BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Perkembangan sektor industri pada suatu wilayah selain akan memberikan
pengaruh terhadap berkembangnya kawasan tersebut, juga akan menimbulkan berbagai dampak terhadap pergerakan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup. Ditetapkannya Kecamatan Piyungan sebagai kawasan industri di Kabupaten Bantul (Peraturan Bupati Bantul Nomor 4 Tahun 2006), memberikan peluang usaha bagi investor untuk menanamkan modal dan berinvestasi di beberapa sektor (industri, pertanian, perdagangan dan jasa, perkebunan dan kehutanan, peternakan, serta energi dan sumber daya mineral). Beberapa industri yang berada di Kabupaten Bantul saat ini sudah direlokasi ke Kawasan Industri Piyungan. Hal ini bertujuan agar kegiatan industri terpusat di Kecamatan Piyungan dan memberikan dampak terhadap perkembangan ekonomi wilayah. Salah satunya adalah sentra industri aluminium di Kecamatan Pleret (http://bisniskeuangan.kompas.com). Dengan demikian peluang kerja yang ditimbulkan dari tumbuhnya Kawasan Industri Piyungan diharapkan mampu menyerap tenaga kerja dan mengurangi kegiatan perekonomian yang cenderung terpusat di Kota Yogyakarta. Kawasan industri yang terletak di Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul memiliki peran yang penting bagi pertumbuhan ekonomi wilayah, salah satu tujuannya adalah sebagai pusat pertumbuhan ekonomi wilayah guna menjadikan wilayah Kecamatan Piyungan berkembang menjadi kawasan peri-urban (Kota Yogyakarta sebagai Major City) yang memiliki kualitas dan kuantitas sarana prasarana yang memadai bagi suatu pusat pertumbuhan (McGee, 1991). Dengan demikian ketergantungan ekonomi yang terpusat di Kota Yogyakarta dapat dikurangi sehingga mobilitas dan migrasi penduduk ke kota juga akan berkurang. Menurut keterangan dari pihak Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Bantul, hingga kini di Kawasan Industri Piyungan terdapat 490 perusahaan telah berinvestasi dan beroperasi, beberapa perusahaan skala besar adalah perusahaan garmen, wig, dan sarung tangan, di samping pabrik rokok (Harian Kompas, 2012). 1
Secara keseluruhan Kawasan Industri Piyungan memiliki potensi lahan yang dapat dimanfaatkan seluas 123,55 Ha dengan 26,1 Ha telah terpesan, sehingga lahan yang masih bisa dimanfaatkan seluas 94,7 Ha (Pemerintah Kabupaten Bantul, 2004). Keberadaan kawasan industri di Kecamatan Piyungan memberikan perubahan pada sejumlah pergerakan manusia utamanya dalam melakukan aktivitas bekerja. Kegiatan perekonomian yang terjadi di Kecamatan Piyungan selain memberikan pengaruh terhadap aspek ekonomi juga berpengaruh pada mobilitas penduduk di wilayah sekitar. Berkembangnya kawasan industri di Piyungan memberikan kesempatan kerja bagi penduduk di sekitar kawasan industri maupun dari daerah lain yang lebih jauh untuk melakukan perpindahan menuju kawasan industri di Piyungan untuk bekerja. Perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain merupakan fenomena yang alami dan menjadi hal yang biasa di kehidupan seharihari, akan tetapi motivasi yang mendasari perpindahan tersebut memiliki keragaman dan kekhasan tujuan. Dalam tujuh teori pergerakan penduduk yang dikemukakan oleh Ravenstein (Mantra dan Pitoyo, 1998), salah satu dorongan utama orang melakukan migrasi disebabkan motif ekonomi. Pemenuhan kebutuhan ekonomi yang tidak dapat diperoleh di daerah asal menyebabkan beberapa orang melakukan pergerakan ke daerah lain untuk memenuhi kebutuhan. Selain itu kesempatan kerja yang diperoleh bukan di daerah asal menjadi pertimbangan seseorang untuk melakukan pergerakan atau perpindahan tempat. Todaro (1996), menyatakan pendapatnya bahwa perpindahan penduduk merupakan suatu proses yang sangat selektif, yang mempengaruhi setiap individu dengan ciri-ciri ekonomi, sosial, pendidikan dan demografi tertentu untuk melakukan perpindahan. Oleh karena itu faktor ekonomi dan non ekonomi dari masing-masing individu untuk melakukan perpindahan juga sangat bervariasi. Motivasi seseorang yang dilandasi karena ekonomi berkembang karena adanya ketimpangan ekonomi antar daerah. Motif ekonomi sebagai pertimbangan yang rasional dengan dua harapan yaitu memperoleh pekerjaan dan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi. Hal ini relevan dengan arah pergerakan penduduk menuju ke sentra Kawasan Industri Piyungan yang memiliki kekuatan dan daya
2
tarik yang cukup besar terhadap perbaikan kondisi ekonomi keluarga dan pemenuhan kebutuhan hidup seseorang. Peraturan Bupati Bantul Nomor 4 Tahun 2006, menjadi alasan bagi beberapa sektor industri dan pekerja di dalamnya berpindah ke lokasi baru (Kecamatan Piyungan). Sistem yang bekerja dari regulasi sektoral dalam batasan lingkup administrasi juga memberikan andil yang besar terhadap terjadinya migrasi (McGee, 1977). Pada gilirannya proses perpindahan penduduk yang terjadi di Kawasan Industri Piyungan tidak hanya dilandasi oleh faktor ekonomi, akan tetapi dikarenakan sistem regulasi yang berjalan berupa kebijakan regional di Kabupaten Bantul.
