BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1.1.1 Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition MICE merupakan singkatan dalam bahasa Inggris, yaitu Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran) yang menjadi salah satu andalan pariwisata di berbagai negara. Selain berdampak positif bagi industri pariwisata, MICE sangat berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di kota yang bersangkutan. Di Indonesia, MICE belum dikenal dan dimengerti dengan baik oleh masyarakat, sehingga perkembangan di bidang ini belum diperhatikan dengan baik. Hal ini terbukti pada kurangnya fasilitas-fasilitas pendukung MICE di berbagai kota di Indonesia. Beberapa kota di Indonesia yang tergolong terdepan dalam mendukung MICE adalah Jakarta dan Bali, sedangkan beberapa kota lainnya seperti Yogyakarta, Palembang, Manado, Surabaya, Medan, Jambi, Ujung Pandang, Padang, Batam, Surakarta, Samarinda dianggap memiliki potensi besar. Fakta ini diperkuat oleh pernyataan Christian Goke, Chief Executive Officer Messe Berlin, saat pembukaan pameran pariwisata International Tourismus Borse (ITB) Asia Ke-7, di Singapura, Rabu (29/10/2014) yang mengatakan bahwa transaksi wisata di seluruh dunia mencapai 1,18 triliun dollar AS pada 2014, dari jumlah itu lebih dari separuhnya berasal dari perjalanan bisnis. Menurut Goke, pertumbuhan MICE sangat luar biasa karena lebih dari separuh perjalanan wisata dilakukan dalam rangka MICE1. (dikutip dari). Yogyakarta sebagai salah satu kota besar, digadang-gadang memiliki potensi yang besar untuk memperkuat MICE di Indonesia. Selain memiliki banyak potensi wisata, budaya dan tradisi unik Jawa dilestarikan di kota ini. Rencana pembangunan bandar udara yang baru juga sebagai salah satu faktor
1
http://travel.kompas.com/read/2014/10/30/191000427/MICE.Penggerak.Bisnis.Wisata.Dunia, diakses pada 12 September 2015, 18:48
pendukung untuk menjadikan Kota Yogyakarta sebagai salah satu pusat MICE di Indonesia. Banyak dampak positif yang akan didapat seperti pertumbuhan ekonomi yang makin baik serta sebagai salah satu media promosi budaya bahkan sampai ke mancanegara. ”Untuk MICE, sebenarnya kita sudah cukup kuat di sisi meeting dan incentive. Namun, untuk convention dan exhibition, kendala kita masih pada infrastruktur dan konektivitas. Kita membutuhkan banyak tempat untuk menyelenggarakan konvensi, pameran, dan sebagainya,” kata Presiden Direktur Panorama Group Budijanto Tirtawisata2. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Yogyakarta memerlukan fasilitasfasilitas pendukung MICE yang saat ini belum dapat terpenuhi, yaitu sebuah „Convention Center‟ yang terintegrasi 1.1.2 Perkembangan pusat konvensi di kota-kota besar di dunia Industri MICE memiliki sejarah yang panjang, tentu saja karakteristiknya terus mengalami perubahan. Oleh karena itu, baik gathering, pertemuan, event, dan konvensi, telah menjadi bagian dari kehidupan manusia dan telah terekam dalam sejarah sejak dulu kala. Para arkeolog dunia menemukan beberapa lokasi yang pada zaman dulu digunakan sebagai area pertemuan di mana warga berkumpul untuk mendiskusikan berbagai hal seperti pemerintah, perang, berburu dan perayaan-perayaan adat (Fenich, 2005). Di akhir abad kesembilanbelas dan awal abad keduapuluh, revolusi industri terjadi di berbagai belahan dunia terutama Eropa dan Amerika. Dengan pertumbuhan industri dan perdaganganyang pesat, kebutuhan akan pertemuan dan konvensi menjadi hal yang mutlak. Fak dan Pizam mengatakan bahwa meetings were not confined to businesspeople and professionals but also extended to those individuals who gather to discuss and exchange ideas on political, religious, literaly, recreational, and other various topics (Spiller, 2002). Pertumbuhan dari industri MICE sangat pesar sejak tahun 1950an. Beberapa faktor yang mempengaruhinya seperti meningkatkan pendapatan kebanyakan masyarakat sehingga kecenderungan untuk melakukan perjalanan dan mencari waktu liburan juga meningkat. Didukung dengan perkembangan
2
http://travel.kompas.com/read/2014/10/30/191000427/MICE.Penggerak.Bisnis.Wisata.Dunia, diakses pada 12 September 2015, 18:52
pesat dalam teknologi transportasi dan penyediaan fasilitas MICE secara besarbesaran, industri MICE memiliki masa depan yang menjanjikan. Beberapa faktor spesifik dari industri MICE yang berpengaruh memberikan kontribusi pada perkembangan dan pembangunan 3:
Ekspansi pemerintah dan jajarannya untuk melakukan diskusi dan pertemuan antara sektor-sektor publik dan privat.
