BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang
I.1.1.
Perkembangan Pos di Dunia. Pada Tahun 1505 munculah sebuah rute pengantar pos pertama di Eropa dan pada
abad ke-19 lahirlah sebuah Kantor Pos yang melayani jasa pengiriman untuk umum.Terjadinya sebuah pembaharuan pada sistem pos di tahun 1840, untuk pertamakalinya pembayaran jasa pos menggunakan perangko dikenalkan ke publik.Sejak pembaharuan tersebut, sistem pos ini mulai semakin populer digunakan masyarakat sebagai media komunikasi.Bahkan sistem pos yang menggunakan perangko sebagai bukti pembayaran ini melahirkan budaya baru bernama Filateli. Semakin jauh dunia berkembang, semakin banyak pula informasi yang tersebar dan jauh untuk dikirimkan.Kebutuhan manusia yang dinamis ini yang menuntut komunikasi harus bergerak dengan cepat.Bermunculanlah media komunikai lainnya sepeti pager, telegram hingga Internet yang muncul pertamakali untuk publik pada tahun 1972. Adanya kemudahan yang diberikan teknologi untuk berkomunikasi menjadikan masyarakat untuk memilih media yang lebih efektif dan efisien dalam berkomunikasi. Media komunikasi yang dianggap kurang mamou memenuhi kebutuhan masyarakat perlahan ditinggalkan dan tergantikan dengan media yang lebih baru. Perlahan media komunikasi seperti surat mulai tenggelam dan tergantikan oleh media Internet dan Telefon. I.1.2.
Perkembangan Pos di Indonesia. Sejarah Pos Indonesia dimulai saat Kantor Pos pertama didirikan di Batavia atau
Jakarta pada tanggal 26 Agustus 1746 dengan tujuan menjamin keamanan komunikasi dan pengiriman surat masyarakat. Pos Indonesia telah mengalami banyak perubahan status hingga menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Pos Indonesia (Persero) 1 Kini Pos Indonesia telah memiliki insfrastruktur jejaring yang mencapai sekitar 24 ribu titik layanan yang menjangkau 100 persen kota/kabupaten, hampir 100 persen kecamatan dan 42 persen kelurahan/desa, dan 940 lokasi transmigrasi terpencil di Indonesia. Seiring dengan perkembangan informasi,
1
Dikutip dari http://posindonesiacabangsinjai.blogspot.com/2012/10/sejarah-pt-pos-indonesia.html tanggal 29 april 2013 pukul 13.40
1
komunikasi dan teknologi, jejaring Pos Indonesia sudah memiliki 3.700 Kantorpos online dan elektronic mobile pos di beberapa kota besar.2 Sekarang ini PT Pos Indonesia sedang menghadapai sebuah era dimana perkembangan teknologi berkembang secara pesat. Banyak teknologi yang memberikan kemudahan komunikasi secara cepat dan praktis. Kemudahan berkomunikasi dengan teknologi yang baru membuat masyarakat muali meninggalkan surat dan pos sebagai media komunikasi mereka. Belum lagi banyak pihak swasta yang mulai merambah bisnis pengiriman seperti PT. Pos Indonesia ini. Sehingga dari revolusi teknologi dan persaingan bisnis jasa kurir memaksa PT Pos Indonesia untuk memperbarui Citra yang mereka punya
3
.Semula masyarakat hanya mengetahui bahwa PT Pos Indonesia melayani
pengiriman surat, wesel dan paket. Kini PT Pos Indonesia mengembangkan bisnisnya kesektor jasa dan bisnis lain seperti bisnis property, perbankan, Jasa Pembayaran dan bisnis logistic. Banyak cara dilakukan untuk bertahan dan membangun citra baru Pos Indonesia. Keberadaan Perusahaan Pos Indonesia dalam mengawal perkembangan nusantara tidak sekedar sebuah media komunikasi, tetapi sudah menjadi bagian sejarah dari Negara Indonesia dan dapat menjadi Pembelajaran bagi masyarakat yang akan datang. Hal ini dibuktikan banyaknya bangunan Kantor Pos di Indonesia yang dibangun pada masa Pemerintahan Belanda. Bangunan tersebut memiliki nilai arsitektur yang tinggi karena terdapat asimilasi budaya barat dengan budaya Indonesia khususnya Jawa. Begitu pula dalam filateli, sebuah perangko memiliki nilai seni, sejarah, budaya, social dan misi propaganda yang terdapat didalamnya.Keberadaannya juga menunjukan eksistensi Negara Indonesia di dunia karena sebagai benda pos dan perangko ini menyebar keseluruh pelosok dunia dan tentu saja menjadi cinderamata sendiri buat yang menerimannya. I.1.3.
