BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 39 ayat 2 disebutkan bahwa Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Guru
merupakan
salah
satu
sumber
daya
manusia yang mempunyai peranan penting dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas. Tinggi rendahnya kualitas pendidikan ditentukan oleh tinggi rendahnya kualitas guru. Berdasarkan data dalam Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2010 yang dikeluarkan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa Bangsa (UNESCO), menyebutkan bahwa Education Development Index (EDI) Indonesia tahun tahun 2007 adalah 0,947. Angka ini menempatkan Indonesia berada di urutan ke-65 dari 128 negara (Kompas, 22 Januari 2010).
1
Tahun
2011
mengalami
penurunan
Indeks
Pembangunan Pendidikan atau Education Development Index (EDI) berdasarkan data tahun 2008 adalah 0,934. Nilai itu menempatkan Indonesia di posisi ke69 dari 127 negara di dunia (Kompas, 2 Maret 2011). Menurunnya kualitas pendidikan di Indonesia merupakan cerminan dari kinerja pendidikan termasuk di dalamnya adalah kualitas guru. Melihat pentingnya kedudukan, fungsi dan peranan guru dalam menentukan keberhasilan lembaga kependidikan, maka perhatian terhadap guru tidak boleh diabaikan termasuk salah satunya adalah masalah kepuasan kerja guru. Garrett (dalam Ouyang dan Paprock, 2009) menyatakan bahwa kepuasan kerja guru jarang dikaji, padahal kepuasan kerja guru merupakan salah satu faktor penentu dalam kualitas guru. Kepuasan kerja guru tidak hanya memberikan kontribusi dalam motivasi dan perbaikan guru, dan pengembangan peserta didik. Gejala yang dapat membuat rusaknya kondisi organisasi sekolah adalah rendahnya kepuasan kerja guru dengan gejala seperti malas bekerja, banyaknya keluhan guru, rendahnya prestasi kerja, rendahnya kualitas pengajaran dan indisipliner guru (Yunus, 2004). Dalam dunia pendidikan, kepuasan kerja guru dapat memberikan implikasi yang kuat terhadap pembelajaran siswa. Secara khusus dapat mempengaruhi kualitas pelajaran yang diberikan kepada siswa. Guru
2
yang merasa tidak puas dalam pekerjaannya merasa kurang termotivasi untuk memberikan yang terbaik kepada siswanya. Hal ini tentunya akan mengganggu suasana
lingkungan
sekolah,
dan
menyebabkan
turunnya kualitas pendidikan (Baker, 1997). Media massa memuat pemberitaan mengenai ketidakpuasan guru, misalnya di Kabupaten Tegal, ratusan guru berunjuk rasa menuntut kenaikan tunjangan kesejahteraan dari pemerintah kota (Kompas, 20 Oktober 2008). Di Kabupaten Nganjuk ribuan guru dan pegawai tidak tetap berunjuk rasa karena sudah mengabdi puluhan tahun, tetapi tidak masuk dalam database BKD (Kompas, 30 Desember 2008). Di Kabupaten Donggala, ratusan guru yang tergabung dalam Forum Guru Donggala-Sigi (FGDG) berunjuk rasa menuntut dibayarkannya rapel kenaikan gaji 15% (Media Tempo, 04 Mei 2009). Adanya ketidakpuasan di kalangan guru dapat berdampak pada kualitas pendidikan di Indonesia. Faktor pendorong timbulnya kepuasan kerja seseorang adalah kepribadian yang ditampilkan atau tampak melalui tipe perilaku yang ditampilkan pada saat melakukan pekerjaannya. Kepuasan kerja berkaitan dengan dapat tidaknya seseorang menunjukkan aktualisasi diri pada saat melakukan pekerjaan dan kemampuannya
dalam
menghadapi
tekanan
dan
tantangan dalam pekerjaan yang dilakukannya (Rita, 2002). 3
