BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Informasi Iptek adalah unsur yang sangat penting untuk menunjang pengembangan dan penelitian di bidang Iptek dan industri, serta pembangunan pada umumnya. Informasi Iptek dapat juga didayagunakan dan dimanfaatkan oleh berbagai pihak seperti: peneliti, perguruan tinggi, mahasiswa, pemegang kebijakan atau pemegang keputusan, masyarakat industri dan masyarakat umum. Perkembangan Iptek yang selalu bergerak cepat dan jurnal ilmiah yang jumlahnya berkisar 400.000 judul di dunia ini sangat dibutuhkan bagi ilmuwan untuk mengikuti perkembangan Iptek dibidangnya masing-masing sesuai kebutuhannya. Informasi Iptek tersebut dapat berupa artikel-artikel ilmiah bagi para ilmuwan,peneliti,dosen dan mahasiswa agar mereka senantiasa mengikuti perkembangan baru dalam bidang ilmunya, serta informasi mengenai kemajuan Iptek di dunia. Banjir informasi Iptek baik melalui media cetak (terbitan jurnal ilmiah) atau media elektronik (internet) atau CD-ROM dan sebagainya, mengharuskan kita dapat menelusur keberadaan informasi Iptek, mengelola informasi Iptek, menyajikan dan melayani informasi Iptek, serta desiminasi informasi Iptek agar dapat dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat bagi perkembangan atau keuntungan yang sebesar-besarnya bagi perkembangan Iptek di Indonesia. Pentingya hal tersebut diatas, sebenarnya sudah disadari oleh semua pihak baik oleh pemegang kebijaksanaan di bidang Iptek dan masyarakat STI di Indonesia, tetapi kondisi penyediaan informasi Iptek (terutama langganan jurnal ilmiah asing) saat ini masih sangat kurang atau terbatas hanya pada beberapa puluh atau ratus judul, dibandingkan dengan majalah ilmiah asing yang sekitar 400.000 judul. Selain itu masalah belum lagi persoalan diseminasi jurnal ilmiah asing belum merata, jaringan informasi Iptek atau perpustakaan juga belum mengembirakan seperti: “inter library loans” tidak berjalan dengan mulus, karena berbagai pertimbangan,kendala dan faktor teknis lain, lagi penyedia informasi baik sebagai pusat informasi atau perpustakaan juga masih sangat memperihatinkan. Beberapa upaya dan terobosan telah dilakukan untuk memformulasikan konsep tentang sistem jaringan informasi Iptek nasional (Ipteknet) dan
1
pembenahan serta perbaikan sistem layanan dan koleksi (penyediaan informasi Iptek secara nasional) masih kandas dari satu konsep ke konsep lain, sebab pada saat akan direalisasikan atau diimplementasikan terbentur pada kurangnya dana, prasarana dan sarana, sumber daya manusia dan lain sebagainya. Ipteknet adalah jaringan informasi Iptek secara nasional dengan bergabungnya berbagai simpul penyedia informasi Iptek, baik yang dikenal sebagai pusat informasi, pusat pengolah data, atau perpustakaan dengan menggunakan basis teknologi informasi dan telekomunikasi dalam suatu bentuk jaringan komputer (computer networks), kemudian dicarikan suatu sinergi antara informatika dan telekomunikasi yang dikenal dengan istilah telematika Indonesia. Adanya pengkajian ini yang diharapkan menghasilkan Peta pemakai potensial informasi Iptek di Indonesia (Demographic Map of STI users in Indonesia) dapat dijadikan suatu masukkan bagi pemegang keputusan dan perencanaan informasi Iptek secara nasional mendatang, serta mendukung jaringan informasi Iptek nasional (Ipteknet) agar dapat beroperasional secara optimal sesuai dengan kebutuhan masyarakat akan informasi Iptek yang sangat dibutuhkan bagi perkembangan Iptek itu sendiri di Indonesia. Rancangan peta potensial informasi Iptek ini akan disampaikan kepada Bappenas dan LIPI pada tahun 1999, dimana hasil studi dan kajian ini diharapkan dapat membantu para pemegang keputusan di bidang informasi Iptek untuk suatu perencanaan jaringan informasi Iptek dan diseminasi informasi Iptek secara makro dan mikro. Data sekunder dikumpulkan sebagai data dasar. Selain data primer, penggunaan kuestioner adalah upaya untuk menggambarkan secara detail atau mikro bagaimana kondisi tersebut yang sebenarnya di lapangan,walaupun digunakan "random sampling" akan tetapi dapat mewakili atau representative dari suatu region yang berdasarkan kriteria dan perolehan data sekunder yang telah kami tentukan.
TUJUAN STUDI Tujuan studi ini secara umum adalah untuk mengetahui sebaran dan desiminasi pemakai potensial dari berbagai jenis profesi dan jumlah pemakai (users) STI di Indonesia yang akan digunakan sebagai masukkan bagi perencanaan diseminasi informasi Iptek di berbagai daerah dan sekaligus untuk perencanaan sistem informasi Iptek di daerah tingkat I dan II sesuai dengan UU no.22 tahun 1999 tentang otonomi daerah. Secara lebih spesifik tujuan studi ini adalah: 1.
Untuk mengetahui sebaran jenis profesi dan jumlah pemakai STI yang potensial di Indonesia dalam bentuk “demographic model”.
2.
Untuk mengetahui persebaran secara spatial (ruang) dari berbagai jenis
2
profesi dan jumlah pemakai STI yang potensial. 3.
Untuk mengetahui hasil-hasil ristek yang dapat dikomersialisasikan
PERMASALAHAN Bagaimana sebaran potensi sumber daya informasi Iptek yang ada ? Apa saja kebutuhan informasi Iptek yang paling banyak diminati ? Bagaimana pola hubungan antara potensi sumber daya informasi Iptek dan kebutuhan informasi Iptek ? Apakah kalau sumber daya informasi Iptek banyak, permintaan juga banyak ?
RUANG LINGKUP Menekankan pada kajian masing-masing pemakai (users) STI tersebut yang berasal dari departemen dan non-departemen, perguruan tinggi negeri dan swasta, industri besar dan menengah, laboratorium penelitian dalam hubungannya dengan struktur ruang.
METODOLOGI a.
Pengumpulan data
Berdasarkan uraian singkat yang telah dijelaskan pada latar belakang dan ruang lingkup studi ini, serta singkatnya waktu yang tersedia, maka semestinya data yang dibutuhkan adalah berupa data sekunder, dari data sekunder diambil secara "random sampling" guna dilakukan survai untuk memperoleh data yang lebih mendalam, sekaligus "check and recheck" kondisi di lapangan apakah ada perubahan atau penambahan data lain. Pengumpulan data ini berasal dari hasil pendataan/publikasi di berbagai institusi/instansi pemerintah yang ada di Jakarta, dengan cara temuan langsung pada berbagai instansi tersebut diatas dan menggunakan kuestioner sebagai alternatif. b.
Kerangka sampel
Dasar penentuan sampel potensial pemakai STI dilakukan menurut sifat kemungkinan besar yang menggunakan ST, yaitu: ♦ ♦ ♦
Perguruan Tinggi Negeri atau swasta Departemen dan Non-Departemen Laboratorium/Balai Penelitian
3
♦ ♦
Industri besar dan menengah Masyarakat umum
c.
Perguruan tinggi yang dijadikan sampel adalah jumlah perguruan tinggi negeri dan swasta, termasuk jumlah dosen, mahasiswanya.
d.
Sampel industri yang diambil mengacu berdasarkan industri besar dan menengah.
e.
Sampel laboratorium/balai penelitian diambil dari perguruan tinggi negeri dan swasta, departemen dan non-departemen.
f.
Departemen/lembaga non-departemen adalah lembaga non departemen yang ada di Jakarta.
pada
klassifikasi
departemen
dan
Berhubung dengan singkatnya waktu yang tersedia untuk melaksanakan studi ini sangat terbatas, beberapa asumsi yang kami gunakan berkaitan dengan berbagai data yang akan dikumpulkan diatas adalah sebagai berikut: ♦
Data yang akan dipakai adalah data tahun terakhir yang tersedia
♦
Data diperoleh dari berbagai publikasi, laporan tahunan, Biro Pusat Statistik, Dikti dan sebagainya.
♦
Data dan publikasi bersangkutan.
♦
Pengumpulan data sangat sulit untuk mengetahui secara pasti sebaran pemakai potensial informasi Iptek (STI), terutama karena jasa informasi seperti yang dimaksud masih belum banyak saat ini, khususnya bagi jenis informasi Iptek apa yang banyak dipakai atau diminta, karena pada umumnya pemakai belum mengetahui apa sebenarnya yang dibutuhkan ?
