Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
BAB I PENDAHULUAN 1.1
LATAR BELAKANG Dalam zaman teknologi yang canggih ini, pemerintah memiliki usaha untuk
meningkatkan potensi sumberdaya manusia di Indonesia, salah satunya bidang yang tidak kalah pentingnya yang sedang disorot pemerintah saat ini terutama dalam bidang pendidikan dalam upaya untuk meningkatkan dan mencerdaskan bangsa Indonesia. Dengan demikian Jurusan Arsitektur Universitas Komputer Indonesia Bandung. Bertujuan mencetak tenaga kerja ahli dari strata satu (S1) yang siap pakai dan dapat diandalkan baik dilapangan maupun dalam proses perencanaan maupun desainnya. Dalam mengupayakan, kita sebagai tenaga ahli yang siap pakai maka Karja Praktik merupakan salah satu jalan keluar bagi mahasiswa untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan yang merupakan bekal atau pegangan kita nanti sampai terjun dalam sosial masyarakat berdedikasi tinggi dalam rangka keikutsertaan melaksanakan pembangunan nasional yang berkesinambungan. Maka dengan adanya program kerja praktik diatas, dilaksanakan pada proyek pembangunan Rumah Susun Mahasiswa (RUSUNAWA) Institut Teknologi Bandung. Pembangunan RUSUNAWA ini dilaksanakan di daerah Cisitu Lama, tepatnya pada jalan Sangkuriang. Gedung RUSUNAWA ini terdiri dari dua massa bangunan yang typical. Massa bangunan memiliki bentuk dasar kotak memanjang (balok) dengan tiap massa bangunan terdiri dari lima lantai. Rentang waktu pengamatan dimulai dari tanggal 14 Juni 2007 samapi dengan tanggal 31 Juli 2007. 1.2
MAKSUD DAN TUJUAN Kerja praktik merupakan salah satu syarat pendidikan yang ada di Jurusan
Arsitektur Univesitas Komputer Indonesia yang harus ditempuh oleh setiap
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
1
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
mahasiswa yang telah memenuhi persyaratan akademis. Sekaligus sebagai syarat untuk mengikuti Tugas Akhir . Maksud Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami sistem pelaksanaan suatu pekerjaan dilapangan sebagai bagian dari projek khususnya pekerjaan interiornya. Tujuan Mahasiswa diharapkan dapat menimba pengalaman dan sebagai penerapan teori yang diperoleh dibangku kuliah sebagai perbandingan dengan keadaan dilapangan. 1.3
LINGKUP PEMBAHASAN
Lingkup Pembahasan dalam Laporan Kerja Praktik I ini meliputi : 1. Pelaksanaan Proyek meliputi tugas dan wewenang pekerjaan, Struktur organisasi proyek, syarat dan administrasi proyek, Penjadwalan dan Mekanisme Laporan Kegiatan proyek. 2. Tinjauan Rumah Susun Sederhana Sewa (RUSUNAWA) 3. Tinjauan alat dan bahan dan pelaksanaan konstruksi 1.4
METODE PENULISAN 1. studi literature yang berhubungan dengan penulisan laporan 2. mempelajari data – data yang terdapat dalam dokumen kontrak 3. melakukan wawancara dengan pihak tim desain dan kontraktor 4. berdiskusi mengenai pembangunan RUSUNAWA Gedung Asrama ITB dengan tim desain, konsultan pengawas dan konsultan pelaksanaan.
1.5
SISTEMATIKA PEMBAHASAN Susunan garis besar sistematika pembahasan adalah sebagai berikut :
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
2
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
BAB I. Pendahuluan Dalam bab ini berisikan uraian mengenai latar belakang, maksud dan tujuan kerja praktek yang merupakan salah satu persyaratan akademis guna memberikan wawasan yang lebih luas mengenai pelaksanaan pembangunan pada sebuah projek, selanjutnya mengenai lingkup studi yaitu permasalahan yang dibahas. BAB II. Tinjauan Umum Projek RUSUNAWA Dalam bab ini membahas tentang jabatan dan fungsi dalam sebuah projek. Hubungan kerja pelaku projek, Struktur organisasi , dan ruang lingkup proyek yang berisi sarana dan fasilitas umum serta data-data proyek yang ada pada proyek tersebut. BAB III. Tinjauan Khusus Projek RUSUNAWA Membahas latar belakang, maksud dan tujuan dari pembangunan projek RUSUNAWA. Sejarah tentang adanya RUSUNAWA, fungsi RUSUNAWA BAB IV. Tinjauan Alat Dan Bahan Dalam bab ini dibahas tentang alat – alat dan bahan apa saja yang digunakan pada projek Gedung RUSUNAWA. Serta menjelaskan pengertian, fungsi – fungsi alat dan bahan tersebut. Membahas Mobilisasi Alat, Bahan dan Tenaga Kerja BAB V. Pelaksanaan konstruksi Menjelaskan tentang pekerjaan – pekerjaan dan ruang lingkupnya, yang dilakukan pada projek RUSUNAWA BAB VI. Penutup Saran – saran kepada pihak akdemik dan mahasiswa ( praktikan) Lampiran – Lampiran Berisikan data-data ataupun dokumen proyek yang dilampirkan guna menunjang mutu laporan kerja praktek.