Penelitian Owaied (2003) terhadap 406 orang guru sekolah menengah di Kuwait, terdiri dari 253 orang Kuwait dan 153 orang Mesir. Sampel tersebut secara acak dipilih dari sejumlah guru di sekolahsekolah menengah anak laki-laki dan perempuan di Kuwait. Rentang usia subjek dari 25 tahun sampai dengan 50 tahun dengan pengalaman bekerja mulai dari 5 tahun sampai 25 tahun. Hasil penelitian ini mengemukakan bahwa terdapat korelasi positif signifikan antara kepribadian tipe A dengan kepuasan kerja guru. Korelasi ini ditunjukkan melalui nilai koefisien korelasi sebesar r = 0,399 dan p < 0,01 . Berbeda dengan Owaied, Lim dan Koh (1996) melakukan penelitian terhadap 122 orang pekerja sosial di Singapura yang mempunyai pengalaman kerja di atas 4 tahun dan berusia 26-30 tahun. Hasil penelitian menemukan bahwa kepribadian tipe A memiliki hubungan yang berarah negatif dan signifikan dengan kepuasan kerja. Hubungan ini ditunjukkan melalui nilai koefisien korelasi sebesar r = − 0,360 dan p = 0,001 < 0,01
Penelitian Rita (2002) terhadap 84 orang pegawai tetap bagian administrasi Universitas Katolik Atmajaya yang sudah bekerja lebih dari satu tahun, mendapati hasil bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara kepribadian tipe B dengan kepuasan kerja atau dengan kata lain semakin tinggi (semakin ke arah tipe perilaku B) skor tipe perilaku, maka kepuasan kerja 4
juga semakin tinggi. Nilai koefisien korelasi ry 2 = 0,511 dan signifikansi t hitung = 5,383 > ttabel = 2,64 . Etos kerja penting dimiliki seorang guru, karena dengan etos kerja yang tinggi seorang guru akan memberikan sikap dan penilaian yang positif pada profesinya. Wardiman (dalam Republika, 7 Juli 1997) mengemukakan bahwa guru mempunyai arti yang sangat penting dalam menciptakan pendidikan yang baik. Karena itu jangan sampai guru meninggalkan tugasnya untuk mencari penghasilan tambahan di tempat lain atau guru lebih suka pekerjaan sambilannya daripada pekerjaan pokoknya. Scott (1990) menyatakan bahwa jika “etos”, hubungannya dengan kepuasan kerja dapat diidentifikasi, maka para manajer dapat mampu menemukan cara-cara terbaik untuk mempengaruhi iklim organisasi untuk meningkatkan kepuasan kerja sambil tetap mempertahankan etos kerja. Studi yang dilakukan oleh Soleimani (2011) pada sebuah organisasi pendidikan teknik kejuruan di Teheran dengan sampel 216 staf (wanita = 92, pria = 124) menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara etos kerja dan kepuasan kerja staf. Hubungan ini berkekuatan lemah dengan nilai koefisien korelasi menggunakan Product moment sebesar r = 0,240 dan p = 0,000 < 0,01 .
5
Hudspeth (2003) melakukan penelitian terhadap 174 orang pekerja individual dari institusi finansial, dealler mobil dan media massa. Penelitiannya menemukan hasil bahwa terdapat korelasi yang kuat, positif dan signifikan antara etos kerja perkerja dengan kepuasan kerja para pekerja. Hubungan ini ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi sebesar r = 0,480 dan p < 0,05 .
Dengan adanya perbedaan hasil penelitian yang dikemukan oleh Owaied (2003), Lim dan Koh (1996), serta
Rita
(2002)
dengan
Soleimani
(2011)
dan
Hudspeth (2003) di atas, mendorong penulis untuk melakukan penelitian kembali mengenai ada tidaknya hubungan yang signifikan antara kepribadian tipe A, Kepribadian tipe B, etos kerja dengan kepuasan kerja guru. Pada bulan Juli 2011, penulis melakukan wawancara dengan beberapa kepala sekolah 1 dan guruguru yang berada di UPTD Kulawi. Kepala sekolah menyatakan kadang mereka merasa kecewa dengan perilaku teman-teman guru yang sering terlambat bahkan tidak hadir melaksanakan tugasnya. Ada guru yang tidak betah berada di sekolah, dengan berbagai alasan
meninggalkan
sekolah
sebelum
waktunya.