Sehubungan pemakai potensial suatu model, yaitu:
yang
tidak
ada
larangan
dari
instansi
yang
dengan hal tersebut diatas, maka perkiraan sebaran STI dalam studi ini hanya akan dibuat berdasarkan pada
♦
Suatu model yang mengandalkan pada badan atau institusi-institusi dan fasilitas-fasilitas laboratorium penelitian. Penentuan data diatas diperoleh atas dasar sampling yang representatif
♦
Menyusun peta tematik yang merupakan gambaran spatial tentang sebaran jenis dan jumlah pemakai potensial di Indonesia, yang dilengkapi dengan tabel-tabelnya.
♦
Sebagai acuan untuk menentukan prioritas pusat-pusat koordinasi sistem 4
penyediaan jasa STI di Indonesia. ♦
Suatu pengembangan model komersialisasi hasil-hasil ristek.
Secara lebih detail mengenai ruang lingkup dari studi ini adalah sebagai berikut: Rancangan "demographic model" dari pemakai STI yang Indonesia, dengan mengandalkan pada data tentang jenis dan institusi pemerintah, perguruan tinggi negeri dan swasta, penelitian, industri menengah dan besar, dll dengan penentuan diperoleh atas dasar sampling yang representatif.
potensial di lokasi dari laboratorium data diatas
Menyusun "peta tematik" yang merupakan gambaran secara spatial tentang sebaran jenis dan jumlah pemakai STI yang potensial di Indonesia, beserta tabelnya. Penyusunan peta tematik ini dibuat berdasarkan suatu hasil kesimpulan dari "demographic model" diatas dan juga data sekunder tentang persebaran lokasi berbagai pusat informasi dan pemakai STI di Indonesia.
MANFAAT STUDI Hasil studi ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk penentu kebijakan, pemegang keputusan serta kalangan perencana dan sebagainya, terutama sebagai bahan perencanaan sistem informasi Iptek. Selain itu diharapkan juga sebagai masukan bagi daerah tingkat II untuk mengembangkan "Pusat Informasi Iptek daerah" agar dapat terealisir sesuai dengan apa yang diharapkan yaitu: pemberdayaan potensi sumber daya manusia daerah dan memacu pengembangan penelitian potensi daerah menjadi nasional-regional dan internasional (indegenous research) di masa depan adalah sebagai berikut: ♦
Memperoleh perkiraan dan gambaran spatial sebaran/diseminasi potensi pemakai STI dari berbagai jenis profesi dan jumlah STI secara demografi di Indonesia.
♦
Sebagai acuan untuk menentukan prioritas pusat informasi Iptek Daerah sebagai suatu sistem jasa STI di Indonesia.
HASIL STUDI Sesuai dengan “Term of Reference” (TOR) yang ada, hasil studi ini adalah:
5
♦
Laporan teknis tentang “demographic map” sesuai pemakai (users) STI yang potensial di Indonesia, disertai dengan data statistiknya. Jenis dan jumlah STI users di Indonesia dibuat dalam bentuk “demographic model”.
♦
Peta tematik tentang persebaran pemakai STI yang potensial di Indonesia, berikut dengan tabel-tabel data berbentuk tulisan, CD-ROM dan GIS.
♦
Skala peta disesuaikan dengan data yang ada dengan mempertimbangkan segi teknik kartografi dan estetikanya.
PENDEKATAN DAN METODOLOGI Pendekatan Sesuai dengan tujuan dan ruang lingkup studi , maka ada 3 (tiga) cara pendekatan yang akan digunakan untuk mencapai tujuan studi ini yakni: 1.
pendekatan demografi
2.
pendekatan ruang (spatial approach)
3.
pendekatan dengan analisa statistik
Pendekatan demografi digunakan berkaitan dengan berbagai variable demografi yang berperan dalam menjela skan market demand dari pemakai STI yang potensial di Indonesia. Spatial approach yang dimaksud adalah mencakup pendekatan regional dan sistematik. Pendekatan regional menekankan pada kajian wilayah baik dalam tingkat regional ataupun nasional, yang berhubungan dengan struktur ruang dari sebaran masyarakat atau pemakai (users) STI di Indonesia. Sedangkan pendekatan sistematik dilakukan di Jakarta melalui survai lapangan sesuai dengan daerah yang ditetapkan berdasarkan "random sampling". Pendekatan dengan analisis statistik, dilakukan gambaran pemakai (users) STI dari berbagai bidang.
untuk
mengetahui
BATASAN ISTILAH Dalam rangka untuk menyamakan persepsi tentang suatu istilah dalam pokok kajian tersebut diatas, maka dipandang perlu untuk memberikan batasan tentang beberapa istilah yang dianggap penting sebagai berikut: ♦
PETA
adalah merupakan gambaran spatial (ruang) tentang sebaran
6
pengelolaan informasi Iptek, jenis informasi Iptek dan jumlah pemakai informasi Iptek yang potensial di Indonesia. ♦
GEOGRAFI adalah wilayah yang dikelompokkan berdasarkan batasan administrasi e.g. propinsi atau kabupaten yang dianggap mempunyai arti strategis baik sebagai pusat informasi/dokumentasi/perpustakaan yang potensial dan pemakai informasi Iptek yang potensial.
♦
PEMAKAI POTENSIAL adalah masyarakat baik secara perorangan atau kelompok, serta lembaga/instansi pemerintah dan swasta atau industri yang secara aktif memanfaatkan informasi Iptek untuk keperluannya. Penggunaan istilah "Pemakai Potensial" dalam batasan ini, dapat dibedakan yaitu pemakai potensial aktif dan pemakai potensial pasif. Pemakai potensial aktif adalah pemakai yang secara terus-menerus memanfaatkan salah satu jasa layanan informasi baik melalui pengelola informasi, sedangkan pemakai potensial pasif adalah pemakai yang secara tidak teratur atau terus menerus tergantung pada salah satu jenis layanan/jasa informasi yang ditawarkan oleh seuatu perpustakaan/pusat dokumentasi Iptek atau pusat informasi yang ada.
♦
TINGKAT PENDIDIKAN adalah status pendidikan formal dari pemakai potensial yang terbagi dalam tingkatan mahasiswa D1,D2 dan D3 atau S1,S2 dan S3 (sarjana dan pasca sarjana).
♦
JENIS PEKERJAAN adalah jenis kegiatan yang dilakukan oleh pemakai potensial, dapat dikelompokkan menjadi Ekskutif (Pejabat Tinggi, Direktur, Manajer, Rektor, dll); Peneliti ( tenaga peneliti di Litbang pemerintah dan swasta); Pendidik/pengajar (Dosen/Guru); Petugas dokinfopus (pustakawan, arsiparis, dokumentalis); Karyawan swasta atau pemerintah,dll.
♦
KELEMBAGAAN adalah instansi tempat pemakai potensial bekerja di lembaga pemerintah atau swasta. Lembaga pemerintah adalah Departemen/Non-Departemen, Perguruan tinggi negeri atau Industri dan Lembaga yang begerak bidang jasa, sekolah, dll. Lembaga swasta adalah perguruan tinggi swasta, industri swasta (besar dan menengah), jasa, pers, sekolah dan lain sebagainya.
♦
BIDANG MINAT adalah bidang ilmu yang diminati oleh pemakai potensial yang berdasarkan pengelompokkan bidang dengan menggunakan Dewey Decimal Classifications (DDC) atau UDC dan LC dengan penyederhanaan yang disesuaikan dengan bidang yang banyak diminati oleh pemakai itu sendiri. Bidang yang banyak diminati adalah ilmu murni, ilmu terapan.
♦
PENYEDIA JASA INFORMASI adalah pusat-pusat informasi baik yang ada di Perguruan Tinggi Negeri atau Swasta, Departemen atau Lembaga pemerintah dan pusat-pusat informasi lainnya yang menyediakan dokumen dalam bentuk teks book maupun elektronik.
7
PENGOLAHAN DATA Pengolahan data dilakukan dengan cara tabulasi menggunakan metoda dan rumus statistik, dan menggunakan fasilitas komputer, serta menggunakan GIS (geographical information system).
JADWAL PELAKSANAAN STUDI
Bulan Juli
Agustus
September
Jenis Keg Pengumpul an data
Desain kuesioner
Kerangka sampel
Penentuan sampel
Pelaksanaan survey
Analisis data
Penyusunan laporan
PELAKSANA STUDI Keterangan:
8
Oktober
November
Desember
1.
