BAB I PENDAHULUAN
1.2.
Latar Belakang Sejak abad 21 (abad pengetahuan) dunia memasuki era globalisasi
sebagai akibat dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Untuk itu sangat dituntut agar setiap orang dapat menguasai IPTEK dan beradaptasi dengan keadaannya. Itu berarti sumber daya manusia tersebut harus mempunyai mutu yang tinggi dan memiliki kemampuan komparatif, inovatif, kompetitif, dan mampu berkolaboratif sehingga lebih mudah menyerap informasi baru, mempunyai kemampuan yang handal dalam beradaptasi untuk menghadapi perubahan zaman yang semakin cepat. Oleh karena itu peningkatan mutu pendidikan nasional dalam anti dan lingkup bias merupakan titik berat pembangunan di bidang pendidikan. Soejadi (1999: 1) mengemukakan bahwa pendidikan satu-satunya wadah kegiatan yang dapat dipandang dan seyogianya berfungsi untuk menciptakan sumber daya manusia yang bermutu tinggi. Hal ini berarti pendidikan dituntut untuk dapat menghasilkan lulusan yang diharapkan mampu memecahkan masalah, berfikir kritis, kreatif, dan kompetitif sehingga dapat mengekspresikan diri mereka dalam menghadapi perkembangan zaman. Pada abad 21 ini perkembangan teknologi informasi sudah berkembang secara pesat, begitu juga dengan dunia pendidikan yang harus mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti perkembangan teknologi informasi dan komunikasi tersebut, sehingga nantinya dapat menghasilkan peserta didik yang tidak gagap teknologi. Sejalan dengan diterapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dimana materi pelajaran yang disampaikan disesuaikan dengan kondisi peserta didik, maka peran guru sangat menentukan sekali pada proses
1
pembelajaran. Peserta didik harus terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran dan guru hanya sebagai pembimbing. Guru harus tepat dalam menentukan metode pembelajaran sehingga peserta didik dapat lebih mudah dalam memahami materi pelajaran. Terkait dengan pembelajaran, tuntutan abad 21 menuntut perubahan reorientasi dalam pembelajaran yaitu dari; (1) menggeser paradigma pembelajaran dari 'asumsi tersembunyi' bahwa pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari 'otak/pikiran' guru ke 'otak/pikiran' siswa, menuju pembelajaran yang lebih 'memberdayakan' seluruh aspek kemampuan siswa. (2) menggeser paradigma pembelajaran dari berpusat pada guru (teacher centred learning) menuju pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centred learning), self directed learning
(belajar
mandiri),
dan
pemahaman
diri
(metakognisi)
karena
pembelajaran ini dirasa lebih memberdayakan siswa dalam segala aspek. (3) menggeser dari belajar 'menghafal' konsep menuju belajar 'menemukan' dan 'membangun'
(mengkonstruksi)
sendiri
konsep,
yang
terbukti
mampu
meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir tingkat tinggi, kritis, kreatif dan terampil memecahkan masalah, (4) menggeser dari belajar individual klasikal menuju pembelajaran kelompok kooperatif yang tidak hanya mengajari ketrampilan berpikir saja namun juga mampu mengajari siswa ketrampilanketrampilan lainnya (keterampilan sosial). Dalam kurun waktu yang amat cepat beberapa dasawarsa terakhir telah terjadi revolusi internet di berbagai negara serta penggunaannya dalam berbagai bidang kehidupan. Keberadaan internet pada masa kini sudah merupakan satu kebutuhan pokok manusia modern dalam menghadapi berbagai tantangan perkembangan global. Kondisi ini sudah tentu akan memberikan dampak terhadap corak dan pola-pola kehidupan umat manusia secara keseluruhan. Dalam kaitan ini, setiap orang atau bangsa yang ingin lestari dalam menghadapi tantangan global, perlu meningkatkan kualitas dirinya untuk beradaptasi dengan tuntutan yang berkembang. TIK telah mengubah wajah pembelajaran yang berbeda dengan
2
proses pembelajaran tradisional yang ditandai dengan interaksi tatap muka antara guru dengan siswa baik di kelas maupun di luar kelas. Di masa-masa mendatang, arus informasi akan makin meningkat melalui jaringan internet yang bersifat global di seluruh dunia dan menuntut siapapun untuk beradaptasi dengan kecenderungan itu kalau tidak mau ketinggalan jaman. Dengan kondisi demikian maka pendidikan khususnya proses pembelajaran cepat atau lambat tidak dapat terlepas dari keberadaan komputer dan internet sebagai alat bantu utama Hal yang paling mutakhir adalah berkembangnya apa yang disebut “cyber teaching” atau pengajaran maya, yaitu proses pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan internet. Istilah lain yang makin poluper saat ini ialah elearningyaitu satu model pembelajaran dengan menggunakan media teknologi komunikasi dan informasi khususnya internet. Menurut Rosenberg (2001; 28), elearning merupakan satu penggunaan teknologi internet dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang berlandaskan tiga kriteria yaitu: (1) elearning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan, mendistribusi dan membagi materi ajar atau informasi, (2) pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan menggunakan teknologi internet yang standar, (3) memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di balik paradigma pembelajaran tradisional. Saat ini elearning telah berkembang dalam berbagai model pembelajaran yang berbasis TIK seperti: CBT (Computer Based Training), CBI (Computer Based Instruction), Distance Learning, Distance Education, CLE (Cybernetic Learning Environment), Desktop Videoconferencing, ILS (Integrated Learning Syatem), LCC (LearnerCemterted Classroom), Teleconferencing, WBT (Web-Based Training), dsb. Sebagai bangsa dan sebagai komunitas dunia, hampir dipastikan semua negara memiliki kepentingan tentang akses teknologi informasi yang ada. Tentu saja negara memiliki peran dan memiliki kebijakan akan penguasaan teknologi
3
yang dikembangkan sehingga tentang apa, bagaimana dan untuk apa teknologi itu dimanfaatkan secara maksimal oleh negara tersebut. Berkaitan dengan percepatan penguasaan teknologi suatu negara kata kuncinya adalah bagaimana kinerja stoke holder lembaga pendidikan itu berperan. Suatu negara yang sadar akan kelemahan dan kekurangan akan penguasaan teknologi pastilah mereka akan berpacu dan tidak tinggal diam supaya kemajuan teknologi dapat mampir dan berkembang di negara tersebut. 1.2.
Rumusan Masalah Rumusan masalah yang dijabarkan pada paper ini adalah :
1.
Bagaimanakah perspektif pendidikan abad-21 ?
2.
Apa sajakah model pembelajaran abad-21 (yang salah satunya menggunakan model penyampaian menggunakan E-learning) ?
1.3.
Tujuan Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan pembuatan paper ini adalah
sebagai berikut : 1.
Mengetahui bagaimana perspektif pendidikan pada abad-21.
2.
Mengetahui macam-macam model pembelajaran abad-21 yang salah satunya menggunakan model penyampaian menggunakane-learning.
1.4.
Ruang Lingkup Yang dibahas dalam paper ini adalah berdasarakan tujuan yang telah
dijabarkan.
4
BAB II PEMBAHASAN
2.1.
Definisi E-Learning E-Learning adalah pendekatan pembelajaran melalui perangkat komputer
yang tersambung ke internet, dimana peserta didik berupaya memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya. E-Learning merupakan aplikasi internet yang dapat menghubungkan antara pendidik dan peserta didik dalam sebuah ruang belajar online (Prakoso, 2005). E.-Learning ternyata untuk mengatasi keterbatasan antara pendidik dan peserta didik, terutama dalam waktu dan ruang. Jadi tidak harus berada dalam satu dimensi waktu dan ruang, artinya bisa kapan saja. Beberapa pandangan yang mengarah pada definsi E-Learning dapat dikemukakan sebagai berikut: a.
E. Learning adalah konvergensi antara belajar dan internet(bank of America securities).
b.
E-Learning menggunakan kekuatan dan jalinan kerja, terutama dapat terjadi dalam teknologi internet, tetapi juga dapat terjadi dalam jalinan kerja satelit dan pemuasan digital untuk keperluan pembelajaran(Ellif Tronsen).
c.
E-Learning adalah mengunakan jalinan kerja teknologi untuk mendisain, mengirim, memilih, mengorganisasikan pembelajaran(Elliot Masie).
d.
E-Learning adalah pembelajaran yang dapat terjadi di internet(Cisco System).
e.