Dalam
keijakannya,
Pemerintah
Kabupaten
Bantul
memberikan
kemudahan-kemudahan dalam beberapa hal, antara lain: 1. tidak diperlukan lagi izin klarifikasi atau izin lokasi dari Kantor Pertanahan; 2. tidak diperlukan lagi izin industri dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi; 3. tidak diperlukan lagi izin gangguan dari Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. Oleh karena itu, dimungkinkan bukan hanya motif ekonomi saja yang menjadi alasan para pelaku usaha dan migran melakukan perpindahan menuju Kawasan Industri Piyungan, tetapi faktor eksternal seperti kebijakan juga berpengaruh pada terjadinya perpindahan. Kecenderungan mobilitas penduduk yang terjadi saat ini lebih banyak menuju perkotaan sebagai pusat pertumbuhan wilayah. Pergeseran mobilitas penduduk menuju ke arah pinggiran kota/pusat pertumbuhan baru di luar Kota Yogyakarta (Kawasan Industri Piyungan) menjadi fenomena yang menarik untuk dikaji lebih dalam berkaitan dengan beberapa hal yang menjadi penyebab pergeseran pola mobilitas penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini tentunya terkait dengan upaya menciptakan keterkaitan (linkage) antara daerah kota dengan pinggiran kota yang seimbang dan saling menguntungkan bagi penduduk dan perkembangan wilayah.
3
1.2.
Tujuan Penelitian Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah:
1. Mengkaji hubungan keberadaan Kawasan Industri Piyungan dengan mobilitas pekerja yang terjadi di Kawasan Industri Piyungan. 2. Menganalisis bentuk-bentuk mobilitas pekerja yang bekerja di Kawasan Industri Piyungan. 3. Mengeksplorasi faktor-faktor penarik dan pendorong terjadinya mobilitas pekerja di Kawasan Industri Piyungan. 1.3.
Kegunaan Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam hal:
1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat akademis dan memberikan gambaran tentang pola dan bentuk-bentuk mobilitas penduduk. 2. Secara praktis dapat digunakan sebagai masukan bagi Pemerintah Kabupaten Bantul khususnya dan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta selaku penentu kebijakan dalam merencanakan suatu program pengembangan ekonomi wilayah serta kepada pihak-pihak terkait yang memiliki hubungan dalam merencanakan pembangunan. 1.4.
Keaslian Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai mobilitas pekerja pada
kawasan industri di Kecamatan Piyungan, belum pernah dilakukan. Namun demikian penelitian mengenai mobilitas penduduk dan pekerja di Kabupaten Bantul maupun daerah lainnya pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Alasan peneliti menjadikan beberapa referensi dari beberapa disertasi dan tesis dalam penelitian ini mempertimbangkan relevansi tema besar kajian penelitian dan kajian-kajian yang terkait di dalamnya. Beberapa persamaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah metode penelitian dan tema kajian. Perbedaaan lokasi penelitian menjadi salah satu pembeda dan ciri/keunikan tersendiri yang terdapat pada masing-masing wilayah penelitian.
