BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pariwisata tidak dapat lepas dari mobilitas spasial (proses spasial) yang menjadikannya terkait dengan ilmu geografi. Mobilitas spasial yang dilakukan oleh para wisatawan akan disertai dengan diperlukannya pemenuhan kebutuhan wisatawan. Aktifitas pemenuhan kebutuhan wisatawan merupakan hasil kombinasi dari berbagai sub-sektor jasa seperti transportasi, akomodasi, dan sebagainya (Akdag & Oter, 2011). Satu dari berbagai aktifitas ekonomi terutama dalam bidang pariwisata yang akan bertumbuh di masa depan adalah Cultural Tourism (Wisata Budaya). Pentingnya pemahaman akan wisatawan menjadi langkah awal yang dibutuhkan untuk mengelola, memasarkan, maupun merencanakan industri pariwisata ini (Curiel, Antonovica, & Idoeta, 2012). Pariwisata dapat diangkat menjadi suatu industri. Hal ini karena pembangunan di bidang kepariwisataan dapat menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan pendapatan negara. Pada akhirnya, dikenallah istilah “Industri Pariwisata” (Sujali, 1989). Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata (PP RI No. 50 Tahun 2011). Kenyataannya, menurut ICOM dan WFFM/FMAM tahun 2007, pariwisata merupakan ekonomi terbesar ketiga di dunia (Oyola, et al, 2012). Bahkan menurut OECD dan UNWTO tahun 2007, wisata budaya mengambil bagian sebesar 40% dari total wisata internasional (Brida, Meleddu, & Paulina, 2012). Indonesia memiliki berbagai macam jenis pariwisata yang dapat dinikmati oleh para wisatawan baik itu wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Salah satu tempat yang dijadikan objek untuk daerah tujuan wisata
1
adalah museum. Museum adalah salah satu sarana untuk meningkatkan pemahaman dan penanaman nilai-nilai luhur sejarah bangsa di masa lalu yang dapat diterapkan di masa sekarang. Indonesia sendiri memiliki 275 museum yang tersebar di seluruh daerah di Indonesia (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2011 dalam budpar.go.id, 2011). Salah satu kota di Indonesia yaitu Kota Palembang memiliki beberapa tempat sebagai ikon wisata dan menjadi daya tarik wisatawan yaitu Jembatan Ampera dan Benteng Kuto Besak. Dari bidang kuliner, makanan yang menjadi unggulan dan menjadi branding dari Kota Palembang adalah pempek. Di lain pihak, Kota Palembang memiliki beberapa obyek wisata budaya selain dari Jembatan Ampera dan Benteng Kuto Besak yaitu Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya. Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya merupakan kompleks situs peninggalan Kerajaan Sriwijaya dimana didalamnya terdapat museum dan taman. Museum di dalam Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya merupakan museum yang memamerkan koleksi barang-barang peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Data dari Pusat Pengelolaan Data dan Sistem Jaringan, Depbudpar dalam Bappenas tahun 2009 menunjukkan bahwa terjadi penurunan jumlah wisatawan museum di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar museum di Indonesia kurang bersifat interaktif, dan terkesan dikelola seadanya. Kondisi ini juga didukung oleh kurangnya promosi untuk mengenalkan museum ke wisatawan (antaranews.com, 15 Juli 2010). Fenomena yang terjadi di Kota Palembang adalah saat liburan sekolah, masyarakat kurang berminat datang tempat wisata sejarah seperti museum. Masyarakat cenderung lebih senang mengunjungi pusat-pusat perbelanjaan seperti mall, sehingga pusat perbelanjaan ini selalu padat pengunjung. Hal ini menimbulkan kemacetan akibat kendaraan yang menumpuk dan mengantri untuk memasuki kawasan parkir di kawasan-kawasan ini. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Kota Palembang lebih memilih untuk datang ke pusat perbelanjaan atau mall dibandingkan datang ke museum untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan kekayaan sejarah
2
(travel.kompas.com, 30 Juni 2010). Kondisi ini salah satunya diakibatkan oleh kebijakan pemerintah Palembang yang kurang memberikan perhatian pada sektor pariwisata. Hal ini ditunjukkan dengan meletakkan pengembangan pemasaran pariwisata sebagai prioritas ke-40 dan program pengelolaan dan pengembangan kekayaan serta keragaman budaya, heritage dan kawasan pada prioritas ke-55 Program Prioritas Kota dalam Laporan Akuntanbilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kota Palembang tahun 2011. Atas dasar hal-hal tersebut, diperlukan strategi dan upaya untuk dapat meningkatkan minat masyarakat berwisata ke obyek wisata sejarah seperti ini. Komentar dari Harian Sriwijaya Post mengenai sepinya wisatawan di Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya (TPKS) yang sebenarnya memiliki kondisi tempat yang cukup bagus dan indah adalah hal yang menjadi dasar dari penelitian ini (Sriwijaya Post,
30 Januari 2013). Oleh karena itu, pengembangan TPKS
diharapkan dapat mendukung citra Kota Palembang sebagai Land of Sriwijaya (PP RI No. 50 Tahun 2011, Pasal 35, huruf a). Hal inilah yang menjadi latar belakang studi pengembangan Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya berbasis tingkat kepuasan wisatawan. Pandangan masyarakat terhadap komponen dari Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya sebagai obyek wisata akan ditunjukkan melalui tingkat kepuasan wisatawan terhadap komponen-komponen yang ada. Hasil yang didapat diharapkan dapat menjadi salah satu acuan atau refleksi mengenai arah pengembangan Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya di masa depan. Pengembangan yang ada bertujuan untuk
menarik wisatawan terutama wisatawan yang merupakan masyarakat
Palembang. Prioritas komponen obyek wisata dalam kajian pengembangan Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya menjadi diperlukan jika mengingat terbatasnya dana dan kurangnya kepedulian investor dalam pengembangan pariwisata
(Laporan
Akuntanbilitas
Kinerja
Instansi
Pemerintah
Kota
Palembang, 2011).
