BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pendidikan di negara kita ini sangatlah memprihatinkan jika dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Korea Selatan, Singapura, Jepang, Taiwan, India, China dan Malaysia ataupun negara-negara lain yang sudah mengalami kemajuan yang sangat pesat pada bidang pendidikan. Pada satu sisi, betapa dunia pendidikan di Indonesia saat ini dirundung masalah yang besar, sedangkan pada sisi lain tantangan memasuki milenium ketiga tidak bisa dianggap main-main. Sedangkan tantangan yang dihadapai agar tetap “hidup” memasuki milenium ketiga adalah perlunya diupayakan Pendidikan yang tanggap terhadap situasi persaingan dan kerjasama global. Pendidikan yang membentuk pribadi yang mampu belajar seumur hidup. Pendidikan yang menyadari sekaligus mengupayakan pentingnya pendidikan nilai. Mantan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Abdul Malik Fajar mengakui kebenaran penilaian bahwa sistem pendidikan di Indonesia sangatlah buruk di kawasan Asia. Dengan kondisi pemerintah sekarang yang masih harus menanggung beban krisis yang begitu berat, rasanya tidaklah tepat apabila kita menunggu kebijakan dari pemerintah pusat untuk membenahi kondisi pendidikan kita. Sehingga semua pihak yang bertanggung jawab atas kondisi dan sistem pendidikan yang ada di negara kita hendaknya ikut memikirkan bagaimana caranya agar pendidikan di Indonesia dapat mengalami kemajuan seperti negara-negara lain. Karena itu pada makalah ini kita akan melihat kurikulum pendidikan di Indonesia tahun 1984. Sebagai bahan pertimbangan dan refleksi dalam membuat kurikulum selanjutnya. Dalam pembahasan nanti kita akan melihat gambaran dan karakteristik dari kurikulum tersebut, sehingga kita akan mengetahui kelemahan ataupun kelebihan dari kurikulum tersebut. Bila kurikulumnya di desain dengan sistematis dan komprehensif serta integral dengan segala kebutuhan pengembangan dan pembelajaran anak didik, tentu out put pendidikan akan mampu mewujudkan harapan. Tetapi bila tidak, kegagalan demi kegagalan akan terus menghantui dunia pendidikan. Rumusan Masalah Dalam makalah ini penulis mengangkat dua pemasalahan, yaitu: 1. Apa latar belakang dibuat kurikulum 1984? 2. Bagaimana Ciri – ciri dan Kebijakan Penyusunan Kurikulum 1984? 3. Apa kelebihan dan kekurangan kurikulum 1984? Tujuan Penulisan Tujuan penulisan dari makalah ini adalah: 1. Untuk mengetahui latar belakang dibuat kurikulum 1984. 2. Untuk mengetahui Ciri–ciri dan Kebijakan Penyusunan Kurikulum kurikulum 1984. 3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan kurikulum 1984. BAB II KURIKULUM 1984
A. Pengertian Kurikulum Menurut Achasius (1988: 3) Kurikulum berasal dari bahasa latin “Curicula” yang semula berarti suatu jalan untuk pedati atau untuk perlombaan. istilah ini kemudian diambil dalam dunia pendidikan menjadi jalan, usaha, kegiatan untuk mencapai tujuan pengajaran.Kemudian istilah tersebut berkembang menjadi sejumlah mata pelajaran (silabus) yang di berikan disuatu lembaga pendidikan untuk memperoleh sertifikat atau ijasah tertentu. Menurut Jhon Dewey (1902) Kurikulum tidak lain dari pengalaman: pengalaman ras dan pengalaman anak yang direkrontruksi terus menerus menjadi sejumlah pengetahuan atau bidang studi yang tujuannya tidak lain dari pertumbuhan. Dengan kata lain Dewey memandang kurikulum sebagai suatu yang dinamis terus berobah dan tujuan utamanya adalah pertumbuhan individu. Franklin Bobbit (1918) berpendapat bahwa kurikuium dapat dirumuskan (a) sebagai keseluruhan pengelaman baik pengalaman langsung maupun pengalaman tidak langsung yang berkaitan dengan perkembangan kesanggupan-kesanggupan individu, (b) serangkaian pengalaman pendidikan yang dipergu nakan oleh sekolah untuk menyempurnakan perkembangan anak. Perumusan kedua ini kemudian mencerminkan arti kurikulum yang sebenarnya.Hampir bersamaan dengan perumusan Bobbit diatas Hollis Caswell (1935) mengatakan kurikulum terdiri dari semua pengalaman yang diperoleh anak dibawah bimbingan guru.Dalam konsep ini kurikulum bukan hanya menyangkut bahan atau isi tetapi juga berkaitan dengan proses atau prosedur. Dengan pernyataan berbagai pendapat mengenai apa arti kurikulum itu dapat diambil kesimpulan bahwa kurikulum yaitu segala sesuatu yang dilakukan untuk menuju kepada perubahan kepada pendidikan yang lebih baik, dalam hal ini tidak hanya menyangkut bahan atau isi pembelajaran namun juga proses pembelajarannya dan prosedur pembelajaran. Terdapat beberapa batasan tentang kurikulum yang dikemukakan oleh para ahli, baik yang termasuk kategori pola lama maupun kategori pola baru. Batasan tentang kurikulum yang termasuk kategori pola lama seperti yang dikemukakan oleh Robert S. Zais yang dikutip Sukmadinata (2001: 4) bahwa,“Curriculum is resource of subject matters to be mastered”, yang artinyakurikulum merupakan sumber materi untuk bisa menjadi ahli. Sarwiji Suwandi (2006: 2) memberikan contoh batasan kurikulum pola lama dengan mengambil pengertian dari Webster’s New International Dictionary (1953) sebagai berikut “Curriculum is a specified course of study, as in a school orcollege, as one leading to degree” artinya kurikulum terdiri atas sejumlahmata pelajaran tertentu yang harus dikuasai untuk mencapai suatu tingkat pendidikan. Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan zaman teori dan praktik pendidikan. Beberapa ahli berpendapat sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang dianutnya. Kurikulum pola baru dikemukakan oleh Iskandar Wiryokusuma dan Usman Mulyadi (1988: 6) yang memberikan penjelasan bahwa kurikulum tidak terbatas hanya pada mata pelajaran saja, tetapi meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa, seperti bangunan sekolah, alat-alat pembelajaran, perlengkapan, perpustakaan, karyawan tata usaha, halaman sekolah dan lain-lain. Pendapat Robetson yang dikutip Henry Guntur Tarigan (1993: 4-5) menyatakan bahwa
kurikulum mencakup maksud, tujuan, isi proses, sumber daya, dan sarana-sarana evaluasi bagi semua pengalaman belajar yang direncanakan bagi para pembelajar baik di dalam maupun di luar sekolah dan masyarakat melalui pengajaran di kelas dan programprogram terkait. Ronald C. Doll (1978: 6) mendefinisikan kurikulum sekolah sebagai berikut:“...theformal and informal content and process by wich learness gain knowledge and understanding, develop skills, and after attitude, appreciations, and values under the aucupices of that school”. Pasal 1 butir 19 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tertulis bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU RI No. 20, 2003: 4). Konsep kurikulum dalam pasal ini memberikan penjelasan yang lebih lengkap mengenai hakikat kurikulum yang berlaku di Indonesia saat ini. Dari berbagai pengertian kurikulum di atas terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan mengenai arti kurikulum. Pertama, kurikulum dapat dipandang sebagai produk, artinya menunjukkan satu dokumen hasil perencanaan, pengembangan dan kontruksi dari materi pembelajaran. Kedua, kurikulum sebagai program yaitu meliputi semua peristiwa yang direncanakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Ketiga, kurikulum sebagai kegiatan belajar, artinya mementingkan suatu proses yaitu bagaimana peserta didik belajar dan bagaimana hasilnya. Keempat, kurikulum sebagai pengalaman yaitu merupakan sesuatu yang sungguh-sungguh dilakukan meliputi semua unsur pengalaman peserta didik. B. Latar Belakang dibuat Kurikulum 1984 Setelah Indonesia memasuki masa orde baru maka tatanan kurikulum pun mengalami perubahan dari “Rencana Pelajaran” menuju kurikulum berbasis pada pencapaian tujuan. Dalam konteks ini adalah kurikulum subjek akademik, merupakan model konsep kurikulum yang paling tua, sejak sekolah yang pertama dulu berdiri. Kurikulum ini menekankan pada isi atau materi pelajaran yang bersumber dari disiplin ilmu. Penyusunannya relatif mudah, praktis, dan mudah digabungkan dengan model yang lain. Kurikulum ini bersumber dari pendidikan klasik, perenalisme dan esensialisme, berorientasi pada masa lalu. fungsi pendidikan adalah memelihara dan mewariskan ilmu pengetahuan, tekhnologi, dan nilai-nilai budaya masa lalu kepada generasi yang baru. Menurut kurikulum ini, belajar adalah berusaha menguasai isi atau materi pelajaran sebanyakbanyaknya. kurikulum subjek akademik tidak berarti terus tetap hanya menekankan materi yang disampaikan, dalam sejarah perkembangannya secara berangsur-angsur memperhatikan juga proses belajar yang dilakukan peserta didik. Proses belajar yang dipilih tergantung pada segi apa yang dipentingkan dalaam materi pelajaran tersebut. Semua proses pembelajaran diarahkan dalam upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kurikulum ini mulai dikembangkan sejak tahun 1975 hingga 1984. Kurikulum 1984 pada hakikatnya merupakan penyempurnaan dari kurikulum 1975. Asumsi yang mendasari penyempurnaan kurikulum 1975 ini adalah bahwa kurikulum merupakan wadah atau tempat proses belajar mengajar berlangsung yang secara dinamis, perlu senantiasa dinilai dan dikembangkan secara terus menerus sesuai dengan kondisi dan perkembangan masyarakat. Kurikulum 1975 hingga menjelang tahun 1983 dianggap sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntunan ilmu pengetahuan dan teknologi . Bahkan sidang umum MPR 1983 yang produknya tertuang dalam GBHN 1983 menyatakan keputusan politik yang
