BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)
merupakan
cetak
biru
mengenai
strategi
dalam
memajukan
perekonomian di Indonesia. Proses penyusunan MP3EI merupakan inisiatif presiden yang disampaikan pada tanggal 30 Desember 2010 dalam Rapat Kabinet Terbatas. Presiden menganggap Indonesia kaya akan potensi dan keunggulan ekonomi sehingga perlu diadakan transformasi ekonomi berupa percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia. Oleh karena itu, MP3EI menjadi arahan pembangunan ekonomi Indonesia hingga tahun 2025. Dokumen MP3EI merupakan dokumen yang bersifat komplementer dari dokumen perencanaan pembangunan nasional yakni RPJPN, RPJMN, dan lainlain. Visi MP3EI selaras dengan visi pembangunan nasional yang tertuang dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 yakni “Mewujudkan Masyarakat Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur”. Dengan visi tersebut maka strategi perluasan pembangunan ekonomi ini tidak hanya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dari sisi pendapatan dan daya beli masyarakat namun juga diiringi dengan peningkatan dan pemerataan kualitas sumber daya manusia. Penguatan kemampuan sumberdaya manusia dan IPTEK merupakan salah satu dari tiga pilar utama dalam dokumen MP3EI. Dua pilar utama lainnya adalah koridor ekonomi dan penguatan konektivitas nasional. Struktur ekonomi Indonesia saat ini masih terfokus pada pertanian dan industri yang mengekstraksi dan mengumpulkan hasil alam. Industri yang berorientasi pada peningkatan nilai tambah produk, proses produksi dan distribusi di dalam negeri masih terbatas. Peranan MP3EI dalam struktur perekonomian Indonesia memberikan arahan strategis untuk pembangunan berdasarkan potensi alam yang dimiliki di tiap koridor ekonomi MP3EI. Pengembangan potensi melalui koridor ekonomi (enam koridor), yaitu: (1) Sumatra, (2) Jawa, (3) Kalimantan, (4) Sulawesi, (5) Bali -
1
Nusatenggara, (6) Papua-Kepulauan Maluku; pengembangan konektivitas intra dan inter koridor serta internasional (membangun konektivitas nasional) dan peningkatan kapasitas SDM dan IPTEK (mempercepat kemampuan SDM dan IPTEK Nasional). Integrasi antar pilar-pilar tersebut menjadi suatu strategi bagi keberhasilan MP3EI namun pilar-pilar ini pun menimbulkan isu-isu permasalahan strategis terkait dengan penjabaran masing-masing dari pilar-pilar tersebut. Fokus utama penyusunan MP3EI terletak pada pembentukan koridorkoridor ekonomi. Koridor-koridor ekonomi ditentukan untuk mengetahui persebaran potensi-potensi sumberdaya yang ada pada enam koridor tersebut. Pengembangan potensi melalui enam koridor ekonomi yang dilakukan dengan cara mendorong investasi BUMN, Swasta Nasional dan FDI (Foreign Direct Investment) dalam skala besar di 22 kegiatan ekonomi utama. Penyelesaian berbagai hambatan akan diarahkan pada kegiatan ekonomi utama sehingga diharapkan akan terjadi peningkatan realisasi investasi untuk memacu pertumbuhan ekonomi di tiap koridor. Untuk mampu mewujudkan tiap-tiap pilar maka pilar ketiga menjadi kunci utama, namun dalam MP3EI pilar ketiga yang mengusung permasalahan SDM dan IPTEK tidak dikembangkan lebih rinci.