3
1.2.
Perumusan Masalah Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya yang terletak di Kelurahan Karanganyar, Kecamatan Gandus, Palembang memiliki berbagai fasilitas tidak hanya museum dengan peninggalan kerajaan Sriwijaya tetapi juga taman yang dapat dimanfaatkan wisatawan untuk bersantai. Obyek wisata yang termasuk dalam obyek wisata budaya ini, sebenarnya memiliki potensi untuk berkembang. Hal ini karena bercermin pada beberapa obyek wisata serupa seperti benteng Vredeburg di Kota Yogyakarta yang tetap dapat bertahan dan memiliki berbagai macam cara untuk menarik minat wisatawan. Permasalahan yang ada, terletak pada masyarakat yang belum memiliki minat untuk datang ke tempat ini (Sriwijaya Post, 30 Januari 2013). Fenomena yang ada adalah tempat-tempat seperti pusat perbelanjaanlah yang menjadi minat masyarakat untuk menghabiskan waktu luang ataupun waktu libur mereka (travel.kompas.com,
30
Juni
2010).
Namun,
masyarakat
tidak
dapat
dipersalahkan karena hal ini. Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya harus dapat meningkatkan daya tariknya agar jumlah masyarakat yang datang berkunjung ke Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya terus meningkat. Kondisi dan kelayakan sarana-prasarana pendukung di tempat ini akan menjadi salah satu aspek penting yang dikaji. Tingkat Kepuasan wisatawan terhadap pelayanan Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya dapat menjadi gambaran prioritas pengembangan TPKS sebagai destinasi wisata Kota Palembang. Aspek yang akan dinilai sebagaimana dijelaskan oleh (Cooper, et al, 1993) dan (Widodo, 2009) adalah 3A (atraksi, amenitas, dan aksesibilitas), promosi, dan Sapta Pesona (aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah-tamah, kenangan). Secara ringkas, rumusan masalah disajikan dalam bentuk pertanyaan berikut: 1.
Bagaimana kondisi Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya sebagai destinasi wisata masyarakat Kota Palembang ?
2.
Bagaimana tingkat kepuasan wisatawan sebagai arah pengembangan Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya?
4
3.
Bagaimana kendala dan keunggulan yang ada dalam pengembangan Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya?
1.3.
Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi kondisi Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya sebagai destinasi wisata Kota Palembang. 2. Mengetahui arah pengembangan obyek wisata Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya dengan berbasiskan pada tingkat kepuasan wisatawan. 3. Menganalisis kendala dan keunggulan dalam pengembangan Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya.
1.4.
Kegunaan Penelitian Memberikan masukan berupa aspek prioritas pengembangan apa yang perlu ditingkatkan dari sudut pandang wisatawan. Pengembangan ini bertujuan untuk menambah daya tarik masyarakat Palembang berwisata ke Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya.
1.5.
