BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Angklung merupakan salah satu instrumen yang berasal dari tanah Sunda, Jawa Barat. Angklung merupakan salah satu instrumen tradisional yang berasal dari material Bambu. Kesenian angklung merupakan salah satu kebudayaan Sunda yang menjadi simbol dari Jawa Barat khususnya Kota Bandung. Kesenian angklung merupakan salah satu kesenian yang berhasil memperkenalkan budaya Sunda dan membawa nama Indonesia ke mancanegara. Kesenian angklung yang berasal dari kota Bandung menyumbangkan banyak prestasi yang diukir di berbagai negara, dan menjadi salah satu kebudayaan yang patut di lestarikan oleh UNESCO pada tahun 2012. Kesenian angklung yang berasal dari tanah Sunda memiliki filosofis tersendiri, kesenian angklung sudah ada sejak abad ke-20 pada masa kerajaan Sunda dan dipakai sebagai alat upacara saat bertanam padi dan pada saat perjuangan. Kesenian angklung sempat mengalami penurunan minat oleh masyarakat dikarenakan digunakan sebagai alat musik oleh pengamen jalanan, namun kemudia bapak Daeng Soetigna membuat sebuah inovasi agar angklung dapat menjadi kesenian yang diminati oleh masyarakat Sunda dengan cara membuat angklung dengan nada diatonis sehingga angklung dapat memainkan beragam jenis lagu dikemudian hari. Sebagai kesenian sunda yang berasal dari Jawa Barat yaitu kota Bandung, kesenian angklung menjadi simbol atau icon yang digunakan oleh pemerintah sebagai identitas kota Bandung yang dapat kita jumpai di beberapa titik di kota Bandung, selain sebagai icon kesenian angklung juga selalu menjadi suguhan simbolik yang digunakan dalam acara-acara penting yang diadakan oleh pemerintah kota Bandung. Kesenian angklung yang sangat melekat dengan kota Bandung juga mulai di terapkan oleh beberapa sekolah dan universitas di kota Bandung sebagai pilihan ekstrakulikuler yang memiliki visi dan misi melestarikan budaya Sunda di kalangan anak muda masa kini yang terkesan jauh dengan kebudayaan lokal. Kesenian angklung ini juga menjadi salah satu hobi yang di minati oleh masyarakat Bandung, terlihat dari banyaknya tim angklung yang independen yang di bentuk oleh beberapa masyarakat Bandung yang merasa angklung perlu dilestarikan dan di budidayakan kedepanya. Sebagai kesenian yang menjadi icon kota Bandung kesenian angklung perlu lebih banyak diberikan wadah dan sarana dimana masyarakat bandung maupun turis yang datang ke kota Bandung mengetahui seperti apa angklung dan bagaimana proses pembuatan maupun cara memainkan angklung. Dalam hal ini di kota Bandung sendiri memilik beberapa tempat yang menjadi rekomendasi oleh beberapa artikel maupun situs di dunia internet, seperti Saung Angklung Udjo dan Bale Angklung Bandung namun beberapa tempat ini menyediakan sarana 1
dan fasilitas yang berbeda, pada Saung Angklung pengunjung hanya di fokuskan dalam hal pertunjukan seni, pada Bale Angklung pengunjung hanya berkunjung untuk melihat proses pembuatan angklung. Melihat beberapa tempat yang menyediakan kesenian angklung di kota Bandung tidak terdapat tempat yang secara khusus memperkenalkan angklung dari sisi edukasi sampai sisi pertunjukan secara lengkap, sedangkan sebagai kesenian yang menjadi icon kota Bandung patut di ketahui oleh seluruh kalangan masyarakat baik masyarakat Bandung maupun masyarakat Indonesia mengenai seluk beluk angklung itu sendiri. Pada zaman modern ini kesenian atau kebudayaan lokal dirasa kurang di wadahi untuk masyarakat apalagi kalangan anak muda yang kelak akan menjadi generasi penerus yang diharapkan dapat terus melestarikan kebudayaan lokal sampai ke seluruh penjuru dunia. Menurut Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 05 Tahun 2012 tentang pelestarian seni tradisional di sebutkan pada Bab V, Hak dan Kewajiban bagian kesatu pasal 12 Nomor 1 poin D, yaitu “Pemerintah Daerah berhak mewujudkan gedung kesenian bertaraf nasional dan internasional” dan pada bagian kedua Kewajiban pasal 19, Nomor 1, poin E dan F yang menyatakan bahwa “Pemerintah Daerah berkewajiban menyediakan gedung pertunjukan yang representatif sebagai tempat seniman berkreasi dan berapresiasi seni tradisional di lokasi yang strategis dan mudah diakses; menyediakan