BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Kelenjar getah bening merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh kita. Tubuh memiliki kurang lebih 600 kelenjar getah bening, namun pada orang sehat yang normal hanya teraba di daerah submandibula, aksila, atau inguinal. Sekitar 55% pembesaran kelenjar getah bening terjadi pada daerah kepala dan leher (Ferrer, 2002). Organ ini sangat penting untuk fungsi sistem kekebalan tubuh, dimana tugasnya adalah menyerang infeksi dan menyaring cairan getah bening. Sebagian besar kelenjar getah bening ada di daerah tertentu, misalnya mulut, leher, lengan bawah, ketiak, dan kunci paha (Spiritia, 2011). Limfadenopati adalah pembesaran kelenjar getah bening sebagai respons terhadap proliferasi limfosit T atau limfosit B. Limfadenopati biasanya terjadi setelah infeksi suatu mikroorganisme (Corwin, 2009). Beberapa penyebab limfadenopati adalah CMV (Cytomegalovirus), HIV (Human Immunodeficiency Virus), tuberkulosis, filariasis, dan lain-lain. Angka kejadian limfadenopati di Amerika Serikat belum diketahui, tetapi diperkirakan limfadenopati pada anak-anak berkisar 38-45%. Dari studi di Belanda terdapat 2.556 kasus limfadenopati yang tidak dapat dijelaskan dan 10% dirujuk kepada subspesialis, 3,2% membutuhkan biopsi dan 1,1% mengalami keganasan. Studi kedokteran keluarga di Amerika Serikat tidak ada dari 80 pasien dengan limfadenopati yang tidak dapat dijelaskan yang mengalami keganasan dan tiga dari 238 pasien yang mengalami keganasan dari limadenopati yang tidak dapat dijelaskan. Pasien usia >40tahun dengan limfadenopati yang tidak dapat dijelaskan memiliki risiko keanasan 4% dibanding risiko keganasan 0,4% bila ditemukan pada pasien <40tahun (Bazemore., Smocker., 2002).
HIV merupakan masalah kesehatan yang masih menjadi perhatian dunia pada saat ini. WHO (World Health Organization) mendefinisikan HIV sebagai sebuah retrovirus yang menginfeksi, merusak, dan menghancurkan sel-sel sistem kekebalan tubuh, sehingga sistem kekebalan tubuh menjadi lemah, dan orang menjadi rentan untuk terkena infeksi (WHO, 2012). Berdasarkan data-data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2011, terdapat 817 kasus limfadenopati generalisata persisten disertai HIV (KPAb, Kemenkes RI, 2011). Sel limfosit CD4 (Cluster of Differentiation) merupakan target utama pada infeksi HIV. Sel ini berfungsi sentral dalam sistem imun. Pada awalnya sistem imun dapat mengendalikan infeksi HIV, namun setelah terjadi paparan terus menerus HIV dapat menurunkan jumlah sel limfosit CD4, terganggunya homeostasis dan fungsi sel-sel lainnya dalam sistem imun. Maka keadaan ini akan menimbulkan berbagai gejala penyakit dengan cakupan yang luas. Gejala penyakit tersebut merupakan akibat terganggunya fungsi imunitas seluler, selain itu juga imunitas humoral karena adanya gangguan sel T helper untuk mengaktifasi sel limfosit B (French et al, 1997). HIV menimbulkan penyakit melalui beberapa mekanisme, yaitu: terjadinya defisiensi imun yang menimbulkan infeksi oportunistik, terjadinya reaksi autoimun, reaksi hipersensitivitas, dan kecendrungan terjadinya malignansi atau keganasan pada stadium lanjut (Rizzardi et al, 1999). Jumlah penderita HIV/AIDS yang tercatat di Sumut hingga Juni 2012 sebanyak 1.316 orang. Jumlah tersebut hanya 10 persen saja dari jumlah penderita HIV/AIDS yang sebenarnya (Darwinsyah, 2012). Setelah seseorang terinfeksi HIV, banyak virus yang keluar dari darah. Sebagian melarikan diri ke sistem limfatik (getah bening) untuk menyembunyikan diri dalam sel di kelenjar getah bening. Beberapa ilmuwan menganggap bahwa hanya 2% virus HIV ada dalam darah. Sisanya ada di sistem limfatik, termasuk limfa, di lapisan usus dan di otak. Infeksi HIV sendiri dapat menyebabkan limfadenopati atau pembengkakan kelenjar getah bening. Limfadenopati termasuk salah satu gejala umum infeksi primer HIV (Spiritia, 2011).