Pertumbuhan korporasi multinasional dan agensi-agensi terkait yang tentu saja membutuhkan pertemuan-pertemuan baik interdepartmental maupun interregional.
Pembangunan-pembangunan
pada
berbagai
asosiasi,
perusahaan,
kelompok-kelompok profesional, dan lain sebagainya. Adanya perubahan pada teknik menjual, peluncuran produk dan pertemuan untuk para sales.
Kebutuhan akan informasi terbaru dan metoda melalui pelatihan managemen dalam perusahan, pembangunan dan pengembangan profesi tertentu.
Melalui konferensi, infomasi dapat disampaikan sekaligus kepada sejumlah orang yang terlibat di sana secara langsung.
Akibat makin mendesaknya kebutuhan untuk konvensi dan pertemuan, banyak negara-negara yang mengucurkan investasi besar-besaran untuk pembangunan fasilitas MICE. Baik yang berskala nasional maupun lokal, pusat konvensi di berbagai negara secara aktif terus mempromosikan fasilitas dan penawaran-penawaran terbaik mereka untuk dapat menjadi salah satu destinasi MICE. Pada tahun 1950-an di Copenhagen, Denmark dibangun sebuah pusat
konvensi dan eksibisi Falkornercentret. Selanjutnya pembangunan fasilitas MICE berskala internasional diikuti oleh beberapa negara, hal ini dibuktikan dengan dibangunnya Aula Magna di Caracas, the Palaise des Congress di Brussels, the Kongresshalle di Berlin, de Palais des Liege dan Sala Santitham di Bangkok. Tahun 1966, Jepang membangun the Kyoto International Convention Conference Hall yang terbesar di Asia dengan luas lantai 27.000 meter persegi di atas lahan seluas 156.000 meter persegi. Tahun 1970, beberapa gedung congress center
3
http://kb.psu.ac.th/psukb/bitstream/2553/1518/7/284257_ch2.pdf, diakses pada 25 Oktober 2015, 06:00
diresmikan di Hamburg, Helsinki, Khartoum, Nairobi, Monte Carlo, Seoul, Calgary, Manila, Belgrade, Berlin, Havana, dan Mecca. Tahun 1975 sampai dengan 1980, Inggris meresmikan tujuh buah congress center yang masing-masing mampu menampung sampai 13.000 orang. Sampai sekarang, fasilitas MICE secara aktif dibangun di berbagai negara. Dewasa ini, industri MICE menjadi salah satu sektor yang sangat penting dalam mendukung sektor pariwasata. Industri MICE mampu menarik potensial tamu-tamu wisatawan untuk tinggal lebih lama maupun melakukan kunjungan ulang di destinasi yang bersangkutan (Spiller, 2002, p.6). Berikut tabel rangking negara yang menjadi destinasi MICE untuk meeting menurut data dari ICCA yang dirilis tahun 2013.
Tabel 1.1 Sepuluh Negara Destinasi MICE Ranking
Negara
Jumlah Meeting
1
Amerika Serikat
829
2
Jerman
722
3
Spanyol
562
4
Perancis
527
5
Inggris Raya
525
6
Italia
447
7
Jepang
342
8
Tiongkok
340
9
Brazil
315
10
Belanda
302
(sumber: ICCA, 2013)
Tabel 1.2 Sepuluh Kota Destinasi MICE Ranking
Negara
Jumlah Meeting
1
Paris
204
2
Madrid
186
3
Vienna (Wina)
182
4
Barcelona
179
5
Berlin
178
6
Singapura
175
7
London
166
8
Istanbul
146
9
Lisbon
125
10
Seoul
125
(sumber: ICCA, 2013)
BEIJING Beijing merupakan ibu kota Negara Tiongkok. Kota ini memiliki sebuah pusat konvensi, „The Beijing Convention and Visitors Bureau (BCVB)‟ yang diresmikan tahun 2012 oleh Beijing Municipal Commission of Tourism Development untuk mendukung ibu kota Tiongkok sebagai salah satu pusat MICE dengan skala internasional. Industri MICE di Tiongkok sejalan dengan perkembangan ekonominya yang bertumbuh cepat dengan estimasi perputaran uang mencapai USD 150 Triliyun per tahun. Menurut pihak 'Beijing Convention & Visitors Bureau', pembangunan kota Beijing sebagai sebuah kota MICE adalah tujuan utama dari BCVB berkaitan dengan dampak selanjutnya ke sektor pariwisata, termasuk untuk mendukung pemerintah, otoritas terkait, asosiasi industri dan perusahaan. Oleh karena itu, mereka bertekad untuk bekerja keras dalam semua proyek MICE yang mereka kerjakan. Pusat konvensi andalan di kota Beijing ada 'The China National Convention Center (CNCC)' yang terletak di jantung kota Beijing dengan fasilitas 420 kamar CNCC Grand Hotel. Lokasinya yang berdekatan dengan China National Stadium (tahun 2008 lalu digunakan sebagai tempat upacara pembukaan
dan penutupan Summer Games) serta fasilitas pendukung lain seperti 50 conference hall dan ruang pertemuan, termasuk 77.000 meter persegi ruang pameran, menjadikan CNCC sebagai gedung pusat konvensi terbesar di Beijing. Tidak jauh dari CNCC, terdapat Fairmont Beijing dengan 222 kamar dan dilengkapi dengan ruang multipurpose theater.
