BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Nilai merupakan sebuah kata yang mempunyai arti sangat luas dan sangat tergantung dari kata yang mengikutinya, namun secara umum kata nilai sering digunakan untuk mengungkapkan atau menggambarkan kemaknaan dari sesuatu. Nilai bukan merupakan fakta tetapi lebih merupakan perkiraan manfaat ekonomi atas barang dan jasa pada suatu waktu tertentu dalam hubungannya dengan definisi nilai tertentu. (Hidayati dan Harjanto, 2003:1). Salah satu kawasan di Kabupaten Semarang yang memiliki potensi nilai ekonomi adalah Kawasan Rawa Pening yang dijadikan kawasan wisata berbasis pengembangan pada daya tarik dan potensi lokal. Hal ini didukung dengan adanya kebijaksanaan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah bahwa Kawasan Rawa Pening dikembangkan sebagai Pusat Pariwisata Jawa Tengah, khususnya pengembangan ke arah pariwisata alam (Diparta Provinsi Jawa Tengah, 2010). Kawasan Rawa Pening merupakan kawasan fungsional berupa danau alami yang terletak di Kabupaten Semarang pada ketinggian 465 meter di atas permukaan air laut (mdpal) yang dikelilingi oleh tiga gunung yaitu Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo dan Gunung Ungaran. Secara administratif, Kawasan Rawa Pening masuk dalam empat kecamatan yaitu Kecamatan Bawen, Kecamatan Banyubiru, Kecamatan Tuntang dan Kecamatan Ambarawa. Rawa Pening mempunyai posisi yang strategis karena berada di sekitar jalan nasional yaitu Jalan Semarang – Solo dan Jalan Semarang – Yogyakarta. Berdasarkan Tabel 1.2., tingkat antusias pengunjung kawasan wisata di Kabupaten Semarang tergolong tinggi maka Dinas Pariwisata (Diparta) Kabupaten Semarang menetapkan Kawasan Rawa Pening sebagai pusat wisata alam yang mempunyai beberapa obyek wisata di sekitar Rawa Pening, di antaranya adalah Taman Bukit Cinta, Rawa Permai dan Kampoeng Kopi Banaran yang dijadikan obyek kajian
1
dalam penelitian ini. Tingkat kunjungan pada ketiga obyek wisata tersebut mengalami fluktuasi pengunjung dari tahun 2007 – 2012. Tabel 1.1. Jumlah Pengunjung Kawasan Wisata Sekitar Rawa Pening Tahun 2007 – 2012 Nama Obyek Wisata Tahun
Taman Bukit Cinta
Kampoeng Kopi Banaran
Rawa Permai
Jumlah Pengunjung (orang) 2012
21.151
82.843
20.730
2011
24.177
74.495
21.735
2010
30.759
67.609
180.030
2009
29.269
66.810
21.399
2008
25.206
66.810
10.289
2007
31.722
36.911
29.947
Sumber: Dinas Pariwisata (Diparta) Kabupaten Semarang Tahun 2007 – 2012 Ketiga obyek wisata tersebut merupakan obyek yang memiliki potensi ekonomi tinggi, namun selama ini belum adanya informasi mengenai kawasan potensial yang dipetakan berdasarkan nilai ekonomi kawasan. Penilaian kawasan didasarkan pada tujuan tertentu, di antaranya untuk memahami permasalahan, merencanakan hal – hal yang perlu dilakukan dalam rangka pemecahan masalah tersebut,
memperoleh
data,
mengklasifikasikan
data,
menganalisis,
menginterpretasi dan selanjutnya mengekspresikannya dalam suatu estimasi nilai (Hidayati dan Harjanto, 2003:25). Penialaian zona nilai ekonomi kawasan dilakukan karena belum adanya sistem penilaian ekonomi kawasan yang mencerminkan penilaian atas potensi nilai ekonomi kawasan yang benar sehingga dapat memberikan bahan pertimbangan obyektif terhadap setiap proses pengambilan keputusan dalam bidang spasial. Peta zona nilai ekonomi kawasan (ZNEK) dihasilkan dari peta zona tema potensi sesuai dengan kawasan ekonomi yang dinilai dengan tingkat kedetilan skala 1:25.000 atau lebih besar. Tujuan penilaian kawasan dengan menggunakan skala berskala besar adalah untuk menghasilkan produk peta yang mempunyai akurasi tinggi. Peta zona 2
nilai ekonomi kawasan yang dihasilkan mampu menyediakan informasi berupa informasi kawasan, investasi, keperluan wisata dan potensi nilai ekonomi kawasan yang dapat dijadikan masukan dalam pengambilan keputusan atau pengambilan kebijakan ekonomi spasial (spatial economic) suatu kawasan yang adil karena metode ini mampu menghindari pertimbangan yang bersifat kuantitatif dan subjektif, selain itu juga dapat digunakan sebagai rujukan dalam kebijakan publik seperti pajak, biaya ganti rugi, biaya subsidi, biaya konservasi dan biaya preventif atau pencegahan. Peta zona nilai ekonomi kawasan dapat digunakan untuk monitoring perubahan dan perkembangan aset negara yang dilindungi dan sebagai bahan pertimbangan dalam pengalih-gunaan atau pengalih-fungsian kawasan sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan potensi kawasan yang dimiliki. Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu adanya pemetaan zona nilai ekonomi kawasan sekitar Rawa Pening dan pengkajian manfaat nilai atau valuasi ekonomi yang menyediakan informasi potensi dan nilai ekonomi kawasan, dimana informasi tersebut dapat digunakan sebagai bahan rujukan nasional dalam pengambilan kebijakan dan keputusan dalam bidang spasial. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka perlu pengkajian terhadap nilai ekonomi menggunakan peran pendekatan biaya perjalanan atau Travel Cost Method (TCM) terhadap kawasan sekitar Rawa Pening. Hal ini dikarenakan sumberdaya alam merupakan barang publik yang tidak diperjualbelikan secara terang-terangan kepada konsumen. Penilaian sumberdaya alam yang dilakukan di kawasan Rawa Pening ditekankan pada aspek penilaian ekonomi yang akan menghasilkan peta zona nilai ekonomi kawasan yang mempunyai pengaruh terhadap harga lahan di sekitarnya. Berdasarkan
latar
belakang
masalah,
maka
dirumuskan
suatu
permasalahan yaitu belum tersedianya pemetaan secara spasial mengenai potensi nilai ekonomi di sekitar Rawa Pening dalam zonasi nilai ekonomi kawasan. Pertanyaan yang muncul dalam penelitian ini adalah bagaimana pentingnya pemetaan zonasi nilai ekonomi kawasan di sekitar Rawa Pening dan pengaruhnya
3
terhadap harga lahan di sekitarnya. Pertanyaan yang muncul tersebut dapat dijawab dengan penelitian tentang pemetaan zona nilai ekonomi kawasan menggunakan metode biaya perjalanan atau Travel Cost Method (TCM) untuk mengestimasi dan memetakan zona nilai ekonomi kawasan sekitar Rawa Pening. 1.3. Tujuan a. Menghitung potensi nilai ekonomi kawasan Rawa Pening dengan menggunakan Travel Cost Method (TCM). b. Memetakan zona nilai ekonomi kawasan yang mempunyai potensi ekonomi terhadap harga lahan di Rawa Pening, Kabupaten Semarang. 1.4. Manfaat 1.4.1. Manfaat Teoritis Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dalam bidang geografi khususnya kajian mengenai pemetaan zona nilai ekonomi sumberdaya alam dengan menggunakan metode Travel Cost Method (TCM) yang tidak hanya mencakup aspek nilai ekonomi saja melainkan juga mencakup aspek lingkungan dan spasial. 1.4.2. a.
Manfaat Praktis Peta Zona Nilai Ekonomi Kawasan (ZNEK) dapat digunakan sebagai
referensi
pengambilan
keputusan
spasial
seperti
perencanaan tata ruang kota, pelaksanaan pembangunan yang mengalihfungsikan lahan, penataan pemukiman dan sebagainya; b.
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui informasi potensi aset negara seperti harga lahan, bahan pengambilan kebijakan ekonomi spasial (spatial-economics) dalam suatu kawasan, bahan penentuan zonasi kawasan berbasis potensi kawasan dan bahan pertimbangan dalam pengalih-gunaan atau pengalihfungsian kawasan sesuai potensi kawasan;
4
c.
Sebagai bahan analisis untuk kawasan sumberdaya ekonomi dan ekosistem (resource-economics) serta sebagai piranti e-management dalam pengelolaan aset yang berkelanjutan.
1.5. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai valuasi ekonomi sumberdaya lahan atau sejenisnya sudah banyak dilakukan sebelumnya dengan beberapa variasi metode valuasi ekonomi yang mempertimbangkan pada aspek-aspek tertentu. Penelitian ini tentunya tidak lepas dari pengaruh penelitian – penelitian sebelumnya yang dapat bersifat saling melengkapi. Penelitian valuasi ekonomi kawasan yang pernah dilakukan disajikan dalam Tabel 1.5.1. Tabel 1.5.1. Penelitian Sebelumnya Mengenai Valuasi Ekonomi Studi oleh Hokao, Teknomo dan Iamtrakul (2005)
Lokasi Saga Castle Park, Kono Park, dan Shrinin Park, Jepang
Karen, Irish Forest, Sue, Irlandia Richard S. J. (2007)
Metode Variabel Travel Cost Umur, pendapatan Method (TCM) keluarga, waktu yang dibutuhkan untuk menuju tempat tujuan, jarak tempuh, biaya perjalanan, frekuensi kunjungan Perbandingan Frekuensi (Travel Cost kunjungan 2 Method) tahun terakhir, TCM dengan biaya yang (Contingent dikeluarkan, alternatif lokasi Valuation Method) kunjungan dan CVM kondisi sosial – ekonomi
Hasil Karakteristik perjalanan mengindikasikan mayoritas pengunjung taman mengeluarkan biaya yang tinggi untuk kunjungannya
Akurasi valuasi ekonomi tergantung dari data yang digunakan dan rumus yang digunakan. Hasil yang lebih realistis dihasilkan dari metode TCM.