Kurun waktu Januari sampai Agustus 2012 jumlah penderita HIV dan AIDS di Kota Medan sebanyak 373 orang terdiri dari penderita HIV sebanyak 258 dan penderita AIDS sebanyak 115 orang, dari jumlah data pengidap HIV/AIDS berdasarkan jenis kelamin adalah 361 orang laki-laki dan 112 orang perempuan, berdasarkan umur pengidap HIV/AIDS terbanyak usia 25-34 tahun sebanyak 202 orang. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Medan, jumlah kumulatif penderita HIV/AIDS di Kota Medan mulai 2006 sampai 2012 sebanyak 3.277 kasus dengan 63,56 persen berasal dari faktor resiko heteroseksual, sedangkan pada ibu rumah tangga telah mencapai 413 kasus atau 12,73 persen (Website Pemko Medan, 2012). Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai gambaran sitologi limfadenopati pada pasien HIV dengan penurunan imunitas karena pada umumnya gejala HIV didahului dengan percepatan penurunan jumlah limfosit CD4, dimana sebelumnya jumlah limfosit CD4 kurang dari 200/uL. Pada umumnya perubahan ini berkaitan dengan munculnya strain HIV yang lebih virulen, yaitu strain SI (Syncitial Inducing), diikuti oleh gejala klinis munculnya gejala limfadenopati generalisata yang merupakan prognosis yang buruk. Hal ini mengakibatkan hilangnya kemampuan respon imun seluler untuk melawan virus HIV dalam kelenjar limfe, ditandai dengan membanjirnya HIV kedalam sirkulasi karena rusaknya struktur kelenjar limfe (Gala, 1997).
1.2.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat
dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana gambaran sitologi limfadenopati pada pasien HIV dengan penurunan imunitas di RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari 2010 sampai Oktober 2012?”
1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum Penelitian dilakukan untuk mengetahui gambaran sitologi limfadenopati pada pasien HIV dengan penurunan imunitas di RSUP H Adam Malik Medan periode Januari 2010 sampai Oktober 2012. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Mengetahui karakteristik individu pasien HIV dengan limfadenopati berdasarkan: a. Jumlah CD4 sebagai indikasi penurunan sistem imunitas pada penderita HIV. b. Diagnosis sitologi yang banyak terjadi di RSUP H. Adam Malik Medan. c. Gambaran sitologi yang terlihat pada hasil aspirasi biopsi pasien. 1.4.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk: 1. RSUP H. Adam Malik Medan dan dokter Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pihak RSUP. H. Adam Malik Medan mengenai bagaimana gambaran sitologi limfadenopati pada pasien HIV dengan penurunan imunitas periode Januari 2010 sampai Oktober 2012.
2. Peneliti a. Memberikan
informasi
tambahan
pada
peneliti
bagaimana
gambaran sitologi limfadenopati pada pasien HIV dengan penurunan imunitas. b. Peneliti memperoleh pengetahuan dan pengalaman melakukan penelitian. 3. Ilmu Pengetahuan Dapat memberikan pengetahuan dan informasi tambahan bagi pasien, mahasiswa, dan tenaga kesehatan sehingga dapat digunakan sebagai bahan acuan atau referensi untuk penelitian selanjutnya mengenai bagaimana gambaran sitologi limfadenopati pada penderita HIV dengan penurunan imunitas.