BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Menurut International Labour Organisation (ILO), setiap tahun terjadi masalah-masalah akibat kerja. Setiap tahun ada 270 juta pekerja yang mengalami kecelakaan akibat kerja dan 160 juta yang terkena penyakit akibat kerja1. Faktor lingkungan kerja yang tidak memenuhi syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), seperti proses kerja tidak aman, sistem kerja yang semakin komplek dan perkembangan lat-alat yang modern dapat menjadi ancaman bagi keselamatan dan kesehatan pekerja2. Pelaksanaan K3 adalah salah satu bentuk untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat meminimalkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja3. Dimana terdapat 44% dari total angkatan kerja bekerja di sektor pertanian dan lebih dari 60% bekerja dalam sektor informal4. Sektor informal adalah sejumlah kegiatan ekonomi yang berskala kecil. Sektor informal memiliki karakteristik seperti bervariasinya kegiatan produksi barang dan jasa, unit-unit produksi dimiliki oleh perorangan atau keluarga, banyak tenaga kerja dan teknologi yang digunakan relatif sederhana5. Mayoritas pekerja dalam sektor informal adalah perempuan dan anak-anak, yang bekerja dalam kondisi kerja yang buruk, jam kerja yang tidak teratur dan upah yang rendah6. Salah satu sektor informal produsen makanan di Kota Kudus adalah home industri pembuatan jenang. Dalam proses pembuatan jenang, hal pertama
yang dilakukan pekerja
adalah
memarut kelapa untuk
mendapatkan santan sebagai pencampur adonan. Tepung beras, santan, gula jawa, dan gula pasir diaduk jadi satu supaya menjadi adonan jenang. Adonan jenang dimasak di atas tungku dengan api dari kayu bakar, diaduk secara berulang selama empat jam dan berada pada suhu ruang yang panas. Setelah masak, adonan jenang dituang ke dalam loyang, dibiarkan sampai 1
dingin. Kemudian pekerja memotong jenang menjadi kecil dan melinting untuk membungkus potongan jenang tersebut, kegiatan melinting jenang tersebut dilakukan secara repetitif. Kegiatan pemotongan dan pelintingan jenang memerlukan penekanan dan gerakan berulang, hal ini dapat berisiko untuk timbulnya CTS (Carpal Tunnel syndrome). gangguan Carpal Tunnel syndrome adalah gangguan pada syaraf yang disebabkan karena terperangkapnya nervus medianus dan atau karena adanya penekanan pada nervus medianus yang melewati terowong karpal7. Beberapa penelitian mengenai CTS pernah dilakukan antara lain penelitian yang dilakukan oleh Bina Kurniawan, Siswi Jayanti, dan Yuliani Setyaningsih (2008). Penelitian dengan judul faktor risiko kejadian CTS pada wanita pemetik melati di Desa Karangcengis, Purbalingga, mengungkapkan ada hubungan antara frekuensi gerakan berulang dengan kejadian CTS8. Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan salah satu cidera akibat ketegangan yang berulang-ulang (Repetitive Strain Injuries), yang menyebabkan penyempitan (Constriction) saraf tengah pada pergelangan tangan, gangguan pada pergelangan tangan ini menyebabkan rasa sakit, nyeri dan mati rasa terutama pada ibu jari dan tiga jari utama yaitu jari telunjuk, jari tengah, dan sebagian jari manis6. Prevalensi kejadian CTS di Amerika Serikat adalah 1 : 20 pada orang usia 45-60 tahun9. Artikel dari media Medika Indonesia yang diterbitkan oleh fakultas kedokteran Universitas Diponegoro dan Ikatan Dokter Indonesia Wilayah Jawa Tengah melaporkan di Poliklinik IRS Rumah Sakit Dr. Karyadi Semarang selama 1 tahun (2006) didapatkan 34 penderita CTS baru. Kejadian terbanyak pada pekerja ibu rumah tangga dengan kelompor umur 41-50 tahun (38,2%) dan 51-60 tahun (38,2%)10. Faktor yang mempengaruhi kejadian CTS adalah kehamilan, usia, perempuan, gerakan berulang pada pergelangan tangan, riwayat keluarga, seperti
diabetes,
arthritis,
obesitas11.