Gambar 1.1. Sebagian isi dokumen MP3EI, Hal. 40 Sumber : Dokumen MP3EI 2
Dari 210 halaman dokumen MP3EI, pemaparan mengenai sumberdaya manusia sangat sedikit sekali seperti yang dapat dilihat pada gambar 1.1. Pentingnya mengetahui potensi SDM di tiap-tiap koridor ekonomi adalah agar dapat dirancang suatu penyelesaian atau solusi terhadap permasalahan yang terjadi di tiap koridor tersebut. Pada MP3EI perhatian lebih ditekankan pada perwujudan SDM yang berkualitas dengan meningkatkan variabel pendidikan dan tidak ada tindak lanjut kedepannya mengenai alokasi dari SDM tersebut. Pendidikan juga menjadi salah satu indikator komposit dalam Indeks Pembangunan Manusia (UNDP, 1993). Pendidikan memiliki peranan sangat penting dalam membentuk kapabiltas penduduk untuk menangkap modernisasi tekhnologi serta mengembangkan potensi diri untuk terciptanya pembangunan yang berkelanjutan, karena salah satu indikator dalam pendidikan yakni buta huruf menjadi salah satu gejala kemiskinan (Tukiran, 2001).Variabel-variabel indeks pendidikan menjadi penting untuk ditelaah untuk mengetahui kondisi IPM dari sisi pendidikan sehingga dapat dilakukan perencanaan yang tepat terhadap permasalahan terkait pendidikan yang terjadi di masing-masing koridor ekonomi MP3EI. 1. 2. Permasalahan Penelitian Dokumen MP3EI memuat rencana strategis untuk mewujudkan kutubkutub perekonomian Indonesia di tiap koridor ekonomi yang telah ditentukan. Ditentukannya kutub-kutub pertumbuhan bedasarkan potensi sumberdaya alam yang ada di masing-masing koridor ekonomi tersebut. Pada bab tiga dokumen MP3EI dijelaskan secara rinci mengenai potensi-potensi sumberdaya alam tiap provinsi masing-masing koridor dan keterkaitan instansi-instansi dalam mengambangkan potensi yang ada di tiap koridor ekonomi tersebut namun tidak membahas secara rinci mengenai ketersediaan sumberdaya manusia yang ada di masing-masing koridor ekonomi yang telah ditentukan pada dokumen MP3EI tersebut. Hal ini mengingat sumberdaya manusia yang berkualitas dapat mengoptimalisasikan potensi sumberdaya yang ada sehingga rencana strategis yang ada pada dokumen MP3EI dapat direalisasikan demi terrwujudnya
3
masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur. Kritik terhadap dokumen MP3EI ini menjadi latar belakang dilakukannya penelitian ini. Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah : 1.
Bagaimana kualitas SDM berdasarkan indeks pendidikan di Indonesia menurut koridor ekonomi MP3EI?
2.
Bagaimana distribusi potensi SDM bidang pendidikan di Indonesia menurut koridor ekonomi MP3EI Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dijelaskan
sebelumnya, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Analisis Potensi Sumberdaya Manusia Bidang Pendidikan Menurut Koridor
Ekonomi
MP3EI
(Masterplan
Percepatan
dan
Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia) ”. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan
yang
ingin
dicapai
dalam
penelitian
ini
yaitu
untuk
mengidentifikasi dan menganalisis : 1. Mengkaji potensi SDM bidang pendidikan menurut koridor ekonomi MP3EI 2. Menganalisis kesesuaian potensi SDM bidang pendidikan dengan potensi sumberdaya alam dalam koridor ekonomi MP3EI dalam mengimbangi potensi SDA di masing-masing koridor MP3EI 1.4. Kegunaan Penelitian Manfaat yang ingin diberikan dalam penelitian ini adalah dapat dijadikan sebagai sumbang saran untuk pertimbangan kebijakan pemerintah dalam melaksanakan rencana kegiatan yang telah disusun dalam dokumen MP3EI. Selain itu, sebagai referensi dalam suatu studi kasus dan menjadi bahan pertimbangan dalam penelitian selanjutnya yang memiliki keterkaitan tema penelitian, sehingga berguna bagi penelitian di masa datang.
4
1.5. Telaah Pustaka 1.5.1. Sumberdaya Manusia Sumberdaya manusia produktif dan berkualitas unggul merupakan faktor penggerak ekonomi dalam pembangunan. Pembangunan yang berhasil adalah pembangunan yang melihat manusia baik sebagai modal pembangunan maupun sebagai komponen pembangunan. Manusia merupakan modal pembangunan karena sesungguhnya tidak ada pembangunan yang tidak menggunakan manusia. Manusia merupakan subjek dan objek dalam pembangunan karena pembangunan itu sendiri memang bertujuan menyejahterakan manusia (Ananta dan Hatmadji, 1985). Sebagai modal pembangunan, maka mutu atau kualitas sumberdaya manusia harus ditingkatkan agar memiliki kualitas unggul dan daya saing tinggi. Thomas Robert Malthus seorang pendeta Inggris yang terkenal dengan teori Malthusnya mengungkapkan bahwasanya pertumbuhan penduduk apabila tidak ada pembatasan, akan berkembang biak dengan cepat dan memenuhi seluruh muka
bumi.