Gambar 1.1 The National China Convention Center Sumber: www.cnccchina.com
SINGAPURA Sebagai tuan rumah berbagai acara internasional, Singapore telah memiliki pengalaman dan infrastruktur yang mendukung industri MICE. Banyak acara tahunan berskala internasional yang rutin digelar oleh Singapore Tourism Board. Singapura juga memberikan kesempatan para penyelenggara dan pihakpihak yang bergerak di industri MICE untuk menemukan peluang-peluang bisnis di Asia. “By leveraging Singapore‟s strengths as an international meetings destination in the region, we also aim to add value to partnerships with international industry players by providing key Asia-focused insights and perspectives.” —Neeta Lachmandas, Singapore Tourism Board Venue Suntec International Convention and Exhibition Center beru saja mendapat dana investasi untuk renovasi sebesar USD 147 juta. Singapore Expo's Max Atria yang dibuka tahun 2012 menawarkan 1,3 hektar area untuk MICE dan merupakan tempat MICE pertama di Singapura yang menerima status dari Building and Construction Authority's (BCA) Green Mark Platinum. Di dekatnya
ada hotel Park Royal yang menyediakan 367 kamar tamu dengan konsep hotel di dalam taman.
Gambar 1.2 Suntec International Convention and Exhibition Center Sumber: www.bloomberg.com
SYDNEY salah satu kota termaju di Australia, Sydney akan siap diluncurkan sebagai kota MICE di tahun 2016 ketika lebih dari 20 hektar Sydney International Convention, Exhibition and Entertainment Precinct (SICEEP) dibuka di Darling Harbour. The International Convention Center Sydney (ICC Sydney) akan menjadi kunci utama dari "innovation hub" yang dirancang untuk merefleksikan karakter dan energi dari kota Sydney. ICC Sydney telah digunakan sebagai tempat menyelenggarakan setidaknya empat acara besar berskala internasional. “For association events, meetings in Sydney offer the chance for global thought leaders to connect and collaborate with the many diverse Australian businesses and institutions that have a reputation for creative thinking and global success. There is a real sense that Sydney is undergoing a transformation, with many new infrastructure developments offering great opportunities for future business events.” —Lyn Lewis-Smith, Business Events Sydney Sydney Exhibition Centre @ Glebe Island akan menjadi tuan rumah eksibisi-eksibisi dan trade show sementara proyek gedung konvensi sedang dikerjakan. SEC sendiri memiliki luas sekitar 2 hektar. Di Sydney Olympic Park, terdapat Sydney Showground dengan satu hektar area yang disewakan. Lokasi ini juga berdekatan dengan hotel-hotel yang dapat mengakomodasi 900 kamar tamu
dan menyediakan lebih dari 30 restoran. Doltone House Hyde Park memiliki ballroom yang dapat mengakomodasi 650 tamu dan terletak disebelah Park Hotel Sheraton.