Penelitian Sebelumnya Terdapat beberapa penelitian yang berkaitan dengan pengembangan destinasi wisata terutama museum dan tingkat kepuasan pengunjung. Penelitian yang pertama berjudul “The Physical Environment in Museums and Its Effects on Visitors’ Satisfaction” (Jeong & Lee, 2006). Terdapat dua tujuan dari pembuatan penelitian ini. Tujuan pertama adalah mengidentifikasi dampak langsung
dari
lingkungan
fisik
museum
terhadap
tingkat
kepuasan
pengunjung.Tujuan yang kedua adalah mengidentifikasi dampak tidak langsung melalui variabel antara yaitu dampak emosional (pembelajaran, pengalaman estetis, dan rasa senang) dan rasa lelah. Metode yang digunakan di dalamnya adalah penggunaan skala Likert pada masing-masing variabel dengan pengolahan data dilakukan dengan statistik deskriptif, analisis faktor, test reliabilitas, analisis regresi dan model path. Hasil yang dicapai adalah faktor
5
lingkungan fisik yang memiliki pengaruh terbesar terhadap kepuasan pengunjung adalah lingkungan pameran. Hasil selanjutnya adalah dampak emosional memiliki dampak positif terhadap kepuasan pengunjung dan rasa lelah memiliki dampak negatif terhadap kepuasan pengunjung. Penelitian kedua berjudul “Critical Factors and Consumption Patterns of Pergamon Museum’s Visitors (Berlin, Germany)” (Curiel, Antonovica, & Idoeta, 2012). Penelitian ini memiliki empat tujuan yang ingin dicapai. Tujuan pertama adalah mengidentifikasi profil sosio-demografis dari pengunjung. Kedua, mengidentifikasi kondisi akses dan kunjungan wisatawan budaya. Ketiga, mengkaji faktor-faktor kritikal dalam memotivasi wisatawan. Tujuan terakhir adalah menghitung pengeluaran selama kunjungan dan pemasukan. Metode yang digunakan adalah analisa deskriptif dengan perolehan data melalui wawancara menggunakan angket terhadap pengunjung. Responden yang diwawancara, dipilih secara acak (simple random sampling). Hasil yang dicapai adalah 85,5 % dari sampel merupakan bachelor, master, atau PhD degrees. 39, 5 % dari sampel menggunakan transportasi lokal, 29,3 % berjalan kaki, 9,4 % menggunakan pesawat (karena mereka adalah wisatawan internasional). Hasil selanjutnya adalah 41,7 % responden datang berkunjung karena ingin berlibur. Hasil terakhir adalah total pengeluaran dari tiap wisatawan dalam tiap kali berkunjung adalah 473,33 Euro. Penelitian
selanjutnya
berjudul
“Kajian
atraksi,
amenitas,
dan
aksesibilitas untuk pengembangan wisata bahari Pulau Senia Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau” (Luthfi, 2011). Penelitian ini memiliki tiga tujuan yaitu mengetahui potensi atraksi wisata, amenitas, dan aksesibilitas pada destinasi wisata Pulau Senoa, mengetahui sosio-demografi dan psikografi wisatawan yang datang ke destinasi wisata Pulau Senoa, serta mengkaji dan merumuskan strategi pengembangan pariwisata bahari di Pulau Senoa berdasarkan kesesuaian kondisi atraksi wisata serta sosio-demografi dan psikografi wisatawan. Penelitian tersebut menggunakan metode deskriptif dengan hasil yang didapat adalah Pulau Senoa memiliki potensi alam produk wisata bahari unggulan dan memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan.
6
Amenitas yang ada di Pulau Senoa sangat minim. Aksesibilitas sudah cukup memadai. Hasil kedua adalah sebagian besar wisatawan nusantara dan sedang dalam rangka bertugas. Hasil terakhir adalah pembangunan fasilitas pendukung dan atraksi wisata yang lebih divariasikan serta peningkatan promosi juga perlu dilakukan. Penelitian selanjutnya berjudul “Persepsi Wisatawan Nusantara terhadap Daya Tarik Wisata di Kota Palembang” (Kusumaningrum, 2009). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui alasan wisatawan nusantara datang ke Kota Palembang, mengetahui pendapat wisatawan nusantara terhadap daya tarik wisata unggulan yang ada di Kota Palembang, dan mengetahui informasi tentang pendapat sejumlah masyarakat lokal terhadap nilai-nilai keberadaan sejumlah daya tarik wisata yang ada di Kota Palembang. Metode yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Hasil yang didapat adalah motivasi beragam namun didominasi oleh motivasi mengunjungi keluarga/teman. Hasil kedua adalah persepsi wisatawan nusantara terhadap Daya Tarik Wisata Kota Palembang cenderung bernilai positif. Hasil terakhir adalah masyarakat Kota Palembang menilai sejumlah obyek yang ada mempunyai nilai-nilai (values) yang sangat berarti, antara lain: nilai sejarah (historical values), nilai rekreasi (recreational values), nilai keindahan (aesthetic values), nilai seni (art value), dan nilai sosial (social value). Penelitian terkait yang terakhir berjudul Analisis Kepuasan Pengunjung dan Pengembangan Fasilitas Wisata Agro (Studi Kasus di Kebun Wisata Pasirmukti, Bogor) (Oktaviani & Suryana, 2006). Penelitian ini memiliki empat tujuan yaitu; (1) Mengkaji tahapan proses, pengambilan keputusan pengunjung ke Kebun Wisata Pasirmukti; (2) Menganalisis tanggapan responden terhadap atribut-atribut yang ditawarkan oleh pihak Manajemen Kebun Wisata Pasirmukti; (3) Menganalisis tingkat kepuasan pengunjung terhadap fasilitas yang ditawarkan oleh pihak Manajemen Kebun Wisata Pasirmukti; (4) Menganalisis informasi mengenai fasilitas yang perlu ditambahkan. Metode yang digunakan adalah metode pengambilan sampel dengan non-probability sampling melalui metode convenience sampling (responden minimal sudah
7
pernah ke lokasi yang sama satu kali). Analisis menggunakan analisis deskriptif dan Importance-Performance Analysis, Customer Satisfaction Index, Uji Friedman dan Multiple Comparison. Hasil yang didapat adalah : (1) Proses pengambilan keputusan kunjungan yang dilakukan pada tahap pengenalan kebutuhan, tahap pencarian informasi, tahap evaluasi alternatif, tahap keputusan pembelian, dan tahap perilaku pascapembelian; (2) Promosi, kemudahan mencapai lokasi dan sarana promosi merupakan atribut yang memiliki tingkat kepentingan yang tinggi akan tetapi kinerjanya masih dinilai rendah oleh responden; (3) Secara keseluruhan konsumen cukup puas terhadap fasilitas yang disediakan.; dan (4) Fasilitas yang perlu dibangun adalah kolam renang, kereta keliling kebun, penganekaragaman menu khas Sunda, serta laboratorium dan perpustakaan pertanian. Secara lebih ringkas, ditampilkan dalam Tabel 1.1.