Pengumpulan data: Literatur sekunder (laporan penelitian, laporan tahunan, dll) SDM: Peneliti 1 orang, Pembantu peneliti 1 orang
2.
Desain kuesioner: Potensi SDI Kebutuhan informasi SDM: Peneliti 1 orang, pembantu peneliti 1 orang
3.
Kerangka sampel: SDM: Peneliti 1 orang
4.
Penentuan sampel: Perguruan Tinggi Departemen/LPND SDM: Peneliti 1 orang
5.
Pelaksanaan survei: Daerah penelitian: Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, NTB pengiriman kuesioner pengumpulan kuesioner SDM: peneliti 6 orang
9
BAB II KONDISI DEMOGRAFIS PENDUDUK
Di dalam upaya memberikan gambaran umum kondisi demografis dari penduduk setiap propinsi di Indonesia, ditampilkan beberapa data sebagai berikut : 1.
Jumlah angkatan kerja berdasarkan tingkat pendidikan , tahun 1996
2.
Jumlah angkatan kerja berdasarkan lapangan usaha, tahun 1996
3.
Jumlah pendapatan per kapita menurut propinsi, tahun 1995-1996
4.
Jumlah PNS Daerah Otonomi yang berkerja di Litbang dan non Litbang berdasarkan tingkat pendidikan tahun 1998.
5.
Jumlah mahasiswa dan tenaga pengajar tetap menurut propinsi tahun 1996-1997.
6.
Jumlah industri besar dan menengah menurut ISIC menurut propinsi tahun 1997.
7.
Jumlah laboratorium tahun 1992.
8.
Jumlah koleksi perpustakaan tahun PTN.
9.
Dimensi Litbang Departemen tahun 1996.
10.
Dimensi Litbang Non-Departemen tahun 1996.
11.
Sumber Daya Manusia tahun 1995-1997.
12.
Pejabat fungsional peneliti Departemen/LPND per Oktober 1999
13.
Pemakai informasi Iptek potensial berdasarkan tingkat pendidikan di Balitbang Departemen
14.
Pemakai informasi Iptek potensial berdasarkan tingkat golongan di Balitbang Departemen
10
15.
Pemakai informasi Iptek potensial berdasarkan tingkat pendidikan di Balitbang LPND
16.
Pemakai informasi Iptek potensial berdasarkan tingkat golongan di Balitbang LPND
17.
Kebutuhan informasi berdasarkan status pemakai data di PDII-LIPI 1996-1999
18.
Kebutuhan informasi berdasarkan bidang di PDII-LIPI 1996-1999
19.
Kebutuhan informasi di PDII-LIPI berdasarkan daerah asal 1996-1999
Penampilan data tersebut diatas, berdasarkan pertimbangan bahwa “STI users” mempunyai kaitan khusus dengan tingkatan pendidikan berdasarkan jumlah penduduk dan lapangan usahanya. Sedangkan STI sendiri, bagi sebahagian besar masyarakat Indonesia yang agraris masih belum merupakan kebutuhan utama. Sehubungan dengan hal tersebut, data pengeluaran per kapita tiap propinsi diharapkan dapat menggambarkan potensi kemampuan penduduk setiap propinsi di Indonesia sebagai “STI users”. Data angkatan kerja diperoleh dari hasil survai angkatan kerja nasional (SAKERNAS) tahun 1998 yang dilakukan oleh Biro Pusat Statistik (BPS). Metode pengukuran ketenagakerjaan yang dipakai berasal dari “Labour Force Approach” yang diperkenalkan oleh ILO (Internatinal Labour Organization) yang hingga saat ini diterapkan di banyak negara berkembang. Konsep-konsep yang digunakan adalah: a.
bekerja (paling sedikit 1 jam dalam seminggu yang lalu)
b.
punya pekerjaan sementara tidak bekerja
c.
mencari pekerjaan
d.
sekolah
e.
mengurus rumah tangga
f.
lainnya seperti: pensiun,cacad jasmani, dan sebagainya.
Sedangkan yang termasuk angkatan kerja (labour force) adalah penduduk usia kerja (10 tahun atau lebih) yang bekerja atau punya pekerjaan sementara tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan, mereka adalah penduduk dengan kegiatan diatas (a+b+c). Yang termasuk bukan angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (10 tahun atau lebih) yang kegiatannya tidak bekerja maupun mencari pekerjaan atau penduduk usia kerja dengan kegiatan (d+e+f) di atas. 1.
JUMLAH ANGKATAN KERJA BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN
11
Gambaran angkatan kerja setiap propinsi tahun 1996 dikaitkan dengan tingkat pendidikannya (Tabel 1), terutama pada jumlah angkatan kerja yang lulus dari perguruan tinggi/universitas yang dapat dianggap sebagai “STI users” yang potensial, memberikan gambaran bahwa Pulau Jawa sangat dominan sekali yakni lebih dari 59,26 persen dari total jumlah angkatan kerja di Indonesia. Di Pulau Sumatera, propinsi yang cukup menonjol adalah Sumatera Utara, Aceh, dan Sumatera Barat, sedangkan untuk Indonesia bagian timur , beberapa propinsi yang menonjol adalah Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Irian Jaya. Persebaran jumlah angkatan kerja lulusan perguruan tinggi pada tiap propinsi tahun 1996, terlihat pada Peta 1. 2.
JUMLAH USAHA
ANGKATAN
KERJA
BERDASARKAN
LAPANGAN
Kalau melihat keadaan angkatan kerja setiap propinsi tahun 1996. Berdasarkan lapangan usahanya (Tabel 2) memberikan gambaran bahwa Pulau Jawa juga dominan dilihat dari jumlah angkatan kerjanya yang meliputi lebih dari 59,26 persen dari total angkatan kerja di Indonesia. Gambaran yang sama juga diberikan kalau dikaitkan dengan jumlah angkatan kerja berdasarkan lapangan usaha, pada tabel 2, terlihat bawa jumlah angkatan kerja yang bekerja pada usaha industri di pulau Jawa lebih dari 59,26 persen dari total Indoneia. Di Pulau Sumatra yang paling menonjol adalah Propinsi Sumatera Utara, sedangkan di Indonesia bagian timur (termasuk Kalimantan) yang menonjol adalah Propinsi Kalimantan Selatan dan Sulawesi Utara. Persebaran jumlah angkatan kerja pada sektor industri setiap propinsi tahun 1996, terlihat pada Peta 1. Adanya perbedaan antara Tabel 1 dan Tabel 2 mengenai total angkatan kerja di Indonesia, karena pada Tabel 2 penduduk yang sedang mencari kerja tidak tercatat dan di samping itu tidak adanya data untuk beberapa propinsi. 3.
JUMLAH PENDUDUK MENURUT GOLONGAN PENGELUARAN PER KAPITA Data jumlah penduduk menurut golongan pengeluaran per kapita setiap propinsi di Indonesia, diperoleh dari hasil survai sosial ekonomi nasional (SUSENAS) tahun 1997 Yang dilakukan oleh BPS. Beberapa modul telah dicakup dalam Susenas ini, diantaranya adalah mengenai konsumsi/ pengeluaran. Data
SUSENAS
tersebut
12
diharapkan
dapat
dipakai
untuk
menggambarkan keadaan sosial ekonomi dari demografi penduduk pada suatu waktu tertentu. Kalau melihat jumlah penduduk golongan pendapatan tertinggi (Tabel 3) yaitu Rp. 8.809.315,- atau lebih dalam setahun, terlihat bahwa pulau Jawa kemampuan penduduk yang menonjol terdapat di Propinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Di pulau Sumatera yang cukup menonjol adalah Propinsi Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Lampung. Sedangkan di Indonesia bagian Timur (termasuk Kalimantan) propinsi yang cukup menonjol adalah Kalimantan Timur dan Bali. Propinsi dengan jumlah penduduk yang paling sedikit dengan golongan pendapatan ini adalah Nusa Tenggara Timur. Persebaran jumlah penduduk dengantingkat pendapatan perkapita pada setiap propinsi tahun 1995-1996 terlihat pada Peta 2. Dari ketiga tabel diatas, dapat ditarik kesimpulan tentang gambaran umum demografis di Indonesia yang menunjukkan bahwa Pulau Jawa sangat menonjol kalau dikaitkan dengan potensi “STI usersnya”, sedangkan di luar pulau Jawa, propinsi yang paling menonjol adalah Sumatera Utara untuk pulau Sumatra dan Sulawesi Selatan untuk Indonesia bagian timur (termasuk Kalimantan). 4.