menghendaki perubahan kurikulum dari kurikulum 1975 kepada kurikulum 1984.Karena pada tahun 1984 pemerintah menetapkan pergantian kurikulum 1975 oleh kurikulum 1984, secara umum dasar perubahan kurikulum 1975 adalah. 1. Terdapat beberapa unsur dalam GBHN 1983 yang belum tertampung ke dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah. 2. Terdapat ketidak serasian antara meteri kurikulum berbagai bidang studi dengan kemampuan anak didik. 3. Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanaan di sekolah. 4. Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus di ajarkan hampir di setiap jenjang. 5. Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) sebagai bidang pendidikan yang berdiri sendiri mulai dari tingkat kanak-kanak sampai sekolah menengah tingkat atas termasuk pendidikan luar sekolah. 6. Pengadaan program studi baru untuk memenuhi kebutuhan perkembangan lapangan kerja. Kurikulum 1984 mengutamakan penerapan pendekatan proses (process skill approach), tetapi faktor pencapaian tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Posisi peserta didik ditempatkan sebagai subjek belajar, mereka digiring untuk melakukan berbagai keterampilan proses (dari keterampilan proses dasar sampai kepada keterampilan proses terintegrasi) melalui “Cara Belajar Peserta didik Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). Kurikulum 1984 berorientasi kepada tujuan instruksional dengan berdasar pada pandangan bahwa pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik dalam waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu, sebelum memilih atau menentukan bahan ajar, yang pertama harus dirumuskan adalah tujuan apa yang harus dicapai peserta didik. Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986 yang juga Rektor IKIP Jakarta (sekarang Universitas Negeri Jakarta) periode 1984-1992. Menonjol,,, alas an perubahan kurikulum, pergantian menteri C. Ciri-Ciri dan Kebijakan Penyusunan Kurikulum 1984 1. Ciri-ciri Kurikulum 1984 Atas dasar perkembangan itu maka menjelang tahun 1983 antara kebutuhan dan tuntutan masyarakat dan ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap pendidikan dalam kurikulum 1975 dianggap tidak sesuai lagi. Oleh karena itu, diperlukan perubahan kurikulum. kurikulum 1984 tampil sebagai perbaikan atau revisi terhadap kurikulum 1975. Kurikulum 1984 memilki sebagai berikut: a. Berorientasi kepada tujuan instruktional. Didasari dari pandangan bahwa pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu, sebelum memilih atau menentukan bahan ajar, yang pertama harus dirumuskan adalah tujuan apa yang harus dicapai siswa. b. Pendekatan pengajaran berpusat pada anak didik Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik. c. Materi pelajaran dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral, spiral adalah pendekatan yang di gunakan adalah pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran. Semakin dalam dan luas materi pelajaran yang diberikan.
d. Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan, konsep-konsep yang dipelajari siswa harus berdasarkan pengertian. Untuk menunjang pengertian alat peraga sebagai media digunakan untuk membantu siswa memahami konsep yang dipelajari. e. Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan mental siswa, dan penyajian pada jenjang sekolah dasar harus melalui pendekatan kongkrit, semikongkret, semiabstrak dan abstrak, dengan menggunakan pendekatan induktif dari contoh-contoh ke kesimpulan dari yang mudah menuju ke yang sukar, dari yang sederhana menuju ke yang kompleks. f. Menggunakan pendekatan keterampilan proses, keterampilan proses adalah pendekatan belajar mengajar yang memberi tekanan kepada proses pembentukan keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasi kan perolehannya. Pendekatan keterampilan proses diupayakan dilakukan secara efektif dan efesien dalam mencapai tujuan pelajaran. 2. Kebijakan Dalam Penyusunan Kurikulum 1984 Kebijakan dalam penyususnan kurikulum 1984 adalah sebagai berikut: a. Adanya perubahan dalam perangkat mata pelajaran inti, kalau pada kurikulum 1975 terdapat delapan pelajaran inti, pada kurikulum 1984 terdapat enam belasa mata pelajaran inti, Mata pelajaran yang termasuk kelompok inti tersebut adalah: Agama, Pendidikan Moral Pancasila, pendidikan sejarah perjuangan bangsa , Bahasa dan sastra Indonesia, Geografi Indonesia, Geografi Dunia, Ekonomi, Kimia, Fisika, biolagi, Matematika, Bahas Inggris, Kesenian, Keterampilan, Pendidikan Jasmani dan olah raga, Sejarah dunia dan Nasional. b. Penambahan mata pelajaran pilihan yang sesuai dengan jurusan dan bakat siswa. c. Perubahan program jurusan kalau semula pada kurikulum 1975 terdapat 3 jurusan di SMA, yaitu IPA,IPS, Bahasa, maka dalam kurikulum 1984 jurusan di nyatakan dalam program A dan B, program A terdiri dari: 1. A1, penekanan pada mata pelajaran fisika 2. A2, penekanan pada mata pelajaran Biologi 3. A3, penekanan pada mata pelajarn Ekonomi 4. A4, penekanan pada mata pelajaran Bahasa dan Budaya Sedangkan program B adalah program yang mengarah kepada keterampilan kejuruan yang akan dapat menrjunkan siswa langsung berkecimpung di masyarakat, Tetapi mengingat program B memerlukan sarana sekolah yang cukup , maka program ini untuk sementara ditiadakan Penetapan kurikulum waktu pelaksanaan Kurikulum 1984 ini dilaksanakan secara bertahap dari kelas 1 SMA berturut – turut sampai berikutnya di kelas yang lebih rendah. Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajar model berceramah. Penolakan CBSA pun bermunculan. C. Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 1984 1. Kelebihan Pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intlektual dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektip, maupun psikomotor. Selain itu pada kurikulum ini juga dilaksanakan mata pelajaran Sejarah Perjuangan Bangsa yang disajikan
