BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Persediaan adalah merupakan salah satu unsur paling aktif dalam operasi
perusahaan yang secara kontinue diperoleh, diubah, yang kemudian dijual kembali. Sebagian besar dari sumber-sumber perusahaan juga sering dikaitkan di dalam persediaan yang akan digunakan dalam perusahaan pabrik. Nilai dari persediaan harus dicatat, digolong-goongkan menurut jenisnya yang kemudian dibuat perincian dari masing-masing barangnya dalam suatu periode bersangkutan. Pada akhir suatu periode, pengalokasian biaya-biaya dapat dibebankan pada aktivitas yang terjadi dalam periode tersebut dan untuk aktivitas mendatang juga harus ditentukan atau dibuat. Dalam mengalokasikan biaya-biaya, biasanya setiap perusahaan mengenal pusat-pusat biaya untuk mengukur hasil yang telah dicapai dalam suatu periode tertentu sehubungan dengan penentuan dari posisi keuangan perusahaan sebagai unit usaha. Kegagalan dalam mengalokasikan akan menimbulkan kegagalan dalam mengetahui posisi keuangan dan kemajuan yang telah dicapai oleh suatu perusahaan secara layak. Alasan utama perusahaan sangat memfokuskan perhatian terhadap masalah pengendalian persediaan adalah karena persediaan merupakan salah satu bagian pengeluaran perusahaan yang menyerap investasi terbesar. Nilai investasi perusahaan dalam bentuk barang persediaan besarnya bervariasi antara 25%-35% dari nilai seluruh aset, (Indrajit dan Djokopranoto, 2003). Pada dasarnya persediaan juga merupakan sumber daya yang menganggur (idle resources), yang berarti jika persediaan berlebih menyebabkan investasi sia-sia, akan tetapi bila tidak ada persediaan akan sulit mengantisipasi fluktuasi permintaan atau hal-hal lain yang menyebabkan terjadinya kekurangan. Ketika dihadapkan dengan kehabisan
1
persediaan, reaksi pelanggan berbeda-beda, tergantung pada bagaimana hal itu mempengaruhi bisnis masing-masing. Beberapa peka terhadap frekuensi stockout sementara yang lain menganggap jumlah backorder lebih penting. Dalam jenis usaha tertentu seperti mesin atau elemen penting, bagaimanapun durasi stockout merupakan elemen penting. Dengan demikian time-weighted backorders adalah tindakan tepat dari stockout dalam situasi seperti ini. Permasalahan tersebut sangat ekstrim, karena itu keputusan perlu dilakukan atas dasar minimasi ongkos total dengan teknik optimasi yang dikembangkan. Masalah pengendalian persediaan adalah masalah umum yang dihadapi oleh setiap perusahaan baik yang bergerak dibidang industri manufaktur, perdagangan, maupun dalam bidang jasa. Pengendalian persediaan harus dapat ditangani dengan baik karena merupakan bagian yang penting dalam menunjang operasi perusahaan. Tanpa adanya persediaan, suatu perusahaan akan dihadapkan pada resiko bahwa pada suatu waktu tidak dapat memenuhi konsumennya dengan maksimal. Hal ini dapat terjadi karena tidak selamanya barang atau jasa tersedia tersedia setiap saat, yang berarti bahwa perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntugan yang seharusnya menjadi miliknya. Pengendalian persediaan juga merupakan fungsi manajerial yang sangat penting, karena biaya untuk persediaan ini biayanya melibatkan investasi yan cukup besar. Apabila perusahaan menanamkan terlalu banyak dananya dalam persediaan, hal ini juga akan menyebabkan biaya penyimpanan yang berlebihan. Perusahaan juga dihadapkan pada resiko kemungkinan adanya kerusakan barang dalam penyimpanan, resiko kehilangan, dan penurunan kualitas dari barang tersebut serta dapat berkurangnya dana untuk pembiayaan dan investasi di bidang lain yang lebih menguntungkan. Secara teoritis, manajemen persediaan memiliki sasaran untuk mengatur berapa banyak item yang harus distok, kapan, dan berapa kali pembelian harus dilakukan. Salah satu metode manajemen persediaan yang banyak dibahas adalah metode HMMS multi-item. Model ini dianalisis menggunakan prosedur pendekatan 2
kuadrat. Model ini didasarkan pada kebijakan (Q,r) yang juga memperhitungkan backorder berdasarkan waktu. Asumsi dari model ini bahwa lead time diketahui konstan dan lebih pendek dari waktu antara permintaan yang berurutan. Titik reorder diasumsikan non-negatif. Permintaan selama periode stock out merupakan backlogged. Dalam model ini terdapat ‘n’ item yang dinotasikan dengan item ke-i. Prosedur penentuan Qi dan ri optimal didasarkan pada masalah kendala optimal. Prosedur yang digunakan bertujuan untuk meminimalkan
total biaya yang
diharapkan dari n subjek item untuk permasalahan pada jumlah persediaan 1.2.