E-Learning adalah dinamik, beroperasi pada waktu yang nyata , kolaborasi, individu, komprehensif(GregPriest).
2.1.1. Pengertian Dan Fungsi Internet
5
Secara harfiah, internet kependekan dari ”inter-network” ialah rangkaian komputer yang berhubung menerusi beberapa rangkaian. Internet(International networking) adalah kumpulan luas dari jaringan komputer yang saling terhubung di seluruh Dunia. The Internet is a worldwide, publicly accessible series of interconnected computer networks that transmit data by packet switching using the standard Internet Protocol(IP). It is a”network of networks”that consists of millions of smaller domestic, academic,business, and government networks, which together carry various information and services, such as electronic mail, online chat, file transfer, and the interlinked web pages and other resources of the world wide web (www). Fungsi utama internet adalah media untuk komunikasi dan pertukaran informasi. E-mail memungkinkan kita mengirim surat dan file jenis lain kepada para pengguna internet. Fasilitas internet yang paling terkenal adalah WWW(World Wide Web), adalah bagian internet yang relatif baru, sedangkan fungsi seperti mengirim dan menerima Electronic Mail. Fungsi lain internet diantaranya sebagai berikut:
Resource Sharing Fungsi Resource Sharing diartikan bahwa internet dapat berfungsi
sebagai ”tempat berbagi”, di mana setiap pengguna internet dapat mencurahkan segala ilmu pengetahuan, dan pendapat pribadinya di server-server internet sehingga pengguna lain dapat membacanya. Selain itu di internet bila kita temukan berbagai sumber pengetahuan buku-buku gratis, CD gratis, dan bahkan dapat disebutkan kita akan mendapatkan segala hal melalui internet ini.
Resource Discovery Resource Discovery artinya internet dapat kita gunakan sebagai sumber
penelitian, karena sumber daya internet ini menyediakan berbagai white paper, situs-situs ilmu pengetahuan, jurnal-jurnal ilmiah, hasil-hasil penelitian, website
6
universitas diseluruh dunia, website para profesor, para ahli dan lembaga-lembaga penelitian di seluruh dunia, bahkan skripsi, tesis, disertasi bisa kita dapatkan melalui internet ini.
Komunikasi Komunikasi ini diartikan bahwa internet dapat berfungsi sebagai alat
komunikasi, baik komunikasi secara statis misalnya website, e-mail, mailinglist (milis) dan lain-lain atau bahkan dapat pula digunakan sebagai alat komunikasi dinamis misalnya: suara, gambar, video. Dengan menggunakan internet ini maka proses komunikasi dapat berjalan dengan baik dan yang terpenting adalah menggunakan biaya yang cukup murah.
Komunitas Fungsi komunitas adalah internet yang berfungsi sebagai tempat
berkumpul, mencari teman, mencari relasi, melakukan sosialisasi, bertukar fikiran, berdiskusi, atau aktifitas-aktifitas lainnya yang berhubungan dengan komunitas. Contoh yang saat ini sedang trend adalah: Friendster dan bloog.
E-mail E-mal (Electronik mail) merupakan salah satu layanan utama dalam
teknologi internet, di mana setiap pemakai bisa mendapatkan e-mail account di internet sebagai kotak pos elektronik yang sifatnya maya tempat user lain menyimpan surat elektroniknya yang ditujukan ke pemilik e-mail tersebut.
FTP (File Transfer Protocol) Merupakan protokol yang mengatur proses pemindahan data berbentuk
file dari satu komputer ke komputer lainnya. Biasanya proses transfer file ini berlangsung dengan cara file yang akan dikirimkan ke komputer lain akan di transfer terlebih dulu ke srver FTP atau diistilahkan dengan istilah upload ke server, sedangkan komputerlainnya yang membutuhkan file tersebut akan
7
memindahkannya dari server ke PC yang bersangkutan atau dengan istilah download.
Web Web atau istilah lengkapnya WWW (World Wide Web) merupakan
teknologi yang paling populer di internet, bahkan istilah internet saat ini biasanya di konotasikan sebagai Web, kepopuleran teknologi internet disebabkan dari beragamnya layanan dari web ini. Selain informasi dapat ditampilkan pada web secara menarik, dinamis serta enak untuk dilihat. Selain itu pada web dapat diterapkan berbagai teknologi misalnya webmail, eCommerce, search engine, blooger, friendster dll.
Newsgroup Newsgroup pada awal internet ini berkembang di desain untuk
memudahkan para pengguna internet mendapatkan informasi. Pada penggunaan newsgroup dapat dilakukan diskusi dan tukar fikiran membahas satu topik. Namun seiring dengan penggunaan teknologi web, newsgroup saat ini sudah jarang dipakai tergantikan oleh teknologi web yang menawarkan berbagai kemudahan dan teknologi. 2.1.2.
Komponen-komponen e-learning Dalam konsep e-learning, tidak saja materi pelajaran disediakan secara
online, tetapi juga ditandai dengan adanya suatu sistem (berupa software) yang mengatur dan memonitor interaksi antara guru dan siswa (dosen dengan siswa), baik bersifat langsung (synchronoius) atau tertunda (asynchronoius). Dalam elearning sistem ini dikenal dengan istilah LMS/CMS (Learning/Course Management System). Software LMS komersial yang popular diantaranya adalah WebCT, Blacckboard, TopClass, eCollege. Sedangkan yang merupakan open source yang banyak dikenal di antaranya adalah Dokeos (yang dipakai UNEJ) dan Moodle. LMS/CMS tidak saja menyediakan ruang bagi dosen untuk menaruh materi pelajaran tetapi juga menyediakan fasilitas lain seperti komunikasi
8
langsung (chatting, teleconference, video conference), komunikasitertunda (email, mailing-list), pelacak progress (progress tracking), materi pelajaran (silabus, materi pelajaran, kumpulah soal-soal, latihan online). Ada beberapa keunggulan e-learning dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional di antaranya adalah: a.
Pembelajaran jarak jauh, e-learning memungkinkan pembelajar untuk menimba ilmu tanpa harus secara fisik menghadiri kelas.
b.
E-Learning dapat mempersingkat jadwal target waktu pembelajaran.
c.
E-Learning menghemat biaya yang harus dikeluarkan oleh sebuah program studi atau program pendidikan.
d.
E-Learning mempermudah interaksi antara peserta didik dengan bahan atau materi, peserta didik dengan dosen, guru, instruktur maupun sesame peserta didik.
e.
Fleksibilitas dari sisi waktu dan tempat. Suasana tidak menegangkan. Dengan e-learning suasana belajar tidak menegangkan seperti tatap muka langsung. Siswa lebih berani melakukan latihan online karena tidak takut malu atau dibentak kalau melakukan kesalahan.
f.
Mudah meremajakan materi. Berbeda dengan meremajakan materi pelajaran yang tersusun dalam bentuk buku cetak, materi online dapat diremajakan setiap saat.
g.
Peserta didik dapat merasa senang dan tidak bosan dengan materi yang diajarkan karena menggunakan alat bantu seperti video, audio dan juga dapat menggunakan alat bantu seperti komputer bagi sekolah yang sudah mempunyai peralatan komputer.
2.2.
Teknologi Dan Informasi Dalam Pendidikan
9
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Menurut Rosenberg (2001), dengan berkembangnya penggunaan TIK ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu: (1) dari pelatihan ke penampilan, (2) dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja, (3) dari kertas ke “on line” atau saluran, (4) fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja, (5) dari waktu siklus ke waktu nyata. Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, email, dsb. Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut. Guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan siswa. Demikian pula siswa dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan menggunakan komputer atau internet. Hal yang paling mutakhir adalah berkembangnya apa yang disebut “cyber teaching” atau pengajaran maya, yaitu proses pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan internet. Istilah lain yang makin poluper saat ini ialah e-learning yaitu satu model pembelajaran dengan menggunakan media teknologi komunikasi dan informasi khususnya internet. Menurut Rosenberg (2001; 28), e-learning merupakan satu penggunaan teknologi internet dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang belandaskan tiga kriteria yaitu: (1) e-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan, mendistribusi dan membagi materi ajar atau informasi, (2) pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer
dengan
menggunakan
teknologi
internet
yang
standar,
(3)
memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di balik paradigma pembelajaran tradisional. Saat ini e-learning telah berkembang dalam berbagai model pembelajaran yang berbasis TIK seperti: CBT (Computer Based Training), CBI (Computer Based Instruction), Distance Learning, Distance Education,
CLE
(Cybernetic
Learning
Environment),
Desktop
Videoconferencing, ILS (Integrated Learning Syatem), LCC (Learner-Cemterted Classroom), Teleconferencing, WBT (Web-Based Training), dsb.
