BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Setiap orang di dunia ini siapapun dia ingin mendapatkan kehidupan yang layak dan sejahtera. Banyak orang kemudian berlomba-lomba untuk mendapatkan pekerjaan yang layak yang dapat menjamin kelangsungan hidupnya. Di Indonesia, pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang no 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang berlaku efektif sejak 25 Maret 2003. Undang-Undang Ketenagakerjaan atau disingkat dengan UUK secara umum mengatur tentang tata cara pemberian imbalan di perusahaan mulai dari imbalan istirahat sampai pada imbalan di PHK sekalipun. Undang-undang ini disusun dengan harapan dapat menciptakan rasa keadilan bagi semua pihak baik entitas pemberi kerja maupun karyawan yang bekerja. Selain itu, undang-undang ini mengatur hubungan antara pengusaha, karyawan dan pemerintah. Sebagai dasar atau pedoman dalam menentukan besaran imbalan, undang-undang ini mewajibkan adanya pelaporan imbalan setiap perusahaan baik imbalan jangka pendek maupun imbalan jangka panjang pada laporan keuangan. Dengan berlakunya Undang-Undang Ketenagakerjaan ini mengakibatkan perusahaan dibebani dengan jumlah pembayaran pesangon yang tinggi terutama pada perusahaan yang memiliki jumlah karyawan ribuan orang. Oleh karena itu untuk mengantisipasi terjadinya gangguan cash flow, Dewan Standar Akuntansi Keuangan yang berada dibawah Ikatan Akuntan Indonesia merespons pemberlakuan UUK dengan menetapkan pelaporan keuangan khusus terkait imbalan kerja yang diatur dalam kitab Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no 24. PSAK 24 bertujuan untuk mengatur akuntansi dan pengungkapan imbalan kerja yang mengharuskan perusahaan untuk mengakui: (a) kewajiban jika karyawan telah memberikan jasanya dan berhak memperoleh imbalan kerja yang akan dibayarkan dimasa dep-
1
2 an; dan (b) beban jika perusahaan menikmati manfaat ekonomis yang dihasilkan dari jasa yang diberikan oleh karyawan yang berhak memperoleh imbalan kerja. Imbalan kerja jangka pendek, imbalan pasca kerja, imbalan kerja jangka panjang, pesangon dan pemutusan hubungan kerja, dan imbalan berbasis ekuitas merupakan cakupan-cakupan imbalan kerja yang ada dalam PSAK 24. Imbalan kerja dibawah undang-undang ketenagakerjaan didenisikan sebagai suatu sistem untuk menyediakan manfaat pensiun, manfaat cacat, manfaat kematian, dan manfaat pengunduran diri secara sukarela. Untuk menghitung kewajiban imbalan pasti masing-masing manfaat ini, perusahaan (1) memperkirakan jumlah kewajiban imbalan pasti pada saat pensiun di masa depan, dan (2) selanjutnya mendiskontokan jumlahan tersebut ke waktu sekarang. Penggunaan teknik aktuarial dalam pengukuran kewajiban imbalan pasti khususnya imbalan pasca kerja barangkali merupakan faktor yang cukup kompleks dalam penerapan PSAK 24. Disamping karena teknik-teknik matematika yang belum tentu mudah diterapkan oleh awam, juga karena diperlukan asumsi-asumsi aktuarial dalam pengukuran kewajiban dan beban tersebut. Karena faktor inilah sehingga mungkin menjadi alasan PSAK 24 menganjurkan penggunaan jasa aktuaris dalam penentuan kewajiban dan beban Imbalan Pasti. Di lain pihak, beragam cara ditempuh oleh perusahaan dan auditor untuk memahami sekaligus mendapatkan tingkat keyakinan yang cukup atas kewajaran hasil-hasil perhitungan aktuaria yang disajikan oleh aktuaris. Di Eropa seperti Inggris, Belanda dan Skandinavia model pendanaan pensiun telah menerapkan kerangka penilaian wajar untuk pendekatan aktuaria tradisional. Dengan kata lain pendekatan sistem kerja secara transparan baik dalam standar akuntansi maupun pengawasan melalui pelaporan berbasis pasar berdasarkan prinsip-prinsip nilai wajar. Nilai wajar menyiratkan bahwa kewajiban dana pensiun harus dilihat sebagai kontrak keuangan. Dimana janji pensiun adalah ikatan seperti aset dan telah dihargai. Pendekatan nilai wajar bergantung pada metode teori keuangan dan teknik yang berlaku di pasar keuangan. Tujuan utama adalah untuk membuat analisis objektif dari posisi solvabilitas dana pensiun dan risiko tersirat dalam memenuhi manfaat pensiun yang dijanjikan. Penilaian terhadap pasar
