BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) merupakan suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus dengue. Virus ini ditransmisikan melalui cucukan nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Penderita yang terinfeksi akan memiliki gejala berupa demam ringan sampai tinggi, disertai dengan sakit kepala, nyeri pada mata, otot dan persendian, hingga perdarahan spontan. Insidensi demam berdarah dengue meningkat secara signifikan di seluruh dunia dalam beberapa dekade terakhir. Diperkirakan saat ini di seluruh dunia sekitar 2,5 milyar orang memiliki risiko terjangkit DBD terutama masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan negara-negara tropis dan subtropis. Diperkirakan saat ini sekitar 50 juta kasus DBD ditemukan setiap tahun, sementara 500.000 kasus memerlukan penanganan di Rumah Sakit. Dari kasus di atas, sekitar 21.000 kematian terjadi setiap tahunnya (WHO, 2011). DBD pertama kali dilaporkan terjadi pada tahun 1953-1954 di Filipina. Setelah itu DBD dengan cepat menyebar
ke sebagian besar negara-negara di Asia
Tenggara, termasuk Indonesia. Dari 2,5 milyar orang yang memiliki risiko terjangkit DBD di seluruh dunia, 1,3 milyar diantaranya tinggal di 10 negara endemik di Asia Tenggara (WHO, 2011). Di Indonesia, DBD telah menjadi masalah kesehatan masyarakat selama 45 tahun terakhir sejak tahun 1968. Pada tahun 2013, dilaporkan terdapat 41,25 kasus per 100.000 penduduk dengan Case Fatality Rate (CFR : 0,7%). Kasus ini tersebar di seluruh 33 propinsi dan di 436 kabupaten/kota dari 497 kabupaten/kota (88%) di Indonesia. Kasus tertinggi terdapat di Propinsi Bali yaitu 168,48 kasus per 100.000 penduduk sedangkan CFR tertinggi terdapat di Propinsi Jambi (CFR : 2,8%). Untuk propinsi Jawa Barat dilaporkan terdapat 47,29 kasus per 100.000
1
Universitas Kristen Maranatha
penduduk (Depkes RI, 2013). Angka tersebut masih tergolong tinggi bila dibandingkan dengan propinsi yang lain. Pada tahun 2012, masyarakat Kota Bandung yang terkena DBD mencapai 5096 kasus dengan jumlah penderita meninggal 11 orang. Angka ini meningkat dibandingkan dengan tahun – tahun sebelumnya. Pada tahun 2010 tercatat sebanyak 3435 kasus DBD, lalu meningkat menjadi 3901 kasus pada tahun 2011 (Dinkes Kota Bandung, 2012). Rumah Sakit Immanuel merupakan salah satu institusi pelayanan kesehatan yang menangani kasus DBD di kota Bandung. Penulis tertarik untuk mengetahui gambaran penderita DBD pada pasien rawat inap di Rumah sakit Immanuel tahun 2014.
1.2. Identifikasi Masalah
1. Berapa jumlah kasus Demam Berdarah Dengue pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Immanuel periode Januari 2014 – Desember 2014. 2. Bagaimana gambaran penderita DBD berdasarkan kelompok usia pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Immanuel periode Januari – Desember 2014. 3. Bagaimana gambaran penderita DBD berdasarkan jenis kelamin pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Immanuel periode Januari – Desember 2014. 4. Bagaimana gambaran penderita DBD berdasarkan bulan dirawat pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Immanuel periode Januari – Desember 2014. 5. Bagaimana gambaran penderita DBD berdasarkan keluhan utama pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Immanuel periode Januari – Desember 2014.
2
Universitas Kristen Maranatha
6. Bagaimana gambaran penderita DBD berdasarkan jumlah kasus komplikasi Dengue Shock Syndrome pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Immanuel periode Januari – Desember 2014. 7. Bagaimana gambaran penderita DBD berdasarkan hasil laboratorium (trombosit, NS-1, IgM, dan IgG) pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Immanuel periode Januari – Desember 2014. 8. Berapakah jumlah mortalitas dari kasus DBD pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Immanuel.