Gambar 1.3 Sydney Convention and Exhibition Center Sumber: www.wtpartnership.com
TOKYO Tokyo akan menjadi tuan rumah untuk Summer Olympics 2020, oleh karena itu kota ini serta seluruh Jepang sedang berbenah besar-besaran untuk mempersiapkannya. Kota Tokyo menyediakan akomodasi sebanyak 96.000 kamar tamu hotel dengan sistem transportasi paling efisien di dunia. Serta tidak akan ada biaya tambahan untuk pelayanan "omotenashi" yang mereka berikan. “Tokyo‟s multifarious convention venues cater to any size of meeting or conference. Our culinary portfolio, Japanese and international, has more Michelin stars than any other city in the world. These, in combination with its dynamic combination of modern convenience and time-honored tradition, make Tokyo a uniquely compelling meeting destination. As host of the 2020 Olympic Games, the warmth of our charm glows stronger now than ever, making this the perfect time and Tokyo the perfect place to inspire each and every guest attending business events here.” —Geraint Holt, Tokyo Convention & Visitors Bureau Tokyo International Forum (TIF) merupakan gedung konvensi dan eksibisi terbesar di pusat kota Tokyo dengan 5.012 kursi di auditoriumnya dan 5.000 meter persegi area eksibisi. Enam hall memiliki sistem yang dapat menginterpretasikan ke delapan bahasa. Tokyo Big Sight, gedung yang sekaligus
menjadi ikon kota Tokyo menyediakan delapan hektar area eksibisi dan hall yang dapat mengakomodasi 800 orang. Lokasinya terletak di sisi selatan Tokyo, Odaiba, di mana terdapat beberapa kantor duta besar serta akses yang mudah baik dari bandara Haneda maupun Narita.
Gambar 1.4 Tokyo Intenational Forum Sumber: dokumen pribadi
VANCOUVER Kota ini merupakan permata di bagian barat Kanada. Kota ini dikelilingi oleh pegunungan yang puncaknya tertutup salju dan pantainya memiliki pasir yang berkilau. Pusat konvensi, hotel-hotel berbintang, dan restoran di Vancouver juga telah memenangkan berbagai penghargaan. Alasan-alasan tersebut membuat ota ini menjadi sangat populer sebagai destinasi pertemuan berskala internasional baik di kalangan penyelenggara maupun tamu. “Vancouver is consistently voted one of the world‟s most livable cities, and has received countless awards and accolades for its attraction to meeting planners and visitors worldwide. We‟ve also achieved the all-important balance between accessibility to destinations worldwide, meeting spaces that can accommodate a range of attendee numbers and tastes, and year-round activity options for post-conference gatherings. It‟s no wonder Vancouver is quickly becoming a central fixture on the world meetings stage.” —Dave Gazley, Tourism Vancouver Vancouver Convention Center telah dua kali memenangkan penghargaan sebagai World's Best Convention Center dari International Association Congress Centers (AIPC). VCC memiliki luas lebih dari empat hektar untuk menggelar acara. VCC merupakan satu-satunya gedung konvensi yang memegang setifikasi LEED Platinum di dunia. Akomodasi disediakan oleh beberapa hotel dan resort,
seperti Grouse Mountain Resort yang mudah dijangkau dengan tram serta menyediakan fasilitas makan untuk lebih dari 1.000 orang. The Fairmont Hotel Vancouver merupakan hotel paling ikonik di Vancouver dengan 556 kamar tamu dan setengan hektar area untuk pertemuan.
Gambar 1.5 Vancouver Convention Center Sumber: en.wikipedia.org
1.1.3 Hubungan MICE dengan sektor ekonomi dan pariwisata Industri MICE (Meetings, Incentives, Conventions and Exhibitons) saat ini menjadi salah satu tombak utama untuk mendorong pengembangan di sektor pariwisata serta penghasil pendapatan cukup besar bagi masyarakat lokal termasuk UMKN. Selain itu, MICE secara tidak langsung mampu membuka lapangan pekerjaan baru dan mendorong berkembangnya investasi asing di sebuah negara. Manfaat yang lain dari kegiatan MICE adalah membuka peluang untuk
berbagi
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi
(knowledge
sharing),
pengembangan jaringan (networking), dan pengembangan kapasitas (capacity building), sehingga MICE dianggap memiliki peran penting sebagai pendorong pengembangan intelektual dan meningkatkan kerjasama regional (UNWTO, 2012). Sebuah badan penelitian, GBTA Foundation (Global Business Travel Association) telah melakukan analisa mengenai pengeluaran selama melakukan perjalanan bisnis berskala internasional dan proyeksi pertumbuhan selama lima tahun ke depan. Penelitian mengenai Global Business Spending Outlook 20112015 menyimpulkan bahwa pengeluaran yang dianggarkan untuk perjalanan bisnis di seluruh dunia rata-rata meingkat sebesar 8,4% pada tahun 2010 setelah