Museum dan Pariwisata Yogyakarta. Museum yang ada di Indonesia tidak begitu banyak dan tidak mampu menyerap
benyak pengunjung.Bagi masyarakat, museum belum diangggap sebagai objek yang menarik apalagi sebagai tempat tujuan wisata.Pada saat ini jumlah museum yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 31 museum. Kota Yogya memiliki jumlah museum terbanyak yaitu 18 museum.Sementara itu pemanfaatan dari museum sebagai bagian dari pariwisata di Provinsi DIY belum optimal.Hal
2
Dikutip dari http://posindonesiacabangsinjai.blogspot.com/2012/10/sejarah-pt-pos-indonesia.html tanggal 29 april 2013 pukul 13.40 3 Dikutip dari Dirut Posindo Alinafiah dari www.bumn.go.id/21742/publikasi/berita/pt-pos-menujutransformasi-bisnis-masa-depan 11 Juni 2003 tanggal 29 April pukul 13.50
2
ini dapat dilihat dari jumlah rata rata kunjungan wisatawan ke Museum yang relatif masih rendah dibandingkan dengan kunjungan rata rata wisatawan ke Objek Wisata lainnya. Dizaman sekarang ini, Museum tidak bisa hanya menjadi bangunan pasif yang hanya menyediakan ruang bagi koleksi.Museum harus dapat menjadi ruang bagi publik untuk berinteraksi dan berkomunikasi antara manusia dan benda koleksinya.Tidak sekedar menyimpan, mengoleksi dan mengkonservasi benda benda benda yang bernilai seni, bersejarah, dan bernilai ilmu pengetahuan. Dari definisi
International Council of Museums (ICOM), Kamus Besar Bahasa
Indonesia dan Kamus Webster menyebutkan bahwa, museum mengacu pada lembaga, bangunan atau ruangan untuk memelihara dan melindungi, memamerkan benda-benda yang bernilai seni, bersejarah, dan bernilai ilmu pengetahuan4. Tidak salah jika museum difungsikan untuk kepentingan penyimpanan dan konservasi barang semata, tetapi hal itulah yang membuat keberadaan museum saat ini memiliki kesan yang pasif dan membosankan dimasyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia melihat museum selama ini hanya sebagai tempat kuno yang berisikan barang barang bersejarah dan hanya dikunjungi jika diperlukan sebagai tempat penelitian, pengkajian ilmu atau pembelajaran saja.Dalam perkembangan zaman, seharusnya museum tidak hanya menjadi bangunan yang menyimpan benda benda koleksi, tetapi dapat menjadi tempat wisata dan berkumpul yang memberikan ilmu pengetahuan dan pembelajaran bagi pengunjungnya. Jika kita melihat dari data statistik pariwisata yang ada di Yogyakarta, jumlah pengunjung museum tidaklah sedikit tetapi jumlahnya sangat jauh jika dibandingkan dengan jumlah pengunjung di objek wisata alam dan rekreasi lainnya. Menurut data dari Analisa Museum tahun 2012 oleh Juwita Kurnia. Didapatkan bahwa masyarakat Indonesia, teruatama Yogyakarta sangat jarang mengunjungi museum yang ada di Yogyakarta.Sebanyak 78% dari mereka sangat Jarang mengunjungi museum atau Sekali dalam Enam Bulan.Hal ini membuktikan bahwa kurangnya tidak kepuasan masyarakat setelah mengunjungi museum tersebut.
