BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Menurut Soetrisno, awal mula koperasi di negara berkembang dibentuk sebagai
mitra pemerintah untuk mencapai kesejahteraan masyarakat sedangkan koperasi di negara maju, tumbuh dan berkembang dalam suasana persaingan pasar. Berdasarkan pernyataan tersebut, pusat perhatian koperasi di negara berkembang, khususnya Indonesia adalah menyejahterakan masyarakat sedangkan di negara maju, keberadaan koperasi harus dapat bersaing dan terus dipertahankan. Koperasi di Indonesia dikhawatirkan belum memiliki kemampuan dalam mempertahankan koperasinya di tengah persaingan dengan lembaga ekonomi lain. Ada beraneka kasus menunjukkan bahwa beberapa lahan bisnis yang sebenarnya bisa digarap oleh koperasi dalam jaringan koperasi tersedot oleh swasta atau BUMN tetentu (Mutis, 1992). Padahal koperasi yang dapat membangun perekonomian rakyat ini diharapkan ada keberadaannya dari masa ke masa. Keberadaan koperasi dapat terus ada apabila partisipasi anggotanya juga tinggi. Rendahnya partisipasi anggota atau menurunnya keaktifan anggota dapat mematikan keberadaan koperasi tersebut. Untuk dapat mempertahankan keaktifan anggota koperasi maka diperlukan manajemen lembaga koperasi yang baik. Dengan manajemen lembaga koperasi yang baik maka keaktifan anggotanya akan terjaga dan koperasi di Indonesia dapat terus menjalankan perannya. Manajemen koperasi adalah keterkaitan anggota, pengurus, dan pengelola untuk mencapai operasi koperasi yang sukses (Sukamdiyo, 1996). Ketiga pihak tersebut memiliki hubungan yang saling berkaitan dimana pengurus memegang peran penting dalam menentukan arah organisasi koperasi dan sebagai pengambil kebijakan operasional tertinggi sedangkan pengelola memiliki tugas mengatur sumberdaya yang dimiliki oleh koperasi demi kepentingan bersama serta demi mencapai tujuan koperasi, dan anggota merupakan objek yang dibutuhkan dalam keberlangsungan hidup koperasi. Pengelola merupakan garda terdepan dan paling sering berhubungan dengan anggota. Oleh sebab itu, pengelola harus bisa melayani anggota sebaik-baiknya demi memuaskan mereka. Apabila pengelola dapat melakukan pelayanan anggota dengan sebaik-baiknya maka diharapkan tumbuhnya sifat loyalitas anggota terhadap koperasi dan anggota tersebut tidak akan meninggalkan koperasi. 1
Jumlah anggota (orang)
155000 150000 145000 140000 135000 130000 125000 Triwulan IV
Triwulan I
Triwulan II
Triwulan III
Triwulan ke-
Gambar 1.1. Jumlah Anggota Koperasi Kabupaten Jepara Periode 2014/2015 Sumber : Rekapitulasi Keragaan Koperasi Kabupaten / Kota Provinsi Jawa Tengah, diolah. Berasarkan Gambar 1.1 menunjukkan bahwa jumlah anggota koperasi di Kabupaten Jepara mengalami penurunan yang cukup tinggi pada triwulan I ke triwulan II yaitu sebesar 16.129 anggota. Penurunan ini dikatakan cukup tinggi mengingat penurunan anggota koperasi tersebut hanya dalam waktu 3 bulan saja. Penurunan jumlah anggota koperasi ini dikhawatirkan disebabkan oleh buruknya manajemen koperasi. Keberhasilan Koperasi Unit Desa dapat ditentukan oleh dua hal, yaitu kinerja finansial dan kinerja operasional (Purnomo dan Briljan, 2010). Kinerja finansial meliputi analisis keuangan koperasi sedangkan analisis kinerja operasional berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya manusia. Pengelolaan sumberdaya manusia berkaitan dengan bagaimana suatu badan koperasi dapat memberi pelayanan sebaik-baiknya terhadap anggotanya. Menurut Sembel cit. Bay (2009), penentu kesuksesan usaha yang bergerak di bidang jasa, contohnya koperasi adalah kualitas pelayanan. Oleh sebab itu, pelayanan yang diberikan koperasi akan sangat mempengaruhi keaktifan anggotanya yang mana pengukuran kualitas pelayanan ini akan dibahas di penelitian ini. B.