1.3. Maksud dan Tujuan
1.3.1. Maksud Penelitian
Untuk menyajikan data kejadian Demam Berdarah Dengue pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Immanuel Bandung.
1.3.2. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui : 1. Jumlah kasus Demam Berdarah Dengue pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Immanuel periode Januari 2014 – Desember 2014. 2. Gambaran penderita DBD berdasarkan kelompok usia pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Immanuel periode Januari – Desember 2014. 3. Gambaran penderita DBD berdasarkan jenis kelamin pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Immanuel periode Januari – Desember 2014. 4. Gambaran penderita DBD berdasarkan bulan dirawat pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Immanuel periode Januari – Desember 2014. 5. Gambaran penderita DBD berdasarkan keluhan utama pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Immanuel periode Januari – Desember 2014.
3
Universitas Kristen Maranatha
6. Gambaran penderita DBD berdasarkan jumlah kasus komplikasi Dengue Shock Syndrome pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Immanuel periode Januari – Desember 2014. 7. Gambaran penderita DBD berdasarkan hasil laboratorium (trombosit, NS1, IgM, dan IgG) pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Immanuel periode Januari – Desember 2014. 8. Jumlah mortalitas dari kasus DBD pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Immanuel.
1.4. Manfaat Karya Tulis Ilmiah
1.4.1. Manfaat Akademis
Memberi informasi tentang gambaran penderita DBD di salah satu Rumah Sakit di Bandung kepada Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha dan Rumah Sakit Immanuel. Untuk mengetahui apakah terdapat perubahan atau variasi dari gambaran penderita DBD khusunya di Rumah Sakit Immanuel.
1.4.2. Manfaat Praktis
Menambah wawasan tentang penyakit DBD dan mengetahui gambaran penderita
DBD
sehingga
dapat
dilakukan
langkah-langkah
pencegahan
selanjutnya untuk menurunkan angka kejadian di masa depan.
1.5. Landasan Teori
Di Indonesia, Demam Berdarah Dengue telah menjadi masalah kesehatan masyarakat selama 45 tahun terakhir, sejak tahun 1968 sampai saat ini dan telah menyebar di 33 provinsi dan di 436 kabupaten/kota dari 497 kabupaten/kota (88%). Data menunjukkan bahwa Indonesia endemis DBD sejak tahun 1968 sampai saat ini. Angka kesakitan penyakit DBD dari tahun 1968 sampai saat ini
4
Universitas Kristen Maranatha
cenderung terus meningkat. Kemudian dari tahun 2010 ke 2011 menurun drastis, dan meningkat kembali dari tahun 2012 ke 2013 (Kemenkes RI, 2013). Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vektor nyamuk genus Aedes (terutama A. Aegypti dan A. Albopictus). Peningkatan kasus setiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dengan tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu bejana yang berisi air jernih (bak mandi, kaleng bekas, dan tempat penampungan air lainnya) (Suhendro et al, 2014). Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi biakan virus dengue yaitu : 1. Vektor : perkembangbiakan vektor, kebiasaan menggigit, kepadatan vektor di lingkungan, transportasi vektor dari satu tempat ke tempat lain; 2. Penjamu : terdapatnya penderita di lingkungan/keluarga, mobilisasi, dan paparan terhadap nyamuk, usia, dan jenis kelamin; 3. Lingkungan : curah hujan, suhu, sanitasi, dan kepadatan penduduk (Suhendro et al, 2014). Demam Berdarah Dengue memiliki manifestasi klinik demam, nyeri otot dan atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia, dan diatesis hemoragik. Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui mekanisme : 1. Supresi sumsum tulang; 2. Destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit (Suhendro et al, 2014).
5
Universitas Kristen Maranatha