secara terpisah. Kemudian pada pelaksanaan kurikulum 1984 ini terdapat Program Khusus yaitu Program A dan Program B. Program A adalah program yang dimaksudkan terutama untuk memenuhi tujuan/SMA dan yang kedua adalah memberikan bekal kemampuan yang diperlukan untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Program A ini disajikan dalam bentuk program-program yang disesuaikan dengan persyaratan kelompok-kelompok program studi pada pendidikan tinggi. Ada empat kelompok program studi pada pendidikan tinggi yang berlaku saat itu, yaitu kelompok ilmu-ilmu fisik, ilmu-ilmu biologi, ilmu-ilmu psikososial, dan Pengetahuan Budaya. (Leo Agung, 2015:58) Sedangkan untuk Program B disediakan sebagai sarana untuk menampung minat dan bakat siswa untuk mendalami berbagai bidang kehidupan yang ada di masyarakat. Program ini lebih diarahkan untuk mempersiapkan siswa yang akan langsung bekerja setelah SMA maupun yang akan memasuki akademi, politeknik, program diploma, dan sebagainya sebelum bekerja. Program ini disajikan dalam bentuk program-program yang disesuaikan dalam bidang kehidupan yang ada di masyarakat. Bidang-bidang yang dimaksud adalah dalam bidang Teknologi Industri, Pertanian dan Kehutanan, Jasa, kesejahteraan keluarga, maritim, budaya, dan sebagainya. (Leo Agung, 2015:58-59) 2. Kekurangan • Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. • Banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA, yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajaar model berceramah. • Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran dalam kurikulum ini berpusat pada siswa, maka guru diharapkan mampu mengatasi permasalahan yang timbul seperti siswa yang lamban dalam proses pembelajaran mempunyai kecenderungan akan tertinggal juga dalam memproses pengetahuan. • Pengetahuan sosial pada kurikulum ini juga hanya pelajaran yang bersifat sejarah saja tetapi nilai sosialnya tidak ditanamkan pada peserta didik D. Landasan Kurikulum pada Masa CBSA Cara belajar siswa aktif merupakan suatu upaya pembaharuan pendidikan dalam proses pembelajaran. CBSA mulai diterapkan pada tahun 1984. Pengembangan CBSA saat itu Indonesia dalam keadaan Pertumbuhan pembangunan nasional dapat dikatakan sangat pesat sehingga berdampak pada lahirnya ruang baru dalam pembangunan-pembagunan di segala bidang baik bidang industri, maupun bidang-bidang lainnya. Oleh karena itu dalam bidang pendidikan perlu adanya perubahan kurikulum yang sesuai dengan apa yang masih berkembang pada masa itu. Menteri pendidikan pada masa itu Dr. Daoed Joesoef melahirkan kebijakan sistem pendidikan nasional yang memiliki beberapa unsur. Unsur yang dimaksudkan semesta yakni mencakup semua unsur (logika, etika, estetika, keterampilan, nilai-nilai moral dan spiritual), menyeluruh yakni mencakup pendidikan secara formal maupun non formal, dan terpadu kesatuan dalam pendidikan yang tidak dapat di pisahkan dalam sistem pendidikan nasional. Menurut Yamin (2012: 125-126) Bersamaan dengan lahir GBHN 1978 dan 1983 hal ini memperkokoh lahirnya kurikulum baru yakni kurikulum 1984 yang lahir sebagai penyempurnaan kurikulum 1975 yang memiliki ciri-ciri: (apa) apa disini menjelaskan tentang sistem penyampaian materi, (mengapa) mengapa menjelaskan tentang penyampaian materi yang memiliki kegunaan bagi peserta didik kedepannya dan (bagaimana) bagaimana menjelaskan tentang cara penyampaian materi dalam hal ini menerangkan secara praktik. Dengan kata lain ciri-ciri dari kurikulum tersebut yakni pembentukan karakter peserta didik yang memiliki