tempat pendokumentasian dalam bentuk deskripsi, gambar, foto, audio visual, wujud karya dan/ atau tiruanya.” Sehingga perancangan pusat kesenian ini akan menjadi salah satu cara melestarikan kesenian atau kebudayaan lokal yang sesuai dengan perda yang berlaku di kota Bandung. Pada perancangan pusat kesenian angklung kali ini berlokasi di pusat kota Bandung yang tepatnya berada di jl. Ir.H. Juanda, Dago. Bangunan yang berada di pusat kota menjadi salah satu pertimbangan perancangan karena dirasa akses yang mudah dan dekat dengan berbagai tempat yang mendukung keberlangsungan pusat kesenian angklung ini, dengan akses yang mudah bagi seluruh kalangan masyarakat yang ingin mengetahui dan melihat pertunjukan angklung untuk. Bangunan yang terdiri dari tiga lantai ini akan di pergunakan untuk menunjang segala hal yang berkaitan dengan Kesenian angklung baik mengenai sejarah angklung, proses pembuatan angklung, maupun pertunjukan angklung, sehingga pusat kesenian ini akan menjadi salah satu tempat all in one dimana semua kegiatan yang berkaitan dengan angklung dapat dengan mudah di temukan di pusat kesenian angklung ini. Perancangan pusat kesenian angklung ini akan memiliki visi dan misi yang berbeda dengan tempat kesenian angklung lainya, pada pusat kesenian angklung ini pengunjung tidak hanya di pusatkan pada pertunjukan atau sekedar objek wisata namun akan diarahkan terhadap sejarah dan proses pembuatan angklung, juga pengunjung dapat berkontribusi secara langsung dalam kesenian angklung sehingga seluruh fasilitas yang ada di dalam gedung ini akan terpakai secara maksimal dan menjadi pengalaman yang bermanfaat bagi pengunjung, karena berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 05 Tahun 2012 tentang pelestarian seni tradisional di sebutkan pada Bab V, Hak dan Kewajiban bagian kesatu pasal 17 yaitu “Masyarakat berhak; a. Memperoleh informasi yang berkaitan dengan penyelenggaraan festival 2
seni, pergelaran seni, pameran seni, dan lomba seni; dan, b. Mendapatkan rasa aman dalam menikmati karya seni dan kegiatan kesenian.” Perancangan pusat kesenian angklung ini diharapkan dapat menjadi salah satu cara untuk melestarikan kebudayaan sunda sesuai dengan peraturan daerah kota Bandung mengenai pelestarian seni tradisional, dan menjadi salah satu cara agar meningkatkan kembali minat masyarakat terutama kaum anak muda agar mengenal dan mencintai budaya lokal. Perancangan ini akan mewadahi semua kegiatan yang berkaitan dengan angklung sehingga pengunjung akan menemukan segala macam atau ragam hal yang berkaitan dengan angklung dalam suatu pusat kesenian yang terdiri atas tiga lantai yang berlokasi tepat di pusat kota dengan akses yang mudah dan dekat dengan berbagai akses kegiatan lain seperti sekolah, universitas, mall atau shopping centre, hotel berbintang, beberapa pusat kebudayaan asing, dan juga dekat dengan lokasi pemerintahan kota Bandung. 1.2. Fenomena dan Identifikasi Permasalahan Beberapa fenomena yang ada dirasa dapat menujuang perancangana pusat kesenian angklung ini, yaitu : 1. Mengacu kepada PERATURAN DAERAH Nomor.05 Tahun 2012 tentang PELESTARIAN SENI TRADISIONAL, pada Bab V, Hak dan Kewajiban bagian kesatu pasal 17 yaitu “Masyarakat berhak; a. Memperoleh informasi yang berkaitan dengan penyelenggaraan festival seni, pergelaran seni, pameran seni, dan lomba seni; dan, b. Mendapatkan rasa aman dalam menikmati karya seni dan kegiatan kesenian.” Sedangkan sampai saat ini tidak ada sebuah gedung kesenian angklung yang didirikan di kota Bandung. 2. Terdapat banyak masyarakat yang berminat dengan kegiatan angklung namun tidak memiliki wadah yang secara umum dapat menyalurkan minat dan rasa ingin tahu mereka mengenai angklung. 3. Tempat kesenian yang ada di kota bandung hanya dapat di temukan di SAU dan hanya bersifat objek wisata yang menitik beratkan pada pertunjukan, sehingga proses kegiatan lainya ataupun edukasi mengenai sejarah perkembangan angklung tidak di wadahi dalam hal ini. 4. Beberapa tim angklung yang dibentuk secara independen di kota Bandung mayoritas beranggotakan anak muda dengan kisaran umur 12-25 tahun dan mereka tidak memiliki wadah untuk mempromosikan angklung dengan layak sehingga tidak banyak anak muda yang mengetahui kegiatan mereka dan pertunjukan yang mereka adakan karena tidak adanya gedung atau sarana yang mewadahi mereka untuk mempromosikan kegiatan angklung. 5. Sampai saat ini berdasarkan hasil wawancara dengan salah beberapa orang yang berkaitan dengan kegiatan angklung bahwa kesenian angklung lebih banyak diminati oleh