10
Satu bentuk produk TIK adalah internet
yang berkembang pesat di
penghujung abad 20 dan di ambang abad 21. Kehadirannya telah memberikan dampak yang cukup besar terhadap kehidupan umat manusia dalam berbagai aspek dan dimensi. Internet merupakan salah satu instrumen dalam era globalisasi yang telah menjadikan dunia ini menjadi transparan dan terhubungkan dengan sangat mudah dan cepat tanpa mengenal batas-batas kewilayahan atau kebangsaan. Melalui internet setiap orang dapat mengakses ke dunia global untuk memperoleh informasi dalam berbagai bidang dan pada glirannya akan memberikan pengaruh dalam keseluruhan perilakunya. Dalam kurun waktu yang amat cepat beberapa dasawarsa terakhir telah terjadi revolusi internet di berbagai negara serta penggunaannya dalam berbagai bidang kehidupan. Keberadaan internet pada masa kini sudah merupakan satu kebutuhan pokok manusia modern dalam menghadapi berbagai tantangan perkembangan global. Kondisi ini sudah tentu akan memberikan dampak terhadap corak dan pola-pola kehidupan umat manusia secara keseluruhan. Dalam kaitan ini, setiap orang atau bangsa yang ingin lestari dalam menghadapi tantangan global, perlu meningkatkan kualitas dirinya untuk beradaptasi dengan tuntutan yang berkembang. TIK
telah
mengubah wajah pembelajaran yang berbeda dengan proses pembelajaran tradisional yang ditandai dengan interaksi tatap muka antara guru dengan siswa baik di kelas maupun di luar kelas. Di masa-masa mendatang, arus informasi akan makin meningkat melalui jaringan internet yang bersifat global di seluruh dunia dan menuntut siapapun untuk beradaptasi dengan kecenderungan itu kalau tidak mau ketinggalan jaman. Dengan kondisi demikian maka pendidikan khususnya proses pembelajaran cepat atau lambat tidak dapat terlepas dari keberadaan komputer dan internet sebagai alat bantu utama.
Majalah Asiaweek terbitan 20-27 Agustus 1999 telah
menurunkan tulisan-tulisan dalam tema "Asia in the New Millenium" yang memberikan gambaran berbagai kecenderungan perkembangan yang akan terjadi di Asia dalam berbagai aspek seperti ekonomi, politik, agama, sosial, budaya, kesehatan, pendidikan, dsb. termasuk di dalamnya pengaruh revolusi internet
11
dalam berbagai dimensi kehidupan. Salah satu tulisan yang berkenaan dengan dunia pendidikan disampaikan oleh Robin
Paul
Ajjelo dengan
judul
"Rebooting:The Mind Starts at School". Dalam tulisan tersebut dikemukakan bahwa ruang kelas di era millenium yang akan datang akan jauh berbeda dengan ruang kelas seperti sekarang ini yaitu dalam bentuk seperti laboratorium komputer di mana tidak terdapat lagi format anak duduk di bangku dan guru berada di depan kelas. Ruang kelas di masa yang akan datang disebut sebagai "cyber classroom" atau "ruang kelas maya" sebagai tempat anak-anak melakukan aktivitas pembelajaran secara individual maupun kelompok dengan pola belajar yang disebut "interactive learning" atau pembelajaran interaktif melalui komputer dan internet. Anak-anak berhadapan dengan komputer dan melakukan aktivitas pembelajaran secara interaktif melalui jaringan internet untuk memperoleh materi belajar dari berbagai sumber belajar. Anak akan melakukan kegiatan belajar yang sesuai dengan kondisi kemampuan individualnya sehingga anak yang lambat atau cepat akan memperoleh pelayanan pembelajaran yang sesuai dengan dirinya. Kurikulum dikembangkan sedemikian rupa dalam bentuk yang lebih kenyal atau lunak dan fleksibel sesuai dengan kondisi lingkungan dan kondisi anak sehingga memberikan peluang untuk terjadinya proses pembelajaran maju berkelanjutan baik dalam dimensi waktu maupun ruang dan materi. Dalam situasi seperti ini, guru bertindak sebagai fasilitator pembelajaran sesuai dengan peran-peran sebagaimana dikemukakan di atas. Dalam tulisan itu, secara ilustratif disebutkan bahwa di masa-masa mendatang isi tas anak sekolah bukan lagi buku-buku dan alat tulis seperti sekarang ini, akan tetapi berupa: (1) komputer notebook dengan akses internet tanpa kabel, yang bermuatan materi-materi belajar yang berupa bahan bacaan, materi untuk dilihat atau didengar, dan dilengkapi dengan kamera digital serta perekam suara, (2) Jam tangan yang dilengkapi dengan data pribadi, uang elektronik, kode sekuriti untuk masuk rumah, kalkulator, dsb. (3) Videophone bentuk saku dengan perangkat lunak, akses internet, permainan, musik, dan TV, (4) alat-alat musik, (5) alat olah raga, dan (6) bingkisan untuk makan siang. Hal
12
itu menunjukkan bahwa segala kelengkapan anak sekolah di masa itu nanti berupa perlengkapan yang bernuansa internet sebagai alat bantu belajar. 2.3.
Perspektif E-Learning Dalam Pembelajaran Abad-21 Satu model pembelajaran lain yang dianggap untuk meningkatkan self-
directed belajar siswa. Model ini adalah model yang e-learning. E-learning adalah model pembelajaran menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (internet). Internet
dalam
praktek
pembelajaran
adalah
sebagai
dasar
untuk
mempertimbangkan tujuan self-directed learning dan mengusulkan kondisi beradaptasi. E-learning menawarkan konsep yang berbeda dari pembelajaran tradisional. E-learning mengandung dua istilah. Pertama, didasarkan pada perangkat elektronik, seperti radio, TV, OHP, LCD, dll Kedua, didasarkan pada internet (web based). Sebenarnya, dalam pelaksanaannya, e-learning lebih identik dengan penggunaan internet. Sekartawi (2003: 46) mengemukakan, pengembangan program e-learning memiliki beberapa keuntungan, yaitu: (1) dinamis, performa e-learning dapat menarik, atraktif dan interaktif, (2) dapat digunakan di mana saja dan di manamana; (3) pembelajaran individual, setiap siswa memiliki kebebasan untuk memilih format, model dan bahan pembelajaran sesuai dengan minat, dan (4) komprehensif, pembelajaran materi disajikan dalam berbagai format dan dari berbagai sumber. Namun meskipun keuntungan, e-learning juga memiliki kelemahan. Kelemahannya adalah: (1) sisi desain, (2) pelaksanaan, (3) evaluasi, dan (4) aspek pedagogi. E-learning ini diharapkan dapat membantu proses pembelajaran transformasi dari guru-centered menjadi student-centered. Dalam konteks ini, siswa dilatih untuk menjadi mandiri, responsif dan aktif. Akhirnya, tulisan ini berupaya untuk mengembangkan self-directed belajar melalui e-learning dengan prinsip-prinsip e-pedagogi.
