BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hewan langka di Indonesia makin lama semakin bertambah, pertambahan jumlah hewan langka di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor mulai dari faktor alam maupun faktor manusia. Pelestarian hewan langka adalah tanggung jawab semua pihak. Manusia adalah salah satu pihak yang memiliki peran terbesar dalam proses musnahnya beberapa jenis spesies hewan. Walaupun manusia berada dalam lajur berbeda dengan dunia hewan dalam sebuah rantai makanan, namun nyatanya manusia adalah salah satu bahaya terbesar dalam kehidupan hewan. Manusia menjadi malapetaka bagi keseimbangan makhluk hidup di berbagai tempat. Walaupun banyak faktor lain yang mempengaruhi berkurangnya populasi hewan di Indonesia seperti bencana alam, atau iklim yang ekstrim yang membuat mereka terdesak untuk mencari makan dan bertahan hidup, namun faktor yang paling berpengaruh terhadap berkurangnya populasi hewan adalah manusia. Burung Elang Jawa merupakan salah satu spesies Elang di Pulau Jawa. Satwa ini dianggap identik dengan lambang negara Republik Indonesia, yaitu Garuda dan menjadi dasar Negara Pancasila. Dan sejak 1992, burung ini ditetapkan sebagai maskot satwa langka Indonesia. Namun berbeda dengan kenyataanya, Burung Elang Jawa dikategorikan sebagai hewan yang semakin punah. Karena pelestarian dan jarangnya perkembangbiakan Burung Elang Jawa sehingga menyebabkan populasi Burung Elang Jawa semakin menurun. Apabila kondisi ini tidak segera di atasi dengan cepat maka dapat menyebabkan kepunahan. Dan pada akhirnya kita akan kehilangan sosok burung yang serupa dengan lambang negara Indonesia Burung Elang Jawa hanya dapat ditemukan sepanjang Pulau Jawa, terutama di wilayah-wilayah dengan hutan primer dan di daerah bukit berhutan pada dapat ditemukan di dataran rendah dengan pegunungan.
1
Terlebih lagi Burung Elang Jawa juga diperdagangkan secara ilegal. Burung ini memiliki karismatik sendiri. Banyak orang yang terpikat akan sosok Elang Jawa yang gagah ini. Terlebih dengan sosok Elang Jawa yang menyerupai lambang negara Indonesia yaitu Garuda Pancasila. Beberapa oknum tidak bertanggung jawab memperjualbelikan burung ini demi keuntungan pribadinya. Padahal burung ini termasuk dalam hewan yang dilindungi. Oleh karena itu, perlu adanya tingkat kesadaran yang tinggi untuk mengetahui, melindungi serta melestarikan hewan-hewan yang speciesnya sudah sangat minim dan hampir punah untuk menjaga keseimbangan ekosistem alam. Kesadaran itu sangat diperlukan dan diajarkan sedini mungkin, karena biasanya pembelajaran sejak dini berdampak besar terhadap sistem berfikir manusia jangka kedepannya. Apabila orang tua mengajarkan anak hal-hal yang buruk, biasanya akan berdampak kedepannya bagi sifat dan sikap anak. Dengan ini, pembalajaran sejak dini tentang perlindungan hewan kepada anak sangatlah penting. Anak akan mudah untuk memahami dan merespon setiap kata dan gambar yang masuk kepada mereka. Anak juga dapat dengan mudah terpengaruh. Asimilasi terjadi ketika menggabungkan informasi baru ke dalam pengetahuan mereka yang sudah ada. Namun pada dasarnya anak tidak bisa menerima teori rumit, otaknya masih belum sanggup mengerti rumus-rumus tertentu atau sebuah pembelajaran yang kompleks. Anak lebih menyukai dan lebih mudah mengerti suatu ilmu melalui visual seperti gambar dan musik. Dengan ilmu yang digabungkan melalui gambar, anak lebih mudah untuk mengingat dan mengerti maksud yang dituju. Pembelajaran tentang melindungi hewan langka melalui media informatif yang dapat merangsang kepekaan anak dan mudah memahami apa yang terjadi terhadap Elang Jawa. Ketika anak mudah mengerti dan mengingat, dengan sendirinya akan tertanam perasaan untuk mencintai dan melindungi Hewan langka khususnya Elang Jawa yang berada di Indonesia. Berdasarkan permasalahan-permasalahan diatas, penulis tertarik untuk mengkaji masalah Burung Elang Jawa dan daya ingat anak melalui sebuah perancangan. Tujuannya untuk membantu menyadarkan manusia khususnya anak-anak
2
dalam menjaga ekosistem alam sejak dari dini, sekaligus sebagai kampanye dalam lingkup kecil tetapi diharapkan mampu memberikan efek yang besar. 1.2 Permasalahan
1.2.1
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi masalahnya sebagai berikut :
a. Menurunnya habitat Elang Jawa yang semakin lama semakin menghawatirkan. b. Belum adanya informasi sejak usia dini mengenai Elang Jawa yang hampir punah. c. Badan Konservasi Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa mengkategorikan Elang Jawa terancam punah dan harus di lindungi. d. Upaya pemerintah belum mampu tersosialisasikan kepada masyarakat Indonesia. e. Perlu adanya upaya keras untuk melestarikan Elang Jawa untuk menjaga kelestarian habitatnya, selain itu juga karena Elang Jawa menjadi simbolik dari Garuda Indonesia. f. Elang Jawa diperdagangkan secara Ilegal karena mempunya nilai simbolik yang dapat menguntungkan keuntungan pribadi.
