
D.
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini dapat dilihat dari dua bagian, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. 1. Manfaat secara teoritis
Manfaat secara teoritik dalam penelitian ini adalah dapat menjadi masukan bagi para ilmuwan Psikologi khususnya pendidikan yang berkaitan dengan hubungan kecerdasan spiritual
dengan prestasi belajar pada
mahasiswa. 2. Manfaat secara praktis Dari segi praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi khususnya kepada para orang tua, dosen atau guru dalam upaya membimbing dan memotivasi siswa remaja untuk menggali kecerdasan spiritual yang dimilikinya.