13
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Satu bentuk produk TIK adalah internet yang berkembang pesat di penghujung abad 20 dan di ambang abad 21. Kehadirannya telah memberikan dampak yang cukup besar terhadap kehidupan umat manusia dalam berbagai aspek dan dimensi. Internet merupakan salah satu instrumen dalam era globalisasi yang telah menjadikan dunia ini menjadi transparan dan terhubungkan dengan sangat mudah dan cepat tanpa mengenal batas-batas kewilayahan atau kebangsaan. Melalui internet setiap orang dapat mengakses ke dunia global untuk memperoleh informasi dalam berbagai bidang dan pada glirannya akan memberikan pengaruh dalam keseluruhan perilakunya. Untuk dapat memanfaatkan TIK dalam memperbaiki mutu pembelajaran, ada tiga hal yang harus diwujudkan yaitu (1) siswa dan guru harus memiliki akses kepada teknologi digital dan internet dalam kelas, sekolah, dan lembaga pendidikan guru, (2) harus tersedia materi yang berkualitas, bermakna, dan dukungan kultural bagi siswa dan guru, dan (3) guru harus memilikio pengetahuan dan ketrampilan dalam menggunakan alat-alat dan sumber-sumber digital untuk membantu siswa agar mencaqpai standar akademik. Sejalan dengan pesatnya perkembangan TIK,
maka telah terjadi
pergeseran pandangan
tentang
pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. Dalam pandangan tradisional di masa lalu (dan masih ada pada masa sekarang), proses pembelajaran dipandang sebagai: (1) sesuatu yang sulit dan berat, (2) upoaya mengisi kekurangan siswa, (3) satu proses transfer dan penerimaan informasi, (4) proses individual atau soliter, (5) kegiatan yang dilakukan dengan menjabarkan materi pelajaran kepada satuan-satuan kecil dan terisolasi, (6) suatu proses linear. Sejalan dengan perkembangan TIK telah terjadi perubahan pandangan mengenai pembelajaran yaitu pembelajaran sebagai: (1) proses alami, (2) proses sosial, (3) proses aktif dan pasif, (4) proses linear dan atau tidak linear, (5) proses yang berlangsung integratif dan kontekstual, (6) aktivitas yang berbasis pada model kekuatan, kecakapan, minat, dan kulktur siswa, (7) aktivitas yang dinilai berdasarkan
14
pemenuhan tugas, perolehan hasil, dan pemecahan masalah nyata baik individual maupun kelompok. Hal itu telah mengubah peran guru dan siswa dalam pembelajaran. Peran guru telah berubah dari: (1) sebagai penyampai pengetahuan, sumber utama informasi, akhli materi, dan sumber segala jawaban, menjadi sebagai fasilitator pembelajaran, pelatih, kolaborator, navigator pengetahuan, dan mitra belajar; (2) dari mengendalikan dan mengarahkan semua aspek pembelajaran, menjadi lebih banyak memberikan lebih banyak alternatif dan tanggung jawab kepada setiap siswa dalam proses pembelajaran. Sementara itu peran siswa dalam pembelajaran telah mengalami perubahan yaitu: (1) dari penerima informasi yang pasif menjadi partisipan aktif dalam proses pembelajaran, (2) dari mengungkapkan kembali pengetahuan menjadi menghasilkan dan berbagai pengetahuan, (3) dari pembelajaran sebagai aktiivitas individual (soliter) menjadi pembelajaran berkolaboratif dengan siswa lain. Dengan memperhatikan pengalaman beberapa negara sebagaimana dikemukakan di atas, jelas sekali TIK mempunyai pengaruh yang cukup berarti terhadap proses dan hasil pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. TIK telah memungkinkan terjadinya individuasi, akselerasi, pengayaan, perluasan, efektivitas
dan
produktivitas
pembelajaran
yang pada
gilirannya
akan
meningkatkan kualitas pendidikan sebagai infrastruktur pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Melalui penggunaan TIK setiap siswa akan terangsang untuk belajar maju berkelanjutan sesuai dengan potensi dan kecakapan yang dimilikinya. Pembelajaran dengan menggunakan TIK menuntut kreativitas dan kemandirian diri sehingga memungkinkan mengembangkan semua potensi yang dimilikinya. Dalam menghadapi tantangan kehidupan modern di abad-21 ini kreativitas dan kemandirian sangat diperlukan untuk mampu beradaptasi dengan berbagai tuntutan. Kreativitas sangat diperlukan dalam hidup ini dengan beberapa alasan antara lain: pertama, kreativitas memberikan peluang bagi individu untuk
15
mengaktualisasikan dirinya, kedua, kreativitas memungkinkan orang dapat menemukan berbagai alternatif dalam pemecahan masalah, ketiga, kreativitas dapat memberikan kepuasan hidup, dan keempat, kreativitas memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Dari segi kognitifnya, kreativitas merupakan kemampuan berfikir yang memiliki kelancaran, keluwesan, keaslian, dan perincian. Sedangkan dari segi afektifnya kreativitas ditandai dengan motivasi yang kuat, rasa ingin tahu, tertarik dengan tugas majemuk, berani menghadapi resiko, tidak mudah putus asa, menghargai keindahan, memiliki rasa humor, selalu ingin mencari pengalaman baru, menghargai diri sendiri dan orang lain, dsb. Karya-karya kreatif ditandai dengan orisinalitas, memiliki nilai, dapat ditransformasikan, dan dapat dikondensasikan. Selanjutnya kemandirian sangat diperlukan dalam kehidupan yang penuh tantangan ini sebab kemandirian merupakan kunci utama bagi individu untuk mampu mengarahkan dirinya ke arah tujuan dalam kehidupannya. Kemandirian didukung dengan kualitas pribadi yang ditandai
dengan
penguasaan
kompetensi
tertentu,
konsistensi
terhadap
pendiriannya, kreatif dalam berfikir dan bertindak, mampu mengendalikan dirinya, dan memiliki komitmen yang kuat terhadap berbagai hal. Dengan memperhatikan ciri-ciri kreativitas dan kemandirian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa TIK memberikan peluang untuk berkembangnya kreativitas dan kemandirian siswa. Pembelajaran dengan dukungan TIK memungkinkan dapat menghasilkan karya-karya baru yang orsinil, memiliki nilai yang tinggi, dan dapat dikembangkan lebih jauh untuk kepentingan yang lebih bermakna. Melalui TIK siswa akan memperoleh berbagai informasi dalam lingkup yang lebih luas dan mendalam sehingga meningkatkan wawasannya. Hal ini merupakan rangsangan yang kondusif bagi berkembangnya kemandirian anak terutama dalam hal pengembangan kompetensi, kreativitas, kendali diri, konsistensi, dan komitmennya baik terhadap diri sendiri maupun terhadap pihak lain. Bagi dunia pendidikan, meluasnya pemanfaatan internet merupakan suatu potensi dan solusi untuk pengembangan pembelajaran dengan sistem
16
online agar tuntutan global akan dunia pendidikan dapat terpenuhi. Salah satunya e-Learning yang merupakan contoh bentuk kemajuan dibidang teknologi informatika. “e-Learning merupakan
suatu
jenis belajar mengajar yang
memungkinkan tersampaikannya bahan ajar kepada siswa dengan menggunakan media internet” (Sopian 2009: 1). Dengan demikian “adanya pemanfaatan eLearning sebagai sarana dalam proses pembelajaran akan sangat membantu bagi siswa ataupun guru dan dapat memperkaya nilai belajar tradisional. Dengan munculnya sistem pendidikan secara online yang kita kenal dengan sebutan e-learning sebagai media pembelajaran memiliki fleksibilitas yang sangat tinggi, artinya peserta didik dapat mengakses bahan-bahan setiap saat dan berulang-ulang dalam mengakses informasi secara meluas kapan saja dan
dimanapun. Munculnya media pembelajaran e-learning diharapkan juga
dapat berdampak baik pada peningkatan motivasi siswa dalam meningkatkan hasil belajarnya.