1.2.2
Rumusan Masalah Bagaimana merancang buku informatif tentang punahnya spesies Elang Jawa secara efektif bagi anak usia 6-12 tahun?
1.3 Ruang Lingkup 1. Apa Media informasi tentang Burung Elang Jawa dalam rangka membantu pelestarian Elang Jawa. 2. Siapa
3
Segmentasi dalam perancangan buku informatif ini adalah anak usia 6-12 tahun.
3. Tempat Saya akan meneliti perancangan ini di Gunung Halimun Salak dan Garut, yang berada di pusat konservasi Elang. Dan tempat menyebarkan buku informasi Burung Elang Jawa akan difokuskan di pusat kota DKI Jakarta. 4. Bagaimana Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan dengan cara wawancara dengan Gunawan selaku ketua Suaka Elang, Studi Kepustakaan dengan pihak WWF Indonesia, dan mengambil sample kuisioner dengan beberapa sekolah dasar di Pusat Jakarta, dapat disimpulkan hasil akhir dari perancangan ini adalah sebuah buku informasi tentang Elang Jawa yang dapat dipelajari anak sekolah dasar. 5. Waktu Penelitian dan Perancangan dilakukan mulai dari Bulan Januari 2016 sampai Juli 2016 1.4 Tujuan Perancangan Adapun tujuan pada perancangan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut: Merancang media informasi untuk anak umur 6-12 tahun dalam rangka mengedukasi anak tentang pentingnya menjaga kelestarian hewan punah khususnya Elang Jawa.
1.5 Metode Penelitian Metode kualitatif menggunakan data deskriptif berupa tulisan atau ucapan narasumber maupun masyarakat yang bersangkutan. Pendekatan ini menghasilkan uraian mendalam tentang ucapan, tulisan dan perilaku individu atau sekelompok orang. Tujuannya memahami fenomena dan gejala sosial dengan cara memberikan pemaparan berupa rangkaian kata yang menghasilkan teori.
4
Alasan penulis menggunakan metode ini karena menyesuaikan dengan judul yang diambil. Dari judul perancangan media informasi cerita anak umur 6-12 tahun tentang pelestarian Elang Jawa, penulis menggunakan metode kualitatif dari sumber yang bersangkutan dengan penelitian.
1.5.1
Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan adalah :
a. Observasi langsung ke lokasi konservasi Elang Jawa yang berada di Gunung Halimun Salak, Garut. Konservasi ini dilakukan pada tanggal 28 – 29 Mei 2016. b. Studi Kepustakaan, yaitu dengan mempelajari data-data yang dikumpulkan dari buku Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Buku Layout untuk anak, Buku Perkembangan Psikologis anak usia dini, Buku Desain Komunikasi Visual, Buku manajemen pemasaran, Buku komunikasi pemasaran, dll sebagai sumber data maupun referensi yang berhubungan langsung dengan laporan tugas akhir c. Wawancara dengan Gunawan sebagai narasumber ketua Suaka Elang, Zaini sebagai ketua Raptor Indonesia, dan Novi sebagai peneliti tentang penjualan Elang Jawa dari WWF. d. Kuesioner kepada anak sekolah dasar di Jakarta Selatan, dilakukan serempak pada hari Senin dan Selasa tanggal 9-10 May 2016. Bertempat di SD N 09 Pagi, SD N 010 Pagi, SD N 011 Pagi, SD N 01 Cinere, SD N 01 Lebak Bulus yang gunanya sebagai data pendukung dalam penelitian ini.