Sumber: Analisis Penulis, 2014
5
Beberapa hal penting yang dapat diperoleh dari penelitian sebelumnya di antaranya adalah menggunakan metode pengukuran atau penilaian tidak langsung yaitu Travel Cost Method (TCM) untuk mengestimasi nilai ekonomi kawasan sumberdaya lahan. Hal yang membedakan dengan penelitian sebelumnya antara lain: 1. Lokasi dan waktu penelitian yang dilakukan di sekitar kawasan Rawa Pening dengan waktu penelitian bulan Mei 2014 2. Variabel independent dalam penelitian ini adalah umur, tempat tinggal, pendapatan keluarga per bulan, biaya yang dikeluarkan (tiket, transportasi dan akomodasi), durasi tinggal di obyek tujuan, frekuensi kunjungan dalam setahun, dan alternatif lokasi kunjungan 3. Integrasi antara dua bidang ilmu yaitu ekonomi dan geografi (spasial), dimana analisis Sistem Informasi Geografis digunakan dalam menyajikan nilai ekonomi kawasan yang menghasilkan peta zonasi nilai ekonomi kawasan dan informasi nilai lahan di sekitar obyek kajian 1.6.
Tinjauan Pustaka 1.6.1. Penelitian Sebelumnya Penelitian mengenai valuasi ekonomi sumberdaya lahan yang dilakukan pada obyek wisata, cagar budaya dan kawasan konservasi lainnya telah banyak dilakukan. Salah satu penelitian mengenai valuasi ekonomi kawasan wisata yang telah dilakukan adalah penelitian oleh Hokao, Iamtrakul dan Teknomo pada tahun 2005 di Saga Castle Park, Kono Park dan Shinrin Park di Jepang dengan menggunakan Travel Cost Method (TCM). Travel Cost Method (TCM) merupakan salah satu metode penilaian tidak langsung untuk mengestimasi manfaat nilai guna dari kunjungan hingga situs rekreasi, seperti pantai, taman dan cagar budaya. (Liston dan Heyes, 1999). Metode TCM digunakan dalam mengestimasi nilai ekonomi dari taman publik
di Kota Saga, Jepang sebagai studi kasus dengan
mengaplikasikan metode pendekatan individual. Dimana metode individual ini memperhatikan nilai taman dengan cara yang berbeda sesuai dengan
6
karakteristik personal pengunjung seperti umur, pendapatan per bulan, pendidikan dan pengalaman dalam mengunjungi taman serta aksesbilitas terhadap taman melalui survei secara langsung (wawancara). Penelitian ini menggunakan metode yang tidak biasa untuk menentukan hubungan antara perjalanan dengan aktivitas di tempat rekreasi. Berdasarkan integrasi metode biaya perjalanan dengan total belanja kegiatan, nilai tidak langsung dari estimasi manfaat pengguna taman telah dilakukan dengan evaluasi pengeluaran biaya rekreasi pada setiap individu dan perwakilan group yang didekati. Hasil menunjukkan bahwa semakin menarik suatu kawasan wisata maka nilai guna ekonominya semakin tinggi juga. Hal ini terjadi karena adanya kemauan perjalanan untuk mendapatkan kepuasan dari obyek wisata. Karakteristik dari perjalanan yang dilakukan mengindikasikan bahwa mayoritas pengunjung taman menuju kawasan tersebut rela mengeluarkan biaya yang mahal untuk mendapatkan kepuasan dalam berekreasi. Selanjutnya hasil tersebut dapat dijadikan sebuah masukan kepada pembuat kebijakan dan pemerintah setempat untuk membuat manajemen yang sesuai dengan rencana dalam menjaga kualitas kawasan wisata untuk mencapai tujuan kenyamanan kawasan. Karen et al (2007) melakukan penelitian mengenai valuasi kawasan hutan di Irlandia dengan membandingkan Travel Cost Method (TCM) dengan Contingent Valuation Method (CVM). Variabel yang digunakan dalam proses penilaian antara lain frekuensi kunjungan selama dua tahun terakhir, biaya perjalanan yang dibutuhkan, alternatif lokasi tujuan wisata lainnya dan kondisi sosial – ekonomi. Keterbatasan dari penelitian ini adalah tergantung pada akurasi data dan metode yang dipilih. Hasil analisis menunjukkan bahwa metode CVM tidak menghasilkan estimasi nilai yang realistis dan dalam hal ini surplus dari metode TCM adalah IR£ 2.40 per orang setara dengan biaya perjalanan yang diestimasikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memastikan nilai moneter dari kawasan rekreasi hutan Irlandia mengunakan metode valuasi
7
yang berbeda pada satu dataset dengan metode TCM dan CVM dimana dari kedua metode tersebut dilakukan uji validitas, apakah kedua metode tersebut saling konsisten satu sama lain. Setelah diuji validitas, ternyata kedua metode tersebut tidak terdapat korelasi antara keduanya. Hal ini menunjukkan bahwa adanya kesalahan dalam interpretasi dari pertanyaan yang ditujukan kepada responden yaitu kecenderungan dalam menjawab pertanyaan tidak sesuai dengan data yang sesungguhnya. Perbedaan dari kedua metode yang digunakan adalah bahwa metode TCM didasarkan pada biaya pengeluaran sesungguhnya dan figur nyata, sedangkan metode CVM kurang akurat karena proses penilaian yang dilakukan dengan menggunakan pertanyaan terbuka kepada responden, dimana terkadang responden kurang serius dalam menjawab pertanyaan yang diajukan. 1.7.