Adapun salah satu kendala bagi pembelajaran dengan
menggunakan media e-learning yaitu dengan masalah biaya, di karenakan tidak semua rumah yang memiliki akses internet, dan juga tidak semua orang memakai handphone yang bisa mengakses internet. Selain itu juga dengan penggunaan media e-Learning diharapkan dapat memberikan waktu lebih bagi siswa untuk mempelajari materi sistem saraf pada manusia hal
ini
dikarenakan
dipandang dari
peserta didik,
siswa dapat
mengakses materi bahan ajar setiap saat dan berulang-ulang, selain itu siswa juga dapat dapat berkomunikasi dengan guru pada saat berada di dalam kelas ataupun melalui media chat. Penggunaan e-Learning dalam dunia pendidikan mengacu pada semua kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan media elektronika atau teknologi informasi (Effendi, 2005: 7). “Aplikasi teknologi informasi yang potensial untuk dimanfaatkan sebagai media pembelajaran ialah internet, hal ini berdasarkan pada sebagian besar sekolah- sekolah sudah memiliki fasilitas komputer yang terkoneksi (link) ke internet” (Warsita, 2008: 132). Terdapat cara
17
yang digunakan dalam pemanfaatan teknologi informasi dalam
kegiataan
pembelajaran dengan menggunakan internet yaitu dengan melalui web centric course. Menurut pendapat Haughey (Suyanto, 2005: 4) menyatakan web centric course adalah penggunaan internet yang memadukan antara belajar jarak jauh dan tatap muka (konvensional). Kemudian menurut pendapat Rosenberg (Efendi, 2009: 136) web centric course adalah penggunaan internet yang memadukan antara belajar jarak jauh dan tatap muka (konvensional). Sebagian materi disampaikan melalui internet, dan sebagian lagi melalui tatap muka. Fungsinya saling melengkapi. Dalam model ini pengajar bisa memberikan petunjuk pada siswa untuk mempelajari materi pelajaran melalui web yang telah dibuatnya. Siswa juga diberikan arahan untuk mencari sumber lain dari situssitus yang relevan. Dalam tatap muka, peserta didik dan pengajar lebih banyak diskusi tentang materi yang telah dipelajari melalui internet tersebut. Strategi pembelajaran melalui internet dan kegiatan tatap muka di dalam kelas, dikembangkan dengan tujuan dapat membantu mengatasi kesulitankesulitan belajar yang dialami oleh siswa (Warsita, 2008: 146). Dengan adanya pembelajaran e-learning berbasis web ini selain upaya meningkatkan hasil belajar siswa juga diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dan keaktifan siswa. Selain komputer hanya dijadikan sebagai kesenangan, permainan dan kreativitas saja, namun dapat digunakan oleh peserta didik sebagai bahan pembelajaran juga. Hal demikian sesuai dengan hasil survey yang dilakukan oleh Oxford (2005) menunjukan bahwa 92% orang yang online bertujuan hanya untuk membuka e-mail, 74% melakukan transaksi online, 43% bermain game online, 42% melihat lowongan pekerjaan, dan hanya 21% kegiatan online digunakan
untuk
kegiatan
pembelajaran. Berdasarkan
pada hasil
penelitian yang dilakukan oleh Liu, Youn et al. (2010), menyatakan bahwa terdapat
peningkatan minat
dan
motivasi
siswa secara signifikan
dalam
pembelajaran sains melalui penggunaan e-Learning dalam proses pembelajaran. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Owens et al. (2007) menunjukan bahwa penggunaan internet dalam proses pembelajaran berdampak pada berkurangnya
18
minat penggunaan buku dalam kegiatan pembelajaran, tetapi apabila keduanya digabungkan dapat meningkatkan keaktifan dan kreativitas siswa. Electronic Learning (E.Learning) pada hakekatnya adalah belajar atau pembelajaran melalui pemanfaatan teknologi komputer atau internet. Teknologi belajar seperti itu dapat juga disebut pembelajaran berbasis web (Web Based Instruction). Pembahasan mengenai E-Learning ini merupakan fokus utama dalam pembelajaran modul ini, oleh karena itu secara rinci sajian materi modul ini meliputi penjelasan tentang: konsep pembelajaran Electronic Learning, model pengembangan pembelajaran melalui internet, dan kemasan bahan belajar melalui teknologi informasi. Pada akhirnya Elektronik Learning dapat didifinisikan sebagai upaya menghubungkan pembelajar (siswa dengan sumber belajar (data base, pakar/guru, perpustakaan) yang secara fisik terpisah atau bahkan berjauhan. Interaktivitas dalam hubungan tersebut dapat dilakukan secara langsung (synchronous) maupun tidak langsung (asynchronous). Apabila dibandingkan pendidikan konvensional, dalam prosesnya elearning sebagai media distance learning menciptakan paradigma baru, yakni peran guru yang lebih bersifat “fasilitator” dan siswa sebagai “peserta aktif” dalam proses belajar-mengajar. Karena itu, guru dituntut untuk menciptakan teknik mengajar yang baik, menyajikan bahan ajar yang menarik, sementara siswa dituntut untuk aktif berpartisipasi dalam proses belajar. Namun dalam banyak kenyataan, jarang sekali ditemui distance learning yang seluruh proses belajarmengajarnya dilaksanakan dengan e-learning atau online learning. E-learning hanyalah sebagai media penunjang pendidikan dan bukan sebagai media pengganti pendidikan. Faktor teknologi dalam pendidikan bukanlah satu-satunya jalan untuk meningkatkan mutu pendidikan, sebagai contoh banyak anak-anak yang berada di sekolah-sekolah miskin dan terpencil ternyata berkat kekuatan tekad, kesadaran dan keinginan yang kuat ternyata memiliki mutu dan kualitas
19
pendidikan yang lebih baik dibandingkan sekolah yang mampu menerapakan ICT (information comunication and technology) atau TIK di sekolahnya. Perlu digaris bawahi, adalah sebuah kesalahan besar apabila dalam sebuah
lembaga
sekolah
memfokuskan
pengadaan
TIK
melebihi
cara
meningkatkan mutu manusianya sebagai pengguna teknologi itu sendiri untuk diterapkan di lembaga pendidikan tersebut. Karena esensi peningkatan mutupendidikan bukan terletak pada kecanggihan teknologinya tapi kecanggihan pendidik dan peserta didiknya dalam melaksanakan proses pendidikannya. Elearning tidak dapat meningkatkan mutu pendidikan, tetapi e-learning dapat membantu meningkatkan mutu pendidikan. Maka diharapkan dengan adanya elearning sebagai salah satu media pendidikan jarak jauh (Distance Learning) akan menjadi sebuah solusi untuk meningkatkan mutu pendidikan, bukan menjadi faktor penghambat dan jurang pemisah pemerataan mutu pendidikan tersebut. Seperti kita lihat di Negara-negara berkembang yang menerapkan distance learning menunjukkan sukses yang signifikan, antara lain; Mampu meningkatkan pemerataan pendidikan, meningkatkan prestasi belajar, mengatasi kekurangan tenaga pendidikan, meningkatkan efisiensi dan sebagainya. 2.4.
Model-Mode Pembelajaran E-Learning
2.4.2. Dalam Internet Ada tiga bentuk sistem pembelajaran melalui internet yang layak dipertimbangkan sebagai dasar pengembangan sistem pembelajaran dengan mendayagunakan internet, yaitu: 1) Web Course, 2) Web Centric Course, dan 3) Web Enhanced Course (Haughey, 1998). 1. Web Cource Web course adalah penggunaan internet untuk keperluan pembelajaran, dimana seluruh bagian bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan dan ujian sepenuhnya disampaikan melalui internet. Siswa dan guru sepenuhnya terpisah, namun hubungan atau komunikasi antara peserta didik dengan pengajar bisa dilakukan setiap saat. Komunikasi lebih banyak dilakukan secara
20
ansynchronous daripada secara synchronous. Bentuk web course ini tidak memerlukan adanya kegiatan tatap muka baik untuk keperluan pembelajaran maupun evaluasi dan ujian, karena semua proses pembelajaran sepenuhnya menggunakan fasilitas internet seperti email, chat rooms, bulletin board dan online conference. Selain itu sistem ini biasanya juga dilengkapi dengan berbagai sumber belajar (digital), baik yang dikembangkan sendiri maupun dengan menggunakan berbagai sumber belajar dengan jalan membuat hubungan (link) ke berbagai sumber belajar yang sudah tersedia pada internet, seperti data base statistic berita dan informasi, e-book, perpustakaan elektronik dll. Bentuk pembelajaran model ini biasanya digunakan untuk keperluan pendidikan jarak jauh (distance education/learning). Aplikasi bentuk ini antara lain virtual campus/university ataupun lembaga pelatihan yang menyelenggarakan pelatihanpelatihan yang bisa diikuti secara jarak jauh dan setelah lulus ujian akan diberikan sertifikat. 2. Web Centric Course Sebagian bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan, dan latihan disampaikan melalui internet, sedangkan ujian dan sebagian konsultasi, diskusi dan latihan dilakukan secara tatap muka, walaupun dalam proses belajarnya sebagaian dilakukan dengan tatap muka yang biasanya berupa tutorial, tetapi prosentase tatap muka tetap lebih kecil dibandingkan dengan prosentase proses pembelajaran melalui internet. Bentuk ini memberikan makna bahwa kegiatan belajar bergeser kegiatan di kelas menjadi kegiatan melalui internet sama dengan bentuk web course, siswa dan guru sepenuhnya terpisah tetapi pada waktu-waktu yang telah ditetapkan mereka bertatap muka, baik di sekolah maupun ditempattempat yang telah ditentukan seperti di ruang perpustakaan, taman bacaan, ataupun di balai pertemuan. Penerapan bentuk ini sebagaimana yang telah dilakukan pada perguruan tinggi-perguruan tinggi terkemuka yang menggunakan sistem belajar secara of campus. 3. Web Enhanced Course
21
Web Enhanced Course merupakan pemanfaatan internet
untuk