4
Keterkaitan penelitian yang dilakukan Giyarsih (1998) adalah mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas penduduk dan alasan-alasan para migran melakukan perpindahan. Perbedaan mendasar antara penelitian Giyarsih dan peneliti adalah lokasi penelitian yang berbeda dan kawasan yang dikaji, meskipun secara administratif sama-sama berada di Kabupeten Bantul. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, para migran melakukan perpindahan dengan alasan harga lahan yang relatif lebih murah dibandingkan di kota dan kesempatan ekonomi yang lebih tinggi di pinggiran kota. Bentuk mobilitas penduduk yang dilakukan para migran adalah migrasi permanen. Adanya aktivitas sosial ekonomi para migran di daerah tujuan menyebabkan tumbuhnya permukiman-permukiman baru dan tempat-tempat usaha. Kajian mengenai mobilitas penduduk oleh Dahoklory (2008) dilakukan di Kota Dobo, Provinsi Maluku dengan fokus penelitian terhadap perkembangan mobilitas setelah adanya pemekaran wilayah. Beberapa hal yang terkait dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah alasan-alasan yang mendasari migran melakukan mobilitas penduduk, kekuatan penarik dan pendorong para migran. Penelitian Dahoklory (2008) menunjukkan bahwa kekuatan ekonomi dan pendidikan merupakan kekuatan utama yang menjadi pendorong bagi migran melakukan perpindahan. Pemekaran wilayah yang terjadi di daerah penelitian secara administratif menyebabkan perubahan status kecamatan menjadi kabupaten dan memberikan dampak peningkatan yang signifikan terhadap mobilitas penduduk. Hasil dari penelitian yang dilakukan juga memberikan penjelasan mengenai pola perkembangan fisik kota yang terbentuk karena adanya migrasi penduduk dari desa menuju kota. Besarnya jumlah migrasi penduduk ke kota ternyata juga memiliki peran dalam membentuk kenampakan fisik kota yang secara alami berkembang di sepanjang jalan-jalan utama. Kenampakan fisik kota yang berkembang mengikuti jalan utama tidak terlepas dari aktivitas dan kegiatan sosial ekonomi penduduk yang terjadi di sepanjang jalan utama Kota Dobo, Provinsi Maluku.
5
Penelitian yang dilakukan oleh Adika (2003) mengenai perkembangan wilayah pinggiran Kota Metropolitan Surabaya dan mobilitas tenaga kerja banyak membahas tentang perkembangan pembangunan fisik/fungsi di Kabupaten Sidoarjo (sebagai wilayah pinggiran kota) dan besarnya arus mobilitas tenaga kerja pada sektor formal dan informal baik yang datang dari Surabaya maupun dari daerah burit. Teori kotadesasi dan perluasan wilayah metropolitan (extended metropolitan region) oleh McGee serta teori kesempatan antara (intervening opportunity) oleh Robert Noris menjadi teori pokok penelitian ini. Metode yang digunakan adalah metode survei dengan mengumpulkan data primer dan sekunder. Penelitian ini lebih menekankan pada tujuan eksploratif dan deskriptif. Metode pengambilan sampel penelitian menggunakan nonprobability sampling dengan metode analisis yang digunakan adalah metode kuantitatif sederhana. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: •
Kabupaten Sidoarjo merupakan klep pengaman dalam mengatasi masalah fisik, sosial, dan ekonomi Kota Surabaya.
•
Kabupaten Sidoarjo merupakan wilayah kesempatan antara (intervening opportunity) bagi tenaga kerja dari daerah burit (hinterland) yang ingin bekerja ke Kota Surabaya dengan alasan: - Kabupaten Sidoarjo merupakan daerah yang subur karena terletak di daerah Delta Sungai Berantas. - Produksi pertanian, perikanan merupakan andalan utama. - Terdapat banyak industri yang menyerap tenaga kerja.
•
Para migran tenaga kerja di Kabupaten Sidoarjo bekerja di sektor informal sebagai lompatan pertama, dan setelah mapan mulai ke kota lain sebagai lompatan kedua.
•
Kabupaten Sidoarjo menjadi daerah tujuan pelaku mobilitas baik permanen maupun non permanen yang bekerja di sektor formal dan informal yang berasal dari Kota Surabaya maupun daerah burit.