No.
Penulis
1
Jae Hoon Jeong & Kyung Hoon Lee (2006)
Tabel 1.1. Beberapa Penelitian Terkait Judul Tujuan Metode yang digunakan The physical Mengidentifikasi Menggunakan environment dampak langsung skala Likert in museums dari lingkungan untuk and its fisik museum mengetahui effects on terhadap tingkat tingkat kesan visitors’ kepuasan pengunjung satisfaction pengunjung. terhadap lingkungan fisik museum, Mengidentifikasi pengaruh dampak tidak emosional, rasa langsung melalui lelah, dan variabel kepuasan moderator yaitu pengunjung dampak secara emosional keseluruhan. (pembelajaran, Pengolahan data pengalaman dilakukan estetis, dan rasa dengan statistik senang) dan rasa deskriptif, lelah. analisis faktor dan test reliabilitas, analisis regresi dan model path.
Hasil yang dicapai Faktor lingkungan fisik pada museum yang memiliki pengaruh terbesar terhadap kepuasan pengunjung adalah lingkungan pameran. Dampak emosional memiliki dampak positif terhadap kepuasan pengunjung dan rasa lelah memiliki dampak negatif terhadap kepuasan pengunjung.
8
Lanjutan tabel 1.1. Beberapa Penelitian Terkait No.
Penulis
Judul
Tujuan
2
Javier de Esteban Curiel, PhD, Arta Antonovica, PhD, & Carmelo Mercado Idoeta, PhD (2012)
Critical factors and consumption patterns of Pergamon museum’s visitors (Berlin, Germany)
Mengidentifikasi profil sosiodemografis dari pengunjung. Mengidentifikasi kondisi akses dan kunjungan wisatawan budaya.
Mengkaji faktorfaktor kritikal dalam memotivasi wisatawan.
Metode yang digunakan Metode yang digunakan adalah analisa deskriptif. Perolehan data melalui wawancara menggunakan angket terhadap pengunjung. Responden diwawancara secara acak (simple random sampling)
Menghitung pengeluaran selama kunjungan dan pemasukan. 3
Marhafiz Luthfi (2011)
Kajian Atraksi, Amenitas, dan Aksesibilitas untuk Pengembangan Wisata Bahari Pulau Senia Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
Mengetahui potensi atraksi wisata, amenitas, dan aksesibilitas pada destinasi wisata Pulau Senoa.
Mengetahui sosio-demografi dan psikografi wisatawan yang datang ke destinasi wisata Pulau Senoa. Mengkaji dan merumuskan strategi pengembangan
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif
Hasil yang dicapai 85,5 % dari sampel merupakan bachelor, master, atau PhD degrees. 39, 5 % menggunakan transportasi lokal, 29,3 % berjalan kaki, 9,4 % menggunakan pesawat (karena mereka adalah wisatawan internasional). 41,7 % responden datang berkunjung karena ingin berlibur. Total pengeluaran dari tiap wisatawan dalam tiap kali berkunjung adalah 473,33 Euro. Pulau Senoa memiliki potensi alam produk wisata bahari unggulan dan memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan. Amenitas yang ada di Pulau Senoa sangat minim. Aksesibilitas sudah cukup memadai. Sebagian besar wisatawan nusantara dan sedang dalam rangka bertugas.
Pembangunan fasilitas pendukung dan atraksi wisata yang lebih
9
Lanjutan tabel 1.1. Beberapa Penelitian Terkait No.
4
5
Penulis
Dian Kusumaningrum (2009)
Riandina Wahyu Oktaviani & Rita Nurmalina
Judul
Persepsi Wisatawan Nusantara Terhadap Daya Tarik Wisata di Kota Palembang
Analisis Kepuasan Pengunjung dan Pengembangan Fasilitas
Tujuan pariwisata bahari di Pulau Senoa berdasarkan kesesuaian kondisi atraksi wisata serta sosiodemografi dan psikografi wisatawan. Mengetahui alasan wisatawan nusantara datang ke Kota Palembang. Mengetahui pendapat wisatawan nusantara terhadap daya tarik wisata unggulan yang ada di Kota Palembang. Mengetahui informasi tentang pendapat sejumlah masyarakat lokal terhadap nilainilai keberadaan sejumlah daya tarik wisata yang ada di Kota Palembang.