pendidikan, untuk menunjang peningkatan kualitas belajar mengajar di kelas. Bentuk ini juga dikenal dengan nama web lite course, karena kegiatan pembelajaran utama adalah tatap muka di kelas. Peranan internet disini adalah untuk menyediakan sumber-sumber belajar yang sangat kaya akan informasi dengan cara memberikan alamat-alamat atau membuat link ke pelbagai sumber belajar yang sesuai dan bisa diakses secara online, untuk meningkatkan kuantitas dan memperluas kesempatan berkomunikasi antara pengajar dengan peserta didik secara timbal balik. Dialog atau komunikasi dua arah tersebut dimaksudkan untuk keperluan berdiskusi, berkonsultasi, maupun untuk bekerja secara kelompok. Berbeda dengan kedua bentuk sebelumnya, pada bentuk web enhanced course ini prosentase pembelajaran melalui internet justru lebih sedikit dibandingkan dengan prosentase pembelajaran secara tatap muka, karena penggunaan internet adalah hanya untuk mendukung kegiatan pembelajaran secara tatap muka. Bentuk ini dapat pula dikatakan sebagai langkah awal bagi intitusi pendidikan yang akan menyelenggarakan pembelajaran berbasis teknologi informasi, sebelum menyelenggarakan pembelajaran dengan internet secara lebih kompleks, seperti web centric course ataupun web course. Baik pada model ataupun web course, web centric course ataupun web enhanced course, terdapat beberapa komponen aktivitas seperti informasi, bahan belajar,pembelajaran ataupun komunikasi, penilaian yang bervareasi. Secara umum komponen aktivtas dan strukturnya dapat diterapkan dalam pengembangan pembelajaran melalui internet. Setiap
cara
memeliki
kelebihan
dan
kekurangan,
misalnya
pengembangan program pembelajaran dengan menggunakan fasilitas internet mempunyai kelebihan biayanya sangat murah dibandingkan yang lain, namun ada kekurangan yaitu dalam pengelolaan agak sulit karena sifatnya tidak terintegrasi. Sedangkan apabila menggunakan Web Course Tools atau pengembangan secara
22
taillor-made biayanya jauh lebih mahal, namun memiliki kelebihannya yakni mudah dalam pengembangan dan pengelolalaannya, lebih power full, dan sesuai dengan kebutuhan. Untuk memilih salah satu cara yang akan dipakai, ditentukan pada pertimbangan berdasarkan kajian terhadap berbagai hal seperti yang telah dibahas dibagian terdahulu tadi. Namun pada dasarnya mendayagunakan internet untuk mendukung peningkatan kualitas pendidikan adalah hal yang sangat layak untuk segera dilaksanakan secara luas di institusi-institusi penyelenggara pendidikan di Indonesia. Dalam proses pembelajaran, aplikasi e-learning bisa mencakup aspek perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Perencanaan pembelajaran pada dasarnya merupakan gambaran rencana (skenario) yang memproyeksikan mengenai beberapa aktivitas dan tindakan yang akan dilakukan pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Dengan demikian aplikasi perencanaan pembelajaran yang berbasis e-learning pada dasarnya memuat rencana, perkiraan dan gambaran umum kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan jaringan komputer, baik intra-net maupun inter-net. Pada prinsipnya dalam perencanaan pembelajaran terdapat empat komponen utama, yaitu: materi/bahan ajar, kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi. Komponen
tujuan
berfungsi
untuk
menentukan
arah
kegiatan
pembelajaran. Dari rumusan tujuan pembelajaran harus sudah terproyeksikan bagaimana proses berlangsungnya pembelajaran serta kemampuan-kemampuan yang harus dimilikisiswa sebagai hasil belajar. Rumusan tujuan pembelajaran tidak hanya menggambarkan hasil, tetapi juga menggambarkan kegiatan atau proses. Penetapan bahan ajar yang akan berfungsi untuk memberi makna terhadap upaya pencapaian tujuan. Dalam pembelajaran konvensional, bahan ajar untuk setiap mata pelajaran sudah tersedia dalam buku paket, dan secara tatap muka disampaikan oleh guru dengan menggunakan metode pembelajaran yang dipilihnya. Sedangkan bahan ajar untuk e-learning, selain para dapat memanfaatkan buku sumber yang tersedia, juga dapat secara langsung mengakses
23
bahan ajar/informasi pada beberapa halaman web yang telah dibuat sebelumnya. Dengan demikian perolehan informasi pembelajaran akan bersifat lebih luas, mendalam, dan bervariasi. Kegiatan
belajar
mengajar
yang
tercakup
dalam
perencanaan
pembelajaran pada intinya berisi mengenai deskripsi materi/bahan ajar, metode pembelajaran,
dan
alat/media
pembelajaran.
Untuk
kepentingan
media
pembelajaran berbasis e-learning, penentuan bahan ajar hanya memuat pokokpokoknya saja, sementara deskripsi lengkap dari pokokpokok bahan ajar disediakan dalam halaman web yang akan diakses siswa. Evaluasi sebagai komponen terakhir dalam perecanaan pembelajaran berfungsi untuk mengukur sejauhmana tujuan pembelajaran telah tercapai dan tindakan apa yang harus dilakukan apabila tujuan tersebut belum tercapai. Melalui pendekatan pembelajaran berbasis e-learning, kegiatan evaluasi untuk mengetahui hasil dapat dilakukan secara bervariasi, setiap siswa dapat melihat dan mengikuti suruhansuruhan di halaman web. Bisa berupa pertanyaan, tugas-tugas, dan atau latihan-latihan yang harus dikerjakan siswa. 2.4.3.
Model-model penenerapan e-learning Dalam implementasi pembelajaran, terdapat model penerapan e-learning
yang bisa digunakan, yaitu: Selective Model, Sequential Model, Static Station Model, dan Laboratory Model. 1. Selective Model Model selektif ini digunakan jika jumlah komputer di sekolah sangat terbatas (misalnya hanya ada satu unit komputer). Di dalam model ini, guru harus memilih salah satu alat atau media yang tersedia yang dirasakan tepat untuk menyampaikan bahan pelajaran. Jika guru menemukan bahan e-learning yang bermutu dari internet, maka denganterpaksa guru hanya dapat menunjukan bahan pelajaran tersebut kepada siswa sebagai bahan demonstrasi saja. Jika terdapat
24
lebih dari satu komputer di sekolah/kelas, maka siswa harus diberi kesempatan untuk memperoleh pengalaman langsung. 2. Sequential Model Model ini digunakan jika jumlah komputer di sekolah/kelas terbatas (misalnya hanya dua atau tiga unit komputer). Para siswa dalam kelompok kecil secara bergiliran menggunakan komputer untuk mencari sumber pelajaran yang dibutuhkan. Siswa menggunakan bahan e-learning sebagai bahan rujukan atau untuk mencari informasi baru. 3. Static Station Model Model ini digunakan jika jumlah komputer di sekolah/kelas terbatas, sebagaimana halnya dalam sequential model. Di dalam model ini, guru mempunyai beberapa sumber belajar yang berbeda untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sama. Bahan e-learning digunakan oleh satu atau dua kelompok siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Kelompok siswa lainnya menggunakan sumber belajar yang lain untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sama. 4. Laboratory Model Model
ini
digunakan
jika
tersedia
sejumlah
komputer
di
sekolah/laboratorium yang dilengkapi dengan jaringan internet, di mana siswa dapat menggunakannya secara lebih leluasa (satu siswa satu komputer). Dalam hal ini, bahan e-learning dapat digunakan oleh seluruh siswa sebagai bahan pembelajaran mandiri. Setiap model e-learning yang dapat digunakan dalam pembelajaran di atas masingmasing mempunyai kekuatan dan kelemahan. Pemilihannya bergantung kepada infrastruktur telekomunikasi dan peralatan yang tersedia di sekolah. Bagaimanapun upaya pembelajaran dengan pendekatan elearning ini perlu terus dicoba dalam rangka mengatasi permasalahanpermasalahan yang dihadapi di masa yang akan datang. 2.4.4. Model Pembelajaran Dengan E-Learning
25
Dalam penggunaannya menurut Sudjana dan Rifa’i 1989 terdapat beberapa model pembelajaran berbantuan kompter, yaitu: •
Model latihan dan praktek (drill and practice) Fungsi utama latihan dan praktek dalam proses pembelajaran berbantuan
komputer pada dasarnya adalah memberikan praktek sebanyak mungkin terhadap peserta didik. Untuk itu, dalam menggunakan model ini, hendaknya semua konsep, peraturan, atau prosedur terlebih dahulu sudah di pelajari peserta didik. •
Model tutorial (Tutorials) Model tutorial adalah suatu modelpembelajaran yang memuat penjelasan,
rumus, prinsip, bagan, tabel, definisi istilah, latihan yang sesuai. Dalam interaksi tutorial ini informasi dan pengetahuan yang disajikan sangat komunikatif, seolaholah ada tutor atau guru yang mendampingi peserta didik dan memberikan arahan secara langsung kepada mereka. •
Model penemuan (problem solving) Penemuan adalah istilah umum untuk menjelaskan kegiatan yang
mempergunakan pendekatan induktif dalam pembelajaran. Misalnya penyajian masalah-masalah yang dipecahkan oleh peserta didik dengan cara mencoba-coba. Model ini mendekati kegiatan belajar di laboratorium dan kegiatan belajar nyata yang biasa dilakukan diluar kelas. •
Model simulasi (Simulation) Melalui model ini peserta didik dihadapkan kepada situasi kehidupan
nyata. Contohnya dalam situasi kehidupan modern memperlihatkan perusahaan penerbangan yang mempergunakan simulasi-simulasi penampilan pesawat terbang berkomputer canggih sebagai bagian integral dalam melatih terbang para awak pesawatnya. •
Model permainan (games)
26
Model permainan dapat mengakibatkan unsur-unsur simulasi. Seperti halnya permainan dapat mengakibatkan unsur-unsur pengajaran, tergantung pada ada tidaknya keterampilan yang dipraktikan dalam permainan tersebut sebagai kegiatan akademis, dan berhubungan erat dengan tujuan pembelajaran yang hendak di capai. 2.5.