kemampuan dasar atau Skill yang baik sehingga bisa digunakan di perusahaan-diperusahaan atau pabrik-pabrik atau lebih jelasnya lagi pendidikan untuk memproduksi tenaga pendidik yang siap pakai. CBSA merupakan salah satu cara mengajar yang tepat untuk menjawab semua permasalah yang ada diatas pada masa tahun 1984-1994. Cara belajar siswa aktif (CBSA) adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran menitik beratkan pada keaktifan peserta didik inti dari kegiatan belajar yang diharapkan. Pada hakikatnya keaktifan belajar terjadi dan terdapat pada semua belajar, tetapi kadarnya berbeda pada jenis kegiatannya, materi yang dipelajari dan tujuan hendak dicapai. Dalam CBSA kegiatan belajar diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan. Kegiatan seperti: mendengarkan, berdiskusi membuat sesuatu, menulis laporan, memecahkan masalah, memberikan gagasan, menyusun rencana dan sebagainya semua itu mengharuskan peserta didik untuk aktif. Keaktifan itu ada yang dapat diamati dan ada pula yang tidak dapat diamati secara langsung sehingga dalam setiap kegiatan menuntut keterlibatan intelektual-emosional siswa dalam proses pembelajaran melalui asimilasi dan akomodasi kognitif untuk mengembangkan pengetahuan, tindakan serta pengalaman langsung dalam rangka membentuk keterampilan (Motorik, kognitif dan sosial), Penghayatan serta internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap. Pada kerangka sistem belajar mengajar, terdapat komponen proses yaitu keaktifan fisik, mental, intelektual dan emosional. Komponen proses dikembangkan menjadi komponen produk yakni hasil belajar berupa keterpaduan aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Secara lebih rinci koponen produk tersebut mencakup berbagai kemampuan: mengamati, menginterpretasikan, meramalkan, mengkaji, menggeneralisasi, menemukan, mendiskusikan dan mengkomunikasikan hasil penemuan. Aspek-aspek kemampuan tersebut dikembangkan secara terpadu melalui sistem pembelajaran berdasarkan pendekatan CBSA.Konsep pendekatan CBSA dalam pembelajaran merupakan kebutuhan dan sekaligus sebagai keharusan pada tahun 19841994. Dalam kaitannya dengan upaya merealisasikan Sistem Pendidikan Nasional untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang pada gilirannya berimplikasi terhadap sistem pembelajaran yang efektif. CBSA memiliki pandangan bagi Peserta didik dari dua sisi yang berkaitan yakni sebagai objek pembelajaran dan sebagai subjek yang belajar.Peserta didik sebagai subjek dipandang sebagai manusia yang potensial sedang berkembang, memiliki keinginan-keinginan, harapan dan tujuan hidup aspirasi dan motivasi dan berbagai kemungkinan lainnya. Peserta didik sebagai objek dipandang sebagai yang memiliki potensi yang perlu dibina, diarahkan dan dikembangkan melalui proses pembelajan. Berdasarkan pandangan yang disampaikan proses pembelajaran harus dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip manusiawi (Humanistik), Misalnya melalui suasana kekeluargaan, terbuka dan bersemangat serta bervariasi sesuai dengan keadaan perkembangan peserta didik yang bersangkutan. Pelaksanaan proses pembelajaran menitikberatkan pada keaktifan peserta didik dan keaktifan guru menciptakan lingkungan beajar yang serasi dan menantang. Penerapan CBSA ini dilakukan dengan cara mengfungsionalisasikan seluruh potensi manusiawi siswa melalui penyediaan lingkungan belajar yang meliputi aspekaspek bahan pelajaran guru, media pembelajaran, suasana kelas dan sebagainya. Cara belajar disesuaikan dengan minat dan pemberian kemudahan kepada peserta didik untuk memperoleh pemahaman, pendalaman, dan penerimaan sehingga hasil belajar seimbang dengan pribadi peserta didik. Kondisi seperti ini semua unsur pribadi siswa aktif seperti emosi, perasaan, intelektual, penginderaan, fisik dan sebagainya dapat berinteraksi. Penerapan CBSA menggambarkan peran pendidik bukan sebagai orang yang menuangkan materi
pelajaran kepada peserta didik, melainkan bertindak sebagai pembantu dan pelayan dalam mengarahkan proses pembelajaran.Peserta didik aktif belajar sedangkan guru memberikan fasilitas belajar, bantuan dan pelayanan. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh pendidik dalam pembelajaran CBSA dimulai dari menyiapkan lembar kerja, kemudian guru memberikan informasi mengenai kegiatan yang akan dilakukan, dan mendampingi peserta didik. Memberikan bantuan pelayanan apabila peserta didik mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran.Pendidik memberikan pertanyaan pancingan agar dapat merangsang keaktifan dan mengali rasa ingin tahu peserta didik. Pendidik memberikan kata kunci kesimpulan umum yang akan di spesifikasikan oleh peserta didik. Pemberian perhatian lebih pendidik kepada peserta didik yang kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Penilaian yang dilakukan pada saat proses pembelajaran oleh pendidik kemudian dapat diarahkan kepada peserta didik sesuai bakat yang ada. Gambaran pembelajaran CBSA diatas mengambarkanarti bahwa pendidik menjadi tidak pasif.Melainkan guru tetap harus aktif namun tidak bersifat mendominasi dalam proses pembelajaran. Menurut Hamalik (2009: 146) pendekatan CBSA dapat diterapkan dalam pembelajaran. Dalam bentuk dan teknik yaitu pemanfaatan waktu luang, pembelajaran individual, belajar kelompok, bertanya jawab, belajar mandiri, umpan balik, pendayagunaan lingkungan masyarakat, pengajaran unit, peran atau display hasil karya siswa dan mempelajari buku sumber teks. Berkaiatan dengan Pemanfaatan