Mengkaji tahapan proses, pengambilan keputusan pengunjung ke Kebun Wisata
Metode yang digunakan
Hasil yang dicapai divariasikan. Promosi perlu dilakukan.
Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif. Data akan dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif.
- Metode pengambilan sampel dengan nonprobability sampling
Motivasi beragam namun didominasi oleh motivasi mengunjungi keluarga/teman. Persepsi wisatawan nusantara terhadap Daya Tarik Wisata Kota Palembang cenderung bernilai positif.
Masyarakat Kota Palembang menilai sejumlah obyek yang ada mempunyai nilainilai (values) yang sangat berarti, antara lain: nilai sejarah (historical values), nilai rekreasi (recreational values), nilai keindahan (aesthetic values), nilai seni (art value), dan nilai sosial (social value). Proses pengambilan keputusan kunjungan yang dilakukan pada tahap pengenalan kebutuhan, tahap
10
Lanjutan tabel 1.1. Beberapa Penelitian Terkait No.
Penulis Suryana (2006)
Judul Wisata Agro (Studi Kasus di Kebun Wisata Pasirmukti, Bogor)
Tujuan Pasirmukti.
Menganalisis tanggapan responden terhadap atributatribut yang ditawarkan oleh pihak Manajemen Kebun Wisata Pasirmukti.
Menganalisis tingkat kepuasan pengunjung terhadap fasilitas yang ditawarkan oleh pihak Manajemen Kebun Wisata Pasirmukti Menganalisis informasi mengenai fasilitas yang perlu ditambahkan.
Metode yang digunakan melalui metode convenience sampling (responden minimal sudah pernah ke lokasi yang sama satu kali). - Analisis menggunakan analisis deskriptif dan ImportancePerformance Analysis, Customer Satisfaction Index, Uji Friedman dan Multiple Comparison.
Hasil yang dicapai pencarian informasi, tahap evaluasi alternatif, tahap keputusan pembelian, dan tahap perilaku pascapembelian. Promosi, kemudahan mencapai lokasi dan sarana promosi merupakan atribut yang memiliki tingkat kepentingan yang tinggi akan tetapi kinerjanya masih dinilai rendah oleh responden. Secara keseluruhan konsumen cukup puas terhadap fasilitas yang disediakan.
Fasilitas yang perlu dibangun adalah kolam renang, kereta keliling kebun, penganekaragaman menu khas Sunda, serta laboratorium dan perpustakaan pertanian.
Beberapa penelitian diatas merupakan beberapa penelitian yang dijadikan acuan dalam studi pengembangan Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya. Hal-hal dari penelitian-penelitian terkait sebelumnya yang dijadikan acuan oleh studi mengenai Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya ditampilkan dalam tabel 1.2.
11
No. 1
2
3
Tabel 1.2. Komponen Acuan dalam Penelitian Tujuan Metode yang Digunakan Penelitian yang Dijadikan Acuan (Judul dan Penulis) Mengidentifikasi Metode yang digunakan adalah - Critical factors and kondisi Taman analisis deskriptif dimana consumption patterns of Purbakala pengumpulan data dilakukan Pergamon museum’s visitors Kerajaan dengan observasi lapangan dan (Javier de Esteban Curiel, PhD, Sriwijaya sebagai in depth interview. Arta Antonovica, PhD, Carmelo destinasi wisata Mercado Idoeta, PhD, 2012) Kota Palembang. - Kajian Atraksi, Amenitas, dan Aksesibilitas untuk Pengembangan Wisata Bahari Pulau Senia Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau (Marhafiz Luthfi, 2011) - Persepsi Wisatawan Nusantara Terhadap Daya Tarik Wisata di Kota Palembang (Dian Kususmaningrum, 2009) Mengetahui arah Metode yang digunakan adalah - The physical environment in pengembangan analisis deskriptif dimana museums and its effects on obyek wisata perhitungan tingkat kepuasan visitors’satisfaction (Jae-Hoon Taman Purbakala wisatawan menggunakan skala Jeong & Kyung-Hoon Lee, Kerajaan Likert sebagai penentuan nilai. 2006) Sriwijaya dengan Pengolahan data dilakukan - Persepsi Masyarakat Desa berbasiskan pada dengan perhitungan skor yang Mardikorejo Terhadap tingkat kepuasan ada dan selanjutnya Pengembangan Desa Wisata wisatawan. diklasifikasi. Pengumpulan data Trumpon di Kecamatan Tempel dilakukan dengan pengisian Kabupaten Sleman (Darmajati angket oleh wisatawan. Untuk Wirawan, 2008) memperdalam informasi maka dilakukan wawancara terhadap responden. Menganalisis Metode yang digunakan adalah - Kajian Atraksi, Amenitas, dan kendala dan analisis deskriptif dimana Aksesibilitas untuk keunggulan dalam pengumpulan data dilakukan Pengembangan Wisata Bahari pengembangan dengan observasi lapangan dan Pulau Senia Kabupaten Natuna Taman Purbakala in depth interview. Provinsi Kepulauan Riau Kerajaan (Marhafiz Luthfi, 2011) Sriwijaya. - Analisis Kepuasan Pengunjung dan Pengembangan Fasilitas Wisata Agro (Studi Kasus di Kebun Wisata Pasirmukti, Bogor) (Riandina Wahyu Oktaviani & Rita Nurmalina Suryana, 2006).