Pembatasan Masalah Agar pembahasan lebih fokus maka diperlukan adanya pembatasan masalah.
Dalam skripsi ini permasalahan dibatasi pada model manajemen persediaan dengan model Q,r dengan time-weighted backorders. Selanjutnya digunakan penyelesaian dengan HMMS model persediaan multi-item.
1.3.
Tujuan Penulisan Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah diatas, maka penulisan
skripsi ini bertujuan untuk : 1. Untuk mempelajari manajemen persediaan. 2. Untuk memahami manajemen persediaan dengan permintaan dan timeweighted backorders. 3. Untuk mempelajari dan memahami tentang konsep model Q,r dengan time-weighted backorders menggunakan HMMS multi-item metode yang digunakan dalam pengendalian persediaan.
1.4.
Tinjauan Pustaka Menurut Yamit (2002), persediaan merupakan kekayaan perusahaan yang 3
memiliki peranan penting dalam operasi bisnis, maka perusahaan perlu melakukan manajemen persediaan proaktif, artinya perusahaan harus mampu mengantisipasi keadaan maupun tantangan yang ada dalam manajemen persediaan untuk mencapai sasaran akhir dalam manajemen persediaan, yaitu untuk meminimasi total biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk penanganan persediaan.
Untuk pengambilan keputusan penentuan besarnya jumlah persediaan, ada beberapa biaya yang harus dipertimbangkan oleh perusahaan. Unsur-unsur biaya yang terdapat dalam persediaan dapat digolongkan menjadi 4 golongan, yaitu : 1. Biaya pemesanan (ordering costs) Dengan biaya pemesanan ini dimaksudkan adalah biaya-biaya yang dikeluarkan berkenaan dengan pemesanan barang-barang atau bahanbahan dari penjual, sejak dari pesanan (order) dibuat dan dikirim ke penjual,
sampai
barang-barang/bahan-bahan
tersebut
dikirim
dan
diserahkan serta diinspeksi di gudang atau daerah pengolahan (process areas). Jadi biaya ini berhubungan dengan pesanan, tapi sifatnya agak kostan, dimana besarnya biaya yang dikeluarkan tidak tergantng pada besarnya atau banyaknya barang yang dipesan. Yang termasuk dalam biaya pemesanan ini ialah semua biaya yang dikeluarkan dalam rangka mengadakan pemesanan bahan tersebut, di antaranya biaya administrasi pembelian dan penempatan order (cost of placing order), biaya pengangkutan dan bongkar muat (shipping and handling costs), biaya penerimaan dan biaya pemeriksaan.