JUMLAH PNS DAERAH OTONOMI YANG BEKERJA DI LITBANG DAN NON-LITBANG BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN TAHUN 1998. Jumlah pegawai negeri sipil yang bekerja di unit penelitian dan pengembangan dan non-litbang berdasarkan tingkat pendidikannya pada Tabel 4, adalah upaya memberikan gambaran riil perbedaan antara jumlah PNS yang bergerak disektor litbang dan non-litbang yang dianggap sebagai “STI users” potensial. Dapat digambarkan bahwa jumlah PNS di litbang yang dominan adalah di Propinsi DKI, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, sedangkan di luar Jawa adalah Propinsi Sumatera Utara, Sulsel, Riau dan sebagainya.
5.
JUMLAH MAHASISWA TERDAFTAR DI PERGURUAN TINGGI NEGERI MENURUT JENJANG PENDIDIKAN DAN BIDANG KEILMUAN PER PROPINSI. Jumlah mahasiswa merupakan salah satu indikator juga sebagai potensi pemakai informasi Iptek, dimana secara riil juga dapat disimpulkan dari data yang ada pada Tabel 5, maka propinsi DKI Jakarta merupakan potensi tertinggi dibandingkan dengan jumlah mahasiswa diluar DKI Jakarta, seperti: Jawa Barat, Jawa Tengah & DIY, Jawa Timur. Sedangkan diluar Jawa adalah Sumut, Sumbar, Sumsel, Sulsel, dan sebagainya.
13
6.
JUMLAH MAHASISWA TERDAFTAR DI PERGURUAN TINGGI SWASTA MENURUT JENJANG PENDIDIKAN DAN BIDANG KEILMUAN PER PROPINSI. Dari gambaran jumlah mahasiswa di perguruan tinggi negeri, maka untuk perguruan tinggi swasta (PTS) juga tidak jauh berbeda dengan PTN mengenai komposisi propinsi yang potensial sebagai pengguna informasi Iptek di Indonesia.
7.
JUMLAH 1996/1997
MAHASISWA
DAN
TENAGA
PENGAJAR
TAHUN
Disamping mahasiswa yang diasumsikan sebagai pengguna informasi Iptek, tenaga pengajar baik yang ada di PTN atau PTS juga merupakan potensi pengguna informasi yang potensial atau cukup penting untuk dijadikan indikator. Dari Tabel 5 tergambar bahwa DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah & DIY, Jawa Timur, Sumut, Sulsel merupakan daerah-daerah yang berpotensi sebagai pengguna informasi Iptek di Indonesia. 8.
JUMLAH INDUSTRI BESAR/MENENGAH MENURUT ISIC BERDASARKAN PROPINSI TAHUN 1994-1997. Berdasarkan data ISIC nomor 31,32,33,34,35,36,37,38 dan 39, kalau dilihat dari data tahun 1994 sampai tahun 1997 mengalami peningkatan rata-rata antara 10% sampai 20%, sehingga tidak begitu cukup dikatakan sebagai potensi pengguna informasi Iptek.
9.
JUMLAH LABORATORIUM TAHUN 1992 Dari data jumlah laboratorium dan jumlah tenaga pengajar, juga tidak dapat dikatakan cukup signifikan sebagai pengguna informasi, padahal di negara-negara maju pengelola laboratorium dan pengajar di laboratorium sangat membutuhkan informasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kebutuhan informasi tersebut untuk memantau perkembangan Iptek baik berupa jurnal ilmiah, majalah ilmiah, text-book, maupun "grey literature" dari para pakar di bidang Iptek.
10.
JUMLAH NEGERI
KOLEKSI
PERPUSTAKAAN
PERGURUAN
TINGGI
Jumlah koleksi perpustakaan PTN adalah salah satu indikator untuk mengetahui bagaimana potensi pengguna informasi menggunakan 14
koleksi yang ada atau jumlah koleksi sudah dapat memenuhi kebutuhan pengguna informasi secara optimal, atau harus mencari di tempat lain. Koleksi disini yang dimaksud adalah koleksi yang dihimpun oleh suatu perpustakaan sebagaimana lazimnya yaitu: buku (judul/eksemplar); jurnal Indonesia yang dibeli atau dilanggan (judul); dan jurnal asing yang dibeli atau dilanggan (judul). Dari gambaran data yang ada pada umumnya koleksi buku di perpustakaan PTN sangat bervariasi jumlahnya, sehingga sulit untuk digambarkan apakah banyak koleksi buku memcerminkan pengguna informasi cukup puas, karena tergantung pada jenis koleksi buku yang baru berapa? Jasa layanan perpustakaan ? serta kebutuhan pemakai apakah sesuai ? jumlah koleksi = potensi pemakai informasi (jumlah mahasiswa+ pengajar)? dan seterusnya. Jadi untuk mengukur kelengkapan koleksi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna informasi, dapat dilihat sebagai indikatornya adalah jumlah jurnal Indonesia dan jurnal asing seberapa banyak yang dapat dilanggan oleh perpustakaan PTN, dengan asumsi jurnal Indonesia dan asing baru semestinya sangat dibutuhkan oleh pengajar dan mahasiswa, kerena berisi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan bidang yang ditekuninya. Dari data jurnal Indonesia dan asing yang dilanggan oleh PTN pada umumnya masih dibawah rata-rata yang semestinya, kalau dibandingkan dengan rasio jumlah mahasiswa dan pengajar, serta jumlah fakultas dan jurusan yang ada masih jauh dari cukup. 11.
DIMENSI LITBANG DEPARTEMEN TAHUN 1996 Gambaran dimensi litbang departemen dan perpustakaan, maka dapat dikatakan jumlah peneliti yang cukup menonjol dan diangap sebagai potensi pengguna informasi adalah Balitbang Industri dan Perdagangan, Balitbang Pertanian, sedangkan yang lain jumlah peneliti hampir berimbang (rata-rata antara puluhan sampai sekitar seratus peneliti). Jumlah buku hampir merata dimasing-masing Balitbang berkisar antara 7000 judul sampai 29 000 judul, sedangkan majalah Indonesia yang menonjol pada Balitbang Teknologi Mineral dan Lemigas dan majalah LN banyak dimiliki oleh Balitbang Industri & perdagangan, dan Balitbang Pemukiman.
12.
DIMENSI LITBANG NON-DEPARTEMEN TAHUN 1996 Gambaran jumlah peneliti pada Litbang Non-Departemen yang menonjol adalah di BPS sampai 2.248, sedangkan litbang lain berkisar antara 10 sampai 230 peneliti, sedangkan jumlah judul buku juga sangat bervariasi. Jumlah koleksi terbanyak dimiliki oleh LIPI, sebanyak 190.000 judul, sedangkan koleksi majalah DN dan LN banyak dimiliki BPS, yaitu 33.600 judul & 8.400 judul.
15
13.
SUMBER DAYA MANUSIA TAHUN 1995 - 1997 (rata-rata) Sumber daya manusia disini adalah upaya untuk menggambarkan jumlah dosen yang berkualifikasi S0,S1 S2, dan S3 antara Perguruan Tinggi Negeri dan Perguruan Tinggi Swasta, serta jumlah mahasiswa PTN dan PTS. Dari data yang ada tersebut diatas, dapat digambarkan jumlah dosen S1 di PTN sebanyak 28.437 orang dan PTS sebanyak 92.155 orang. Jumlah dosen S2 di PTN 13.205 orang dan PTS sebanyak 26.327 orang, sedangkan jumlah dosen S3 di PTN sebanyak 3903 dan PTS sebanyak 5644 orang. Jumlah mahasiswa S0 dan S1 yang terdaftar di PTN sebanyak 235.449 orang dan PTS sebanyak 349.252 orang.
BAB III GAMBARAN DEMOGRAFIS MASYARAKAT PENGGUNA INFORMASI IPTEK DI INDONESIA
Berdasarkan pada gambaran tentang latar belakang demogarfis penduduk Indonesia seperti pada uraian diatas Bab II, serta mengacu pada besaran serta lokasi dari badan atau institusi dan berbagai fasilitas yang menunjang bagi pengembangan program Pusat Informasi Iptek Daerah, maka gambaran demografis masyarakat pengguna STI disusun dengan rancangan seperti berikut ini.
1.
KONSEP MODEL DEMOGRAFI
Dalam uraian ini akan dijelaskan tentang pengunaan model demografi bagi masyarakat pengguna jasa informasi Iptek (STI users), dengan tujuan untuk memperoleh prakiraan tentang sebaran masyarakat pengguna jasa STI di Indonesia. Konsep model ini dikembangkan berdasarkan wadah dan pelaku dinamika dari penerapan dan pengembangan Iptek yang merupakan dua unsur yang satu sama lain saling berkaitan, yaitu: a.