12
1.6.
Tinjauan Pustaka Studi mengenai pengembangan Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya berbasis tingkat kepuasan wisatawan mengacu pada beberapa literatur atau sumber terkait. Informasi dalam sumber-sumber yang ada, dijadikan dasar dalam penelitian mengenai
pengembangan Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya
berbasis tingkat kepuasan wisatawan. Penelitian ini memiliki tema pariwisata yang berkaitan dengan ilmu geografi. Pariwisata merupakan salah satu kajian ilmu yang berhubungan simbiotik dan eksistensial dengan ilmu geografi. Alasan dari hal ini adalah karena adanya proses spasial (Akdag & Oter, 2011). Ilmu pariwisata bukan merupakan ilmu yang berdiri sendiri tetapi merupakan ilmu yang bersifat multi disiplin (UU RI No. 10 Tahun 2009, pasal 1, ayat 4). Pada gambar 1.1., terlihat bahwa studi mengenai pariwisata (lingkaran pusat), tidak dapat dipisahkan dari berbagai macam disiplin ilmu (lingkaran luar). Komponen penyusun dari studi pariwisata (lingkaran dalam) merupakan cabang ilmu dari berbagai disiplin ilmu terkait. Beberapa contoh yang ditunjukkan pada gambar adalah cabang ilmu ekonomi yaitu Ekonomi Pariwisata dan cabang ilmu arsitektur yaitu Landscape Design merupakan komponen yang menyusun studi pariwisata. Disiplin ilmu geografi memiliki cabang ilmu Geografi Pariwisata yang turut ambil bagian dalam studi pariwisata.
13
Gambar 1.1. Kajian lingkup Disiplin Ilmu dalam Pariwisata Sumber: Jafar Jafari, University of Wisconsin-Stout, Study of Tourism: Choice of Discipline and Approach (Goeldner & Ritchie, 2009)
Keterkaitan antara geografi dan pariwisata adalah proses spasialnya. Alasan dari mengapa masyarakat melakukan perjalanan ke daerah-daerah yang berbeda (melakukan perjalanan / proses spasial) tergantung pada tiga aspek yaitu tourist origin (tempat asal wisatawan), tourist flow (aliran/perpindahan wisatawan), dan tourist destination (tempat tujuan wisatawan). Tourist origin berkaitan dengan demand perspectives (perspektif permintaan). Tourist destinations fokus pada supply perspectives (perspektif persediaan). Tourist flow dapat dipelajari dari linkage perspective (perspektif hubungan) (Zhong & Zhang, 2012). Proses spasial adalah yang ingin dicapai dalam suatu industri pariwisata. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menambah intensitas proses spasial ini terdapat pada daya dorong di tempat asal wisatawan (tourist origin),
14
daya tarik dari tempat tujuan wisata (tourist destination), dan aliran wisatawan (tourist flow). Penelitian pengembangan Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya berbasis tingkat kepuasan wisatawan difokuskan pada daerah tujuan wisata yang dalam hal ini adalah Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya. Tujuan wisata (tourist destinations) merupakan konsentrasi dari fasilitas dan jasa yang diatur sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan wisatawan. Tujuan wisata terdiri dari beberapa komponen, komponen-komponen ini dikarakteristik menjadi beberapa kelompok (Cooper, et al, 1993), yaitu: a. Atraksi Atraksi merupakan komponen dasar yang menjadi awal motivasi wisatawan untuk datang baik itu alami ataupun buatan manusia. Namun, seiring berkembangnya teknologi dan manajemen wisata, maka atraksi ini bisa dikembangkan untuk menciptakan daya tarik yang lebih besar. b. Akses (transportasi lokal, terminal) Jaringan transportasi yang baik menjadi salah satu aspek penting bagi berhasilnya suatu tujuan wisata. Beberapa fasilitas yang
dapat mendukung
adalah: - Lahan parkir - Pemandangan yang indah sepanjang perjalanan - Bus bagi pejalan kaki (transportasi umum) c. Amenitas (akomodasi, outlet makanan-minuman, hiburan, pusat perdagangan dan jasa lainnya) Fasilitas dan jasa pendukung yang dibutuhkan wisatawan agar dapat menambah kenyamanan mereka. Contoh: akomodasi, sarana ibadah, toilet umum, dan outlet perdagangan. d. Fasilitas pendukung lainnya, yang dibentuk oleh organisasi lokal. Jasa ini disediakan oleh organisasi lokal. Contohnya: Promosi, Koordinasi antar tempat wisata, dan informasi tempat jasa lainnya. Selain keempat komponen diatas, komponen lain dalam Destinasi Pariwisata adalah Sapta Pesona yag terdiri dari Keamanan, Ketertiban, Kebersihan, Kenyamanan, Keindahan, Keramahan , dan Kesan (Widodo, 2009).