Selain
itu,
manusia
memerlukan
bahan
makanan
untuk
melangsungkan hidup, sedangkan laju pertumbuhan makanan jauh lebih lambat dibandingkan laju pertumbuhan penduduk (Mantra, 2003). Namun, teori Malthus ini memiliki kekurangan karena Malthus menggunakan asumsi bahwa sumberdaya alam dan sumberdaya manusia merupakan suatu koefisien tetap, yang tidak dapat ditingkatkan. Jumlah barang dan jasa
g1
g0 Jumlah penduduk B
C
D
Gambar 1.2. Penduduk sebagai Modal (Ananta dan Hatmadji, 1985)
5
Bedasarkan grafik pada gambar 1.2 walaupun dalam kondisi g0 jumlah C merupakan beban pembangunan, namun kondisi g1 jumlah C justru merupakan modal pembangunan. Dengan kata lain, jumlah penduduk yang besar belum tentu merupakan suatu beban pembangunan. Kualitas sumberdaya manusia berperan penting dalam menentukan apakah suatu jumlah penduduk merupakan beban atau modal pembangunan. Kualitas sumberdaya manusia dapat dianalisis melalui indikator-indikator terkait dengan sumberdaya manusia. Indikator kualitas sumberdaya manusia merupakan salah satu pendekatan untuk mengetahui perkembangan kesejahteraan rakyat (Kasto, 1988 : 121). Banyak penelitian yang menganalisis mengenai kualitas sumberdaya manusia, dalam penelitian yang dilakukan secara regenerasi tersebut disimpulkan bahwa kualitas penduduk ada dua aspek yakni aspek fisik dan non fisik yang kemudian indikator dari kedua aspek tersebut dapat menentukan kualitas sumberdaya manusia. Berdasarkan indikator-indikator yang diteliti dan dipilah maka untuk mengukur kualitas sumberdaya manusia dapat digunakan pendekatan kualitas fisik hidup manusia atau lebih dikenal dengan PQLI yang disusun menggunakan Angka Harapan Hidup setelah Usia Setahun (e1) , Angka Kematian Bayi (IMR) dan melek huruf dewasa (Morris and Morris, 1979) PQLI semakin tertinggal dengan perubahan tuntutan kehidupan manusia di era global. Maka pertengahan periode ini atau sekitar tahun 1988, UNDP menawarkan ide yang tidak jauh berbeda dengan periode sebelumnya, ide ini lebih dikenal dengan memperluas pilihan-pilihan hidup yang lebih baik atau yang lebih dikenal dengan istilah enlarging people choice (UNDP, 1993). Pada periode ini lah, tepatnya tahun 1990 IPM mulai diperkenalkan. Akhirnya dengan berbagai kelemahan yang ada maka pilihan-pilihan hidup yang lebih baik diukur melalui tiga indikator yaitu kesehatan, pendidikan, dan pendapatan. Selanjutnya parameter IPM digunakan sebagai indikator keberhasilan pembangunan sumberdaya manusia (Tukiran, 2011).
6
1.5.2. Aspek Pendidikan dalam Pembangunan Sumberdaya Manusia Pembangunan pendidikan yang merupakan bagian dari pembangunan nasional dan indikator komposit dari Indikator Pembangunan Manusia (IPM) ini memiliki peranan penting dalam terwujudnya kesejahteraan sosial (UNDP, 1993). Pendidikan adalah suatu usaha yang kerap kali dikaitkan dengan investasi dalam bidang sumberdaya manusia. Yang dikorbankan adalah sejumlah dana yang dikeluarkan dan kesempatan memperoleh penghasilan selama proses investasi. Yang diperoleh sebagai imbalannya adalah tingkat penghasilan yang lebih tinggi untuk mencapai tingkat konsumsi yang lebih tinggi pula. Investasi yang demikian dinamakan human capital (Jhingan, 1996:521 522). Teori human capital dalam bidang pendidikan dapat digunakan : (1) sebagai dasar pengambilan keputusan mengenai apakah seseorang melanjutkan atau tidak melanjutkan sekolah, (2) untuk menerangkan situasi tenaga kerja seperti terjadinya pengangguran di kalangan tenaga kerja terdidik, (3) memperkirakan pertambahan penyediaan waktu dari masing-masing tingkat dan jenis pendidikan dalam kurun waktu tertentu, dan (4) dalam menyusun kebijaksanaan pendidikan dan perencanaan tenaga kerja. Don Tappscott (1998) pada bukunya yang berjudul “Digital Economy: Promise and Perilin the Age of Networked Intelligence” mengemukakan 12 tema ekonomi baru akibat dari meluasnya pengaruh internet. Dalam buku tersebut terdapat paparan mengenai tema
ekonomi
berbasis
pengetahuan
(knowledge
based
economy).