Unsur kelembagaan
b.
Unsur sumber daya manusia
16
Kedua unsur tersebut selanjutnya diidentifikasikan menurut fungsinya sebagai faktor demand dalam penggunaan jasa STI. Identifikasi yang dilakukan meliputi: jenis, komposisi, status, dan jumlah dari masing-masing unsur. Berdasarkan fungsinya, unsur kelembagaan yang dianggap memiliki potensi terbesar di Indonesia dewasa ini adalah: ♦
Departemen/Lembaga Non-Departemen
♦
Perguruan Tinggi
♦
Industri besar dan menengah
♦
Laboratorium
Untuk sumberdaya manusia yang menjalankan fungsi di bidang Iptek adalah golongan-golongan formal yang berprofesi sebagai: ♦
Tenaga ahli (peneliti dan dosen)
♦
Tenaga lainnya (pejabat pembuat keputusan dan tenaga teknisi lainnya)
♦
Mahasiswa (D2,D3,S1,S2,S3)
Ketiga golongan tersebut semuanya terkait pada masing-masing jenis lembaganya. Hasil identifikasi yang diperoleh dikembangkan dalam bentuk model demografi sebagai upaya penyederhanaan untuk memperoleh gambaran umum pengguna jasa informasi Iptek. Pembuatan model ini bukan hanya berlandaskan pada penilaian kuantitatif atas unsur-unsur yang mendasarinya, tetapi juga berdasarkan asumsi bahwa data yang terjabar dari unsur lembaga dan sumber daya manusianya tersebut, akan masih tetap bertahan lama sebagai faktor-faktor penentu dalam pengembangan penyediaan jasa STI secara horisontal di Indonesia.
2.
MODEL DEMOGRAFI
Berdasarkan realita wadah dan pelaku dinamika penerapan dan pengembangan Iptek di Indonesia ini, maka usaha penyederhanaan pengguna STI tersebut dirumuskan dalam bentuk model demografi sebagai berikut ini: A.
Dimensi Kelembagaan. 1.
Departemen/Lembaga Non-Departemen •
Departemen sektoral
17
2.
3.
•
Kantor Menteri Negara
•
Lembaga Non-Departemen
Perguruan Tinggi Negeri •
Universitas
•
Institut (pendidikan tinggi sejenis dan keguruan)
•
Sekolah Tinggi
Perguruan Tinggi Swasta: •
Universitas
•
Sekolah Tinggi
•
Institut
•
Akademi
Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta dibawah tanggung jawab Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Institut Agama Islam Negeri (IAIN), dibawah tanggung jawab Departemen Agama. 4
Industri Besar dan Menengah. Penggolongan industri besar dan menengah mengunakan kriteria yang dipakai oleh BPS dan jenis industrinya adalah berdasarkan klasifikasi ISIC (International Standard Industrial Classification) no. 31-39.
5.
Laboratorium. Lembaga laboratorium dan yang sejenis adalah yang terdapat di Perguruan Tinggi Negeri dan Departemen/Lembaga NonDepartemen.
B.
Dimensi Sumberdaya Manusia. 1.
Departemen/Lembaga Non-Departemen. •
Tenaga Ahli:
•
Penelitian dan Pengembangan (Litbang)
•
Unit Teknis lainnya. 18
•
Tenaga Lain: Pejabat eselon III keatas (pejabat golongan ini dianggap sebagai pengguna STI untuk keperluan pengambilan keputusan).
2.
Perguruan Tinggi. a.
b.
3.
Perguruan Tinggi Negeri •
Tenaga ahli : Dosen Tetap
•
Tenaga ahli lainnya: mahasiswa S1,S2 dan S3.
Perguruan Tinggi Swasta *
Tenaga Ahli ; Berpedidikan D3 keatas
*
Tenaga Lain : mahasiswa
Industri *
Tenaga Ahli : berpendidikan D3 keatas
*
Tenaga lain: lulusan SMA/SMU Tenaga kerja lulusan SMU dianggap sebagai tenaga kerja terampil yang siap untuk menerima perkembangan kemajuan Iptek.
4.
Laboratorium Tenaga ahli la boatorium di Perguruan Tinggi Negeri adalah identik dengan dosen yang sesuai dengan fungsinya juga sebagai peneliti. Sedangkan tenaga ahli laboratorium di Departemen/NonDepartemen datanya belum lengkap.
19
BAB IV ANALISA POTENSI PENGGUNA INFORMASI IPTEK DI INDONESIA
A.
POTENSI PENGGUNA STI
B.
LOKASI JASA STI
C.
KEMAMPUAN JUMLAH KOLEKSI
D.
KORELASI ANTARA LOKASI PENGGUNA INFORMASI IPTEK
JASA
STI
DAN
POTENSI
Sesuai dengan model demografi dari masyarakat pengguna informasi Iptek (STI users) yang telah diuraikan pada Bab III, maka persebaran spatial potensi masing-masing unsur dari model tersebut pada tiap propinsi di Indonesia akan digambarkan dalam uraian berikut ini dan kemudian dikembangkan lebih lanjut dalam bentuk pemilihan pada tingkat awal dari lokasi : National Center dan Regional Centers dari penyedia jasa informasi Iptek. Analisis diperlukan untuk membuat rancanan model demografi dari STI users yang potensial adalah analisis terhadap karakteristik penduduk secara umum sebagai sumberdaya manusia yang tercermin pada tingkat pendidikan dan kondisi sosial lainnya, dan secara khusus terhadap karakteristik sumberdaya manusia masyarakat STI dan lingkup kegiatannya yang terdapat di 20
Universitas, Industri besar dan menengah, laboratorium/balai penelitian, dan departemen/non-departemen. Di dalam analisis Tabel Analisis 1 sampai dengan Tabel Analisis 10 yang secara umum dapat dikategorikan menjadi 3 berdasarkan angka maksimal dan minimal dengan menggunakan analisis statistik, sehingga diperoleh suatu angka yang dapat dikelompokkan, sehingga keluar daerah-daerah potensial dari berbagai aspek seperti: Pada Tabel Analisis 1 mengenai Distribusi Angkatan Kerja menurut propinsi tahun 1996 dibagi menjadi 3 katagori : 1. Kurang dari 3.000.000 ; 2. antara 3.000.000 sampai 7.500.000 dan 3. diatas 7.500.000, meliputi : Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jawa Timur. Pada Tabel Analisis 2 mengenai Distribusi Pendapatan Perkapita menurut propinsi tahun 1996 dikategorikan menjadi menjadi pendapatan kurang dari Rp.2.000.000,- ; antara Rp.2.000.000,- sampai Rp.3.000.000,-; dan diatas Rp.3.000.000, yang terdiri dari Kalimantan Tengah, Irian Jaya, Kalimantan Timur dan DKI Jakarta. Pada Tabel Analisis 3 mengenai Distribusi PNS di Unit Litbang yang berpendidikan D3 keatas menurut propinsi tahun 1998, dibagi menjadi 3 kategori yaitu: kurang dari 50 orang; antara 50 - 100 orang dan diatas 100 orang meliputi: Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan DKI Jakarta. Selanjutnya Tabel Analisis 4 tentang Distribusi PNS di unit non-Litbang yang berpendidikan D3 keatas menurut propinsi tahun 1998, dikategorikan: kurang dari 10.000 orang; antara 10.000 - 20.000 orang dan diatas 20.000 orang, meliputi : Sumatera Utara, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Mengenai Distribusi Mahasiswa yang terdaftar di Perguruan Tinggi Negeri tahun 1997 (Tabel Analisis 5) dibagi menjadi 3 kategori yaitu: kurang 10.000 mahasiswa; antara 10.000 - 50.000 mahasiswa; dan di atas 50.000 mahasiswa, terdiri dari DI.Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur dan DKI Jakarta. Selanjutnya distribusi Mahasiswa yang terdaftar di Perguruan Tinggi Swasta tahun 1997 (Tabel Analisis 6) dengan 3 katagori yaitu : kurang dari 10.000 mahasiswa; antara 10.000 - 100.000 mahasiswa dan diatas 100.000 mahasiswa meliputi Sumatera Utara, Jawa Barat, DKI Jakarta dan Jawa Timur. Sedangkan data mengenai Distribusi Jumlah Mahasiswa Baru di PTN dan PTS seperti yang tercantum pada (Tabel Analisis 7 dan 8) untuk PTN yang diatas 20.000 mahasiswa baru meliputi: Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, D.I. Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan DKI Jakarta, sedangkan dilingkungan PTS distribusi mahasiswa baru yang diatas 20.000 mahasiswa baru meliputi Propinsi NTB, Lampung, Sumatera Selatan, Aceh, Bali, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Jawa Barat, DKI Jakarta dan Jawa Timur. Tenaga pengajar yang juga dapat dianggap sebagai user yang berpontensi menggunakan informasi dapat dilihat pada Tabel Analisis 9 mengenai Distribusi Tenaga Pengajar PTN menurut propinsi tahun 1997 dan Tabel 21
Analisis 10 mengenai Distribusi Tenaga Pengajar PTS menurut propinsi tahun 1997. Dari kedua tabel tersebut diatas, maka pada Tabel Analisis 9 jumlah pengajar di atas 3000 meliputi: DI Yogyakarta, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat, sedangkan tenaga pengajar di lingkungan PTS (Tabel Analisis 10) jumlah pengajar di atas 3000 pengajar meliputi: Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, DI Yogyakarta, Sumatera Utara, Jawa Tengah, Jawa barat, Jawa Timur dan DKI Jakarta. Dari Analisis pada Tabel Analisis 1 sampai pada Tabel Analisis 10 dapat ditarik suatu kesimpulan sementara bahwa yang paling berpontensi sebagai pengguna informasi, ini baru asumsi sementara yang perlu juga didukung oleh data lain, adalah Jawa Barat, Jawa tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta dan DKI Jakarta, sedangkan Pulau Sumatera terdiri dari Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Aceh dan Lampung. Sedangkan di kawasan Indonesia Timur meliputi wilayah Sulawesi Selatan, dan Bali. A.