2. Biaya yang terjadi dari adanya persediaan (inventory carrying costs). Yang dimaksud dengan “Inventory carrying costs” adalah biaya-biaya yang diperlukan berkenaan dengan adanya persediaan yang meliputi seluruh pengeluaran yang dikeluarkan perusahaan sebagai akibat adanya sejumlah persediaan. Jadi biaya ini berhubungan dengan terjadinya 4
persediaan dan disebut juga dengan biaya mengadakan persediaan (stock holding costs). Biaya ini berhubungan dengan tingkat rata-rata persediaan yang selalu terdapat di gudang, sehingga besarnya biaya ini bervariasi yang tergantung dari besar kecilnya rata-rata persediaan yang ada. Yang termasuk dalamm biaya ini ialah semua biaya yang timbul karena barang disimpan yaitu biaya pergudangan (storage costs) yang terdiri dari biaya sewa gudang, upah dan gaji tenaga pengawas dan pelaksana pergudangan, biaya peralatan material handling di gudang, biaya administrasi gudang dan biaya-biaya lainnya. Biaya pergudangan ini tidak akan ada, apabila tidak ada persediaan. Di samping biaya pergudangan dalam “inventory carrying costs” termasuk pula asuransi atas persediaan yang dimiliki seperti halnya dengan aktiva lainnya, dan pajak yang berupa pajak kekayaan atas investasi dalam persediaan yang biasanya untuk jangka waktu satu tahun, yang dihitung atas dasar investasi dari persediaan ratarata selama setahun. Selain itu, dalam biaya ini juga termasuk penghapusan dan risiko-risiko karena ketinggalan zaman atau menjadi tua, kerusakan, kecurian dan turunnya nilai/harga barang dalam persediaan itu (depreciation and obsolescence). Biaya terakhir yang termasuk dalam biaya ini adalah bunga atas modal yang diinvestasikan dalam inventory untuk mengganti biaya (cost of capital tied up) yang timbul karena hilangnya kesempatan untuk menggunakan modal tersebut dalam investasi lain sehingga disebut juga cost of forgone investment opportunity. Biasanya “inventory carrying cost” ditentukan sebagai suatu persentase (%) dari nilai uang dari persediaan tersebut per unitnya dalam satu tahun.
3.
Biaya kekurangan persediaan (out of stock costs). Yang dimaksudkan dengan biaya ini adalah biaya-biaya yang timbul sebagai akibat terjadinya persediaan yang lebih kecil daripada jumlah yang diperlukan, seperti kerugian atau biaya-biaya tambahan yang 5
diperlukan karena seorang pelanggan meminta atau memesan suatu barang sedangkan barang atau bahan yang dibutuhkan tidak tersedia. Di samping itu juga dapat merupakan biaya-biaya yang timbul akibat pengiriman kembal pesanan (order) tersebut.
4. Biaya-biaya yang berhubungan dengan kapasitas (capacity associated costs) Yang dimaksudkan dengan capacity associated costs adalah biaya-biaya terdiri atas biaya kerja lembur, biaya latihan, biaya pemberhentian kerja dan biaya-biaya pengangguran (idle time costs). Biaya-biaya ini terjadi karena adanya penambahan atau pengurangan kapasitas, atau bila terlalu banyak atau terlalu sedikitnya kapasitas yang digunakan pada suatu waktu tertentu.
1.5.
Metode Penulisan Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah studi literatur,
yaitu dengan mempelajari referensi-referensi yang berkaitan dengan teori manajemen persediaan dengan model Q,r dengan time-weighted backorders menggunakan HMMS multi-item yang diperoleh dari buku-buku, artikel, situs-situs yang tersedia di internet, dan bahan penunjang lainnya yang mendukung dalam penulisan skripsi ini.
1.6.
Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang penulisan skripsi, pembatasan masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan, metode penulisan yang digunakan, dan sistematika penulisan yang memberikan arah dan tujuan penulisan skripsi ini.
6
BAB II DASAR TEORI Bab ini membahas tentang dasar-dasar teori penunjang yang mendasari dan mendukung pada pembahasan bab selanjutnya. BAB III PEMBAHASAN Bab ini akan membahas pokok permasalahan utama yaitu manajemen persediaan menggunakan model Q,r dengan time-weighted Backorders BAB IV CONTOH KASUS Bab ini membahas tentang penerapan metode HMMS multi-item untuk permintaan lead time 2 jenis spare part dari sebuah perusahaan alat berat pada data yang terdapat pada jurnal On solving Multi-Item Inventory Model Using GLD Approximation. Selanjutnya digunakan penyelesaian dengan pendekatan permintaan lead time normal. BAB V PENUTUP Bab ini membahas tentang kesimpulan dari materi yang telah dibahas dan saran atas kekurangan dari hasil pembahasan bisa diberikan sebagai bahan perbaikan untuk penelitian lanjutan. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
7