Implementasinya adalah hanya pegawai yang memiliki pengetahuan yang luas dan terus menambah pengetahuan yang dapat beradaptasi dengan kondisi perkembangan teknologi dan perubahan lingkungan strategis yang luar biasa cepatnya. Indeks pendidikan adalah angka atau bilangan yang menunjukkan tingkat atau ranking dalam bidang pendidikan (yang termasuk dalam kategori Indeks Pembangunan Manusia/IPM). Indeks pendidikan ini merupakan pencerminan hasil pembangunan bidang pendidikan yang diukur dengan dua pertiga angka melek huruf dan sepertiga rata-rata lama sekolah (Riani, 2004). Pendidikan memiliki peranan sangat penting dalam membentuk kapabilitas penduduk untuk
7
menangkap modernisasi teknologi serta mengembangkan potensi diri untuk terciptanya pembangunan secara berkelanjutan. Karena salah satu indikator dalam pendidikan yakni buta huruf menjadi salah satu gejala kemiskinan (Tukiran, 2001). Dan pendidikan menjadi satu-satunya upaya untuk mengeluarkan penduduk dari The vicious cyrcle of poverty atau lingkaran setan kemisikinan yang mana lingkaran setan ini memiliki sifat berkelanjutan pula sehingga hal ini dapat menghambat pencapaian visi MP3EI di tahun 2025. Pendapatan
Pendidikan
Kemiskinan
Gambar 1.3. The vicious cyrcle of poverty (Payne, 2005) Lingkaran
kemisikinan
terdiri
dari
pendidikan,
pendapatan,
dan
kemiskinan seperti yang diilustrasikan gambar 1.3 ini dimulai dari pendapatan yang rendah sehingga mengakibatkan sifat konsumtif masyarakat juga rendah dalam
memenuhi
kebutuhannya
termasuk
dalam
memenuhi
kebutuhan
pendidikan, pendidikan yang rendah ini menyebabkan pekerjaan yang mampu di dapat merupakan pekerjaan yang kurang prestise dan pekerjaan strata bawah, begitu seterusnya siklus ini terjadi. Seperti halnya virus, siklus tersebut dapat menyebar dari satu generasi ke generasi lainnya, misal dari orang tua ke anaknya. Pendidikan menjadi satu-satunya cara untuk keluar dari lingkaran setan tersebut. Tingginya kesadaran terhadap pendidikan dari seseorang yang berpendapatan rendah mampu mengeluarkannya dari lingkaran setan tersebut. Keberhasilan pendidikan sangat tergantung pada kualitas kesehatan yang dimiliki. Usia harapan hidup yang lebih panjang dapat meningkatkan pengembalian atas investasi dalam pendidikan. Kesehatan yang lebih baik akan menyebabkan rendahnya tingkat depresiasi dari modal pendidikan. Dengan demikian pendidikan dan kesehatan merupakan komponen pertumbuhan dan pembangunan yang vital. Peningkatan 8
mutu pendidikan dan kesehatan merupakan kunci untuk menikmati tingkat kesejahteraan yang lebih baik (Todaro, 2006 : 404-407). Indeks pendidikan merupakan pencerminan hasil pembangunan dalam bidang pendidikan yang mempunyai kedudukan strategis, mengingat kualitas sumberdaya manusia tercermin di dalamnya sangat menentukan tingkat produktivitas suatu masyarakat dalam skala nasional. Terdapat beberapa indikator berdasarkan Indikator Kesejahteraan Rakyat (Inkesra) terdapat beberapa indikator yang menjadi indikator terhadap kondisi pendidikan antara lain : angka partisipasi sekolah (APS), angka melek huruf (AMH), rata-rata lama sekolah, tingkat pendidikan, dan sarana prasana sekolah (jumlah guru dan jumlah sekolah). 1. Angka
Partisipasi
Sekolah
merupakan
indikator
penting
dalam
