BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi manusia untuk menyampaikan gagasan atau pikiran, dan ide- idenya dengan maksud ingin mengutarakannya kepada pihak lain. Bahasa juga digunakan manusia untuk mengungkapkan pengalaman batin dalam bentuk bahasa tulis yang berupa karya sastra. Bahasa yang digunakan dalam sastra berbeda dengan bahasa yang digunakan sehari- hari (natural atau ordinary langguage), sebab dalam sastra bahasa yang digunakan adalah bahasa yang telah disisasati, dimanipulasi dan didayagunakan secermat mungkin sehingga tampil dengan bentuk yang berbeda dengan bahasa non sastra (Umar Yunus : 1985 didalam buku metodologi penelitian sastra, Jabrohim dkk : 2003; 10). Selain digunakan untuk mengungkapkan pengalaman batin, bahasa juga dijadikan seorang pembaca untuk mencari baik buruknya sebuah karya sastra. Karya sastra lahir dari pengalaman dan keinginan pengarang untuk mengungkapkan diri dalam bentuk lisan maupun tulisan, tulisan itu berupa untaian kata- kata yang mengandung makna. Seorang pengarang menulis karya sastranya karena ingin mengemukakan obsesinya terhadap lingkungan yang melingkupinya, baik megekspresikan kegundahan, pengalaman, pemikiran, pandangan hidup maupun mengekspresikan keinginan- keinginan dalam jiwanya. Menurut Kamil (2009: 7) karya sastra di dalam kesustraan Arab dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: puisi (syi’r), prosa (nasr) dan drama (al-masyrahiyah). Kenikmatan dari keindahan bahasa akan dirasakan jika membaca hasil dari karya kesusastraan Arab di atas. Masing-masing karya sastra tersebut memiliki kekhususan tersendiri, puisi Arab terkenal karena memiliki wazan atau bahar dan qafiyahnya. Wazan berarti keseimbangan, yang dimaksud dengan wazan adalah pengulangan bunyi yang sama pada setiap akhir bait dari bait- bait syair. Dalam kajian sastra istilah wajan lebih tepat diartikan sebagai pola irama atau musikalitas. Unsur ini terlihat pada penyusunan bunyi kata dan kalimat, dan tanpa
Universitas Sumatera Utara
pola irama suatu karya sastra yang berbentuk syair tidak dapat dibedakan dengan prosa. Syair dalam sastra Arab terdiri atas bait- bait, setiap bait syair terdiri dari dua bagian dengan wazan yang sama. Wazan- wazan ini dalam ilmu sastra Arab dikenal dengan istilah bahr sedangkan qafiah adalah kata akhir dari sebuah bait syair (Muzakki 2006: 45). Sementara prosa dan drama Arab selalu disisipi oleh kisah-kisah Islam yang sarat dengan kebijaksanaan. Berkaitan dengan itu, maka pengkajian sebuah karya sastra dengan analisis gaya bahasa merupakan usaha yang baik dan berguna, tujuannya adalah untuk membantu dan mengarahkan pembaca dalam menilai kualitas sebuah karya sastra. Prosa merupakan suatu hasil karya sastra dan prosa menjadi salah satu bagian dari bahasa tulis yang perkembangannya tidak luput dari kreatifitas pengarangnya, wujud dari kreatifitas pengarang tersebut salah satunya melalui gaya
bahasa.
Untuk
memperindah
penceritaan
prosa
biasanya
penulis
memasukkan unsur- unsur atau sendi gaya bahasa sebagai pembangun cerita itu sendiri. Unsur- unsur kebahasaan dalam suatu prosa merupakan sumber bahan yang cukup luas untuk dipelajari. Unsur yang perlu dipelajari itu antara lain : kejujuran, sopan- santun, dan menarik (Keraf 1984: 113). Gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style dan dalam bahasa indonesia ilmu yang mempelajarinya disebut stilistika. Gaya bahasa dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadiaan pengarang atau pemakai bahasa (Keraf 1984: 113). Gaya bahasa juga mempergunakan bahasa yang indah untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Pendek kata penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan konotasi tertentu. Gaya bahasa dan kosakata mempunyai hubungan yang sangat erat, semakin banyak kosakata seseorang semakin beragam pula gaya bahasa yang dipakainya (Tarigan 1985 :5).