Landasan Teori 1.7.1. Nilai Ekonomi Kawasan Nilai Ekonomi Kawasan adalah seluruh agregat nilai-nilai ekonomi (nilai guna langsung, nilai guna tak langsung, nilai pilihan, nilai keberadaan dan nilai pewarisan) pada suatu kawasan, di luar nilai-nilai tanah dan properti yang ada di dalam kawasan yang dinilai tersebut. Zona Nilai Ekonomi Kawasan adalah poligon yang menggambarkan nilai ekonomi tanah yang batasannya bisa bersifat imajiner ataupun nyata, berdasarkan analisis penilai menggunakan metode penilaian ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan. (BPN, 2012). Produk dari hasil Pemetaan Zona Nilai Ekonomi Kawasan antara lain: a. Kawasan wisata/ rekreasi b. Kawasan hutan c. Kawasan situs dan bangunan yang dilindungi d. Kawasan lindung (budaya, satwa, dan plasma nutfah) e. Kawasan lainnya
8
1.7.2. Valuasi Ekonomi Menurut Davis dan Johnson (1987) dalam Djijono (2002) valuasi ekonomi adalah suatu kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan konsep dan metodologi untuk menduga nilai barang atau jasa. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa valuasi ekonomi atau penilaian manfaat ekonomi adalah suatu bentuk penilaian barang dan jasa yang dilakukan oleh seseorang untuk suatu tujuan tertentu. Berikut ini merupakan teknik – teknik yang digunakan dalam Valuasi atau penilaian: 1. Contingent Valuation Method (CVM): metode valuasi berdasarkan preferensi, metode ini diberlakukan untuk memperoleh nilai pilihan (Option Value: OV), nilai pewarisan (bequest value: BV) dan nilai keberadaan (Exsistence Value: EV) 2. Travel Costs Method (TCM): metode biaya perjalanan, digunakan untuk menghitung DUV suatu kawasan tertentu yang mempunyai keunikan atau daya tarik pengunjung. 3. Effect on Production Approach (EoP): metode nilai pendekatan produktifitas, memandang sumberdaya sebagai input dari produk akhir yang kemudian digunakan oleh masyarakat luas; 4. Benefit Transfer Method (BTM): hasil penilaian oleh pihak-pihak lain yang sah dan dipercaya yang digunakan untuk mendapatkan nilai. Contoh: Penyerapan carbon 1.7.3. Travel Costs Method (TCM) Travel Cost Method merupakan metode tertua untuk pengukuran nilai ekonomi tidak langsung. Metode ini diturunkan dari pemikiran yang dikembangkan oleh Hotelling pada 1931 kemudian diperkenalkan secara formal oleh Wood dan Trice (1958) serta Clawson dan Knetsch (1966). Travel Cost Method (TCM) merupakan salah satu metode penilaian tidak langsung untuk mengestimasi manfaat nilai guna dari kunjungan hingga situs rekreasi (Liston dan Heyes, 1999). Secara umum terdapat dua teknik
9
penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai ekonomi berdasarkan TCM, yaitu pendekatan sederhana melalui zonasi dan pendekatan individual dengan menggunakan data dari survei (Fauzi, 2006). Pendekatan TCM menggunakan metode zonasi adalah pendekatan yang relatif simpel dan mudah karena data yang diperlukan relatif banyak mengandalkan data sekunder, yaitu data populasi penduduk, data luas kawasan yang dikaji dan data statistik kunjungan. Metode TCM individual secara prinsip sama dengan metode TCM zonasi, namun pada pendekatan ini analisis didasarkan pada data primer yang diperoleh melalui survei dan teknik statistika yang lebih kompleks. Kelebihan metode TCM individual adalah hasil yang dihasilkan relatif lebih akurat dibandingkan dengan menggunakan metode zonasi. Fauzi (2006) menyatakan bahwa dalam menentukan fungsi permintaan kunjungan suatu kawasan, pendekatan individual TCM dapat menggunakan teknik ekonometrik seperti regresi sederhana. Fungsi permintaan tersebut dapat ditulis sebagai berikut: Vij = f (cij,Tij,Qij,Sij,Mi) Dimana Vij adalah jumlah kunjungan oleh individu i ke tempat j, cij adalah biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh individu i untuk mengunjungi lokasi j, Tij adalah biaya waktu yang dikeluarkan oleh individu i untuk mengunjungi lokasi j, Qij adalah persepsi responden terhadap kualitas lingkungan dari tempat yang dikunjungi, Sij adalah karakteristik substitusi yang mungkin ada di tempat lain, dan Mi adalah pendapatan (income) dari individu i. Meskipun dianggap suatu metode yang praktis, TCM mempunyai beberapa kelemahan. Pertama, harus diingat bahwa TCM dibangun berdasarkan asumsi bahwa setiap individu hanya memiliki satu tujuan untuk mengunjungi tempat wisata yang dituju. Padahal dalam kenyataanya bisa saja seseorang telah mengunjungi tempat lain terlebih dahulu sebelum menuju tempat tujuan yang dimaksud. Kedua, TCM tidak membedakan