Contoh Penerapan E-Learning Disekolah E-learning SMAN 1 Kota Jambi dibangun berbasiskan Moodle 2.1.,
sebuah Learning Management System bersifat open source dan CML yang dikembangkan SMA N 1 Kota Jambi. Tampilan konten e-learning SMA N 1 Kota Jambi ketika pertama kali diakses, sebagai berikut:
Alamat lokal konten e-learning SMA N 1 Kota Jambi yaitu http://192.168.34.254/moodle/ E-learning yang dimiliki oleh SMA N 1 Kota Jambi, menyediakan fasilitas belajar mengajar secara online sebagaimana kegiatan belajar mengajar pada umumnya. E-learning menyediakan berbagai fitur sebagai media bahan referensi belajar siswa. Siswa dapat memasukkan softcopy materi berupa dokumen (.doc), file presentasi (.ppt), dll. Berbagi materi pelajaran sebagai referensi belajar siswa dapat dilakukan dengan menambahkan sumber materi berupa File di e-learning.
27
TIK memiliki tiga falsafah dasar, yakni kecepatan, jejaring (network) dan efisiensi. Oleh karena itu jika kita ingin menguasai, mengembangkan dan menggunakan TIK, maka tiga dasar falsafah dasar tadi mutlak diterapkan. Era global adalah era dimana setiap pihak harus bergerak cepat dalam segala hal agar tidak ketinggalan. Dalam era global, pembangunan jejaring juga adalah keniscayaan yang harus disertai dengan efisiensi organisasi di semua lini. Saat ini komputer bukan lagi merupakan barang mewah, alat ini sudah digunakan di berbagai bidang pekerjaan seperti halnya pada bidang pendidikan. Pada awalnya komputer dimanfaatkan di sekolah sebagai penunjang kelancaran pekerjaan bidang administrasi dengan memanfaatkan software Microsoft Word, Excel, PowerPoint dan Access. Dengan masuknya materi Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam kurikulum baru, maka peranan komputer sebagai salah satu komponen utama dalam TIK mempunyai posisi yang sangat penting sebagai salah satu media pembelajaran. Visi mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam kurikulum adalah:
Agar siswa dapat dan terbiasa menggunakan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi secara tepat dan optimal untuk mendapatkan dan memproses informasi dalam kegiatan belajar, bekerja, dan aktivitas lainnya sehingga siswa mampu berkreasi, mengembangkan sikap imaginatif, mengembangkan kemampuan eksplorasi mandiri, dan mudah beradaptasi dengan perkembangan baru di lingkungannya.
Melalui mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi diharapkan siswa dapat terlibat pada perubahan pesat dalam kehidupan yang mengalami penambahan dan perubahan dalam penggunaan beragam produk teknologi informasi dan komunikasi.
Siswa menggunakan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk mencari, mengeksplorasi, menganalisis, dan saling tukar informasi secara efisien dan efektif.
Dengan menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi, siswa akan dengan cepat mendapatkan ide dan pengalaman dari berbagai kalangan. Penambahan kemampuan siswa karena penggunaan Teknologi Informasi
28
dan Komunikasi akan mengembangkan sikap inisiatif dan kemampuan belajar
mandiri,
sehingga
siswa
dapat
memutuskan
dan
mempertimbangkan sendiri kapan dan dimana penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi secara tepat dan optimal, termasuk apa implikasinya saat ini dan dimasa yang akan datang. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mencakup dua aspek, yaitu Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi. Teknologi Informasi, meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Teknologi Komunikasi merupakan segala hal yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya. Karena itu, Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi adalah suatu padanan yang tidak terpisahkan yang mengandung pengertian luas tentang segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, dan transfer/pemindahan informasi antar media. Dengan melihat isi dari kurikulum tersebut, diharuskan mengintegrasikan TIK dalam proses belajar mengajar di sekolah bukan hanya untuk mata pelajaran teknologi dan informasi saja tetapi juga untuk semua mata pelajaran. Melihat kondisi TIK pada saat ini dan perkembangannya di masa datang, kita harus mempersiapkan
diri
dan
melakukan
perencanaan
yang
matang
dalam
mengimplementasikan TIK di sekolah. Mengamati Program Pengembagan TIK yang dilakukan Depdiknas Untuk mengejar ketertinggalan pemanfaatan TIK di sekolah dari negara lain. Ada tiga posisi penting di Depdiknas dalam program pengembangan TIK, yaitu:
Bidang kejuruan, TIK menjadi salah satu jurusan di SMK. Pengembangan TIK secara teknis baik hardware dan software masuk dalam kurikum pendidikan. Dibentuknya ICT center di seluruh Indonesia. Untuk
29
menghubungkan sekolah-sekolah di sekitar ICT center dibangun WAN(Wireless Area Network) Kota.
Pustekkom, sebagai salah satu ujung tombak dalam pengembangan TV pendidikan interaktif, e-learning dan ESMA. Program ini bertujuan untuk mempersempit jurang perbedaan kualitas pendidikan antara kota besar dengan daerah.