mengalami penurunan sebesar 7,8% pada tahun 2009. Pengeluaran perjalanan global di tahun 2014 hingga 2017 diprediksi akan mengalami pengingkatan tiap tahunnya sekitar 8,2&, 7,4%, 7,2% dan 7,1% (GBTA, 2013). Adanya peningkatan pengeluaran keperluan perjalanan bisnis secara global ini telah meningkatkan penciptaan lapangan kerja secara global sebesar 20% (UNWTO, 2012). Peningkatan pengeluaran untuk perjalanan bisnis secara global ditunjukkan dari angka jumlah peserta meeting yaitu 5,37 juta orang pada tahun 2010 dan 5,52 juta orang pada 2011. Selain itu, tren MICE juga dapat dilihat dari jumlah pelaksanaan pertemuan di wilayah regional yang cenderung stabil. Data yang dapat digunakan untuk memperkirakan tren MICE salah satunya adalah hasil survey ICCA mengenai jumlah meeting yang diadakan di seluruh dunia. Tabel 1.2 Jumlah Meeting di Dunia Tahun 2002 - 2011 Tahun
Jumlah Event (Meeting)
2002
6.155
2003
6.405
2004
7.642
2005
8.121
2006
8.745
2007
9.536
2008
10.149
2009
10.346
2010
10.406
2011
10.070 (Sumber: ICCA, 2012)
Tabel di atas merupakan hasil survey ICCA yang dirilis tahun 2012 yang menunjukkan banyak meeting yang diadakan di dunia dari tahun 2002 sampai 2011. Jumlahnya naik secara signifikan dari tahun 2002 yang hanya 6.155 meeting dan di tahun 2011 yang mencapai 10.070 meeting. Berdasarkan data survei dari UFI yang dirilis tahun 2014, terjadi pertambahan jumlah venue untuk MICE serta luas area untuk indoor exhibition dari 2006 sampai 2011. Ada pertambahan 57 venue untuk pameran indoor seta
3,4 juta meter persegi atau meningkat sebanyak 12%. Di tahun 2011 sendiri, dunia telah memiliki kurang lebih 1.197 venue untuk pameran indoor dengan total luas 32,6 juta meter persegi (UFI,2014). Perkiraan kenaikan tren ini dapat dipastikan dengan adanya pembangunan-pembangunan berskala besar di berbagai belahan dunia terutama kawasan Asia Pasifik yang tentu saja akan membuka peluang besar bagi perkembangan bisnis di industri MICE.
1.1.4 Industri MICE di Indonesia Indonesia saat ini menjadi salah satu destinasi yang diperhitungkan oleh pasar MICE dunia sebagai tujuan menarik (DJPEN,2011). Pertumbuhan ekonomi, stabilitas politik dan keamanan, serta pembangunan-pembangunan terus menerus dalam memenuhi infrastruktur baik bangunan maupun transportasi meningkatkan potensi pasar MICE dunia untuk masuk ke Indonesia. Hal ini terbukti dengan adanya
beberapa
event
meeting
dan
pameran
berskala
internasional
diselenggarakan di beberapa kota di Indonesia. Sektor MICE merupakan indikator kuat perkembangan suatu bangsa, penyelenggaraan sebuah event internasional membutuhkan perangkat keras infrastruktur fisik, dan perangkat lunak SDM yang ahli dan mentalitas pelayanan kelas utama. DUkungan infrastruktur dengan kualitas yang bagus menjadi hal yang sangat penting diantaranya akses udara, jalan atau rel kereta api, convention cneter dengan kualitas bagus, hotel antara bintang tingga hingga bintang lima, destinasi yang atraktif dan memiliki nilai tambah, pemasaran yang baik, dan professional conference organizer (PCO) lokal yang ahli di bidangnya4. Bagi Indonesia sendiri, industri MICE ini akan sangat menguntungkan terutama dampaknya yang mengakibatkan adanya multiplayer effect. Para peserta MICE umumnya memiliki waktu tinggal yang lebih lama karena adanya beberapa acara tembahan seperti tur dan lain sebagainya. Selama melaksanakan kegiatan MICE tersebut, masyarakat di kota tempat diadakannya acara akan mendapat banyak manfaat karena kebutuhan yang harus dipenuhi, mulai dari akomodasi, wisata kuliner, cinderamata, guide, dan transportasi lokal. Dengan adanya hal manfaat-manfaat yang akan dirasakan masyarakat, berarti hal ini akan
4
Warta Ekspor Edisi Juli 2013, Djpen Kemendag RIPotensi kota Yogyakarta sebagai kota MICE
mendukung program pemerintah yang pro-pengentasan kemiskinan, propenciptaan lapangan kerja, dan pro-pertumbuhan (DJPEN, 2013). Pemerintah pusat maupun daerah secara tidak langsung juga terbantu dengan adanya MICE sebab industri ini mampu mendukung berkembanganya potensi
daerah.