10
pengunjung dari kalangan pelibur dan orang setempat yang datang ke lokasi tujuan. Ketiga, masalah pengukuran nilai dari waktu yang memiliki nilai intrinsik sendiri yang dinyatakan dalam bentuk biaya korbanan (opportunity cost). (Fauzi, 2006:217). 1.7.4. Penginderaan Jauh Penginderaan jauh didefinisikan sebagai proses perolehan informasi tentang suatu obyek tanpa adanya kontak fisik secara langsung dengan obyek tersebut (Rees, 2001; Elachi, 2006). Informasi diperoleh dengan cara deteksi dan pengukuran berbagai perubahan yang terdapat pada lahan dimana obyek berada. Variasi spasial, spektral dan temporal memberikan tambahan informasi yang saling melengkapi. Satelit penginderaan jauh untuk sumberdaya yang banyak dimanfaatkan selama ini merupakan satelit yang menggunakan sistem optis. Penginderaan jauh sistem optis ini memanfaatkan spektrum tampak hingga infra merah (Liang, 2004). Rentang gelombang elektromagnetik yang lebih luas dalam penginderaan jauh meliputi gelombang pendek mikro hingga spektrum yang lebih pendek seperti gelombang infra merah, gelombang tampak, dan gelombang ultra violet (Elachi, 2006). Penginderaan jauh berkembang dalam bentuk pemrotretan muka bumi melalui wahana pesawat terbang yang menghasilkan foto udara dan bentuk penginderaan jauh berteknologi satelit yang mendasarkan pada konsep gelombang elektromagnetis. Dalam perkembangannya saat ini, dengan adanya teknologi satelit beresolusi tinggi, pengenalan sifat fisik dan bentuk obyek dipermukaan bumi secara individual juga dapat dilakukan (Liang, 200). Data penginderaan jauh yang digunakan dalam penulisan ini berupa citra. Citra penginderaan jauh memiliki beberapa bentuk yaitu foto udara ataupun citra satelit. Data penginderaan jauh tersebut adalah hasil rekaman obyek muka bumi oleh sensor. Data penginderaan jauh ini dapat memberikan banyak informasi setelah dilakukan proses interpretasi
11
terhadap data tersebut. Interpretasi citra merupakan serangkaian kegiatan identifikasi, pengukuran dan penterjemahan data-data pada sebuah atau serangkaian data penginderaan jauh untuk memperoleh informasi yang bermakna. Sebuah data penginderaan jauh dapat diturunkan banyak informasi dari serangkaian proses interpretasi citra ini. Dalam proses interpretasi, obyek diidentifikasikan berdasarkan pada karakteristik berikut a. Target dapat berupa fitur titik, garis, ataupun area. b. Target harus dapat dibedakan dengan obyek lainnya. Kemampuan teknologi penginderaan jauh dalam perolehan informasi yang luas tanpa persinggungan langsung dengan obyeknya banyak dimanfaatkan dalam berbagai hal yang bersifat spasial. Hingga saat ini penginderaan jauh telah diaplikasikan untuk keperluan pengelolaan lingkungan, ekologi, degradasi lahan, bencana alam, hingga perubahan iklim (Horning, 2010; Roder, 2009; Bukata, 2005; Adosi, 2007). Dalam penelitian ini data penginderaan jauh berupa citra satelit Landsat TM tahun perekaman 2010 sebagian kabupaten Semarang digunakan untuk menganalisis penggunaan lahan dan luas kawasan Rawa Pening menggunakan peran Sistem Informasi Geografi (SIG) dengan software ArcGIS 10. 1.7.5. Sistem Informasi Geografi (SIG) Sistem Informasi Geografi merupakan sistem informasi yang digunakan
untuk
memasukkan,
menyimpan,
memanggil
kembali,
mengolah, menganalisis dan menghasilkan data yang memiliki referensi geografis atau data geospasial, untuk mendukung pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan, sumberdaya alam, lingkungan, transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan umum lainnya (Murai, 1999). Sistem Informasi Geografi terdiri dari beberapa subsistem yang dapat digunakan untuk memasukkan data, menyimpan, dan mengeluarkan informasi yang diperlukan. Secara garis besar komponen tersebut adalah sebagai berikut:
12
a.