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
3
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK 2.1 SEJARAH RUSUNAWA 2.1.1
Latar Belakang Tahun 2005 mendatang, Pemerintah mencanangkan pembangunan
rumah susun sewa (rusunawa) khusus bagi mahasiswa. Hal itu diungkapkan oleh Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah (Menkimpraswil) Soenarno. Menurutnya, untuk kota besar seperti Jakarta, pembangunan perumahan atau rumah
tinggal
(landed
house)
akan
semakin
ditinggalkan.
“Rusunawa untuk mahasiswa di kota-kota besar akan lebih menarik dibandingkan dengan rumah. Mereka harus dibiasakan dengan rumah susun, sehingga mereka tidak lagi berpikir bahwa kalau punya rumah harus punya tanah,” katanya. Soenarno
menyebutkan,
jika
tahun
2004
ini
pemerintah
menargetkan
pembangunan rusunawa sebanyak 20 unit twin block maka tahun depan jumlah tersebut akan diperbanyak.Untuk itu katanya, pihak Depkimpraswil telah mengajukan anggaran senilai Rp 2,8 triliun, termasuk di dalamnya dana untuk pembangunan 10.000 unit rumah susun. Dukungan untuk pembangunan rumah susun juga diutarakan oleh Alwi Bagir Mulachela, Ketua DPD REI (Dewan Pengurus Daerah Real Estat Indonesia) DKI Jakarta. Ditegaskannya, Pemerintah Daerah DKI Jakarta untuk tahun 2005 harus berani mengeluarkan kebijakan pembangunan properti dengan proporsi 50 persen untuk rumah tinggal (landed house) dan 50 persen sisanya bagi rumah susun. Saat ini komposisi tersebut masih 70 persen rumah tinggal dan 30 persen untuk rumah susun. 2.1.2
Perkembangan Permukiman di Kota Bandung Kota Bandung merupakan salah satu pusat perkembangan pendidikan di
jawa dengan fasilitas yang lengkap, sehingga setiap tahunnya terjadi penambahan penduduk yang sangat pesat. Oleh sebab itu, kepadatan penduduk terjadi, lahan menjadi sempit dan mahal. maka untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal mahasiswa/i dibuat asrama yang telah disediakan pada universitas yang LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
4
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
bersangkutan dengan fasilitas yang lengkap seperti kesediaan air minum, listrik, dan jaringan telepon. 2.2 Tinjauan RUSUNAWA 2.2.1
Pengertian RUSUNAWA Rumah Susun Sederhana Sewa merupakan tempat tinggal atau hunian bagi
mahasiswa ditempati secara bersama – sama yang telah disediakan oleh universitasnya, dengan fasilitas yang lengkap, layak huni, sehat, dekat dengan kampus, dan berada di lingkungan yang aman dan nyaman sehingga dapat terhindar dari pengaruh negatif di ligkungan sekitar. Rusunawa tempat tinggal mahasiswa harus dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia (mahasiswa) dalam arti yang sangat luas, sebagai manusia yang sedang menuntut ilmu dan sebagai manusia sosial yang sedang dalam proses pendewasaan. 2.2.2
Fungsi RUSUNAWA
1. Membuka
peluang
bagi
masyarakat
berpenghasilan
rendah
untuk
mendapatkan perumahan layak yang relatif dekat dengan tempat kerjanya, di dalam lingkungan aman 2. Menyediakan fasilitas akomodasi dan pendidikan yang berhubungan (dekat)
akan menunjang proses belajar mengajar. 3. Sebagai sarana penyesuaian individu dalam proses belajar di perguruan tinggi. 4. Menyediakan sarana untuk berlatih agar bisa berbaur dengan sesama.