Indonesia
memiliki
kawasan
yang
sangat
luas
dan
keanekaragaman budaya, suku, bangsa, dan bahasa. Keanekaragaman tersebut tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Masing-masing daerah, baik pemerintah daerah maupun masyarakatnya tentu saja selalu berusaha untuk memperkenalkan apa yang mereka miliki ke khalayak luas. Tidak hanya budaya kesenian, tetapi lokasi wisata, kehidupan sosial, dan lain sebagainya menjadi bagian dari tujuan tersebut. Setiap bagian-bagian dari kehidupan di lokasi setempat memiliki potensi-potensi luar biasa yang bisa digali untuk kemudian diolah dan dipromosikan secara luas. Dengan adanya MICE, diharapkankan potensi-potensi tersebut dapat muncul dan berkembang, serta menjadi salah satu identitas bangsa Indonesia. Industri MICE juga disebut-sebut sebagai salah satu hal terpenting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kota. Seperti yang telah disebut di atas, suatu kota yang menjadi destinasi MICE akan memberikan dampak luas kepada masyarakat yang tinggal di kota tersebut dengan adanya multiplayer effect. Tentu saja hal ini akan menaikkan pemasukan masyarakat dan mempercepat perputaran uang. Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi kota akan meningkat. Masyarakat yang bergerak di bidang ekonomi kreatif, misalnya dalam hal ini adalah mereka yang menjalankan usaha di bidang event organizer, kerajinan, UMKM, dan lain sebagainya
yang
diharapkan
menerima
keuntungan
terbesar
sehingga
pertumbuhannya juga makin baik. Namun, berbeda dengan negara-negara di Eropa, Amerika, dan beberapa negara di Asia, fasilitas untuk mendukung kegiatan MICE di Indonesia masih terbatas pada convention hotel saja: Aryaduta Hyatt Hotel, Borobudur Intercontinental Hotel, Grand Hyatt Hotel, Hotel Indonesia International, Bidakara Hotel, dan lain sebagainya sampai adanya renovasi besar-besaran di Balai Sidang Senayan menjadi Jakarta Convention Center (JCC) dalam rangka mempersiapkan KTT X Gerakan Non Blok di Indonesia tahun 1991. Disusul dibangunnya Jakarta Design Center dengan fasilitas ruang pameran tetap dan temporer, ruang seminar, ruang audio visual, dan ruang pertemuan. Kemudian
Jakarta International Trade Fair juga dibangun dengan fasilitas exhibition dan trade mart, serta convention hall dengan 6.000 kursi5. 1.1.5
Perlunya sebuah Convention and Exhibition Center yang terintegrasi Untuk mendukung tercapainya tujuan yaitu mempersiapkan kota
Yogyakarta sebagai salah satu destinasi MICE, fasilitas berupa sebuah Convention dan Exhibition Center yang terintegrasi dengan fasilitas lain dibutuhkan. Peserta MICE secara umum memiliki waktu singgah lebih lama, sehingga mereka akan membutuhkan fasilitas pendukung seperti akomodasi yang nyaman, makanan, dan alternatif wisata (DJPEN,2014). Beberapa kebutuhan yang perlu terintegrasi: a. Convention Hall b. Exhibition Hall c. Akomodasi (Penginapan) d. Food and Beverages e. Entertainments Untuk mencapai tujuan untuk saling mengintegrasikan bangunan, akses dan sirkulasi akan sangat menentukan. 1.1.6
Integrasi dengan aspek fungsi komersial sebagai dasar perancangan Convention and Exhibition Center Bangunan komersial merupakan bangunan gedung yang difungsikan
untuk mewadahi aktivitas komersial yang bertujuan mendatangkan keuntungan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk menunjang keberhasilan
fungsinya,
perancangan
bangunan
komersial
perlu
mempertimbangkan berbagai aspek baik dari sisi tampilan bangunan, pertimbangan efisiensi, keamanan, maupun peluang pengembangan 6. Convention dan Exhibition Center termasuk bangunan komersial, sehingga dalam pembangunannya memerlukan pertimbangan-pertimbangan aspek komersial. Pada perancangan sebuah Convention dan Exhibition Center, pertimbangan investasi dan pemasukan yang akan diterima pemilik merupakan salah satu hal yang penting. Beberapa cara dapat dicapai berkenaan dengan tujuan bangunan komersial: 5 6
Jakarta Convention Center dan Industri Wisata Konvensi, Kompas, Jakrta, 19 September 1992 Marlina, Endy. 2014. Panduan Perancangan Bangunan Komersial. Jakarta: Andi.