6
Kajian mengenai mobilitas pekerja pendatang antar propinsi dilakukan oleh Dharmanegara (1997) yang dilakukan di Desa Pejaten, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, Bali. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses mobilitas pekerja pendatang pada industri genteng rakyat khususnya mengenai alasan memilih lokasi tujuan, intensitas kerja, pendapatan, pola mobilitas pekerjaan, tipe mobilitas dan intensitas hubungan pekerja dengan keluarga di daerah asal. Teknik pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan metode proporsional random sampling. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa alasan utama para pekerja pendatang melakukan mobilitas adalah alasan ekonomi. Pola mobilitas berantai terjadi karena rekruitmen pekerja dilakukan melalui perantara para pekerja terdahulu. Intensitas kerja yang tinggi dilakukan oleh para pekerja pendatang untuk memperoleh pendapatan yang tinggi dan menekan pengeluaran konsumsi merupakan strategi untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga di daerah asal melalui remitan. Penelitian mengenai mobilitas pekerja dan remitan dilakukan oleh Iskandar (1994) dengan tujuan untuk mengetahui dan mengkaji pengaruh mobilitas pekerja ke luar desa terhadap status sosial ekonomi rumah tangga di desa asal. Penelitian ini dilakukan di Desa Sumber Sari, Kecamatan Sebulu, Kabupaten Kutai dengan responden dipilih secara random. Responden dalam penelitian ini adalah kepala keluarga pelaku mobilitas dan tokoh masyarakat desa setempat. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif (tabel silang dan tabel frekuensi). Hasil dari penelitian ini adalah motivasi pokok kepala rumah tangga melakukan mobilitas adalah untuk meningkatkan pendapatan. Alasan ini didasarkan pada rendahnya hasil usaha tani yang dilakukan selama ini. Remitan yang diperoleh migran memberikan pengaruh yang besar terhadap upaya peningkatan pendapatan rumah tangga di desa asal. Status ekonomi rumah tangga migran cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya pendapatan rumah tangga dari luar desa (remitan). Mobilitas pekerja ke luar desa berpengaruh positif terhadap status sosial ekonomi rumah tangga di desa asal. Penelitian ini mengungkap adanya kecenderungan mobilitas pekerja ke luar daerah akan terus
7
meningkat jika tidak ada pembenahan pola pertanian dan penciptaan kesempatan kerja non pertanian di daerah asal. Damanik (1993) mengkaji kaitan mobilitas pekerjaan, upah, dan gerak serkiler buruh di industri perdesaan dengan perubahan ekonomi rumah tangga di daerah asal. Penelitian dilakukan di Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten; Desa Belor, Kabupaten Grobogan; dan Desa Kuti, Kabupaten Ponorogo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua buruh adalah laki-laki dan mempunyai masa kerja antara 2-4 tahun. Sebesar 30% buruh tidak memiliki pekerjaan di daerah asal. Dalam penelitian ini mobilitas buruh berbeda-beda karena dipengaruhi oleh pasar kerja yang terpecah-pecah, selain itu perbedaan tingkat ketrampilan juga mempengaruhi perbedan mobilitas buruh. Upah buruh berbeda-beda menurut segmen pasar kerja, upah dalam pasar kerja primer lebih tinggi dari pada upah buruh di dalam segmentasi pasar kerja sekunder. Rata-rata upah buruh masih lebih rendah dari rata-rata upah minimum regional pada tahun 1988, namun demikian para remitan masih mampu mengirimkan sebagian penghasilannya ke desa asal. Penelitian mengenai perilaku dan dampak mobilitas penduduk di desa asal pernah dilakukan oleh Hastowiyono (1990) dengan lokasi penelitian berada di Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul. Kajian mengenai bentuk mobilitas penduduk yang terjadi ditunjukkan dengan adanya migrasi migran ulang-alik yang menempuh jarak <30 km, sedangkan migran sirkuler pada umumnya menempuh jarak yang lebih jauh. Adaptasi dilakukan oleh para migran yang baru saja berada di daerah tujuan, karena sebagian besar migran baru mendapatkan pekerjaan di daerah tujuan atas bantuan migran yang sudah lama bekerja. Informasi pekerjaan yang diberikan oleh migran yang sudah berada di daerah tujuan menjadi sumber informasi penting bagi migran baru dalam mengambil keputusan untuk pindah atau tidak. Pada penelitian ini juga dijelaskan bahwa secara sosial, mobilitas yang dilakukan para migran berdampak negatif. Hal ini ditunjukkan dengan perilaku migran dan hubungannya dengan daerah asal (partisipasi sosial di daerah asal menurun dan frekuensi hubungan dengan daerah asal juga menurun).