3
pendatang dari luar kota bandung, bahkan turis mancanegara sehingga dirasa perlu suatu sarana yang memicu minat dari masyarakat kota Bandung itu sendiri. Berdasarkan latar belakang dan fenomena diatas maka dapat diidentifikasikan masalah yang ada sehingga dapat menujang perancangan pusat kesenian angklung, yaitu : 1. Perancangan pusat kesenian angklung yang sesuai dengan peraturan daerah kota Bandung sehingga dapat memenuhi hak dan kewajiban masyarakat dalam hal pelestarian kebudayaan atau seni tradisional. 2. Perancangan pusat kesenian angklung dengan perancangan organisasi ruang dan alur sirkulasi yang dapat menujang segala kegiatan yang berkaitan dengan angklung dan menonjolkan angklung sebagai icon utama dari pusat kesenian angklung ini. 3. Bagaimana perancangan pusat kesenian angklung agar dapat menarik minat seluruh kalangan masyarakat terutama masyarakat kota bandung dan anak muda kota bandung sehingga mau mengenal dan melestarikan kembali budaya lokal. 4. Perancang pusat kesenian angklung yang bertaraf nasional dikarenakan belum terdapatnya sebuah pusat kesenian angklung itu sendiri di kota Bandung. Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka rumusan permasalahan perancangan pusat kesenian angklung, yaitu : Perancangan Pusat Kesenian Angklung di kota Bandung yang dapat mewadahi dan memfasilitasi seluruh kegiatan yang berkaitan dengan angklung sebagai seni tradisional yang menjadi simbol kota Bandung, dan menjadi salah satu cara untuk melestarikan angklung dan meningkatkan minat masyarakat lokal terutama kalangan anak muda/ remaja. 1.3. Tujuan dan Sasaran Perancangan 1.3.1. Tujuan Perancangan Perancangan pusat kesenian angklung ini bertujuan untuk : 1. Sebagai Pusat Kesenian Angklung yang mewadahi semua kegiatan yang berkaitan dengan angklung dari mulai sejarah perkembangan, bentuk dan jenis-jenis angklung, cara pembuatan angklung, cara memainkan angklung, pertunjukan angklung, sarana promosi dan informasi mengenai kegiatan angklung yang sesuai dengan perancangan yang sesuai dengan kebutuhannya. 2. Pusat kesenian angklung yang bersifat interaktif dan edukatif bagi pengunjung. 1.3.2. Sasaran Perancangan 1. Memaksimalkan perancangan organisasi ruang dan sirkulasi pengunjung dengan penerapan pola bentuk dan warna pada elemen interior. 2. Memaksimalkan perancangan desain pada elemen interior dan furnitur sehingga menampilkan karakteristik angklung yang menjadi icon dari perancangan. 4
3. Perancangan pusat kesenian angklung dengan desain yang interaktif dan dinamis sehingga mewakili karakteristik musik angklung yang dinamis. 4. Menerapkan material yang memiliki karakteristik sesuai dengan karakteristik angklung. 5. Mengoptimalisasikan penghawaan dan pencahayaan alami sesuai dengan kondisi sekitar yang medukung untuk menerapkan desain bukaan yang cukup banyak dengan banyaknya tanaman hijau dan lokasi bangunan yang berada di dataran tinggi kota bandung. 1.4. Ruang Lingkup Perancangan Pusat Kesenian Angklung sebagai suatu wadah atau sarana yang menyediakan segala hal yang berhubungan dengan angklung, dengan batasan pengguna kalangan remaja (15-25 Tahun), dan dewasa (26-40 Tahun), luasan bangunan ±5000m² yang memiliki tiga lantai dan berlokasi di jalan Ir.H.Juanda (Dago), batasan elemen perancangan utama yaitu ruang auditorium, ruang latihan angklung beserta ruang penyimpanan, ruang workshop dan galeri yang menyajikan segala hal mengenai angklung, dan elemen pendukung berupa ruang pengelola/pengurus, cafetaria, dan ruang baca. 1.5. Metode Perancangan Metode yang digunakan pada perancangan kali ini adalah metode Glass Box dimana perancangan ini dilakukan secara rasional dan sistematis. Perancangan ini dilakukan secara analitis, sintetis, dan evaluatif sehingga mendapatkan pemecahan masalah secara optimal.