Universitas Sumatera Utara
Gaya bahasa dipergunakan oleh banyak penulis sastra yang mempunyai tujuan untuk memperindah kata sehingga menarik untuk dibaca. Gaya bahasa yang dipakai seolah- olah berjiwa, hidup, dan segar sehingga dapat menggetarkan hati pembaca atau pendengar. Pemilihan kata dalam sebuah prosa berkaitan erat dengan bahasa kias, yakni sarana untuk mendapatkan efek didalam prosa tersebut. Gaya bahasa merupakan bentuk retorika, yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk menyakinkan dan mempengaruhi penyimak atau pembaca (Tarigan 1985: 5). Gaya bahasa juga merupakan pengungkapan bahasa yang maknanya tidak menunjuk pada makna harfiah kata- kata yang mendukungnya, melainkan pada makna yang ditambahkan atau makna tersirat. Jadi ia merupakan gaya yang sengaja mendayagunakan penuturan dan memanfaatkan bahasa kias, suatu karya sastra sering kali ditulis tanpa khusus diarahkan agar menjadi hal yang penting. Pemakaian gaya bahasa banyak sekali ditemukan disebuah karya sastra, Hasil karya sastra Arab yang terkemuka di dunia, salah satu diantaranya adalah kisah ﺃﻟﻒ ﻟﻴﻠﺔ ﻭ ﻟﻴﻠﺔ/ 'alfu laylatin wa laylatin. Karya sastra ini banyak menceritakan kisah kehidupan manusia dari berbagai profesi, mulai dari kalangan istana, tabib, jin, pujangga, musafir, pedagang dan lain sebagainya. Kisah-kisah yang tertulis dalam karya sastra ini banyak menyuguhkan hikmah-hikmah di dalam kehidupan. Kisah ﺃﻟﻒ ﻟﻴﻠﺔ ﻭ ﻟﻴﻠﺔ/ 'alfu laylatin wa laylatin/ adalah kisah yang tak pernah lapuk di makan zaman, dari dahulu hingga sekarang kisah ini masih begitu akrab ditelinga kita. Kisah ﺃﻟﻒ ﻟﻴﻠﺔ ﻭ ﻟﻴﻠﺔ/ 'alfu laylatin wa laylatin/ ini adalah salah satu rujukan otentik terbaik tentang kehidupan nyata yang terdapat di dalam khasanah kesusastraan Arab. Karya agung ini begitu banyak mengandung bait syair yang menuturkan pelbagai kisah dan hikayat yang dapat menjadi sumber pengetahuan bagi pembacanya untuk mengetahui sejarah masa silam, lengkap dengan aneka ragam adat istiadat yang telah ikut membentuk masyarakat, budaya, serta ilmu pengetahuan manusia dan juga gaya bahasa yang di gunakan begitu indah, gaya bahasanya jauh dari segala bentuk kerumitan dan ketika seseorang membacanya tidak akan membuat dahi pembaca berkerut.