Masukan Data: Subsistem masukan data adalah fasilitas dalam SIG yang dapat digunakan untuk memasukkan data dan merubah bentuk asli ke bentuk yang dapat diterima dan dapat dipakai di dalam SIG. Masukan data yang bereferensi geografis dapat diperoleh dari berbagai sumber.
b.
Pengelolaan Data: Berbagai cara yang dapat digunakan dalam pengelolaan data akan sejalan dengan struktur data yang digunakan. Pengorganisasian data dalam bentuk arsip dapat dimanfaatkan dalam bentuk subsistem pengelolaan data. Perbaikan data dasar dengan cara menambah, mengurangi, atau memperbarui dilakukan pada subsistem ini.
c.
Manipulasi dan Analisis Data: Subsistem ini berfungsi untuk membedakan data yang akan diproses dalam SIG. Subsistem ini dapat digunakan untuk merubah format data, mendapatkan parameter dan melalui proses dalam penglolaan data dapat pula dijumpai hambatan. Data yang telah dimasukkan bisa dimanipulasi dan dianalisis dengan mengunakan software SIG. Pada tiap software mempunyai fasilitas yang memungkinkan untuk melakukan manipulasi dan analisis. Diantaranya adalah pengkaitan data atribut degan data grafis, overlay, kalkulasi, dan lain-lain.
d.
Keluaran Data (data output): Subsistem ini berfungsi untuk menyajikan informasi maupun hasil analisis data geografis secara kualitatif maupun kuantitatif. Keluaran data dapat berupa peta, tabel ataupun arsip elektronik. Melalui keluaran ini pengguna dapat malakukan identifikasi informasi yang diperlukan sebagai bahan dalam pengambilan kebijakan atau perencanaan. Informasi keruangan (data spasial) diperlukan untuk berbagai
kajian sumberdaya lahan, memecahkan berbagai masalah keruaangan, seperti analisis bencana alam, kebakaran hutan, banjir, konversi lahan, studi kualitas permukiman, dan perencanan tata ruang. Informasinya dapat diperoleh dan dianalisis melalui teknologi Sistem Informasi Geografis
13
(SIG). Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis secara terpadu dalam pengolahan citra digital adalah untuk memperbaiki hasil klasifikasi. Dengan demikian, peranan teknologi Sistem Informasi Geografis dapat diterapkan pada operasionalisasi penginderaan jauh satelit. Mengingat sumber data sebagian besar berasal dari data penginderaan jauh baik satelit maupun terestrial terdigitasi, maka teknologi Sistem Informasi geografis erat kaitannya dengan teknologi penginderaan jauh. Namun demikian, penginderaan jauh bukan merupakan satu-satunya ilmu pendukung bagi sistem ini. Sumber data lain berasal dari hasil survei terestrial atau uji lapangan dan data-data sekunder lainnya seperti sensus, catatan, dan laporan yang terpercaya. Data spasial dari penginderaan jauh dan survei terestrial tersimpan dalam basis data yang memanfaatkan teknologi komputer digital untuk pengelolaan dan pengambilan keputusan. SIG memiliki kelebihan yang membedakan dengan sistem informasi lainnya, yaitu SIG bukan saja mampu menangani data atribut (kualitatif dan kuantitatif), sekaligus mampu menangani data spasial (keruangan) yang berwujud titik garis dan poligon. Kelebihan ini menjadikan SIG memiliki prospek pengembangan dan pemakaian yang lebih potensial sebagai sistem pengambilan keputusan untuk berbagai aplikasi. Secara umum SIG berfungsi sebagai berikut yaitu melakukan perhitungan sejumlah operasi/ perhitungan, display (layer peta: warna, ukuran, bentuk dan lain-lain), kompilasi data base non-spasial, overlay, buffering, memeperbaiki dan memperbaharui data atau tayangan tabel (SQL), membuat hubungan-hubungan keruangan dan membuat peta tematik dan peta arahan yang berguna untuk perencanaan pembangunan wilayah. Sedangkan menurut Prahasta (2005), salah satu unggulan pertama SIG adalah terletak pada kemampuannya untuk mendapatkan informasiinformasi yang tidak terprediksi sebelumnya. Aplikasi SIG dapat digunakan untuk berbagai kepentingan selama data yang diolah memiliki referensi geografi, maksudnya data tersebut terdiri dari fenomena atau objek yang dapat disajikan dalam bentuk fisik
14
serta memiliki lokasi keruangan. Seperti pada sistem lain yang memiliki karakteristik, SIG juga memiliki karakter yang mencirikan bahwa komponen tersebut merupakan bagian penting yang berkaitan dengan SIG. Tidak hanya data spasial saja yang dapat diolah dan disajikan dengan SIG, dalam penelitian ini dilakukan integrasi antara data penginderaan jauh dan SIG untuk menghasilkan dan menyajikan data ekonomi kawasan sumberdaya. 1.7.6. ArcGIS ArcGIS merupakan suatu software yang diciptakan oleh ESRI yang digunakan dalam Sistem Informasi Geografi. ArcGIS merupakan software pengolah data spasial yang mampu mendukung berbagai format data gabungan dari tiga software yaitu ArcInfo, ArcView dan ArcEdit yang mempunyai kemampuan komplit dalam geoprocessing, modelling dan scripting serta mudah diaplikasikan dalam berbagai tipe data.