3 akan menyebabkan volatilitas yang tinggi dalam nilai kewajiban dan asset dan pada kenyataannya kewajiban akan menjadi jauh lebih stabil dalam pendekatan nilai wajar dibandingkan dengan pendekatan aktuaria, dimana tingkat bunga tetap aktuaria yang merupakan diskon diganti dengan kurva yield sebenarnya yang berlaku di pasar. Dalam penelitian yang ditulis John Hibbert, Steven Morrison and Craig Turnbull juga mengemukakan bahwa perubahan praktek valuasi kewajiban pensiun membuat semua pihak yang terlibat di dalamnya baik praktisi pensiun, perusahaan sponsor, pengurus dana pensiun dan regulator sekarang berpegang pada ide yang disebut dengan Market consistent valuation atau penilaian yang konsisten pasar. Dimana nilai dari setiap entri dalam neraca ditentukan oleh harga asset atau harga kewajiban yang dapat diperdagangkan dalam transaksi pasar. John ,dkk berpikir bahwa banyak kewajiban pensiun yang berbagi karakteristik umum dengan asset keuangan yang diperdagangkan sehingga harga pasar ini dapat digunakan untuk menetapkan harga yang masuk akal (fair value) pada kewajiban pensiun. Ada beberapa keuntungan penggunaan valuasi berdasarkan konsistensi pasar yakni: 1. Penggunaan suku bunga stokastik yang sesuai dengan pergerakan harga pasar dalam menghitung kewajiban sehingga tidak ada lagi ketimpangan antara asset dan kewajiban yang selanjutnya resiko perusahaan dalam segi financial diharapkan dapat dikelola dengan baik 2. Memberikan proteksi kepada peserta dari insolvensi perusahaan yang disebabkan oleh kesalahan asumsi suku bunga tergaransi jangka panjang 3. Metode ini sangat terbuka dalam hal implementasi terhadap produk-produk financial yang sensitif terhadap perubahan suku bunga 4. Metode ini memiliki hierarki yang lebih tinggi daripada metode deterministic dalam hierarki metode valuasi nilai wajar untuk suatu produk financial. Pada penelitian ini, metode perhitungan aktuaria yang digunakan metode projected unit credit . Sementara untuk model pergerakan harga saham dianalisis
4 dengan menggunakan metode pohon binomial. Pohon ini secara khusus menentukan probabilitas harga saham akan bergerak naik ataupun turun di setiap node. Model suku bunga stokastik yang digunakan adalah suku bunga Black Derman Toy. Model suku bunga ini dikembangkan pada tahun 1990 oleh Fischer Black, Emanuel Derman, dan William Toy yang mengasumsikan bahwa harga obligasi yang digunakan berdasarkan pada tingkat suku bunga jangka pendek (short rate). Short rate ini berdistribusi lognormal, sehingga suku bunga tidak akan bernilai negatif. Keunggulan dari suku bunga Black Derman Toy adalah bentuk term struktur volatilitas yang digambarkan adalah konsisten dengan pengamatan volatilitas di pasar dan jika suku bunga ini disesuaikan di pasar akan menjadi lebih simpel.
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu : 1. Bagaimana perhitungan nilai kini kewajiban imbalan pasti karyawan untuk masingmasing penyebab berdasarkan PSAK-24 2. Bagaimana model suku bunga Black Derman Toy dan pergerakannya 3. Bagaimana penentuan nilai kewajiban yang konsisten pasar.
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Mempelajari tahapan perhitungan manfaat imbalan pasti dan melakukan perhitungan manfaat untuk masing-masing penyebab seperti manfaat pensiun normal, manfaat meninggal, manfaat pengunduran diri, dan manfaat cacat berdasarkan aturan Undang-Undang Ketenagakerjaan. 2. Membuat model perhitungan nilai kini kewajiban imbalan berdasarkan PSAK 24 dengan menggunakan metode Projected Unit Credit
5 3. Mempelajari pergerakan suku bunga stokastik Black Derman Toy dan membuat model analisis dengan menggunakan metode pohon binomial. 4. Mempelajari pembentukan harga atau nilai kewajiban yang konsisten pasar. Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah semoga dapat membantu karyawan untuk mengetahui bagaimana caranya menghitung manfaat imbalan yang diperoleh ketika mereka berhenti bekerja. Dan bagi perusahaan atau pemberi kerja sebagai referensi dalam menentukan valuasi kewajiban pembayaran imbalan bagi karyawan sebagai langkah dalam pengambilan setiap keputusan.