POTENSI PENGGUNA STI (Science and Technology Information)
Departemen/Lembaga non-Departemen Persebaran demografis dari STI users untuk setiap propinsi terdiri dari pegawai negeri pusat, daerah dan diperbantukan di daerah. Sumber data berasal dari berbagai instansi yang terkait dengan hal ini misalnya : BAKN dan BPS tahun...... Data untuk departemen sektoral meliputi sarjana S1, S2 dan S3 yang bekerja di Litbang atau unit teknis lain dan pejabat eselon II keatas yang ada dikantor Pusat Jakarta. Pada kantor Menteri Negara potensi STI users meliputi paling tidak eselon III keatas yang berpotensi dan berpeluang untuk memperoleh dan menggunakan informasi untuk mengambil suatu keputusan atau perencanaan penelitian yang akan diajukan sebagai kegiatan penelitian tahunan atau multiyears. Sedangkan pada lembaga /badan non-departemen potensinya meliputi mereka yang terlibat dalam kegiatan penelitian atau pengembangan pada bidang tertentu dan pejabat fungsional lainnya ( lihat tabel 9 dan 10). Berhubung adanya perbedaan jumlah pada data yang diperoleh dari berbagai sumber yang berbeda, maka diputuskan untuk memakai data yang diperoleh dari masing-masing instansi terkait, misalnya dari BAKN, BPS, Departemen yang terkait, Non-departemen yang terkait dan sebagainya, sampai akhir tahun 1998 data tersebut masih sukar diperoleh atau belum berhasil diperoleh. Distribusi (persebaran) STI users tiap propinsi yang berasal dari Departemen sektoral dan Lembaga Non-Departemen (tabel ), memperlihatkan gambaran bahwa Jakarta sebagai Ibu kota dan pusat pemerintahan merupakan daerah dengan potensi yang paling besar di
22
Indonesia, sedangkan propinsi lain di pulau Jawa, potensi yang besar terdapat di Propinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Bagi wilayah Sumatera, propinsi Sumatera Utara mempunyai potensi yang terbesar dan diikuti oleh Sumatera Selatan dan Sumatera Barat. Sedangkan untuk wilayah Indonesia bagian Timur (termasuk Kalimantan dan Nusa Tenggara), Propinsi Sulawesi Selatan dan Bali mempunyai potensi STI users yang cukup menonjol. Gambaran potensi STI users dari Departemen dan Non-Departemen pada tiap propinsi terlihat pada Peta .......
Perguruan Tinggi dan Sejenisnya Data potensi STI users di Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta untuk tahun 199 diperoleh dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, sedangkan data lain diperoleh dari berbagai sumber.... . Gambaran potensi STI users dari perguruan tinggi pada tiap propinsi terlihat pada Peta ..... Perguruan Tinggi Negeri Jumlah perguruan tinggi negeri di Indoensia pada tahun 199... meliputi ... buah dan tersebar tidak merata di 26 propinsi, dari Jumlah tersebut , ternyata 44,9 Persen ( 22 buah) belokasi di pulau Jawa. (Tabel ...). Jumlah dosen tetap seluruhnya ......... orang atau .....persen adalah dosen tetap perguruan tinggi negeri yang ada di pulau Jawa ( Tabel...), sedangkan urutan jumlah dosen terbanyak di pulau Jawa adalah Propinsi Jawa Timur, Jawa barat, Jawa Tengah, Jakarta dan DIY. Wilayah Sumatera, jumlah dosen terbanyak terdapat di Propinsi Sumatera Utara, Sumbar dan Sumsel, sedangkan wilayah timur lainnya urutan jumlah dosen terbanyak terdapat di Sulsel, Sulut dan Bali. Indikasi yang sama juga terlihat pada jumlah mahasiswanya , dari jumlah mahasiswa............ orang untuk seluruh Indonesia, ternyata ........ orang atau ....... Persen merupakan mahasiswa dari perguruan tinggi yang ada di pulau jawa. Wilayah Sumatera , secara berurutan jumlah mahasiswa terbanyak terdapat di Propinsi Sumatera Utara, Sumatera barat, Aceh dan Sumatera Selatan. Wilayah Indonesia lainnya, secara berurutan yang cukup menonjol adalah Propinsi Sulawesi Selatan, Bali dan Sulawesi Utara.
23
Perguruan Tinggi Swasta “STI users” pada perguruan tinggi swasta ( Tabel ......) juga menunjukkan fakta yang sama dengan potensi yang ada pada perguruan tinggi negeri. Pada kondisi seluruh Indonesia, pulau Jawa tetap sebagai potensi users yang cukup dominan, sedangkan Propinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, dan Aceh merupakan daerah yang menonjol di wilayah Sumatera. Mengenai wilayah Indonesia lainnya, propinsi Sulawesi Selatan merupakan daerah yang paling potensial, kemudian diikuti oleh Propinsi Bali dan Sulawesi Utara.