Rumusan Masalah Kegagalan koperasi dapat disebabkan oleh tiga hal yaitu faktor umum, faktor
eksternal, dan faktor internal (Panjaitan, 2009). Faktor umum dapat berupa hal-hal umum yang tidak berkaitan langsung terhadap koperasi misalnya kebijakan pemerintah. Faktor eksternal merupakan pengaruh dari luar koperasi yang berupa lembaga pesaing
2
koperasi sedangkan faktor internal berasal dari badan koperasi itu sendiri misalnya sistem manajemen koperasi beserta kinerjanya. Menurut Spechler cit Stoner et al. (1995), sistem manajemen “mendefinisikan efektivitas berbagai proses yang dipakai oleh sebuah organisasi dalam mengelola aset manusia dan fisiknya”. Sistem manajemen pada koperasi berkaitan dengan pelayanan koperasi kepada anggotanya meliputi pengelolaan sumberdaya yang dimilikinya sehingga kesejahteraan anggotanya menjadi hal yang sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan koperasi. Apabila koperasi tidak dapat memberi pelayanan yang baik atau kualitas pelayanannya buruk maka hal tersebut dapat menjadi salah satu penyebab gagalnya koperasi. Menurut Ropke cit Mahri, The Fit Model of Participation adalah: 1. Kesesuaian antara pelayanan yang dibutuhkan oleh anggota dan output pelayanan dari program, 2. kesesuaian antara tugas-tugas program dan kemampuan manajemen, dan 3. kesesuaian antara apa yang diminta oleh para anggota dengan keputusan manajemen. Berdasarkan The Fit Model of Participation diatas, hal penting dalam partisipasi anggota adalah adanya kesesuaian antara kebutuhan anggota akan pelayanan dengan pelayanan yang sesungguhnya diberikan kepada anggota. Begitu pula di koperasi, apabila koperasi dapat memberikan pelayanan yang terbaik maka diharapkan adanya timbal balik dari anggota untuk terus berpartisipasi aktif di koperasi. Selain sistem pengelolaan yang baik, kinerja koperasi yang baik juga dapat mencerminkan keberhasilan koperasi. Pengukuran perkembangan kinerja koperasi dapat dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan suatu koperasi seiring berjalannya waktu. Kinerja koperasi dapat diukur menggunakan beberapa aspek dan berbagai macam cara. Analisis kinerja keuangan koperasi merupakan pengukuran kinerja melalui laporan keuangan koperasi. Pengukuran kinerja keuangan merupakan pembahasan laporan keuangan secara lebih dalam dan lebih rinci. Pemilihan Koperasi Tani Maju di Desa Margoyoso, Kecamatan Kalinyamatan, Kabupaten Jepara ini dikarenakan Koperasi Tani Maju termasuk salah satu distributor pupuk bersubsidi PT Petrokimia Gresik pada tahun 2014 dengan wilayah kerja Kabupaten Jepara. Distributor pupuk bersubsidi PT Petrokimia Gresik merupakan badan usaha yang diberi tanggung jawab dan dipercaya dapat melakukan penjualan
3
pupuk subsidi kepada konsumen melalui pengecer dan berkewajiban mengawasi pengecer dalam melakukan penjualan ke konsumen akhir. Di Kabupaten Jepara, Koperasi Tani Maju merupakan satu dari dua Koperasi yang menjadi distributor pupuk sehingga Koperasi Tani Maju ini merupakan koperasi terpilih di Kabupaten Jepara. Selain itu, seperti dikutip dalam majalah Gelora Bumi Kartini Edisi November 2008 hlm 30-31, Koperasi Tani Maju pernah meraih juara III tingkat Jawa Tengah dalam Lomba Akselerasi Tebu dalam Upaya Swasembada Gula tahun 2008. Program Akselerasi Tebu ini merupakan program percepatan yang difasilitasi pemerintah dalam peningkatan produktivitas tebu. Pemerintah melalui dana APBN memberikan bantuannya berupa dana Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK) model guliran kepada para petani. Dengan adanya program ini diharapkan produktivitas tebu dapat meningkatkan dan pemerintah dapat mencapai targetnya untuk swasembada gula. Dari uraian permasalahan di atas maka dapat dirumuskan beberapa fokus pembelajaran dan beberapa pertanyaan pokok berkaitan dengan kualitas pelayanan Koperasi Tani Maju di Kabupaten Jepara. 1. Bagaimana perkembangan kinerja keuangan Koperasi Tani Maju di Kabupaten Jepara? 2. Bagaimana tingkat kepuasan anggota terhadap kualitas pelayanan Koperasi Tani Maju di Kabupaten Jepara? C.
Tujuan 1. Mengetahui perkembangan kinerja keuangan Koperasi Tani Maju di Kabupaten Jepara. 2. Mengetahui tingkat kepuasan anggota terhadap kualitas pelayanan Koperasi Tani Maju di Kabupaten Jepara.
D.
Kegunaan 1. Bagi peneliti, penelitian ini berguna untuk menambah wawasan mengenai koperasi khususnya kualitas pelayanan koperasi serta untuk memenuhi persyaratan memperoleh derajat Strata 1 (S1) di Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. 2. Bagi koperasi, penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan informasi mengenai tingkat kualitas pelayanan koperasi terhadap anggotanya.
4
3. Bagi pemerintah dan instansi yang terkait, penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan yang berhubungan dengan koperasi khususnya di Kecamatan Kalimanyatan, Kabupaten Jepara. 4. Bagi pihak lain, diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi yang bermanfaat dan dapat dijadikan referensi untuk penelitianpenelitian selanjutnya.
5