a. Memperhitungkan
feasibility
study
sebelum
perancangan
(menentukan luasan, banyak lantai, struktur, dan material yang akan digunakan berdasarkan perhitungan secara ekonomi). b. Perancangan denah dan layout bangunan disesuaikan dengan perhitungan feasibility study. c. Perancangan denah dan layout bangunan yang aksesibel dan efisien. d. Perancangan detail-detail arsitektural yang fleksibel, adaptable, dan efisien.
1.2. Perumusan Masalah 1.2.1 Permasalahan Umum a. Mendukung industri MICE di Yogyakarta dengan menciptakan sebuah fasilitas MICE yang memiliki kemampuan untuk menampung kegiatan baik yang berskala nasional maupun internasional. b. Mendukung pertumbuhan berbagai sektor di kota Yogyakarta dengan menempatkan sebuah fasilitas MICE yang terintegrasi sehingga kota dapat menjadi salah satu destinasi MICE yang dilirik dunia internasional. 1.2.2 Permasalahan Khusus a. Perancangan fasilitas yang mendukung kegiatan MICE baik untuk kegiatan berskala nasional maupun internasional dengan desain ruang-ruang yang multifungsi, fleksibel, dan akses yang nyaman baik bagi penyelenggara, peserta, maupun tamu. b. Adanya integrasi antara bangunan utama yang memiliki fungsi konvensi dan eksibisi dengan bangunan pendukung lainnya seperti akomodasi, parkir, dan hiburan. c. Perancangan fasilitas bangunan MICE yang dukung oleh pendekatan secara komersial sehingga dapat mendatangkan keuntungan finansial secara maksimal .
1.3. Tujuan dan Sasaran Pembahasan 1.3.1 Tujuan Pembahasan Tujuan dari pembahasan bangunan yang mampu memfasilitasi kegiatan MICE adalah untuk mendapatkan studi alternatif perancangan gedung convention dan exhibition center yang terintegrasi sehingga mampu menampung berbagai kegiatan berskala nasional dan internasional dengan pendekatan fungsi komersial yang dicapai melalui penyelesaian layout denah ruang dan sirkulasi. 1.3.2 Sasaran Pembahasan Sasaran pembahasan adalah untuk mengetahui persyaratan dan studi kelayakan sebuah bangunan convention dan exhibition center berdasarkan tingkat kefleksibilitasannya yang akan berdampak pada keuntungan finansial setelah gedung dibanguan dan digunakan. Penekanan pada hal-hal yang terkait dengan fungsi komersial dan fleksibilitas akan dipelajari lebih dalam untuk mencapai persyaratan bangunan komersial yang multifungsi. Selain itu aspek arsitektural seperti akustik dan pencahayaan yang sesuai standar juga menjadi salah satu pembahasan penting.
1.4. Lingkup dan Metode Pembahasan 1.4.1 Lingkup Pembahasan a. Pembahasan non arsitektural terkait dengan eksisting di Jogja Expo Center sebagai lokasi pembangunan convention dan exhibition center termasuk regulasi yang ada. b. Pembahasan terbatas pada convention dan exhibition center dengan penekanan fleksibilitas ruang dan sirkulasi yang berkaitan dengan fungsi komersial. c. Penekanan arsitektural lainnya ada pada sistem struktur yang digunakan yang juga akan berpengaruh pada fungsi komersial. d. Studi kelayakan bangunan secara sederhana akan menjadi salah satu parameter dalam penentuan proses dan perancangan gedung convention dan exhibition center.
1.4.2 Metode Pembahasan Metode pembahasan dilakukan dengan metode deskriptif, yaitu dengan menguraikan dan menjelaskan data kualitatif. Data kemudian dianalisis untuk memperoleh kesimpulan. Pengumpulan data dilakukan dengan: Data primer: -
Survei dan observasi site
-
Observasi dan studi banding ke beberapa bangunan convention dan exhibition center untuk melakukan pengumpulan data dan analisis dengan tujuan memperoleh gambaran tentang program ruang dan persyaratannya.
Data sekunder: -
Studi literatur untuk mendapatkan data-data mengenai standar dan persyaratan bangunan publik, multifungsi, dan komersial sebagai landasan teori yang tepat untuk menganalisis data yang telah diperoleh sebelumnya. Selanjutnya data dianalisis dengan metorde deskriptif dan analisis sehingga didapatkan pokok permasalahan yang spesifik. Hasil analisis akan digunakan untuk konsep perancangan dan perencanaan arsitektural.