15
Tabel 1.7.6.1. Spesifikasi Software ArcGIS Spesifikasi
Uraian
Keterangan
No 1.
Nama Software
ArcGIS
Merupakan paket software yang digunakan oleh masyarakat geographic imaging untuk image processing dan GIS
2.
Versi/ release
10.0
Merupakan versi yang terbaru dari seri ArcGIS
3.
Tahun peluncuran
2010
software ini mulai dipasarkan dan dipakai oleh banyak pengguna
4.
Vendor/pembuat
Environment System Perusahaan pembuat software Research Institute (ESRI) SIG yang berasal dari USA
5.
Minimum Hardware - Processor
Software ini menggunakan spesifikasi hardware yang besar karena data yang dapat diolah - Intel Pentium 4, Intel merupakan data yang kompleks Core Duo, atau Prosesor baik data raster maupun vektor Xeon, SSE2 (atau lebih)
- RAM
- 2 GB atau lebih tinggi
- VGA Card
- 512 MB
- Free Space 800 x 600 @256 - Color resolution 207 MB Harddisk
6.
Operating system
Windows server 2003, Software ini dapat beroperasi di macam sistem NT 4.0, 2000, XP, Linux berbagai windows 2000
7.
Kategori software
GIS Profesional
Software ini termasuk profesional karena memiliki banyak fasilitas input atau output data yang
Sumber: ArcGIS 10.0
16
1.7.7. Citra Satelit Landsat TM/ ETM+ Citra satelit Landsat TM/ ETM+ merupakan satelit sumberdaya bumi. Satelit yang merupakan program lanjutan Landsat ini dicirikan oleh alat penginderaan yang ditingkatkan resolusi spasial dan kepekaan radiometriknya, laju pengiriman data yang lebih cepat, serta fokus untuk penginderaan informasi yang berkaitan dengan vegetasi. Sebagai tambahan terhadap empat saluran Landsat MSS (Multispectral Scanning) sebelumnya, Landsat TM/ ETM+ akan membawa penyiaman multispektral yang lebih maju dan disebut pemeta tematik (Thematic Mapper/ TM). Nama tersebut berkaitan dengan tujuan terapan sistem data yang diarahkan pada teknik pengenalan pola spektral yang akan menghasilkan citra terkelas (peta tematik). Pemeta tematik direncanakan memiliki tujuh buah saluran spektral yang dirancang untuk memaksimumkan kemampuan analisis vegetasi untuk terapan bidang pertanian. (Lillesand dan Kiefer 1997). Sistem TM meliputi lebar sapuan (scanning) sebesar 185 km, direkam dengan menggunakan tujuh saluran panjang gelombang tampak, tiga saluran panjang gelombang infra merah dekat, dan satu saluran panjang gelombang inframerah termal. Resolusi radiometrik citra Landsat TM lebih baik dari citra Landsat MSS. Perbaikan pada sinyal analog (nilai pantulan) dari setiap detektor diubah ke dalam bentuk digital dengan bantuan sistem pengubah sinyal di satelit. Desain ETM+ (Enchanced Thematic Mapper Plus) titik beratnya untuk keberlanjutan dari program Landsat 4 dan 5, yang sampai saat ini datanya masih dapat direkam. Pola orbitnya juga dibuat sama dengan Landsat 4, 5, dan 6 yaitu lebar sapuan 185 km. Desain sensor ETM+ seperti ETM pada Landsat 6 ditambah dua sistem model kalibrasi untuk gangguan radiasi matahari dengan menambah lampu kalibrasi untuk fasilitas koreksi radiometrik. Transisi data ke stasiun penerima di bumi dapat dilakukan dalam tiga cara, yaitu: (1) dikirim menggunakan gelombang radio, (2) melalui relay satelit komunikasi TDRSS (Tracking and Data Relay Satellites System) yang akan merekam kemudian mengirimkan ke stasiun penerima di bumi, dan (3) data objek permukaan bumi 17
direkam/disimpan lebih dahulu dalam suatu panel (storage on board) atau tipe (wideband tipe recorder), baru kemudian dikirim ke stasiun penerima di bumi. Satelit Landsat 7 dilengkapi dengan fasilitas penerima sistem posisi lokasi (Ground Positioning System/ GPS Receiver) untuk meningkatkan ketepatan letak satelit di dalam jalur orbitnya (Purwadhi, 2001). Tabel 1.7.7.1. Jenis Saluran Citra Landsat TM Sensor