15
Berbagai alasan dapat melatarbelakangi masyarakat melakukan wisata. Alasan yang muncul bisa dibentuk oleh proses sosialisasi dan personal, seperti lingkungan keluarga dan pergaulan (Argyle, 1996 dalam Hall & Page, 1999). Ada berbagai macam alasan atau motif seseorang melakukan kegiatan wisata yang dikemukakan oleh para ahli. Crandall (1980) dalam Hall & Page (1999) mengemukakan 17 motif dalam mengisi waktu luang yaitu: 1.
Menikmati dan berada dekat dengan alam serta keluar dari lingkungan masyarakat untuk sementara
2.
Keluar dari rutinitas dan tanggung jawab sehari-hari
3.
Melatih dan menjaga bentuk tubuh
4.
Menambah kreatifitas
5.
Merelaksasi tubuh dengan tujuan agar pikiran dapat beristirahat sementara
6.
Melakukan kontak sosial bersama rekan
7.
Berbicara dengan orang yang berbeda (bertemu dengan orang baru) dan membangun hubungan pertemanan dengan orang lain
8.
Bertemu dengan orang lain yang berjenis kelamin berbeda
9.
Menjaga kerukunan keluarga dengan keluar dari lingkungan biasanya
10. Pengakuan atas status sosial tertentu 11. Mendapatkan posisi dan kewenangan tertentu sehingga memiliki kendali terhadap yang lain (kekuasaan sosial) 12. Menolong orang lain 13. Rasa penasaran 14. Aktualisasi diri 15. Mempelajari dan meningkatkan kemampuan dan talenta (adanya kompetisi) 16. Menghabiskan waktu dalam menghindari rasa bosan 17. Berpikir tentang nilai personal. Selain dari motivasi wisatawan, terdapat berbagai macam hambatan yang bisa mengurangi keinginan seseorang melakukan kegiatan rekreasi ataupun wisata. Patmore (1983) dalam Hall & Page (1999) merangkum halangan fisik dalam rekreasi menjadi empat yaitu:
16
1.
Musim
2.
Halangan biologis dan sosial
3.
Uang dan mobilitas
4.
Lokasi dan Sumber Dengan ketersediaan waktu juga menjadi rintangan besar. Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya memiliki salah satu atraksi yaitu
Museum Sriwijaya. Museum adalah salah satu tempat untuk menyimpan bendabenda cagar budaya. Cagar budaya sendiri adalah benda buatan manusia baik itu bergerak atau tidak yang berumur paling tidak 50 (lima puluh) tahun. Benda ini memiliki nilai penting bagi ilmu pengetahuan, sejarah, maupun kebudayaan (UU RI No. 5 Tahun 1992). Bahan dasar dalam industri pariwisata menurut Dit Jen Pariwisata Republik Indonesia (Sujali, 1989), dibedakan menjadi tiga bentuk yakni; 1.
Obyek wisata alam (Natural Resources), bentuk obyek ini berupa pemandangan alam contohnya bentuk lingkungan pegunungan, lingkungan pantai atau perairan, lingkungan hidup berupa kehidupan flora dan fauna atau bentuk yang lain,
2.
Obyek wisata budaya/manusia (Human resources), obyek wisata budaya umumnya dipengaruhi oleh lingkungan atau kehidupan manusia, wujud obyek budaya antara lain berbentuk museum, candi, tarian/kesenian, upacara keagamaan, upacara adat, upacara pemakaman atau bentuk yang lain,
3.
Obyek wisata buatan manusia (Man made resources), obyek wisata ini bersifat man made atau dipengaruhi oleh aktivitas manusia, oleh karena itu bentuknya akan tergantung pada kreativitas pembuatnya. Obyek wisata buatan manusia seperti misalnya museum, tempat ibadah, peralatan musik, kawasan wisata yang dibangun seperti kawasan wisata Taman mini, kawasan wisata Ancol atau dengan bentuk yang lain.