INDUSTRI BESAR DAN MENENGAH Data potensi STI users dari ndustri besar dan menengah ini adalah merupakan prakiraan hasil ekstrapolasi dari data potensi industri besar dan menengah setiap propinsi di Indonesia tahun ... (BPS) dan data jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam industri besar dan menengah berdasarkan ISIC 31-39 tahun 1997 (Tabel 8). Potensi users dari industri besar dan menengah berdasarkan hasil ekstrapolasi diatas meliputi jumlah industri, tenaga kerja yang berpendidikan D3 keatas dan berpendidikan lulusan SMU (Tabel...) Persebaran spatial potensi users dari industri pada tiap propinsi memperlihatkan gambaran yang relatif sama dengan unsur-unsur yang terdahulu. Jumlah industri besar dan menengah di pulau Jawa tahun 199.. sebanyak .....buah merupakan ..... persen dari jumlah ....... Industri yang ada di Indonesia. Propinsi Jawa Barat mempunyai jumlah industri yang terbesar, kemudian berturut-turut diikuti oleh jawa Timur, Jawa Tengah, DKI Jakarta, dan DI Yogyakarta. Dilain pihak wilayah Sumatera, jumlah industri yang terbesar berlokasi di Sumatera Utara, sedangkan untuk wilayah Indonesia lainnya, jumlah industri yang cukup menonjol berlokasi di Propinsi Bali dan Sulawesi Selatan. Proposional dengan sebaran jumlah industri tersebut diatas, indikasi yang sama juga terlihat pada persebaran jumlah tenaga ahli berpendidikan D3 keatas dan tenaga teknisi sebagai STI users potensial. Gambaran potensi STI users dari industri besar dan menengah pada tiap propinsi terlihat pada Peta...... Laboratorium Sebagai salah satu unsur yang mempunyai potensi pemakai informasi (STI users), data yang tersedia mengenai laboratorium yang ada adalah instansi
24
pemerintah, ( Tabel 9), sedangkan di perguruan tinggi negeri dan swasta, industri besar dan menengah atau di tempat lain akan dicoba untuk memperoleh data selengkap mungkin. Mengenai tenaga peneliti yang terlibat dalam laboratorium tersebut diatas, untuk perguruan tinggi negeri dan swasta dianggap sama dengan jumlah dosen tetap yang ada (Tabel 7), karena dosen sesuai dengan fungsinya adalah sebagai tenaga pengajar dan peneliti. Data tentang tenaga peneliti dari Departemen dan Litbang swasta (lihat Tabel 11), sedangkan jumlah tenaga yang terlibat dalam laboratorium ternyata tidak tersedia, hanya data pada tenaga peneliti (Tabel 12) dimana jumlah tenaga peneliti di Lembaga NonDepartemen terlihat komposisinya, namun sekali lagi yang terlibat langsung di laboratorium juga tidak diperoleh datanya. Gambaran tentang persebaran jumlah laboratorium untuk setiap propinsi di Indonesia (Tabel ....), juga memperlihatkan pola yang relatif sama dengan potensi pemakai informasi yang terdahulu yaitu: di Pulau Jawa ( Jawa barat, Timur, Tengah dan DIY) dan di Pulau Sumatera yang menonjol di Sumatera Utara, sedangkan bagian Indonesia Timur yaitu: Sulawesi Selatan dan Bali. Gambaran potensi jumlah laboratorium pada tiap propinsi terlihat pada Peta.... Data tentang jumlah laboratorium tersebut diatas diperoleh dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun..... dan masing-masing instansi pemerintah terkait tahun...., serta Dierktori Laboratorium Penguji di Indonesia tahun .... (Pustand-LIPI). Bentuk dan cara mendapatkan informasi pada unsur kelembagaan hanya diperoleh dari beberapa departemen/lembaga non-departemen. Pada umumnya bentuk informasi yang diperoleh adalah dari data statistik, majalah, buletin, makalah, prosidings, dan laporan dinas, laporan penelitian. Sumber informasi adalah instansi pemerintah, perguruan tinggi, organisasi profesi, dan lembaga internasional/luar negeri. Adapun cara mendapat dan memperoleh informasi adalah melalui telpon, faksimile, e-mail, kurir, pos, dll. Ada beberapa data Departemen/Lemabaga Non-departemen yang diperoleh melalui homepage atau websites (Internet) yang sudah menggunakan jaringan komputer dan data digital sebagai sarana untuk mengeluarkan data bagi pemakai informasi yang membutuhkan melalui media elektronik seperti: hampir seluruh perguruan tinggi negeri dan sebahagian swasta, beberapa departemen dan lembaga non-departemen yang sudah dapat diakses melalui internet.
B.
LOKASI PENYEDIA JASA STI
Mengacu pada gambaran tentang struktur ruang dan sentralitas (konsentrasi )potensi masyarakat pengguna informasi Iptek (STI) pada setiap propinsi di Indonesia seperti terlihat pada Peta ....., maka pemilihan awal dari lokasi penyedia STI baik sebagai wujud perpustakaan, pusat dokumentasi dan 25
informasi ilmiah dan pusat informasi atau pusat data elektronik (electronic data processing) dan lain sebagainya, untuk lebih mudahnya penyedia jasa STI dapat dibagi menjadi beberapa katagori sebagai berikut : a.
National Centre :
b.
Regional Center yang terdiri dari : v
Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Wilayah pulau Sumatera :
- Medan (Propinsi Sumatera Utara ) - Padang (Propinsi Sumatera Barat)
v
Wilayah Pulau Jawa:
- Bandung (Propinsi Jawa Barat) - Surabaya (Propinsi Jawa Timur) - Semarang (Propinsi Jawa Tengah) - Yogyakarta ( DI Yogyakarta)
v
Wilayah Indonesia bagian timur: - Makassar Selatan)
(Propinsi
Sulawesi
Beberapa kota yang dipilih sebagai “regional centers” tersebut, merupakan ibukota masing-masing propinsi, sedangkan DKI Jakarta sebagai “National Centre” adalah ibu kota negara Republik Indonesia, karena kedudukannya secara hirarki sebagai ibu kota negara mempunyai fungsi yang sangat strategis, dimana secara otomatis semua kegiatan baik pendidikan, penelitian dan pusat informasi, dokumentasi dan perpustakaan juga cukup dominan di Jakarta. Pemilihan ibukota propinsi diatas sebagai “Regional Centers” adalah atas dasar kriteria dan data di lapangan dan sekunder, hampir semua perguruan tinggi negeri dan swasta, kegiatan penelitian dan laboratorium juga terdapat yang paling banyak terdapat di ibukota propinsi yang telah diuraikan sebelumnya, yaitu sebagai berikut : 1.
Ibukota propinsi merupakan pusat pemerintahan daerah, pemukiman, perdagangan, kegiatan penduduk dan Iptek (penelitian, pendidikan, pengembangan dan perencanaan pembangunan) di propinsi yang bersangkutan.
2.
Pada umumnya merupakan lokasi perguruan tinggi negeri dan swasta
3.
Kegiatan industri juga berlokasi di ibu kota propinsi, umumnya industri besar dan menengah.
4.
Merupakan "growth pole" di propinsi yang besangkutan. Pemilihan Medan sebagai “Regional Center” yang pertama di wilayah
26
Pulau Sumatera terutama disebabkan STI users di Propinsi Sumatera Utara sangat potensial. Alternatif pemilihan kota Padang adalah karena pemakai informasi dikalangan perguruan tinggi sebagai pusat aktivitas Iptek sangat menonjol di Propinsi Sumatera Barat akhir-akhir ini, dibandingkan dengan wilayah Sumatera Selatan. Lain halnya untuk wilayah Pulau Jawa, kota Bandung sebagai ibu kota propinsi Jawa Barat sudah tidak asing lain dengan berbagai kegiatan pendidikan, penelitian dan pengembangan wilayah yang cukup menonjol, sekaligus merupakan kota kembang dan juga kota pelajar dengan lokasi dari bebrapa perguruan tinggi negeri yang cukup terkenal dan perguruan tinggi swasta juga cukup baik, dipilih sebagai regional center pertama. Regional Center kedua adalah kota Yogyakarta sebagai predikat dan terkenal sebagai kota pelajarnya, sebagai alternatif dari kota Semarang, karena di Yogyakarta terdapat universitas yang sangat berkualitas dan besar, dan juga salah satu universitas yang terbaik di Indonesia sehingga sebagai konsekuensi logisnya merupakan potensi pemakai STI yang ckup besar pula, sedangkan kota Surabaya sebagai ibukota propinsi Jawa timur,sangat potensial juga sebagai “regional cente”r ketiga di Pulau Jawa. Wilayah Indonesia bagian timur, kota Makassar paling tepat dipilih sebagai regional center karena melihat dari faktor lokasinya yang sangat strategis , khususnya untuk kawasan Indonesia bagian timur, dengan asumsi STI users paling potensial dibandingkan dengan kota Menado (Sulawesi Utara) dan Bali, sebaliknya khusus kawasan Bali dan Nusa Tenggara lainnya dapat menggunakan dan memanfaatkan “regional center” yang berada di Surabaya ditinjau dari aspek geografis dan letaknya yang tidak terlalu jauh dari kota Surabaya sebagai penyedia STI users. Disamping pengaruh lokasi, besarnya jumlah pemakai jasa layanan informasi Iptek tersebut nampaknya juga dipengaruhi oleh kelengkapan pengelola informasi, budaya baca dan tulis, tarif layanan informasi, kebutuhan akan informasi untuk menunjang pekerjaan, dan promosi, di samping kesempatan akses infromasi, kecepatan layanan dan akurasi informasi yang disajikan. Ditinjau dari jumlah tenaga ahli, yang berada di Departemen/Nondepartemen, perguruan tinggi, industri, maupun laboratorium yang ada maka dapat disimpulkan jumlah pemakai potensial yang terbesar berturut-turut adalah DKI-Jakarta, Jawa-Barat, Jawa-Timur, Jawa Tengah, Sumatera-Utara, Yogyakarta dan Sulawesi Selatan. Ditinjau dari segi jumlah mahasiswa yang terbesar adalah DKI-Jakarta, Jawa-Timur, Jawa-Barat, Jawa-Tengah, Yogyakarta, Sumatera Utara, dan Sulawesi Selatan (BPS, 199...). Data pada Tabel... menunjukkan bahwa sebahagian besar pemakai adalah kalangan mahasiswa yaitu .... %, selanjutnya sarjana ......, pasca sarjana ....%. Kondisi tersebut diatas dapat dimengerti mengingat jumlah mahasiswa di Indonesia memang jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah tenaga ahli. Data dari ........ tahun... menunjukkan bahwa jumlah perguruan tinggi di Indonesia terdiri dari 49 PTN dengan jumlah mahasiswa ....... Dan 1.122 PTS dengan 1.5 juta mahasiswa, sedangkan jumlah ilmuwan IPA dan rekasayawan yang berpendidikan sekurang-kurangnya sarjana di Indonesia hanya sekitar 125.000 orang ( Indikator Iptek, 199...).