TM/ ETM+
Saluran
Panjang Gelombang (mikrometer)
Resolusi Spasial (meter)
Nama Spektrum
Saluran 1
20,45 – 0,52 μm
30
Biru
Saluran 2
0,52 – 0,60 μm
30
Hijau
Saluran 3
0,63 – 0,69 μm
30
Merah
Saluran 4
0,76 – 0,90 μm
30
Inframerah dekat
Saluran 5
1,55 – 1,75 μm
30
Inframerah dekat
Saluran 6
Saluran 7
10,40 – 12,50 μm
2,08 – 2,35 μm
120 dan 60
Inframerahth
(ETM+)
ermal
30
Inframerah tengah
Saluran 8
0,5 – 0,9 μm
15 (ETM+)
Pankromatik
Sumber: earthexplorer.usgs.gov
18
Tabel 1.7.7.2. Spesifikasi Citra Landsat TM Spesifikasi
Deskripsi Teknis
Jenis Orbit
Sinkron Matahari, hampir Polar
Dimensi
Berat 2200 kg, Ukuran 2 m x 4 m
Sudut Inklinasi
98,2°
Ketinggiaan Orbit (di Equator)
705 km
Periode Orbit (Nominal)
99 menit (14 orbit/ hari) melintasi equator pukul 09.45 waktu lokal
Resolusi Temporal
16 hari, 233 lintasan orbit
Daerah Liputan Global
81° LU sampai 81° LS
Kuantifikasi Data
8 bit
Luas Liputan per Scene
185 km x 185 km
Pertampalan
5% overlap, 7% sidelap, 80% sidelap pada 81° LS atau LU
Sumber: earthexplorer.usgs.gov 1.7.8. Maple 14 Maple 14 adalah sistem aljabar komputer komersial yang dikembangkan dan dijual secara komersial oleh Maplesoft, sebuah perusahaan perangkat lunak yang berada di Waterloo, Ontario, Kanada. Versi terbaru dari Maple adalah versi 18 yang dirilis pada bulan Maret 2014. Pertama kali dikembangkan pada tahun 1980 oleh Symbolic Computation Group di University of Waterloo. Pada tahun 1998, Maplesoft (dikenal sebagai Waterloo Maple Inc.) ditemukan untuk mengkomersilkan teknologi. Pengguna
dapat
memasukkan
matematika
dalam
notasi
matematika tradisional. Peraturan antarmuka pengguna juga dapat dibuat sehingga ada dukungan untuk perhitungan numerik, presisi, serta perhitungan simbolik dan visualisasi. Maple menggabungkan bahasa pemrograman imperatif dengan gaya mengetik dinamis yang menyerupai Pascal. Bahasa pemrograman juga memungkinkan variabel ke dalam lingkup leksikal. Ada juga interface ke bahasa pemrograman lain (C, C#, Fortran, Java, MATLAB, dan Visual Basic) serta antarmuka dengan 19
Microsoft Excel. Maple didasarkan pada kernel kecil yang ditulis dalam C, yang menyediakan bahasa pemrograman pada Maple. Sebagian besar fungsi yang disediakan berasal dari berbagai sumber seperti NAG, ATLAS maupun GMP. Fungsi yang berbeda di Maple memerlukan data numerik dalam format yang berbeda. Program Maple digunakan dalam mengolah data hasil survei lapangan untuk menghasilkan nilai koefisien regresi, dimana hasil koefisien regresi digunakan dalam mengestimasi nilai ekonomi kawasan dan nilai lahan yang dikaji menggunakan rumus Travel Cost Method.
1.8.
Batasan Istilah
Lahan Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, air, dan vegetasi serta benda yang di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan, termasuk di dalamnya hasil kegiatan manusia di masa lalu dan sekarang. (FAO dalam Arsyad, 1989). Kawasan Kawasan merupakan pemintakatan lahan berdasarkan karakteristik fisiknya berupa lereng, jenis tanah dan curah hujan harian rata-rata menjadi kawasan lindung, penyangga, budidaya tanaman tahunan dan budidaya tanaman semusim, dimana setiap kawasan mempunyai fungsi utama yang spesifik. (Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah). Valuasi Ekonomi Valuasi ekonomi adalah penilaian manfaat ekonomi dari barang dan jasa yang dilakukan oleh seseorang untuk suatu tujuan tertentu. (Davis dan Johnson, 1987 dalam Djijono, 2002) Travel Cost Method Travel Cost Method merupakan salah satu metode penilaian tidak langsung untuk mengestimasi nilai guna dari suatu tempat atau situs tertentu berdasarkan biaya kunjungan dan jarak tempuh terhadap tempat kunjungan. (Liston-Heyes dan Heyes, 1999).
20