Pengumpulan data literatur dan data lapangan (Wawancara & Kuesioner)
Analisis data
Programing
Pengembangan konsep
Hasil akhir
Hal yang dilakukan untuk menunjang perancangan pusat kesenian angklung sesuai dengan metode glass box adalah : 1.5.1. Tahapan Pengumpulan Data 1. Studi Literatur 5
Studi literatur ini dengan cara mengumpulkan data yang berasal dari jurnal, artikel, buku maupun website mengenai hal-hal yang menunjang perancangan pusat kesenian angklung, sehingga dapat diterapkan dalam perancangan pusat kesenian angklung. 2. Studi Lapangan Studi lapangan dilakukan dengan cara : a) Observasi Observasi yang dilakukan yaitu pengamatan langsung terhadap : a. Saung Angklung Mang Udjo Alamat
: Jl.Padasuka 118, Bandung 40192
No. Tlp
: +62 22 727 2714 / +62 22 710 1736
Fax
: +62 22 720 1587
Email
:
[email protected]
Web
: www.angklung-udjo.co.id
Fasilitas
:workshop angklung, tempat pementasan, galeri, tempat merchandise, cafe
Fungsi
: Pertunjukan musik angklung dan kebudayaan Sunda, workshop pembuatan alat musik angklung.
b. Bale Angklung Bandung Alamat
: Jln. Surapati No. 95, Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Telepon
: +6222 251 6388/ +6281 870 8551
Web
: http://baleangklungbandung.org
Fasilitas
:Area halaman depan pembuatan angklung
Fungsi
: Sebagai tempat pembuatan angklung
rumah
menjadi
workshop
c. AWI (Angklung Web Institute)
6
Alamat
: Mall Braga City Walk lantai 2 L2-08, Jl. Braga No.99, Bandung-Indonesia 40113
Telepon
:-
Fasilitas
:Kantor pengelola, Tempat latihan (Yang berada di koridor Mall)
Fungsi
:Sebagai sarana informasi mengenai angklung dan minat bakat
d. Tim Muhibah Angklung 40 Days In Europe (Wawancara) Pendiri
: Kang Maulana Syuhada
Anggota
: 40 Orang
Pelatih
: 2 Orang
E.Gedung Pertunjukan Rumentang Siang Alamat : Jl. Baranang Siang No. 1, Kebon Pisang, Sumurbandung, Kota Bandung, Jawa Barat, Indonesia Telepon : Fasilitas
:Kantor pengelola, Tempat latihan (Yang berada di koridor Mall)
Fungsi :Sebagai sarana informasi mengenai angklung dan minat bakat e. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat Alamat : Jl. RE. Martadinata No. 209, Bandung Telepon : +62 22 7273209 b) Wawancara dan Kuesioner Wawancara dilakukan terhadap seluruh poin-poin yang dilakukan observasi demi mendapatkan data yang dapat menunjang perancangan secara real dan valid sesuai dengan kenyataan yang ada. Kuesioner akan dibagikan terhadap 200 responden yang akan dibagi 100 terhadap masyarakat umum, dan 100 terhadap pelaku angklung.
7
3. Analisis Data Pada tahap ini akan dilakukan pengolahan data literatur dan juga data lapangan yang di dapatkan, sehingga akan dihasilkan sebuah analisa program kebutuhan ruang, dan aktifitas yang sesuai dengan kebutuhan yang akan di terapkan dalam perancangan pusat kesenian angklung. 4. Programing Setelah hasil analisa di dapatkan maka akan terdapat beragam aktifitas dan kebutuhan ruang yang akan disusun dalam sebuah programing yang akan diterapkan pada perancangan sehingga mendapatkan perancangan yang sesuai dengan kebutuhan dan fungsinya. 5. Pengembangan Konsep Setelah mengetahui kebutuhan ruang dan permasalahan yang ada maka akan di rancang sebuah pusat kesenian angklung yang sesuai dengan kebutuhanya, dan mengembangkan konsep dan tema tertentu agar dapat menjawab permasalahan yang ada berupa output desain dan alternatif layout yang akan di gunakan pada perancangan pusat kesenian angklung di kota Bandung. 6. Output atau Hasil Akhir Hasil akhir dalam perancangan pusat kesenian angklung di kota Bandung ini yaitu perancangan pusat kesenian angklung yang menjawab permasalahan yang ada.
8