menentukan indeks pendidikan karena indikator ini digunakan untuk menilai pencapaian pendidikan dasar untuk semua, dan ini menjadi salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs), tepatnya tujuan kedua yaitu pendidikan untuk semua atau Education for All (EFA). Menurut BPS, angka partisipasi sekolah adalah proporsi anak sekolah pada usia jenjang pendidikan tertentu dalam kelompok usia yang sesuai dengan jejang pendidikan tersebut. Angka Partisipasi Sekolah juga dapat menunjukkan apakah akses pendidikan di suatu wilayah dapat dijangkau dengan mudah atau tidak. 2. Angka Melek Huruf adalah salah satu indikator yang dapat menunjukkan terlaksananya pendidikan yang baik bagi masyarakat. Angka melek huruf dapat mendeskripsikan kondisi mutu sumberdaya manusia di suatu wilayah dalam aspek pendidikan (Inkesra, 2011) 3. Rata-rata Lama Sekolah merupakan salah satu indikator pendidikan yang mengindikasikan bahwa sampai sejauh mana seseorang menjalani tingkat pendidikannya. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dijalani maka semakin tinggi pula rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan penduduk usia 15 tahun ke atas untuk menempuh jenis pendidikan formal. 4. Tingkat pendidikan merupakan indikator lain yang dapat digunakan untuk mengetahui kualitas sumberdaya manusia yaitu tingkat pendidikan yang
9
telah ditamatkan atau ijasah terakhir yang dimilikinya. Indikator tingkat pendidikan juga dapat digunakan untuk mengetahui persentase penduduk yang telah menyelesaikan pendidikan dasar 9 tahun (Inkesra, 2011) 5. Sarana dan prasarana merupakan indikator yang menjadi syarat awal dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Komponen penting dalam sarana dan prasarana pendidikan yaitu guru, murid, dan sekolah. Rasio antar komponen tersebut dapat menggambarkan ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan di suatu wilayah. 6. Jumlah Pe Pendidikan erat kaitannya dengan pendapatan dengan determinan tenaga kerja yang menjadi penghubung kedua aspek tersebut. Terkait dengan dokumen MP3EI mengenai kutub-kutub pertumbuhan ekonomi di Indonesia maka kualitas sumberdaya manusia melalui pendidikan memiliki keterkaitan dengan lapangan pekerjaan yang dikembangkan pada koridor-koridor ekonomi. Dalam indikator kualitas sumberdaya manusia, pendidikan merupakan input untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan tenaga kerja merupakan output, secara konvensional, adalah output yang dapat dinilai di pasar. 1.5.3. Pendidikan dalam Dokumen MP3EI Dokumen MP3EI pun membahas mengenai pentingnya aspek pendidikan dalam menciptakan tenaga kerja yang berkualitas. Hal ini dikarenakan pergeseran arah ekonomi yang berbasis pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ekonomi menuntut modernitas dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dibutuhkan, untuk meningkatkan nilai tambah kegiatan ekonomi yang berkelanjutan. Indikator pendidikan yang dibahas pada dokumen ini hanya pada angka partisipasi kasar. Menurutnya semakin tinggi jenjang pendidikan yang diperoleh oleh seseorang maka kualitas sumberdaya manusia tersebut unggul. Padahal indikator pendidikan lainnya perlu menjadi pertimbangan. Angka partisipasi kasar tidak dapat menjadi acuan ataupun asumsi untuk menentukan kualitas unggul
10
tenaga kerja sebagaimana output dari pendidikan. Menurut Kasto (1988) dalam tulisannya menjelaskan bahwa variabel-variabel indikator pendidikan memiliki keterkaitan satu sama lain. Misalnya, angka partisipasi sekolah (APS) tentu harus mempertimbangkan sarana dan prasarana sekolah secara kuantitatif
Universitas (pusat) Riset
Siswa Berprestasi
Siswa berpotensi
Universitas Pengajaran/Politeknik (termasuk pendidikan berkelanjutan)
Community colleges (di tiap kota/Ibukota Kabupaten)
SMA/SMK
Gambar 1.4. Konsep Angka Partisipasi Kasar (Dokumen MP3EI, 2011: 40) MP3EI adalah living document, sehingga apa yang tertulis di dalamnya dapat
senantiasa
diupdate
dan
diperbaiki.