8
Tabel 1. 1. Beberapa Penelitian Terkait Sebelumnya No
Peneliti
Judul
Tujuan
1.
Andre E.T. Dahoklory, 2008
Perkembangan 1. Mengetahui perkembangan mobilitas penduduk dari desa ke kota setelah Mobilitas pemekaran wilayah di Kota Dobo. Penduduk dari 2. Mengetahui pengaruh perubahan Desa ke Kota status administratif dari kecamatan Setelah menjadi kabupaten. Pemekaran 3. Mengetahui pola perkembangan fisik Wilayah (Kasus kota akibat migrasi penduduk dari desa ke kota. Kota Dobo Kabupaten Kepulauan Aru Provinsi Maluku
2.
I Nyoman Andika, 2003
Perkembangan Wilayah Pinggiran Kota Metropolitan Surabaya dan Mobilitas Tenaga Kerja (Kasus Kabupaten Sidoarjo)
1. Menganalisis perkembangan pembangunan fisik/fungsi beserta persebarannya di wilayah Kabupaten Sidoarjo pada dasa warsa terakhir sebagai dampak dari restrukturasi internal Kota Surabaya. 2. Menganalisis peran Kabupaten Sidoarjo dalam usaha menstabilkan keadaan lingkungan Kota Surabaya yang terus membangun dan berbenah diri. 3. Menganalisis dampak pembangunan
Lokasi Penelitian Kota Dobo Kabupaten Kepulauan Aru Provinsi Maluku
Metode
Hasil Penelitian
Deduktif kuantitatif, kualitatif rasionalistik
Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur
Metode Survei Deduktif Eksploratif
Terjadi peningkatan mobilitas penduduk yang signifikan setelah adanya pemekaran wilayah. Kekuatan utama yang mendorong para migran melakukan pergerakan ke kota karena alasan ekonomi dan pendidikan. Kekuatan penarik para migran melakukan pergerakan ke kota yaitu: (1) pekerjaan cocok, (2) pendapatan yang lebih baik, (3) keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan, (4) tersedianya fasilitas dan sarana pendidikan yang berkualitas, (5) adanya aktivitasaktivitas di kota. Kabupaten Sidoarjo merupakan klep pengaman dalam mengatasi masalah fisik, sosial, dan ekonomi Kota Surabaya. Kabupaten Sidoarjo merupakan wilayah kesempatan antara (intervening opportunity) bagi tenaga kerja dari daerah burit (hinterland) yang ingin bekerja ke Kota Surabaya dengan alasan: - Kabupaten Sidoarjo merupakan daerah yang subur karena terletak
9
Tabel 1. 1. Beberapa Penelitian Terkait Sebelumnya (Lanjutan) No
Peneliti
Judul
Tujuan
Lokasi Penelitian
Metode
fisik/fungsi di Kabupaten Sidoarjo terhadap masuknya tenaga kerja di sektor formal dan informal serta mengidentifikasi daerah asal mereka. 4. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan migran tenaga kerja sektor formal dan informal cenderung memilih Kabupaten Sidoarjo sebagai tempat bekerja/berusaha, serta pola mobilitasnya, dan sejauh mana Kabupaten Sidoarjo dapat dijadikan lompatan pertama bagi mereka yang baru memulai berusaha.
3.
Sri Rum Giyarsih, 1998
Mobilitas Penduduk Pinggiran Kota (di Dua Dusun Desa Ngestiharjo Kecamatan Kasihan, Bantul)
1. Mengkaji derah asal para migran yang melakukan mobilitas ke daerah penelitian. 2. Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi mereka memilih daerah penelitian sebagai daerah tujuan mobilitas. 3. Mengkaji aktivitas ekonomi yang dilakukan setelah mereka berada di daerah penelitian.
Hasil Penelitian
Dua Dusun Desa Ngestiharjo Kecamatan Kasihan, Bantul
Metode Survei Analisis Deskriptif
di daerah Delta Sungai Berantas. - Produksi pertanian, perikanan merupakan andalan utama. - Terdapat banyak industri yang menyerap tenaga kerja. Para migran tenaga kerja di Kabupaten Sidoarjo bekerja di sektor informal sebagai lompatan pertama, dan setelah mapan mulai ke kota lain sebagai lompatan kedua. Kabupaten Sidoarjo menjadi daerah tujuan pelaku mobilitas baik permanen maupun non permanen yang bekerja di sektor formal dan informal yang berasal dari Kota Surabaya maupun daerah burit. Tumbuhnya permukiman-permukiman baru dan tempat-tempat usaha di daerah penelitian. Mobilitas penduduk yang dilakukan adalah mobilitas permanen. Alasan para migran pindah di pinggiran kota adalah harga lahan dan kesempatan ekonomi.