27
Beberapa kemungkinan kondisi di luar Jawa belum cukup mengembirakan ilihat dari sudut pengelola informasi dan pemakai informasi kurang berinteraksi secara optimal adalah sebagai berikut : 1.
fasilitas dan koleksi perpustakaan kurang memadai dan up-to-date informasinya, terutama jurnal ilmiah asing yang "current".
2.
layanan dan koleksi yang dikembangkan belum dapat sepenuhnya memenuhi kebutuhan pemakai, terutama dikalangan mahasiswa dan dosen.
3.
lokasi yang kurang strategis sehingga mudah dijangkau dan mudah diakses.
3.
kemudahan akses informasi, temu kembali informasi yang mudah dan cepat.
5.
kemampuan staf pengelola informasi yang terbatas, untuk melakukan layanan informasi pro-aktif, serta pengemasan informasi dan analisa informasi yang dibutuhkan oleh pemakai.
6.
kurangnya kegiatan promosi dan "user education" bagi pemakai untuk menjelajah dan menelusur informasi secara mandiri dengan cepat,tepat dan mudah.
Selanjutnya , data pada grafik... menunjukkan bahwa sebaran geografi pemakai jasa informasi yang terbanyak di Jawa yaitu: DKI-Jakarta, Jawa barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur dan Jawa Tengah
C. ……
D.
DESKRIPSI POTENSI KEBUTUHAN INFORMASI
Berdasarkan distribusi angkatan kerja menurut propinsi tahun 1996 (Tabel 1) angka tertinggi (>7.500.000) terdapat pada propinsi Jawa Timur (16414278), Jawa Barat (15176561), dan Jawa Tengah (14262731). Data tersebut proporsinya sama dengan data jumlah PNS daerah otonomi (tabel 4) yang bekerja di unit non Litbang dengan angka tertinggi Jawa Timur (83599); Jawa Tengah (75.379); Jawa Barat (60.889). Sedangkan jumlah angkatan kerja menurut lapangan usaha (Tabel 2), untuk lapangan pekerjaan didominasi dengan bidang keilmuan terapan seperti : Industri pengolahan, pertanian, konstruksi, terutama untuk propinsi Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengnah dengan angka tertinggi. Data tersebut juga didukung oleh data kebutuhan informasi PDII-LIPI (Tabel 19) yaitu untuk propinsi Jawa Timur (306), D.I. Yogyakarta (265), Jawa Tengah (150) dan Jawa Barat (130)
28
merupakan propinsi yang terbanyak peminatnya untuk informasi bidang keilmuan khususnya ilmu terapan dan ilmu murni seperti: Kimia (481), Biologi (449), Pertanian (476), Tehnik Kimia (429), Rekayasa/teknik (294), Teknologi pangan (219). Hal ini terbukti bahwa Pulau Jawa merupakan dominan untuk tingkat kebutuhan informasi, walaupun menurut data jumlah koleksi perpustakaan perguruan tinggi negeri berdasarkan data yang diolah dari Dirjen DIKTI maupun Situs Web Sites perguruan tinggi ( tabel 8A dan 8B) diperoleh hasil bahwa jumlah koleksi tertinggi adalah Jawa Barat (409.235 judul koleksi); D.I. Yogyakarta (354.928 judul koleksi); Jawa Timur (323.887 judul koleksi); D.K.I. Jakarta (144.391 judul koleksi). Hal tersebut menunjukkan walaupun koleksi di propinsi tersebut cukup tinggi, akan tetapi untuk bidang keilmuan terapan kemungkinan jumlah koleksinya sedikit, sehingga permintaan informasi banyak ditujukan ke Pusat-pusat informasi yang ada di Jakarta seperti PDII-LIPI; Pusat Informasi Pertanian; BATAN; LAPAN dan pusat informasi lainnya yang ada di Jakarta. Data tersebut diatas apabila dibandingkan dengan data yang terdapat pada tabel 6a, 6b, 6c, 6d, bahwa tingkat pendidikan di perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang paling banyak siswanya yaitu >50.000 terdapat di propinsi Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, DKI Jakarta dan D.I.Yogyakarta serta Sumatera, dengan perbandingnan tidak berbeda jauh atau untuk pulau Jawa sebesar 74,98% dari seluruh Mahasiswa di 26 Propinsi. Hal tersebut membuktikan bahwa disiplin keilmuan berpengaruh pada lapangan usaha yang dibutuhkan serta penyerapan pekerjaan di propinsi-propinsi tertentu atau jumlah Mahasiswa yang terbanyak di berbagai propinsi. Kebutuhan informasi berdasarkan status pemakai (tabel17) tertinggi diminati oleh Mahasiswa S1 (937), dengan demikian menunjukkan bahwa kebutuhan informasi untuk bidang keilmuan tertentu ( dalam hal ini ilmu terapan dan ilmu murni) informasinya tidak atau kurang tersedia di daerah/propinsi yang paling banyak mahasiswanya. Perbedaan yang terdapat pada tabel 3, bahwa pendapatan perkapita tertinggi di Daerah Khusus Ibukota Jakarta (8809315), Kalimantan Timur (5235421), Irian Jaya (3933312) dan Kalimantan Tengah (5235421), menunjukkan bahwa tidak ada kesesuaian antara jumlah angkatan kerja dengan tingkat pendidikan di perguruan tinggi yang seperti tersebut diatas. Sedangkan yang terdapat pada tabel 4 jumlah pegawai negeri sipil untuk lembaga penelitian dan pengembangan (LITBANG)yang tertinggi terdapat di DKI Jakarta (153), Jawa Timur (148), Jawa Tengah (139), Jawa Barat (115), serta untuk Departemen (NON LITBANG) yang tertinggi berturut-turut propinsi Jawa Timur (83599), Jawa Tengah (75379), Jawa Barat 60889) dan DKI Jakarta (36581), merupakan data yang mendukung uraian tersebut di atas..
KESIMPULAN SEMENTARA ♦
Jumlah koleksi dokumen tersedia cukup banyak, tidak menjamin bahwa
29
kebutuhan informasi di daerahnya tercukupi/terpenuhi, karena informasi bidang keilmuan tertentu mempunyai nilai ilmiah yang spesifik dan dokumennya sulit diperoleh di dalam negeri serta harga beli dokumen sangat tinggi/mahal. Dengan kondisi tersebut menyulitkan Pusat-pusat informasi di daerah untuk pengadaan koleksi ilmiah yang spesifik. ♦
Berdasarkan data pendapatan perkapita tertinggi yang terdapat di daerah Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah dan Irian Jaya, menunjukkan bahwa di daerah tersebut untuk lapangan pekerjaan yang ada adalah industri besar, hasil hutan, dll., sehingga pendapatan perkapita cukup tinggi. Sedangkan untuk kegiatan Penelitian dan Pengembangnan sangnat rendah, karena informasi yang diperlukan diperoleh langsung dari konsultan yang ada di luar negeri.
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
BAB V
46
47
48
49
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
KESIMPULAN 1.
Melihat pada gambaran, data dan hasil analisa potensi pemakai STI berdasarkan konsep “regional center” bagi penyedia jasa STI dan potensi yang tercermin dari data yang ada, maka Pulau Jawa merupakan wilayah yang paling potensial bagi pemakai STI di Indonesia.
2.
Sedangkan wilayah lain di Indonesia berdasarkan pemantauan dan data yang diperoleh serta hasil analisa potensi pemakai STI di Indonesia adalah Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Sumatera Selatan bagi wilayah pulau Sumatera, selanjutnya bagi kawasan Indonesia Timur adalah Propinsi Sulawesi Selatan, dan Utara, serta Bali.
Pemilihan lokasi penyedia jasa STI yang paling strategis di Indonesia adalah DKI Jakarta sebagai "national center" dan kota Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Medan, Padang, dan Makasar sebagai "regional center" saat ini, mungkin dikemudian hari dapat dikembangkan lebih banyak lagi "regional center" bagi penyedia jasa STI sesuai dengan jiwa dan semangat UU no.22 tahun 1998 tentang otonomi daerah dan UU no.25 tahun 1998 tentang pembagian keuangan antara daerah dan pusat.
REKOMENDASI 1........ 2..... 3.....
LAMPIRAN TABEL GRAFIK PETA
50
51