Tugas-tugas administrasi kelas tidak dilak-sanakan sebagaimana mestinya. 1
Kepala Sekolah SDN Salua, Kepala Sekolah SDN 1 Namo, Kepala Sekolah SDN 3 Bolapapu, Kepala Sekolah SDN 1 Sungku, Kepala Sekolah SDN 1 Marena.
6
Di lain pihak, ada guru yang mengeluh merasa tertekan karena tuntutan kepala sekolah yang terlalu banyak. Ada guru yang tidak puas dengan kepala sekolah yang memberlakukan aturan secara sepihak. Ada pula guru yang kecewa karena kepala sekolah tidak berada di sekolah dengan alasan urusan ke kantor UPTD. Antar sesama guru terjadi kecemburuan karena adanya perbedaan perlakuan kepala sekolah terhadap masing-masing guru. Berbagai persoalan yang dikemukakan berdasarkan hasil wawancara tersebut menjadi alasan bagi penulis memilih UPTD Kulawi sebagai lokus penelitian. Penulis melihat bahwa timbulnya ketidakpuasan kerja di kalangan kepala sekolah dan guru, ada kaitannya dengan perbedaan tipe kepribadian masing-masing guru, serta etos kerja guru yang masih rendah. Hal ini diperkuat dengan hasil pra-penelitian yang dilakukan pada tanggal 1-8 September 2011 terhadap 30 guru sekolah dasara UPTD Kulawi. Dari 30 orang guru sekolah dasar UPTD Kulawi yang menjadi responden, 19 orang guru (63,33%) memiliki kepribadian tipe A, sebanyak 16 orang guru (53,3%) memiliki etos kerja rendah, dan sebanyak 15 orang
guru
(50%)
merasa
kurang
puas
dengan
pekerjaannya.
7
Hubungan antara masing-masing tipe kepribadian dengan kepuasan kerja dapat dilihat pada Tabel 1.1 di bawah ini: Tabel 1.1 Hubungan antara Kepribadian Tipe A, Kepribadian Tipe B dengan Kepuasan Kerja Kepuasan Kerja Kepribadian Tipe A
Pearson Correlation Sig. (2– tailed) N
0,351 0,141 19
Kepribadian Tipe B
Pearson correlation Sig. (2– tailed) N
0,486 0,130 11
Tabel 1.1 di atas memperlihatkan bahwa hasil uji korelasi secara terpisah antara kepribadian tipe A dengan kepuasan kerja guru menunjukkan nilai koefisien korelasi rx1y = 0,351 dan p = 0,141 > 0,05 . Hasil uji korelasi antara kepribadian tipe B dengan kepuasan kerja menunjukkan nilai koefisien korelasi rx 2 y = 0,486 dengan p = 0,130 > 0,05 . Dengan demikian, berdasarkan hasil pra-penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kepribadian tipe A, Kepribadian tipe B dengan kepuasan kerja guru-guru sekolah dasar pada UPTD Kulawi. Menarik untuk disimak bahwa berdasarkan hasil pra-penelitian yang dilakukan, ternyata kepribadian tipe A, kepribadian tipe B tidak mempunyai hu8
bungan dengan kepuasan kerja guru. Padahal menurut Rita (2002) bahwa salah satu faktor yang mendorong timbulnya kepuasan kerja seorang adalah kepribadian yang ditampilkan atau tampak melalui tipe perilaku yang ditampilkan oleh orang tersebut pada saat mela-kukan pekerjaannya. Jika penelitian ini diterapkan pada sampel yang lebih besar yaitu keseluruhan jumlah guru sekolah dasar UPTD Kulawi maka muncul pertanyaan adakah hubungan yang signifikan antara kepribadian tipe A, kepribadian tipe B dengan kepuasan kerja? Adapun hubungan antara etos kerja dengan kepuasan kerja guru, dapat dilihat melalui Tabel 1.2 di bawah ini: Tabel 1.2 Hubungan antara Etos Kerja dengan Kepuasan Kerja Guru Etos Kerja Etos Kerja Kepuasan Kerja
Kepuasan Kerja
Pearson correlation Sig. (2– tailed) N
1 30
Pearson correlation Sig. (2– tailed) N
0,249 0,184 30
0,249 0,184 30 1 30
Data yang ditampilkan pada Tabel 1.2 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
9
antara etos kerja dengan kepuasan kerja guru. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi rx 3 y = 0,249 dengan p = 0,184 > 0,05 . Berdasarkan hasil pra-penelitian di atas, penulis hendak melanjutkan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih besar yaitu terhadap seluruh guru sekolah dasar
UPTD
Kulawi,
untuk
mengetahui
adakah
hubungan yang signifikan antara kepribadian tipe A, kepribadian tipe B dan etos kerja dengan kepuasan kerja guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi.