waktu luang oleh peserta didik memungkinkan dilakukannya kegiatan belajar aktif dirumah dengan cara mempelajari hal-hal yang ada di sekitar lingkungan luar sekolah, bila pemanfaatan waktu tersebut dilakukan dengan benar akan memberikan manfaat baik dalam menunjang keberhasilan belajar disekolah. Pembelajaran individual juga diperlukan agar dapat mengetahui karakteristik dari setiap peserta didik.Kaitannya dengan pembelajaran individual dapat dilakukan dengan adanya belajar kelompok, hal ini memiliki peranan penting dalam pembentukkan pembelajaran CBSA. Teknik dalam belajar kelompok bisa dengan diskusi kelompok maupun diskusi kelas. Diskusi ini diharapkan dapat memancing peserta didik dalam mengeluarkan gagasan atau pendapatnya masing-masing. Bertanya jawab dalam kegiatan tanya jawab dilakukan tidak hanya peserta didik dengan pendidik namun dapat dilakukan antara peserta didik dengan kelompok lain maupun peserta didik dengan kelompoknya,peran pendidik bertindak sebagai fasilitator dalam jalannya lalur lintas tanya jawab yang dilakukan. Selain belajar kelompokdalam CBSA juga adanya belajar Inquiry / discovery (belajar mandiri) dalam strategi ini peserta didik dapat mengenali potensi dirinya dengan cara memecahkan maslah yang ada. Urutan dalam belajar mandiri ini dimulai dari peserta didik merumuskan masalah yang ada, kemudian mengumpulkan data yang diperoleh selanjutnya menguji kebenaran informasi yang kemudian diambil kesimpulan. Pengajaran Unit pengajaran ini di fokuskan kepada permaslahan, ada tiga tahapan yang harus di lewati kegiatan ini. Tahapan utama dimana peserta didik melakukan orientasi atau perencanaan awal yang harus dilakukan.Tahap kedua pengembangan dimana peserta didik melakukan pencarian informasi sendiri dan kemudian digunakan dalam pemecahan masalah. Tahapan yang terakhir yakni tahapan kegiatan kulminasi dimana peserta didik melaporkan informasi yang di dapatkan untuk kemudian dibagikan dengan peserta didik yang lainnya. Berdasarkan beberapa contoh strategi pembelajaran tersebut diatas, maka semakin jelas tentang bagaimana penerapan pendekatan CBSA tersebut dalam proses pembelajaran, kendati dengan kadar yang berbeda-beda. Pada saat penerapan CBSA sendiri terdapat ciri-cirinya dalam penerapan disekolah pada tahun 1984 hingga 1994. Ciri yang dimaksud adalah pembagian waktu pelajaran disekolah dalam
sistem pembagian waktu yang disebut dengan catur wulan. Dengan adanya pembagian waktu seperti catur wulan diharapkan dapat mempermudah dalam sistem penilaian terhadap pembelajaran.Kurikulum yang diterapkan bersifat populis artinya satu kurikulum untuk seluruh siswa di Indonesi. Sistem Pembelajaran disekolah lebih menekankan kepada materi yang padat. Dalam pelaksanaan pembelajaran pendidik diharuskan memiliki strategi pembelajaran yang dapat menarik ke aktifan baik secara mental, fisik dan sosial peserta didik. Mengajarkan suatu mata pelajaran pendidikan hendaknya menyesuaikan dengan konsep atau bahasan yang sedang berlangsung, agar terjadi keserasian antara pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan pada keterampilan berorientasi terhadap pemecahan masalah. Proses pembelajaran Pengajaran harus dijelaskan agar peserta didik mampu memahami apa yang disampaikan oleh pendidik misalnya dari hal umum ke hal yang khusus. Materi yang sudah diajarkan tidak perlu diulang-ulang lagi karena dapat menghambat materi yang akan datang. Kurikulum yang diterapkan selalu ada kekurangan dari berbagai segi.Kekurangan yang ada pada saat pengguanaan CBSA yang di rasakan yakni bahan belajar peserta didik terlalu berat, karena banyaknya materi di setiap mata pelajaran.Ini juga berpengaruh pada pelajaran sejarah yang memegang peranan peting karena dalam sejarah materi yang disampaikan sangatlah banyak dengan waktu yang hanya satu jam pelajaran. Materi pelajaran sejarah hanya dianggap sebagai pengetahuan sementara karena waktu yang terbatas walaupun memiliki mata pelajaran tersendiri. Dalam hal ini penguasaan materi yang sangat di perlukan dalam penerapan CBSA namun untuk pembelajaran sejarah itu sendiri dari segi materi amat banyak. E. Mata Pelajaran Sejarah dalam Kurikulum 1984 1. Karakteristik Mata Pelajaran Sejarah Setiap mata pelajaran mempunyai karakteristik yang khas. Demikian ju ga halnya dengan mata pelajaran sejarah. Adapun karakteristik mata pelajaran seja rah adalah sebagai berikut: (1) Sejarah terkait dengan masa lampau; (2) Sejarah bersifat kronologis; (3) Sejarah memliki tiga unsur penting yaitu manusia, ruang dan waktu; (4) Perspektif waktu merupakan dimensi yang sangat penting dalam sejarah; (5) Sejarah memiliki sebab akibat; (6) Sejarah terkait berbagai aspek kehi dupan seperti: politik, ekonomi, sosial, budaya, agama, dan keyakinan; (7) Sejarah merupakan pelajaran yang mengkaji perkembangan masyarakat dari masa lampau samapi kini; (8) Misi dalam pelajaran sejarah adalah untuk pendidikan intelektual dan pendidikan nilai, pendidikan kemanusiaan, pendidikan pembinaan moralitas, jati diri, nasionalisme dan identitas bangsa. 