10
Tabel 1. 1. Beberapa Penelitian Terkait Sebelumnya (Lanjutan) No
Peneliti
Judul
Tujuan
Lokasi Penelitian Desa Pejaten, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan-Bali
4.
Ida Bagus Ag. Mobilitas Dharmanegara, Penduduk 1997 Desa-Desa antar Propinsi: Studi Kasus Pekerja Pendatang di Industri Genteng Rakyat Desa Pejaten Kabupaten Tabanan - Bali
1. Mengkaji secara mendalam proses mobilitas pekerja pendatang, meliputi alasan memilih industri genteng Desa Pejaten sebagai tempat kerja, proses mobilitas, mobilitas pekerjaan, intensitas kerja, pendapatan, remitan, tipe mobilitas.
5.
Iskandar, 1994
1. Mengetahui dan mengkaji pengaruh Desa Sumber mobilitas pekerja ke luar desa terhadap Sari, status sosial ekonomi rumah tangga di Kecamatan desa asal. Sebulu, Kabupaten Kutai – Kalimantan
Mobilitas Pekerja dan Remitan di Desa Sumber Sari Kecamatan Sebulu Kabupaten
Metode
Hasil Penelitian
Metode penelitian survei Analisis data kuantitatif dan kualitatif
Alasan utama yang mendasari para pekerja pendatang dalam melakukan mobilitas adalah alasan ekonomi. Pola mobilitas berantai mewarnai pola mobilitas yang dilakukan pekerja. Strategi yang dilakukan para pekerja pendatang untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga di daerah asal dilakukan melalui remitan. Terdapat perbedaan fenomena mobilitas desa-kota, antara lain: - Peran migran terdahulu dalam proses mobilitas berantai, - Strategi kelangsungan hidup melalui pola konsumsi daerah perdesaan, - Alasan non ekonomi dalam bermobilitas yang semakin penting, - Kuatnya adat istiadat dan homogenitas masyarakat desa menghambat keinginan pekerja untuk menetap. Metode Motivasi pokok kepala rumah tangga penelitian melakukan mobilitas adalah untuk survei meningkatkan pendapatan. Analisis Remitan yang diperoleh migran kuantitatif memberikan pengaruh yang besar (tabel terhadap upaya peningkatan frekuensi dan pendapatan rumah tangga di desa asal. tabel silang) Status ekonomi rumah tangga migran
11
Tabel 1. 1. Beberapa Penelitian Terkait Sebelumnya (Lanjutan) No
Peneliti
Judul
Tujuan
Kutai Kalimantan Timur
6.
7.
Janianton Damanik, 1993
M.C. Sri Hartati, 1991
Lokasi Penelitian Timur
Metode
Hasil Penelitian
Mobilitas Buruh dalam Fragmentasi Pasar Kerja di Industri Perdesaan (Studi Kasus pada Industri Cor Logam di Ceper, Kabupaten Klaten)
1. Menganalisis mobilitas pekerjaan berdasarkan segmen pasar kerja pada industri perdesaan. 2. Menganalisis mobilitas pekerjaan berdasarkan ciri-ciri demografi, sosial dan ekonomi buruh industri perdesaan. 3. Menganalisis kaitan antara mobilitas dan upah buruh dengan perubahan pendapatan dan alokasi pekerja rumah tangganya di perdesaan
Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten; Desa Belor, Kabupaten Grobogan; dan Desa Kuti, Kabupaten Ponorogo
Metode Survei Analisis Kuantitatif dan Kualitatif
Mobilitas Pekerja Industri Konstruksi sebagai Strategi Peningkatan Pendapatan Keluarga: Studi
1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan pekerja pelaku mobilitas 2. Mengetahui pengaruh tingkat pendapatan remitan yang dikirim pekerja kepada keluarganya dan berapa besar sumbangannya terhadap rumah tangga.