1.2 Masalah Penelitian Masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Adakah hubungan yang signifikan antara kepribadian tipe A dengan kepuasan kerja guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi? 2. Adakah hubungan yang signifikan antara kepribadian tipe B dengan kepuasan kerja guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi? 3. Adakah hubungan yang signifikan antara etos kerja guru dengan kepuasan kerja guru-guru SD UPTD Kulawi?
10
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui signifikansi hubungan antara kepribadian tipe A dengan kepuasan kerja guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi; 2. Mengetahui signifikansi hubungan antara kepribadian tipe B dengan kepuasan kerja guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi; 3. Mengetahui signifikansi hubungan antara etos kerja guru dengan kepuasan kerja guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritik Apabila hasil penelitian ini menemukan adanya hubungan yang signifikan antara kepribadian tipe A, kepribadian tipe B dengan kepuasan kerja guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi, maka hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Owaied (2003) dan Rita (2002). Namun apabila hasil penelitian menemukan tidak ada hubungan antara kepribadian tipe A, kepribadian tipe B dengan kepuasan kerja, maka penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lim dan Koh (1996).
11
Apabila hasil penelitian ini menemukan ada hubungan yang lemah, positif dan signifikan antara etos kerja dengan kepuasan kerja guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi, maka penelitian ini sejalan dengan penelitian Soleimani (2011). Namun jika hasil penelitian ini menemukan ada hubungan yang kuat, positif dan signifikan antara etos kerja dengan kepuasan kerja guru-guru sekolah dasar UTPD Kulawi, maka sejalan dengan hasil penelitian Hudspeth (2003). 1.4.2 Manfaat Praktis Manfaat praktis hasil penelitian ini adalah sebagai masukan bagi guru-guru untuk mengetahui tingkat kepuasan kerja guru, etos kerja serta tipe kepribadian guru. Dengan demikian para guru tahu tindakan apa yang harus mereka lakukan dalam rangka meningkatkan kualitas mengajar di sekolah. Hasil penelitian ini juga berguna dalam memberikan informasi kepada pihak manajemen sekolah, baik Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah maupun Kepala UPTD Kulawi dalam hal pengambilan kebijakan-kebijakan, khususnya hal-hal yang berhubungan dengan peningkatan kualitas sumber daya guru-guru dan peningkatan mutu pendidikan di UPTD Kulawi.
1.5 Sistematika Penulisan Bab I
:
Pendahuluan yang memuat latar belakang, masalah penelitian, tujuan peneliti-
12
an, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan; Bab II
:
Kajian teori terdiri atas teori Kepuasan kerja guru, Tipe kepribadian guru, Etos kerja guru, penelitian yang relevan, kerangka pikir dan hipotesis penelitian;
Bab III
:
Metode Penelitian yang meliputi jenis dan lokasi penelitian, populasi dan sampel penelitian, model penelitian, instrumen penelitian, uji validitas item dan reliabilitas instrumen, teknik analisis data;
Bab IV
:
Analisis dan pembahasan yang meliputi deskripsi subjek penelitian, analisis deskriptif, uji normalitas, analisis korelasi, uji
hipotesis
dan
pembahasan
hasil
penelitian; Bab V
:
Penutup berisi kesimpulan dan implikasi yang meliputi implikasi teoritik, implikasi terapan dan implikasi penelitian lanjutan.
13
14