1.5.2
Analisis Data Analisis data kualitatif adalah analisa berdasarkan data yang diperoleh, lalu dikembangkan menjadi sebuah hipotesis. Dari hipotesis yang sudah dirumuskan berdasarkan data, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulangulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak berdasarkan data yang terkumpul. Bila berdasarkan data yang dapat dikumpulkan secara berulang ulang dengan teknik triangulasi,
5
ternyata hipotesis diterima, makan hipotesis tersebut berkembang menjadi teori. (Sugiyono, 2014 : 245). a. Analisis SWOT Analisis SWOT adalah analisa kondisi internal atau eksternal suatu organisasi yang selanjutnya akan dipergunakan sebagai dasar merancang strategi atau membuat program kerja. Analisis internal meliputi penilaian terhadap faktor SW dan analisis eksternal meliputi penilaian terhadap faktor OT. (Rangkuti, 2015) Yang dijabarkan sebagai berikut: S = Strength (Kekuatan) Keunggulan sumber daya, keterampilan yang dimiliki oleh kawasan, wilayah atau perusahaan. W = Weakness (Kelemahan) Keterbatasan dan kekurangan sumber daya, keterampilan atau kemampuan yang dimiliki oleh kawasan, wilayah atau perusahaan. O = Opportunity (Peluang) Keadaan atau kondisi utama yang menguntungkan dalam lingkungan kawasan, wilayah atau perusahaan. T = Threat (Ancaman) Kondisi utama yang tidak menguntungkan dalam lingkungan kawasan, wilayah atau perusahaan. Setelah mengetahui faktor SWOT dari produk, perusahaan, proyek yang dibahas, merumuskan tujuan dan selanjutnya menjadi strategi. Ada empat strategi yang didapatkan, diantaranya: - Strategi S-O Stategi menggunakan kekuatan (Strength) untuk membentuk suatu peluang (Opportunities) yang ada. - Strategi S-T Strategi yang menggunakan kekuatan (Strength) untuk mengatasi ancaman (Threats). - Strategi W-O
6
Strategi dengan meminimalkan kelemahan (Weakness) dengan peluang (Opportunities) yang ada. - Strategi W-T Strategi dengan meminimalkan kelemahan (Weakness) untuk menghadapi ancaman (Threats) yang ada. Tujuan dari analisa SWOT adalah untuk menghubungkan kekuatan dengan peluang pada lingkungan, sekaligus menghilangkan atau mengatasi kelemahan.
1.6 Kerangka Perancangan Perancangan buku informasi tentang pelestarian Elang Jawa untuk anak umur 6-12 tahun.
Fenomena: Terus menurunnya populasi Elang Jawa di Indonesia padahal Elang Jawa menjadi simbik Garuda Pancasila
Rumusan Masalah: Bagaimana
merancang
media informatif tentang punahnya
spesies
Elang
Jawa secara efektif bagi anak usia 6-12 tahun?
Tujuan: Merancang media informatif untuk anak umur 6-12 tahun dalam rangka mengedukasi anak
tentang
pentingnya
menjaga kelestarian hewan
Identifikasi Masalah: Menurunnya habitat Elang Jawa yang semakin lama semakin menghawatirkan. Perlu adanya upaya keras untuk melestarikan Elang Jawa untuk menjaga kelestarian habitatnya, selain itu juga karena Elang Jawa menjadi simbolik dari Garuda Indonesia. Elang Jawa diperdagangkan secara Ilegal karena mempunya nilai simbolik yang dapat menguntungkan keuntungan pribadi. Belum adanya informasi sejak usia dini mengenai Elang Jawa yang hampir punah.
punah khususnya Elang Jawa sekaligus kampanye untuk menyelamatkan Elang Jawa
7
Gambar 1.1 Kerangka Perancangan Sumber: Data Pribadi
1.7
Pembabakan Bab I merupakan suatu pendahuluan berisi latar belakang dari masalah tentang
punahnya Burung Elang Jawa dan Psikologi Anak Usia Dini . Berdasarkan latar belakang lalu dapat dirumuskan identifikasi masalahnya, rumusan masalah, tujuan perancangan, cara pengumpulan data dan kerangka perancangan. Lalu Bab I di tutup dengan pembabakan yang menguraikan isi masing-masing bab. Bab II berisi tentang teori-teori sebagai alat bantu menyelesaikan masalah yang diulas di Bab I. Teori yang dicantumkan antara lain teori buku, teori buku bergambar, teori buku perkembangan anak, teori komunikasi, teori penulisan buku anak, teori illustrasi, teori layout dan tipografi, teori warna, dan teori psikologi anak. Bab III Berisi uraian data yaitu data primer dan data sekunder hasil penelitian beserta dari hasil analisanya. Disertakan juga data proyek sejenis yang pernah dilakukan dan penilaiannya. Hasil analisa kemudian di tampilkan berdasarkan hasil pemikiran. Bab IV Berisi konsep komunikasi, konsep kreatif, konsep media, konsep visual, konsep komunikasi dan hasil perancangan sebagai solusi dari permasalahan yang ada. Bab V merupakan penutup. Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang didapatkan pada waktu sidang dari dosen pembimbing maupun dosen penguji.
8