Dalam
mendukung
strategi
pengembangan sektor pembangunan, dimensi spasial merupakan variabel penting yang
harus
dimasukkan
sehingga
diharapkan
dapat
diperoleh
strategi
pengembangan sektor pembangunan yang konkret dan spesifik sesuai dengan potensi dan keunggulan masing-masing koridor ekonomi, dengan demikian, strategi pengembangan koridor ekonomi diharapkan sudah mengintegrasikan aspek sektoral maupun regional. Namun lebih dari itu, kekurangan yang terdapat di MP3EI merupakan kelemahan dasar dalam merancang kebijakan, yaitu asymmetric information. Ketidaksempurnaan informasi membuat sulit untuk memetakan potensi-potensi dari setiap daerahnya, tak terkecuali potensi sumberdaya manusia di setiap daerah. Dengan wilayah yang terbentang luas, dan terdiri atas 500 Kabupaten/Kota dan 33 Provinsi, wajar apabila pemetaan potensi daerah tidak bisa dilakukan dengan
11
sempurna. Menjadi kewajiban pemerintah untuk terus memperbaiki masterplan ini dengan menyesuaikan dengan potensi dan kebutuhan setiap daerahnya. Indonesia tengah berada dalam periode transisi struktur penduduk usia produktif. Pada kurun waktu 2020-2030, penurunan indeks (rasio) ketergantungan Indonesia (yang sudah berlangsung sejak tahun 1970) akan mencapai angka terendah. Implikasi penting dari kondisi ini adalah semakin pentingnya penyediaan lapangan kerja agar perekonomian dapat memanfaatkan secara maksimal besarnya porsi penduduk usia produktif. Kepercayaan, menurut Francis Fukuyama (1995) merupakan modal sosial yang sama pentingnya dengan modal fisik dalam mencapai kejayaan ekonomi di tengah persaingan global. Bila tingkat pendidikan secara umum diasumsikan terus membaik, produktivitas perekonomian negara ini sesungguhnya dalam kondisi meningkat dan tingkat kepercayaan publik pun berjalan beriringan seiring meningkatnya daya beli masyarakat terhadap produk lokal. Hal tersebut tentu akan sangat bermanfaat untuk tujuan percepatan maupun perluasan pembangunan ekonomi Indonesia yang kemudian tidak hanya difokuskan pada objek pembangunannya tapi juga penguatan kapasitas sumberdaya manusia sebagai subjek pembangunan. Sejatinya, kualitas sumber daya manusia masih menjadi tantangan di Indonesia. Dengan pertambahan penduduk yang terus meningkat, masalahmasalah sosial multidimensional yang menyangkut hak dasar dari kebutuhan manusia pun tidak akan ada habisnya (endless problem). Saat ini sekitar 50 persen tenaga kerja di Indonesia masih berpendidikan sekolah dasar dan hanya sekitar 8 persen yang berpendidikan diploma/sarjana (Dokumen MP3EI : 19) . Kualitas sumber daya manusia ini sangat terkait dengan kualitas sarana pendidikan, kesehatan, dan akses ke infrastruktur dasar.
12
MP3EI
Rumusan Masalah 1. Persebaran kualitas SDM di Indonesia sesuai dengan koridor ekonomi MP3EI berdasarkan indeks pendidikan 2. Potensi SDM perlu dipetakan dan bagaimana hubungannya dengan kutub ekonomi yang akan direalisasikan pada tiap koridor ekonomi MP3EI 3. Pengaruh potensi SDM terhadap pertumbuhan kutub-kutub ekonomi di tiap koridor ekonomi MP3EI
SDA
SDM
IPM Pendidikan Enam koridor ekonomi
Kesehatan Ekonomi Indikator Pendidikan 1. Tingkat Pendidikan 2.Rata-rata lama sekolah 3. Angka Partisipasi Sekolah 4. Angka Melek Huruf 6. Sarana dan prasarana
Perhitungan indeks pendidikan Pemetaan (Telah dipetakan dalam dokumen MP3EI)
Pemetaan Indeks Pendidikan Bedasarkan Koridor MP3EI
Analisis Potensi dan Kesesuaian antara SDM dan SDA menurut koridor MP3EI
Gambar 1.5. Diagram Alir Kerangka Pemikiran
13