Universitas Sumatera Utara
Menurut bukunya Hikayat seribu satu malam yang diterjemahkan oleh Fuad Syaifuddin (2007) yang diterbitkan oleh Qisthi Press, Kisah ﺃﻟﻒ ﻟﻴﻠﺔ ﻭ ﻟﻴﻠﺔ/ 'alfu laylatin wa laylatin/ memang tidak ditulis oleh seorang pengarang saja, kisah ﺃﻟﻒ
ﻟﻴﻠﺔ ﻭ ﻟﻴﻠﺔ/ 'alfu laylatin wa laylatin/ pada mulanya ditulis dalam bahasa Persia. Muhammad ibn Ishaq menyatakan bahwa Abu Abdullah Muhammad ibn Abdus Al- Jihsyiari, penulis kitab al- Wuzara’’, adalah orang pertama yang merintis penyusunan sebuah buku yang berisi seribu kisah dan dongeng menjelang tidur yang bahannya dia ambil dari khasanah kesusastraan Arab, Romawi, dan peradaban lainnya. Kemudian dari pada itu terdapat dugaan kuat di kalangan para kritikus dan ahli sastra, bahwa kisah ﺃﻟﻒ ﻟﻴﻠﺔ ﻭ ﻟﻴﻠﺔ/ 'alfu laylatin wa laylatin/ ditulis pada periode antara abad ke13 dan ke14 Masehi. Dan juga para kritikus menyakini bahwa kisah ﺃﻟﻒ ﻟﻴﻠﺔ ﻭ ﻟﻴﻠﺔ/ 'alfu laylatin wa laylatin/ telah mengalami penambahan dengan dimasukkannya beberapa cerita yang berasal dari kurun waktu yang berbeda, dan juga kisah ﺃﻟﻒ ﻟﻴﻠﺔ ﻭ ﻟﻴﻠﺔ/ 'alfu laylatin wa laylatin/ memiliki judul asli yaitu “Seribu Dongeng” atau “Seribu Kisah”. Tetapi saat sekarang ini judul itu berubah menjadi “ﺃﻟﻒ ﻟﻴﻠﺔ ﻭ ﻟﻴﻠﺔ/ 'alfu laylatin wa laylatin” sampai saat sekarang ini tidak ada satupun orang yang mengetahuinya kenapa judul itu bisa berubah. Kisah Syamsuddin Al- Mashri dan Nurruddin Al- Bashri pada buku ﺃﻟﻒ ﻟﻴﻠﺔ
ﻭﻟﻴﻠﺔ/ 'alfu laylatin wa laylatin/ adalah kisah tentang kakak beradik yang mempunyai kedudukan sama-sama menteri di negeri Mesir yaitu Syamsudin dan Nuruddin, mereka saling berselisih paham dan mengakibatkan salah satu dari mereka pergi kesuatu negeri untuk mencari kedamaian tetapi salah satu dari mereka yang pergi tidak diketahui oleh yang lain kemana perginya sehingga membuat saudaranya cemas akan kepergiannya. Sehari, seminngu, sebulan dan bahkan bertahun- tahun tidak ada kabar darinya. Kisah ini banyak mengajarkan tentang kesabaran, keimanan kepada Allah S.W.T. Keindahan gaya bahasa dan banyaknya hikmah serta pelajaran hidup yang dapat diambil, menjadi daya tarik tersendiri bagi penulis untuk melakukan penelitian di dalam kisah ﺃﻟﻒ ﻟﻴﻠﺔ ﻭ ﻟﻴﻠﺔ/
Universitas Sumatera Utara
'alfu laylatin wa laylatin/. Khususnya kisah Syamsuddin Al- Mashri dan Nurruddin Al- Bashri. Berkaitan dengan pemaparan latar belakang penelitian tentang gaya bahasa di atas, maka dapat dikemukakan sebuah teori yang dikemukakan oleh Henri Guntur Tarigan mengenai gaya bahasa. Tarigan (1985: 6) mengemukakan bahwa gaya bahasa dibagi menjadi empat kelompok besar, yaitu: gaya bahasa perbandingan, gaya bahasa pertentangan, gaya bahasa pertautan dan gaya bahasa perulangan. Penelitian ini hanya difokuskan kepada gaya bahasa perbandingan. Ini dikarenakan gaya bahasa perbandingan banyak ditemukan di dalam kisah Syamsuddin Al-Mashri dan Nurruddin Al-Bashri dan juga pada kisah ini banyak hikmah serta pelajaran hidup yang dapat diambil. Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas maka Karya tulis ini berjudul Analisis Gaya Bahasa Perbandingan Pada Kisah Syamsuddin Al- Mashri Dan Nuruddin Al- Bashri Pada Buku ﺃﻟﻒ ﻟﻴﻠﺔ ﻭ ﻟﻴﻠﺔ/ 'alfu laylatin wa laylatin/ yang disusun oleh Thaha Abdul Rauf Sa’ad.