4
Dikutip dari PraTa Juwita Kurnia, Neufeld ed. in chief, 1988; Webster New World Dict
3
Gambar 1. 1 Hasil Survey Mengenai Kunjungan Museum Sumber : SurveyMuseum 2012
Kesan Museum saat inilah yang harus diubah didalam zaman sekarang ini. Museum harus mampu dijadikan sebagai tempat yang lebih dinamis dan dapat yang bisa digunakan sebagai sarana pembelajaran dan tempat wisata. Sebagai Contoh Museum Filateli di Singapura. Bangunan ini menggunakan kantor pos lama sebagai museum. Didalam museum ini tidak sekedar memajang dan menyimpan benda sejarah namun diberikan pembelajaran atraktif untuk mengenal dunia filateli. Setiap ruangan dalam museum tersebut mempunyai permainan yang memicu pengunjung untuk terus berinteraksi dengan materi museum. Selain ruang pamer terdapat ruang pamer serbaguna dan aula. Museum harus mandiri mengelola secara professional dan menggunakan teknologi terbaru dalam system informasi dan penyajian ke pengunjungnya. Sehingga pengunjung tertarik dan memahami ilmu dibalik benda koleksi museum. Keberadaan Museum Pos Yogyakarta diharapkan mampu mendukung kegiatan pelestarian budaya dan seni sekaligus bagi kegiatan pariwisata dan dikelola dengan heritage tourism development.
1.2.
Rumusan Permasalahan
1.2.1. Permasalahan Umum 1. Mempertahankan serta mengembangkan Aspirasi terhadap Pos 2. Meningkatkan manajemen pengelolaan museum. 3. Mengambangkan suatu fasilitas kegiatan museum Pos yang mampu menjawab tuntutan bentuk dan Citra pos yang baru dan modern dengan cara penyajian dan bangunan arsitektur. 4. Meningkatkan system dan metode penyajian 5. Mengembangkan karakter museum Pos yang dapat menjadi media eksplorasi masyarakat. 6. Memberdayakan Kantor Pos sebagai museum dan objek wisata
4
1.2.2. Permasalahan Khusus 1. Mengidentifikasi fungsi ruang, susunan dan bentuk museum dengan kantor pos bersejarah untuk menjadikan museum dan objek wisata. 2. Menganalisa konsep kesesuaian dan adaptasi ruang dengan kondisi dan karakteristik arsitektur Bangunan Kantor Pos Besar Yogyakarta. 3. Menciptakan suatu konsep perancangan museum yang mampu menjadi objek wisata sekaligus wahana atau sumber ilmu pengetahuan dan promosi Pos
1.3.
Tujuan dan Sasaran
1.3.1. Tujuan Membuat
konsep
perancangan
dengan
menekankan
arsitektur
museum.
Menciptakan sebuah museum Pos yang memiliki konsep perencanaan dan perancangan yang berorientasi terhadap fungsinya sebagai sarana konservasi sekaligus sebagai sarana rekreasi yang edukatif dan menghibur. 1.3.2. Sasaran 1. Analisa pemilihan site yang tepat dengan kondisi kawasan objek wisata dari segi kesesuaian dengan kebutuhan program, potensi site, dan lingkungannya. 2. Site yang memenuhi persyaratan kelayakan teknis bangunan dan display museum. 3. Memiliki hubungan dengan konten Museum dengan wawasan budaya dan wisata. 4. Konsep fleksibiltas konfigurasi ruang 5. Konsep ungkapan fisik, bentuk dan tata ruang, tata ruang dalam masalah masalah eksternal lingkungan yang mempengaruhi serta ungkapan fisik arsitekturnya.