17
Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya (TPKS) merupakan taman peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya yang berlokasi di tepi Sungai Musi di Karanganyar, Kecamatan Gandus. Oleh karena merupakan peninggalan dari hasil kehidupan manusia di era Kerajaan Sriwijaya maka Museum ini termasuk dalam obyek wisata budaya. Situs Karanganyar telah diteliti oleh arkeolog dari tahun 1984 sampai 1993. Wilayah Karanganyar pernah memiliki kolam-kolam besar dengan pulaupulau buatan dan kanal-kanal buatan yang terhubung dengan Sungai Musi sebagai jalur transportasi, mengendalikan banjir, atau sebagai benteng (Indonesia’s official Tourism Website, 2013). Pembangunan Daya Tarik Wisata dilaksanakan berdasarkan prinsip menjunjung tinggi nilai agama dan budaya, serta keseimbangan antara upaya pengembangan manajemen atraksi untuk menciptakan Daya Tarik Wisata yang berkualitas, berdaya saing, serta mengembangkan upaya konservasi untuk menjaga kelestarian dan keberlanjutan sumber dayanya (PP No. 50 Tahun 2011, Pasal 14, ayat 2).
Untuk mendapatkan hasil pembangunan kepariwisataan yang optimal ada tiga komponen penting yang harus diperhatikan dan komponen tersebut adalah: 1.
Tersedianya obyek wisata yang dapat dinikmati, atau adanya atraksi yang dapat dilihat.
2.
Tersedianya sarana transportasi dan perhubungan.
3.
Komponen penunjang yang berupa akomodasi dan sarana infrastruktur. Untuk merealisasikan usaha pembinaan dan usaha pengembangan
kepariwisataan terdapat program yang dilaksanakan yakni: 1.
Mengadakan dan meningkatkan promosi.
2.
Melaksanakan dan meningkatkan pendidikan pariwisata.
3.
Menyediakan sarana dan prasarana kegiatan kepariwisataan yang pantas.
4.
Meningkatkan mutu kelancaran pelayanan pariwisata.
18
Teori dan informasi yang telah dijabarkan sebelumnya, dijadikan rujukan dalam studi pengembangan Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya berbasis Tingkat Kepuasan Wisatawan. Implementasi dari pemanfaatan teori dan informasi yang ada ditampilkan pada kerangka pemikiran (gambar 1.2).
1.7.
Kerangka Pemikiran Pengukuran akan tingkat kepuasan wisatawan dipilih sebagai indikator utama dalam pemilihan aspek yang akan dikembangkan guna menambah daya tarik Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya. Alasan pemilihan ini adalah pariwisata sebagai industri berbeda dengan industri lainnya yang dapat mengantarkan barang ke konsumen (pasar). Industri pariwisata adalah industri yang menarik konsumen (pasar) ke lokasi pariwisata (produsen). Oleh karena itu, tingkat kepuasan wisatawan dapat menjadi tolak ukur bagi supply (dalam hal ini pengelola wisata) untuk mengembangkan pariwisata sehingga wisatawan dapat kembali lagi berwisata di tempat tersebut atau munculnya wisatawan yang baru pertama kali datang berkunjung ke Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya. Suatu obyek wisata akan memiliki beberapa komponen didalamnya yang dapat menstimulasi pergerakan wisatawan untuk berkunjung ke obyek wisata tersebut. Terdapat lima komponen yang menjadi variabel dalam studi mengenai pengembangan Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya berbasis tingkat kepuasan wisatawan. Lima komponen tersebut adalah atraksi, aksesibilitas, amenitas, promosi, dan sapta pesona. Terdapat tiga hal yang akan dikaji mengenai kelima komponen ini yaitu kondisi, tingkat kepuasan wisatawan, dan kendala serta keunggulannya. Perihal kondisi dari kelima komponen yang ada di Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya, sumber data yang didapat adalah hasil dari proses wawancara mendalam (in depth interview) terhadap key persons yang ada seperti pengelola wisata dan para pekerja di museum serta melalui proses observasi. Perihal tingkat kepuasan wisatawan dan kendala maupun kelebihan yang ada di Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya, data yang didapat adalah melalui proses in depth interview dan pengisian angket.
19
Pada akhirnya, penilaian wisatawan dan ide dari responden mengenai kelima komponen dari obyek wisata Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya yaitu atraksi, aksesibilitas, amenitas, promosi, dan sapta pesona akan tersimpulkan dari hasil pengolahan data dari angket dan wawancara yang telah dilakukan. Komponen yang memiliki nilai paling rendah dari responden dikombinasikan dengan kondisi, kendala, dan keunggulan yang ada diharapkan dapat menjadi salah satu rekomendasi bagi pihak-pihak terkait untuk mengembangkan Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya di masa depan dan menambah daya tarik wisatawan. Kerangka pemikiran mengenai studi pengembangan Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya berbasis tingkat kepuasan wisatawan dapat dilihat pada gambar 1.2. Obyek Wisata Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya
Wisatawan
Wisatawan
Komponen Daya Tarik Wisata Atraksi
Aksesibilitas
Amenitas
Promosi
Sapta Pesona
1. Kondisi dari Komponen DTW 2. Tingkat Kepuasan Wisatawan terhadap komponen DTW 3. Kendala dan keunggulan komponen DTW
Pengembangan Obyek Wisata Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya Gambar 1.2. Diagram Alir Kerangka Pemikiran
20