Universitas Sumatera Utara
1.2. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka untuk mengarahkan penelitian kepada sasaran yang ingin di capai di sini peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Ada berapakah jumlah gaya bahasa perbandingan pada kisah Syamsuddin Al- Mashri dan Nuruddin Al- Bashri pada buku ﺃﻟﻒ ﻟﻴﻠﺔ ﻭ
ﻟﻴﻠﺔ/ 'alfu laylatin wa laylatin/? 2. Bagaimanakah bentuk gaya bahasa perbandingan pada kisah Syamsuddin Al- Mashri dan Nuruddin Al- Bashri pada buku ﺃﻟﻒ ﻟﻴﻠﺔ ﻭ ﻟﻴﻠﺔ/ 'alfu laylatin wa laylatin/? 1.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan batasan masalah yang ada maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui berapa jumlah gaya bahasa perbandingan pada kisah Syamsuddin Al- Mashri dan Nuruddin Al- Bashri pada buku ﺃﻟﻒ ﻟﻴﻠﺔ ﻭ
ﻟﻴﻠﺔ/ 'alfu laylatin wa laylatin/. 2. Untuk mengetahui bagaimana bentuk gaya bahasa perbandingan pada kisah Syamsuddin Al- Mashri dan Nuruddin Al- Bashri pada buku ﺃﻟﻒ
ﻟﻴﻠﺔ ﻭ ﻟﻴﻠﺔ/ 'alfu laylatin wa laylatin/. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini di harapkan bermanfaat untuk: 1. Memberikan pemahaman kepada pembaca dalam mengapresiasi gaya bahasa perbandingan dalam kisah Syamsuddin Al- Mashri dan Nuruddin Al- Bashri pada buku ﺃﻟﻒ ﻟﻴﻠﺔ ﻭ ﻟﻴﻠﺔ/ 'alfu laylatin wa laylatin/. 2. Untuk menambah wawasan dan kreatifitas kepada pembaca dalam mengapresiasi sastra khususnya prosa.
Universitas Sumatera Utara
1.5. Metode Penelitian Untuk memperoleh suatu hasil yang maksimal diperlukan metode atau cara yang sesuai dengan objek penelitian yang akan dibahas. Dan penelitian ini merupakan penelitian kepustakaaan (library research) yaitu penelitian yang mengambil bahan-bahan penelitian dari beberapa referensi yang ada dan dapat membantu penelitian ini. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode analisis deskriptif yaitu menuturkan dan menafsirkan data yang ada dengan jalan mengumpulkan
data,
mengklasifikasi,
kemudian
menganalisis
dan
menginterprestasikannya. Adapun data yang menjadi bahan penelitian bersumber dari buku ﺃﻟﻒ ﻟﻴﻠﺔ ﻭ
ﻟﻴﻠﺔ/ 'alfu laylatin wa laylatin/, pada kisah Syamsuddin Al- Mashri dan Nuruddin Al- Bashri karya Thaha Abdul Rauf Sa’ad dan terjemahannya yang dicetak dan diterbitkan oleh Qisthi Press tahun 2007. Adapun tahap- tahap pengumpulan dan penganalisaan data yang dilakukan oleh peneliti dalam hal ini adalah: 1. Mengumpulkan data rujukan atau bahan referensi yang berkaitan dengan pembahasan penelitian. 2. Data- data yang telah ada kemudian diklasifikasi. 3. Mempelajari dan menganalisis data- data yang telah terkumpul. 4. Kemudian disusun menjadi suatu laporan penelitian ilmiah.
Universitas Sumatera Utara