National
Women’s
Health
Information Centre (2008) dalam Tirsa Iriani (2010) menyebutkan bahwa 2
tulang pergelangan tangan pada wanita secara alami lebih kecil, sehingga menciptakan ruang yang lebih ketat untuk dilalui saraf dan tendon. Wanita juga menghadapi perubahan hormonal selama kehamilan dan menopause yang membuat wanita lebih mungkin untuk menderita CTS. Secara umum, wanita lebih berisiko terhadap CTS anata usia 29-62 tahun12. Hasil studi pendahuluan di tiga home industri masing-masing jumlah pekerja pelinting (pembungkusan) jenang adalah 10, 13 dan 13 orang pekerja. Pekerja di bagian pelintingan jenang mayoritas adalah perempuan. Rata - rata pekerja bekerja 8 jam per hari, dan untuk waktu istirahatnya tidak ditentukan. Masing-masing home indusri rata-rata jumlah produksi 20.000 biji per hari. Observasi pada 10 pekerja wanita, ditemukan 6 dari 10 pekerja melakukan gerakan tangan berulang (repetitif) pada pergelangan tangan lebih dari 10 kali per menit untuk melinting jenang. Frekuensi gerakan tangan berulang merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya CTS. Wawancara pendahuluan terhadap dengan 10 pekerja wanita, 7 dari 10 pekerja mengatakan merasakan nyeri dan kesemutan di pergelangan tangan pada malam hari. Para pekerja menganggap gejala tersebut sudah biasa karena dampak dari bekerja melinting jenang, jika pekerja mengalami gejala tersebut pekerja hanya memberikan balsem dan diurut untuk mengurangi rasa kesemutan dan rasa kaku pada pergelangan tangan, ada pula yang mencoba merendam dengan menggunakan air hangat dan garam. Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, perlu dilakukan penelitian beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada wanita pelinting jenang, melihat pekerjaan pelinting jenang tersebut merupakan pekerjaan monoton.
3
B.
Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan pernyatan penelitian sebagai berikut : “Beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada wanita pelinting jenang”.
C.
Tujuan Peneitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan usia, masa kerja, lama kerja dan frekuensi gerakan repetitif pergelangan tangan dengan kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada wanita pelinting jenang. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan karakteristik pekerja yang meliputi usia, masa kerja, dan lama kerja. b. Mendeskripsikan frekuensi gerakan repetitif pergelangan tangan wanita pelinting jenang. c. Mendeskripsikan kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS). d. Menganalisis hubungan usia dengan kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS). e. Menganalisis hubungan masa kerja dengan kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS). f. Menganalisis hubungan lama kerja dengan kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS). g. Menganalisis hubungan frekuensi gerakan repetitif pergelangan tangan dengan kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS).
4
D.
Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pekerja tentang kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS) dan bahaya dari kejadian itu. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada pemilik perusahaan untuk melakukan upaya pengendalian dan pencegahan terhadap gangguan Carpal Tunnel Syndrome (CTS). 2. Manfaat Teoritis Dan Metodologis Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
menjadi
referensi
pengembangan ilmu dan penelitian sejenis mengenai kesehatan pekerja terutama mengenai kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS).
E.
Bidang Ilmu Penelitian ini merupakan penelitian bidang ilmu kesehatan masyarakat dengan menitikberatkan pada bidang kesehatan dan keselamatan kerja khususnya pada masalah Carpal Tunnel Syndrome (CTS).
5
F.
Keaslian Penelitian Tabel 1.1. Keaslian Penelitian
No
Penelitian (th) Nenden Nendah H (2007)13
Judul
2.
Bina Kurniawan, Siswi Jayanti, Yuliani Setyaningsih (2008)8
3.
1.
4.
Desain studi Cross Sectional
Variabel Bebas dan Terikat Gerakan Repetitif Gerakan berkekuatan Faktor individu (jenis kelamin, masa kerja) Kejadian CTS
Faktor Risiko Kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Wanita Pemetik Melati di Desa Karangcengis, Purbalingga
Cross Sectional
Yusuf Rusdi, Herry Koesyanto (2010)14
Hubungan antara getaran mesin pada pekerja bagian produksi dengan CTS industri pengolahan kayu Brumbung Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah.
Cross Sectional
Karakteristik individu(usia, lama kerja, masa kerja, sikap kerja, frekuensi gerakan, dan riwayat penyakit) Kejadian CTS Getaran mesin Kejadian CTS
Yogo Sulistianto (2012)15
Besar Risiko Kejadian CTS pada Ibu Rumah Tangga Dengan Pekerja Pembatik di Kelurahan Meteseh Kota Semarang
Cross Sectional
Hubungan gerakan repetitif berkekuatan dan faktor individu dengan CTS pada penenun mendong di CV. Mendong Jaya Kota Tasikmalaya.
Ibu rumah Tangga dengan Pekerjaan Membatik Ibu Rumah Tangga yang tidak Bekerja Kejadian CTS
Hasil Ada hubungan masa kerja dengan CTS Ada hubungan gerakan repetitif dengan kejadian CTS Ada hubungan gerakan berkekuatan dengan CTS Ada hubungan antara frekuensi gerakan berulang dengan CTS
Ada hubungan antara getaran mesin pada pekerja bagian produksi dengan kejadian CTS Industri Pengolahan Kayu Brumbung Perum Perhutani unit I Jawa Tengah tahun 2007 Ibu rumah tangga dengan pekerjaan sebagai pembatik tulis mempunyai risiko 6,4 kali lebih besar untuk terkena kejadian CTS dibanding ibu rumah tangga yang tidak bekerja sebagai pembatik tulis
Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dilakukan terdapat beberapa perbedaan. Perbedaan tersebut adalah objek penelitian, variabel bebas dan lokasi penelitian. Objek penelitian yang akan diteliti adalah pada wanita pelinting jenang, variabel bebasnya adalah usia, masa kerja, lama kerja dan frekuensi gerakan repetitif pergelangan tangan.
6