1.4. Metode Pembahasan A. Studi Literatur Pembelajaran dari sumber-sumber tertulis berupa buku, majalah, laporan maupun internet sebagai landasan teori dan acuan dalam perancangan museum. B. Observasi Lapangan Observasi dan survey lapangan meliputi studi lokasi perancangan, mencari data yang behubungan dengan lokasi terpilih untuk mendapatkan gambaran, serta pencarian data-data
kondisi eksisting lokasi terpilih untuk menangkap isu yang
berkembang seputar desain dan perancangan bangunan dengan fungsi museum. C. Analisis dan Konsep Perancangan Arsitektur
5
Langkah analisis dalam upaya mengelompokkan dan menglolah data yang didapat dari studi literatur maupun observasi lapangan untuk menarik prinsip perancangan, persyaratan, standar dan kesimpulan yang didapat.
1.5. Sistematika Penulisan A. Bab 1 Pendahuluan Latar belakang permasalahan yang menyebabkan perlunya konsep desain yang baru untuk Museum Pos Yogyakarta. B. Bab 2 Tinjauan Teori Tinjauan
pustaka
bertujuan
untuk
mendapatkan
kesimpulan
dasar
perancangan sebuah museum pos yang relevan sebagai tempat pembelajaran dan tempat wisata. Museum sebagai ruang publik dituntut memiliki sifat rekreatif dan mampu mengakomodasi berbagai macam kebutuhan formal maupun informal.Diperlukan pengetahuan dasar tentang teori untuk mendapatkan dasar perancangan sebuah museum pos. Site yang diharapkan adalah Kantor Pos Yogyakarta, sebagai tapak yang mempunyai bangunan eksisting bersejarah diperlukan pengetahuan mengenai infill desain sebagai dasar pendekatan desain. Sebelumnya Indonesia sudah memiliki museum pos di Bandung, untuk mendapatkan hasil desain yang baik dilakukan analisa dan observasi terhadap museum tersebut.Selanjutnya Pembelajaran Preseden museum yang dapat membantu pada perancangan Museum Pos Yogyakarta. C. Bab 3 Pencahayaan sebagai salah satu perancangan Aristektur Penjabaran mengenai konsep dalam perancangan ruang yang nantinya berhubungan dengan sirkulasi, massa bangunan, building image, dll. D. Bab 4 Tinjauan Lokasi Penjabaran data-data lokasi dan analisa yang dijadikan sebagai tapak Museum Pos dan alternative tapaknya.Dilakukan penilaian tapak dan lingkungan sekitar melalui observasi sehingga mendapatkan site terpilih. E. Bab 5 Konsep Perencanaan dan Perancangan Penjelasan Konsep, analisa kebutuhan ruang, analisis tata pencahyaan ruang sebagai penekanananya, pengembangannnya, dan penerapan konsep pada desain.
1.6. Keaslian Penulisan Berikut ini merupakan beberapa karya penulisan lain yang memiliki kesamaan dalam studi kasus Museum Pos Yogyakarta. Untuk menunjukkan keaslian penulisan laporan ini 6
maka perlu adanya perbandingan dari beberapa penulisan yang diangkat dalam penulisan ini. A. Bara Siska Pidrilia 01/148727/TK/26654 Museum Layang Layang di Yogyakarta, UGM 2006, 2559 S B. Juwita Kurnia Isnaini 09/284645/TK/35418 Museum Batik di Yogyakarta sebagai Pusat Edukasi batik dengan konsep One Stop Edutainment C. Imron Arifianto 09/281273/TK34900 Museum Energi Panas Bumi sebagai Simbol Energi Masa Depan Indonesia
1.7. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir dalam mengolah latar belakang dan permasalahan sehingga mendapatkan konsep perancangan Museum Pos dengan dengan penekanan Tata Pencahayaan sebagai pembentuk ruang.
Gambar 1. 2 Kerangka Berpikir Sumber : Analisa Penulis
7