2. Mata Pelajaran Sejarah dalam Kurikulum 1984 Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutama kan pendekatan proses, tetapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut "Kurikulum 1975 yang disempurnakan". Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusi kan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Learning (SAL). Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986. CBSA merupakan sustu proses belajar mengajar yang aktif dan dinamis. Dipandang dari segi peserta didik, maka CBSA adalah proses kegiatan yang dilakukan dalam rangka belajar. Jika dipandang dari sudut guru sebagai fasilitator, maka CBSA merupakan suatu strategi belajar yang direncanakan sedemikian rupa, sehingga proses belajar mengajar yang dilaksanakan menuntut
aktifitas dari peserta didik yang dilakukannya secara aktif. Dengan demikian maka proses belajar mengajar dimana peserta didik terlibat secara intelektual-emosional dapat direncanakan guru dalam suatu sistem instruksional yang ekeftif dan efisien, sebagai tujuan pengajaran dapat dicapai lebih baik. Pada kurikulum 1984 selain mata pelajaran sejarah, penguatan nilai-nilai perjuangan kebangsaan disediakan pula mata pelajaran khsusus yang disebut deng an Pelajaran Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB). Landasan hukumnya yakni TAP MPR No.II/MPR/1982 tentang Garis Besar Haluan Negara yang menyebutkan “Dalam rangka meneruskan dan mengembangkan jiwa, semangat dan nilai-nilai 1945 kepada generasi muda, maka di sekolah-sekolah baik negeri maupun swas ta,wajib diberikan pendidikan sejarah perjuangan bangsa”. Perbedaan antara PSPB dengan pelajaran sejarah adalah pada aspek afektif dari ranah tujuan pendidikan yaitu menekankan penghayatan nilai-nilai. (Bambang dan Asvi, 2005: 94-95). Tujuan instruksional dari PSPB antara lain: a) Siswa menyadari bahwa penjajahan Belanda menyebabkan penderitaan rakyat Indonesia, b) Siswa meyakini kebenaran perjuangan para pahlawan dalam mengusir penjajahan, c) Siswa menyadari bahwa persatuan dan kesatuan telah mengantarkan bangsa Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan, d) Siswa menyadari bahwa politik “devide et impera” Belanda dapat terlaksana karena tidak adanya persatuan dan kesatuan, e) Siswa meyakini bahwa tidak adanya persatuan dan menguta makan kepentingan pribadi dan golongan, mengakibatkan pemerintahan yang menyimpang dari UUD 1945, f) Siswa menyadari bahwa aksi-aksi sepihak PKI merupakan pemaksaan kehendak secara sepihak untuk menghancurkan NKRI, g) Siswa menyadari bahwa kesatuan-kesatuan aksi melawan PKI didorong oleh keberanian membela kemerdekaan dan keadilan, h) Siswa meyakini bahwa Orde Baru mengutamakan kepentiangan negara dan masyarakat. (Adam dalam Sam Winneburg, 2006: xvi). Kurikulum Mata Pelajaran Sejarah di SMP Pengembangan kurikulum 1984 SMP berpedoman pada; (1) Pancasila dan UUD 1945, (2) relevansi, (3) pendekatan pengembangan, dan (4) pendidikan seumur hidup. Kurikulum 1984 SMP dikembangkan dengan berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945 dalam rangka mewujudkan cita-cita pembangunan nasional. Lama pendidikan di SMP adalah tiga tahun dan terdiri atas program inti dan program pilihan. Program inti wajib diikuti oleh semua siswa dan mencakup kurang lebih 85% (186 kredit) dari keseluruhan program pendidikan dalam kurikulum 1984 SMP, meliputi mata pelajaran; 1) Pendidikan Agama, 2) Pendidikan Moral Pancasila, 3) Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa, 4) Bahasa dan Sastra Indonesia, 5) Sejarah Nasional Indonesia dan Sejarah Dunia, 6) Pengetahuan Sosial, 7) Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, 8) Pendidikan Seni, 9) Pendidikan Keterampilan, 10) Matematika, 11) Biologi, 12) Fisika, 13) Bahasa Inggris. Sementara program pilihan merupakan program paling utama, dimaksudkan untuk memberikan bekal kemampuan dalam bidang keterampilan, kesenian, olahraga dan Bahasa Daerah. Program pilihan diadakan dengan mempertimbangkan perbedaan bakat, minat, kemampuan seseorang dan kebutuhan lingkungan. Kurikulum Mata Pelajaran Sejarah SMA Latar belakang dalam kurikulum SMA 1984 adalah adanya beberapa unsure baru dalam GBHN 1983 yang perlu ditampung dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Hal ini sejalan dengan kebijakan Depdikbud Nomor 0461/U/1983 tertanggal 22 Oktober 1983 tentang perbaikan kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah khususnya Pasal 2 dan 4 yang intinya yaitu