Jardiknas
(Jejaring
Pendidikan
Nasional),
bertujuan
untuk
mengintegrasikan kedua program di atas agar terbentuk sebuah jaringan yang menghubungkan semua sekolah di Indonesia. Sehingga diperkirakan di masa depan semua sekolah di Indonesia akan terkoneksi dengan internet. Melihat program yang diadakan oleh Depdiknas kita bisa memanfaatkan fasilitas tersebut karena bersifat terbuka. Proses Belajar Dalam E-Learning Secara filosofis, pelaksanaan e-learning mengandung dua konsekuensi. Konsekuensi
pertama,
menuntut
diterapkannya
sistem
belajar
mandiri
(independent learning). Artinya setiap peserta didik memiliki otonomi untuk menentukan tiga opsi berikut:
Apa yang akan mereka pelajari;
Kapan, dimana, bagaimana mereka mempelajarinya;
Kapan, bagaimana mereka membuktikan keberhasilan belajarnya. Konsekuensi kedua, dioptimalkannya media komunikasi, khususnya
teknologi telekomunikasi secara tepat guna dan sesuai kebutuhan. Media komunikasi atau teknologi telekomunikasi tersebut diantaranya adalah media cetak (buku atau modul cetak, surat, dll), media audio (cassette audio dan atau radio), media audio visual (video (CD/DVD) dan atau televisi), media komputer (CAI (multimedia interaktif), e-book, pdf, wmv, dan lain-lain), media internet ( web, email, milist, chat, dan lain-lain), media telekonferensi ( audioconference, videoconference, computer/ webconference), media mobile (handphone). Oleh karena itu, dalam konteks saat ini, penyelenggaraan belajar Jarak Jauh dapat
30
dikatakan sudah memasuki generasi kelima. Generasi pertama, memanfaatkan korespondensi (surat-menyurat). Naik ke generasi kedua seiring dengan adanya potensi media cetak yang dinamakan modul cetak (bahan belajar yang dirancang khusus untuk belajar mandiri). Generasi ketiga sudah mengkombinasikan pemanfaatan radio, karena saat itu telah ada radio. Generasi keempat, ditambah lagi dengan kombinasi pemanfaatan televisi, seiring dengan pesatnya perkembangan TV saat itu. Dan saat ini telah memasuki generasi ke lima dengan dimanfaatkannya komputer dan internet (e-learning atau online learning) untuk e-learning. Tentu saja, dalam pelaksanaanya kita harus bijak memilih dan menentukan variasi atau kombinasi yang tepat guna dan sesuai dengan kondisi, karakteristik peserta pelatihan tersebut. Modus utama pembelajaran jarak jauh generasi kedua dengan memanfaatkan media cetak yang dikombinasikan dengan video, televisi dan radio sampai saat ini masih sangat potensial untuk konteks Indonesia dan negara berkembang lainnya karena kelemahan dalam hal ICT literacy, akses internet, lemahnya bandwidth, lambatnya kecepatan akses dan infrastruktur ICT lainnya. Belajar mandiri tidak berarti belajar sendiri. Hal yang terpenting dalam proses belajar mandiri ialah peningkatan kemauan dan keterampilan siswa/peserta didik dalam proses belajar tanpa bantuan orang lain, sehingga pada akhirnya siswa/peserta didik tidak tergantung pada guru/instruktur, pembimbing, teman, atau orang lain dalam belajar. Dalam belajar mandiri siswa/peserta didik akan berusaha sendiri dahulu untuk memahami isi pelajaran yang dibaca atau dilihatnya melalui media audio visual. Kalau mendapat kesulitan barulah bertanya atau mendiskusikannya dengan teman, guru/instruktur atau orang lain. Siswa/peserta didik yang mandiri akan mampu mencari sumber belajar yang dibutuhkannya. Proses belajar mandiri memberi kesempatan peserta didik untuk mencerna materi ajar dengan sedikit bantuan guru. Mereka mengikuti kegiatan belajar dengan materi ajar yang sudah dirancang khusus sehingga masalah atau
31
kesulitan belajar sudah diantisipasi sebelumnya. Model belajar mandiri ini sangat bermanfaat, karena dianggap luwes, tidak mengikat serta melatih kemandirian siswa agar tidak bergantung atas kehadiran atau uraian materi ajar dari guru. Berdasarkan gagasan keluwesan dan kemandirian inilah belajar mandiri telah ber’metamorfosis’ sedemikian rupa, diantaranya menjadi sistem bela jar terbuka dan belajar jarak jauh. Perubahan tersebut juga dipengaruhi oleh ilmu-ilmu lain dan kenyataan di lapangan. Proses belajar mandiri mengubah peran guru atau instruktur, menjadi fasilitator atau perancang proses belajar. Sebagai fasilitator, seorang guru atau instruktur membantu peserta didik mengatasi kesulitan belajar, atau ia dapat menjadi mitra belajar untuk materi tertentu pada program tutorial. Tugas perancang proses belajar mengharuskan guru untuk mengolah materi ke dalam format sesuai dengan pola belajar mandiri. Sistem belajar mandiri menuntut adanya materi ajar yang dirancang khusus untuk itu. Menurut Prawiradilaga, beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh materi ajar ini adalah:
Kejelasan rumusan tujuan belajar (umum dan khusus).
Materi ajar dikembangkan setahap demi setahap, dikemas mengikuti alur desain pesan, seperti keseimbangan pesan verbal dan visual.
Materi ajar merupakan sistem pembelajaran lengkap, yaitu ada rumusan tujuan belajar, materi ajar, contoh /bukan contoh, evaluasi penguasaan materi, petunjuk belajar dan rujukan bacaan.
Materi ajar dapat disampaikan kepada siswa melalui media cetak, atau komputerisasi seperti CBT, CD-ROM, atau program audio/video.
Materi ajar itu dikirim dengan jasa pos, atau menggunakan teknologi canggih dengan internet (situs tertentu) dan e-mail; atau dengan cara lain yang dianggap mudah dan terjangkau oleh peserta didik.
32
Penyampaian materi ajar dapat pula disertai program tutorial, yang diselenggarakan berdasarkan jadwal dan lokasi tertentu atau sesuai dengan kesepakatan bersama. Paradigma pengajaran yang telah berlangsung sejak lama lebih
menitikberatkan peran pendidik dalam mentransfer pengetahuan kepada peserta didik. Seperti telah disebutkan pada pendahuluan , dewasa ini paradigma tersebut telah bergeser menuju paradigma pembelajaran yang memberikan peran lebih banyak kepada peserta didik untuk mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan
bagi
dirinya,
masyarakat,
bangsa
dan
negara.
Untuk
menyelenggarakan proses pendidikan yang didasarkan paradigma baru tersebut, diperlukan acuan dasar bagi setiap satuan pendidikan yang meliputi serangkaian kriteria dan kriteria minimal sebagai pedoman, yang saat ini dikenal dengan delapan standar mutu nasional pendidikan. Tujuan standar mutu pendidikan ditetapkan adalah untuk menjamin mutu proses transpormasi, mutu instrumental dan mutu kelulusan, yang meliputi : (1) standar isi, (2) standar proses, (3) standar kompetensi lulusan, (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan, (7) standar pembiayaan, dan (8) standar penilaian pendidikan.
33
BAB III PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Pendidikan yang mungkin tersedia di abad ke-21 yaitu Cyber( ELearning) yang merupakan belajar atau pembelajaran melalui pemanfaatan teknologi komputer dan atau internet.
E-Learning adalah pendekatan pembelajaran melalui perangkat komputer yang tersambung ke internet, dimana peserta didik berupa ya memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya.
Fungsi utama internet adalah media untuk komunikasi dan pertukaran informasi.E-mail memungkinkan kita mengirim surat dan file jenis lain kepada para pengguna internet. Fasilitas internet yang paling terkenal adalah WWW(World Wide Web), adalah bagian internet yang relatif baru, sedangkan fungsi seperti mengirim dan menerima Electronic Mail.
3.2.
Saran
34
DAFTAR PUSTAKA
Darmawan, Deni. (2006). Dasar Teknologi Informasi dan Komunikasi. UPI PRESS. Bandung. Herry, Asep. (2003). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Universitas Terbuka. Jakarta. Prakoso, Setiyo. (2005). Membangun e-learning Dengan Moodle. Andi Opsett. Jakarta. Hartanto, A.A, dan Ono W. Purbo, Teknologi E-learning Berbasis PHP dan MySQL, Elex Media Komputindo: Jakarta, 2002. Heidegger, The Question Concerning Technology, New York: Harper & Row, 1977. Idris, Naswil, Pengembangan dan Peranan Sumber Daya Manusia di Era Teknologi Informasi, Semarang, 2001. McLuhan, Marshall, Understanding Media: The Extensions of Man, New York: Mc- Graw Hill, 1964. Miarso, Yusuf Hadi, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan , Kencana: Jakarta, 2004. Delors, J. et al. (1996). Learning the Treasure Within, Education for the 21th Century. New York : UNESCO. Govindasamy, T. (2002). Successful Implementation of e-Learning: Pedagogical Considerations. Internet and Higher Education, 4, 287–299. Harry B.Santoso (2004). E-Learning; Belajar Kapan Saja dan Dimana Saja. Makalah disampaikan dalam Seminar E-Learning di UNS
35
Kirkpatrick, D. (2001). Who Owns the Curriculum Dalam Brook, B., dan .Gilding, A. The Ethics and Equity of e-Learning in Higher Education. Melbourne: Equity and Social Justice, Victoria University, 41-48. Natakusumah, E.K. (2002); Multimedia sebagai sarana pembelajaran; Lokakayra Multimedia sebagai sarana pembelajaran metode learning based; DUE-Like TPB ITB, 13 Nopember 2002. Simamora, L. 2003. E-learning: Konsep dan Perkembangan Teknologi yang Mendukungnya. Cakrawala Pendidikan: E-learning dalam Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka. Verduin, J.R. & Clark, T.A. (1991). Distance education: The foundations of effective practice. San Francisco, CA: Jossey-Bass Publishers. Willis, B. (1993). Distance education: A practical guide. Englewood Cliffs, NJ: Educational Technology Publications.
36