1.4. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini, batasan masalah sangat diperlukan untuk menjamin keabsahan dalam kesimpulan yang diperoleh. Agar tidak terjadi penyimpangan dari tujuan semula dan pemecahan masalah lebih terkonsentrasi, maka pembahasan akan dibatasi pada poin-poin sebagai berikut : 1. Imbalan kerja yang dihitung didasarkan pada aturan Undang-Undang Ketenagakerjaan dan kitab Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan no 24 Revisi 2010 2. Model suku bunga yang digunakan adalah model suku bunga Black Derman Toy dan metode pohon binomial digunakan untuk menganalisis pergerakan suku bunga tersebut 3. Studi kasus yang dilakukan menggunakan data karyawan aktif PT. XYZ dengan usia karyawan per tanggal valuasi antara 18 tahun hingga 55 tahun.
1.5. Tinjauan Pustaka Bowers et.Al (1997) dalam buku Actuarial Mathematics telah memperkenalkan asumsi demografis dan multiple decrement yang digunakan sebagai landasan dalam penentuan peluang aktif karyawan. Winklevoss , H.E.W (1993) dalam buku Pension Mathematics With Numerical Illustration telah memperkenalkan metode accrued benefit yang digunakan untuk mencari kewajiban aktuaria dan biaya
6 normal dalam imbalan kerja. Stephen G kellison (1991) dalam buku The Theory Of Interest membahas teori bunga dan tingkat diskonto yang digunakan untuk mencari nilai sekarang dari kewajiban aktuaria. Model binomial pada suku bunga sesaat pertama kali diperkenalkan oleh Fischer Black, Emanuel Derman, dan Wiliam Toy dalam makalah yg berjudul A One Factor Model of Interest Rates and Its Application to Treasury Bond Options (1990) mengkonstruksikan model suku bunga dengan mengasumsikan bahwa semua harga sekuritas dan suku bunga hanya bergantung pada satu faktor, yaitu suku bunga sesaat (short term rate).Term structure saat ini untuk suku bunga jangka panjang dan estimasi volatilitynya digunakan untuk mengkonstruksi skema diagram pohon yang mungkin untuk suku bunga yang akan datang (forward rate). Hasil suku bunga yang akan datang ini kemudian digunakan untuk memberikan penilaian terhadap sekuritas yang sensitive terhadap suku bunga, dalam hal ini Black dkk menggunakannya untuk menentukan harga yang wajar pada opsi atau obligasi. Model ini kemudian dinamakan dengan model BDT. Kortleve, Nijman, (2006) dalam buku Fair Value and Pension Fund Management, Elsevier membahas tentang teknik perhitungan nilai wajar menggunakan metode binomial yang diaplikasikan pada perhitungan kewajiban dana pensiun.
1.6. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur dan studi kasus. Adapun sumber yang digunakan berasal dari buku-buku, jurnal dan internet. Studi kasus menggunakan data sekunder yaitu data karyawan aktif meliputi data tanggal lahir, data usia masuk kerja, data usia per tanggal valuasi, data akumulasi gaji yang diperoleh dari awal kerja hingga saat per tanggal valuasi. Langkah awal dalam penelitian ini adalah dengan data yang ada menghitung manfaat setiap karyawan untuk masing-masing penyebab kemudian melakukan perhitungan nilai kini kewajiban setiap karyawan berdasarkan metode Projected Unit Credit dengan cara mendiskontokan setiap jumlahan manfaat yang telah dihitung ke waktu tanggal valuasi. Membentuk pergerakan suku bunga Black Derman Toy dengan metode pohon binomial sebagai dasar dalam mencari nilai yang konsisten pasar. Pengolahan
7 data yang dilakukan menggunakan software Matlab, R dan Microsoft Excel 2007.
1.7. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan pada tesis ini teridir atas lima Bab, yaitu BAB I PENDAHULUAN, BAB II DASAR TEORI, BAB III PEMBAHASAN, BAB IV STUDI KASUS, dan BAB V PENUTUP. Berikut ini uraian dari masing-masing Bab: BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, pembatasan masalah, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II DASAR TEORI Bab ini membahas mengenai teori-teori dasar yang menunjang dalam pembahasan penelitian ini. Adapun teori-teori yang digunakan seperti teori peluang, variabel random,distribusi binomial, fungsi survival, asumsi decrement, fungsi dasar aktuaria, asumsi aktuaria, teori bunga, proses stokastik dan struktur informasi, martingale, model term struktur. Bab III PEMBAHASAN Merupakan bab inti dari penulisan ini yang membahas mengenai perhitungan aktuaria valuasi imbalan pasca kerja berdasarkan PSAK 24 dengan menggunakan model suku bunga Black Derman Toy BAB IV STUDI KASUS Bab ini membahas mengenai analisa implementasi numerik pembahasan pada bab tiga dalam sebuah studi kasus BAB V PENUTUP Bab ini membahas tentang kesimpulan-kesimpulan dari hasil pembahasan sebelumnya, dan juga berisi saran penulis mengenai tesis ini sehingga bermanfaat untuk pengembangan dari pembahasan