1.5. Keaslian Penulisan Penulisan mengenai convention and exhibition center pernah ditulis di dengan beberapa judul serupa dengan pendekatan yang berbeda dan dijadikan landasan dalam penulisan laporan: -
Setiady (03/171455/TK/29089), 2007, Convention and Exhibition Center Studi Fleksibilitas Ruang Konvensi dan Eksibisi
-
Dhani Prayogo (03/164720/TK/28191), Convention Center di Bali dengan Penekanan Aplikasi Teknologi Tinggi sebagai Penyelesaian Permasalah Desain
-
Vian Chandra Gunawan (03/164777/TK/28244), 2009, Convention Cneter di Surakarta Penekanan pada Arsitektur Berkelanjutan
-
Gigih Marang Kawitan (09/281228/TK/34867), 2013, Pengembangan MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) Kota Surakarta
-
Nurseto Nugroho (04/76433/TK/29314), 2009, Jogjakarta Cultural and Convention Center Landasan Konsepsual Perencanaan dan Perancangan
Perancangan Convention and Exhibition Center dalam tugas akhir ini akan lebih berfokus pada hubungannya dengan fungsi komersial termasuk studi kelayakan
secara ekonomi. Selanjutnya, aspek-aspek arsitektural dan non-arsitektural menjadi pegangan utama dengan tetap memperhatikan aspek dari kegunaannya sebagai bangunan multifungsi dan komersial.
1.6. Sistematikan Penulisan Sistematika penulisan untuk menyusun perencanaan dan perancangan re-desain Jogja Expo Center sebagai Yogyakarta’s Integrated Convention Center ini adalah: BAB I Pendahuluan Berisi mengenai latar belakang permasalahan mengenai industri MICE di dunia maupun di Indonesia sampai saat ini, tujuan dan sasaran pembahasan, metode pembahasan, dan sistematikan penulisan perancangan convention and exhibition center, serta dilengkapi dengan keaslian penulisan, pola pikir, dan gagasan awal. BAB II Tinjauan Pustaka Bab kedua berisi tinjauan pustaka baik umum maupun spesifik mengenai industri MICE dan bangunan Convention and Exhibition Center disertai dengan berbagai preseden bangunan serupa di Indonesia maupun di dunia beserta hasil analisisnya. Selanjutnya, pembahasan mengenai studi kelayakan bangunan dan keterkaitan dengan fungsi komersial dijelaskan dengan data asumsi yang telah dikonsultasikan pada perusahaan kontraktor yang aktif berpraktek dalam bidang yang bersangkutan. BAB III Analisis Berisi tentang analisa tapak yang akan dirancang, mulai dari kondisi fisik dan eksisting pada site, faktor-faktor yang mempengaruhinya, sampai kelayakan site untuk sebuah bangunan Convention and Exhibition Center. Selain itu, dijabarkan pula konteks lingkungan, fungsi, bentuk bangunan, sirkulasi dan program kebutuhan ruang hasil dari analisa data yang dilakukan sebelumya. BAB IV Konsep Perencanaan dan Perancangan Pada bab keempat dijelaskan mengenai konsep perencanaan dan perancangan Yogyakarta’s Integrated Convention Center dengan penekanan pada fungsi komersial. Selanjutnya dipaparkan data mengenai analisa tapak, zonasi, program dan layout ruang dalam maupun luar bangunan, sirkulasi vertikal maupun horizontal, serta integrasinya dengan bangunan-bangunan lain untuk mendukung tujuan utama bangunan. Selanjutnya diberikan juga gamabr-gambar skematik mengenai denah
bangunan mulai dari parkir, lantai per bangunan, tipikal ruang pertemuan, hall, ruang pameran, ruang konvensi, hingga rooftop.
Gagasan dan Pola Pikir
Gagasannya adalah memberikan fasilitas yang sesuai standar untuk kebutuhn MICE baik acara berskala nasional dan internasional untuk mendukung kota Yogyakarta sebagai salah satu destinasi MICE. Yogyakarta telah memiliki berbagai destinasi wisata (sebagai pendukung) untuk peserta MICE, potensi besar untuk industri MICE, dan adanya tren baik dalam industri ini. Dengan adanya sebuah fasilitas MICE yang baik, makin banyak acara yang dapat diselenggarakan, makin banyak tamu yang datang di Yogyakarta, makin banyak income untuk berbagai sektor.