perbaikan terhadap kurikulum dan upaya perbaikan kurikulum berlangsung secara bertahap dan terus menerus dengan bertitik tolak dan mengarah pada pemantapan usaha. Ruang lingkup pendidikan di SMA dibagi menjadi dua yaitu; Program Inti yang wajib diikuti semua siswa terutama dimaksudkan untuk memenuhi tujuan/fungsi SMA yang pertama yakni mendidik untuk memenuhi tujuan/fungsi SMA yang pertama. Program inti merupakan program pendidikan yang wajib bagi semua siswa dengan mengacu pada kepentingan pencapaian tujuan pendidikan nasional. Sementara program khusus (pilihan) merupakan program yang terutama dimaksudkan untuk memenuhi tujuan SMA yaitu menyiapkan siswa ke jenjang perguruan tinggi. Kurikulum Mata Pelajaran di SMK Latar Belakang Kurikulum Edisi 1984 disebutkan sebagai acuan dalam pengembangan pendidikan kejuruan karena merupakan langkah awal pengkajian terhadap kesesuaian kurikulum dengan kebutuhan dunia kerja, dimana kurikulum ini dikembangkan bermula dari data-data empirik yang diperoleh dari pelaksanaan kurikulum pendidikan menengah kejuruan sejak 1981. Ditemukannya sejumlah unsur baru dalam GBHN 1983 yang perlu ditampung dalam kurikulum yang bersumber dari nilai dasar, yaitu Pancasila dan UUD 1945. Hal-hal yang berkaitan dengan inovasi peningkatan pendidikan kejuruan dapat dilihat dalam GBHN 1983. Untuk merealisasikan harapan tersebut. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan keputusan Nomor 0289a/U/1985 tentang Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan Tingkat Pertama SMKTP) dan Nomor 0289b/U/1985 tentang Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan Tingkat Atas (SMKTA) sebagai kurikulum penggantinya. Yang lebih mendasar adalah dikeluarkannya Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0461/U/1983 yang berisi penyederhanaan organisasi kurikulum, dimana kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan Tingkat Atas disusun dengan mengacu pada kumpulan jabatan tingkat menengah yang ada dan yang diperkirakan akan diperlukan oleh masyarakat. Tujuan Pendidikan Tujuan utama kurikulum SMK 1984 adalah menyiapkan siswa menjadi tenaga siap kerja dengan memberikan peluang yang luas untuk mengembangkan dirinya (memberi peluang kepada siswa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi) Pengorganisasian Materi Dalam organisasi program pendidikan SMK dikenal sebutan program studi yang dikelompokkan menjadi program inti dan program pilihan. Program inti merupakan program yang wajib diikuti oleh semua siswa yang mengacu pada pencapaian tujuan nasional, perubahan nilai dan tata hidup dalam masyarakat seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi, pengetahuan dan kemampuan kejuruan dan sikap yang sesuai. Program inti ini mencakup Mata Pelajaran Dasar Umum (MPDU) dan Mata Pelajaran Dasar Kejuruan (MPDK). MPDU meliputi sejumlah mata pelajaran yang wajib diikuti oleh semua kelompok pada SMKTA. MPDK bertujuan untuk memberikan bekal dasar pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperlukan untuk mendasari program pilihan, terdiri atas sejumlah mata pelajaran dasar yang wajib diikuti oleh semua siswa SMKTA yang serumpun. Rumpun adalah kumpulan program studi yang mempunyai MPDK yang sama. Program pilihan, merupakan program yang dapat dipilih oleh siswa sesuai dengan minat, bakat dan kemampuannya serta kebutuhan daerah dan pembangunan. Program pilihan yang dimaksud mengacu kepada penguasaan kejuruan dengan kompetensi khusus keilmuan, sikap-sikap
profesionalisme yang disyaratkan serta membuka kemungkinan pelaksanaan pendidikan seumur hidup. Program pilihan dituangkan dalam Mata Pelajaran Kejuruan (MPK). Implementasi kedua program tersebut adalah : SMKTA: Program Inti 60% (MPDU 30% dan MPDK 30% dan Program Pilihan 40%) SMKTP: Program inti 70% dan program pilihan 30% Daftar Pustaka Achasius Kaber. 1988. Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan. Bambang Purwanto dan Asvi Warman Adam. 2005. Menggugat Historiografi Indonesia. Yogyakarta: Ombak. Doll. Ronald C. 1978. Curriculum Improvement Decision Making and Process. Boston: Allyn and Bacon. Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Hamalik, Oemar. 2009. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengejar Berdasarkan CBSA (Menuju Profesionalitas Guru dan Tenaga Pendidik). Bandung; Sinar Baru Algensindo. Henry Guntur Tarigan. 1993. Dasar-dasar Kurikulum Bahasa. Bandung: Angkasa. Leo Agung. 2015. Sejarah Kurikulum Sekolah Menengah di Indonesia Sejak Kemerdekaan Hingga Reformasi. Yogyakarta: Ombak. Sam Winneburg. 2006. Berpikir Historis. Jakarta; Yayasan Obor Indonesia. Sarwiji Suwandi. 2006. Kurikulum dan Pengembangan Materi Ajar. Panduan Kuliah. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Sukmadinata, Syaodih Nana, dkk. 2004. Pengendalian Mutu Pendidikan SekolahMenengah (Konsep, Prinsip dan Instrumen) Bandung: Refika Aditama. Sukmadinata. 2001. Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Eka Jaya. Yamin, Moh. 2012. Panduan Manajemen Kurikulum Pendidikan (PanduanLengkap Tata Kelola Kurikulum Efektif).Yogyakarta: DIVA Press