Tanjung Barat Indah dan Bukit Permai, Cibubur, DKI Jakarta
Pendekatan kualitatif dan kuantitatif
cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya pendapatan rumah tangga dari luar desa (remitan). Mobilitas pekerja ke luar desa berpengaruh positif terhadap status sosial ekonomi rumah tangga di desa asal. Mobilitas buruh dipengaruhi oleh pasar kerja yang terpecah-pecah (fragmented labour market). Karakteristik buruh (umur dan masa kerja) tidak mempengaruhi perbedaan mobilitas, melainkan perbedaan ketrampilan menyebabkan perbedaan mobilitas buruh. Upah buruh berbeda-beda menurut segmen kerja.
Besarnya pendapatan pekerja migran serkiler sangat dipengaruhi faktor segmentasi pekerjaan, ketrampilan, pengalaman, jam kerja, status hubungan kerja, dan cara perekrutan. Mobilitas yang dilakukan oleh pekerja bangunan mempunyai dampak positif terhadap kehidupan sosial ekonomi di
12
Tabel 1. 1. Beberapa Penelitian Terkait Sebelumnya (Lanjutan) No
Peneliti
Judul
Tujuan
Lokasi Penelitian
Metode
Kasus Pekerja Bangunan Permukiman di Tanjung Barat Indah dan Bukit Permai Cibubur DKI Jakarta 8.
Hastowiyono, 1990
Perilaku dan Dampak Mobilitas Penduduk di Desa Asal (Studi Kasus di Desa Sumberagung Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul)
1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penduduk dalam menentukan bentuk mobilitas yang dilakukan (mobilitas ulang-alik atau serkiler). 2. Mengetahui mekanisme penyesuaian pelaku mobilitas di daerah tujuan, terutama dalam kaitannya dengan cara memperoleh pekerjaan. 3. Mengetahui perilaku hubungan migran serkiler dengan daerah asal. 4. Mengetahui dampak mobilitas ulangalik dan serkiler terhadap pamenuhan kebutuhan rumah tangga di desa asal. 5. Mengetahui dampak mobilitas ulangalik dan serkiler terhadap hubungan pelaku mobilitas dengan anggota rumah tangga dan keterlibatannya dalam kegiatan kemasyarakatan di desa asal. Sumber: Berbagai Disertasi dan Tesis
Hasil Penelitian desa asal. Bagi migran, pergi ke kota adalah suatu usaha yang beresiko rendah serta merupakan strategi untuk meningkatkan pendapatan keluarga di desa.
Desa Sumberagung Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul
Deduktif Kuantitatif Analisis Deskriptif
Migran ulang-alik menempuh jarak <30 km, sedangkan migran sirkuler pada umumnya menempuh jarak yang lebih jauh. Migran mendapat pekerjaan di daerah tujuan atas bantuan migran lama. Secara ekonomik pelaku mobilitas pendapatannya meningkat dan kemampuan untuk memenuhi berbagai kebutuhan juga meningkat. Secara sosial, mobilitas berdampak negatif. Ditunjukkan dengan menurunnya frekuensi hubungan migran dengan warga daerah asal dan partisipasi sosial di desa asal menjadi menurun.
13
Tabel 1. 2. Penelitian yang Dilaksanakan No
Peneliti
1.
Mohammad Isnaini Sadali, 2014
Judul Mobilitas pekerja pada Kawasan Industri Piyungan di Kabupaten Bantul - DIY
Tujuan 1. Mengkaji hubungan keberadaan Kawasan Industri Piyungan dengan mobilitas pekerja yang terjadi di Kawasan Industri Piyungan. 2. Menganalisis bentuk-bentuk mobilitas pekerja yang bekerja di Kawasan Industri Piyungan. 3. Mengeksplorasi faktor-faktor penarik dan pendorong terjadinya mobilitas pekerja di Kawasan Industri Piyungan.
Lokasi Penelitian Desa Sitimulyo dan Desa Srimulyo, Kecamatan PiyunganBantul
Metode Metode Penelitian Survei Analisis Deskriptif
Pertanyaan Penelitian 1. Apakah terdapat hubungan keberadaan Kawasan Industri Piyungan dengan mobilitas pekerja di Daerah Istimewa Yogyakarta. 2. Bagaimana bentuk-bentuk mobilitas pekerja yang terjadi di Kawasan Industri Piyungan. 3. Faktor-faktor penarik dan pendorong apa saja yang menjadi terjadinya mobilitas pekerja di Kawasan Industri Piyungan.
Sumber: Analisis, 2014
14