Merangsang pembentukkan perilaku yang baik pada mahasiswa dan nyaman. 2.2.3
Bentuk RUSUNAWA (Sumber dari Dominate College and Facilities, Time
Saver Standard For Building Types Studies, Basic Plan, 1975) .1 Double Loaded Corridor
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
5
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
Rangkaian ruangan yang terletak di kedua sisi bangunan, dengan koridor di tengah, biasanya memiliki sistem kamar mandi terpusat di salah satu sisinya. .2 Gallery Plan Variasi dari double loaded corridor dengan ruangan di salah satu sisi bangunan saja dengan koridor yang bersifat tertutup ataupun tidak. .3 Extended Core Plan Rangkaian ruangan yang terletak di ke empat sisi strukturnya. Ditengahnya terdapat pusat dari ruangan servis seperti kamar mandi terpusat, janitor, lift, dll. Koridornya biasanya mengelilingi core di keempat sisinya.
.4 Vertical House Rangkaian jumlah ruangan 4,6, atau 8 suites. Tangga biasanya berjumlah 2 di masing-masing konfigurasi ruang-ruangnya. Menimbulkan perasaan seperti “rumah”. .5 Point Tower-plan Biasanya merupakan bangunan high rise, dengan sirkulasi vertical dengan tangga maupun lift LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
6
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
di sebuah core khusus dan berdampingan dengan ruang servis. Konfigurasi kamar-kamar diletakkan di sisi-sisi bangunan. Kamar mandi digunakan untuk 4, 6, atau 8 orang. BAB III TINJAUAN ALAT DAN BAHAN 3.1
Mobilisasi Alat, Bahan dan Tenaga Kerja
3.1.1 Peralatan Yang Digunakan Dalam pelaksanaan pembangunan suatu projek tidak terlepas dari penggunaan alat – alat yang terdiri dari alat – alat berat dan alat – alat ringan, hal ini dilakukan karena keterbatasan tenaga kerja manusia. Dengan penggunakan alat – alat ini pekerjaan pembangunan suatu projek akan berjalan lebih cepat dan mudah. Penggunaan alat – alat dalam setiap projek tidak selalu sama tetapi disesuaikan dengan kebutuhan, ketersediaan alat , dan pertimbangan biaya. Alat – alat yang digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan proyek ini sebagian adalah milik dari kontraktor. Dalam pelaksanaan pembangunan suatu proyek mobilisasi alat – alat dan bahan sangat penting, karena pekerjaan –pekerjaan yang dilaksanakan dalam suatu proyek saling berkaitan antara satu dengan yang lain, sehingga bila suatu bahan atau alat terhambat maka pekerjaan yang lain pun akan terhambat, proyek pun akan terganggu. Hal ini tentu akan mempengaruhi pelaksanaan proyek secara keseluruhan. Pelaksanaan mobilisasi alat pada proyek pembangunan RUSUNAWA ini dilakukan secara bertahap demikian pula bahan dan materialnya. Mobilisasi yang digunakan pada pembangunan RUSUNAWA ini dilakukan sendiri dengan menggunakan alat – alat milik kontraktor dan alat sewaan. Dalam pekerjaan pondasi, pengecoran beton dan urugan ada beberapa alat yang digunakan, di antaranya : 1. Bar Cutter Alat ini digunakan untuk memotong baja tulangan. 2. Bar Bender
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
7
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
Alat ini digunakan untuk pekerjaan meluruskan dan membengkokkan besi tulangan. 3. Vibrator Engine Alat ini digunakan untuk menggetarkan campuran beton pada saat pengecoran, hal ini dilakukan supaya beton yang dihasilkan dapat mengisi secara rata terhadap tempat yang dicor sehingga hasil beton tidak terdapat rongga – rongga atau keropos. Jika penggunaan alat ini tidak sesuai dengan prosedur maka akan menyebabkan terjadinya bleeding atau segregasi ( pemisahan butiran dengan pasta semen ). 4. Theodolite Topcon Alat ini digunakan untuk mengukur ketinggian kolom, kelurusan kolom dan as kolom, elevasi tanah timbunan, jarak agar sesuai dengan yang direncanakan. 5. Waterpass Topcon Alat ini digunakan untuk mengukur kerataan dinding dan pasangan bata. 6. Pompa Submersible Alat ini digunakan untuk mengambil air dari jarak yang cukup jauh atau dari kedalaman yang cukup dalam. 8. Stamper Mikasa digunakan untuk memadatkan permukaan tanah dan perkerasan 9. Trafo Las Listrik Alat untuk pembangkit tenaga listrik pada pelaksanaan pengelasan. 10. Bor Listrik 19 mm Alat ini digunakan untuk mengebor kayu untuk pengerjaan kayu untuk kusen dan pengeboran pelat baja. 11. Concrete Mixer 350 Liter Alat ini digunakan untuk pencampuran bahan adukan untuk pasangan batu ataupun untuk pencampuran adukan beton yang digunakan untuk pengecoran. 12. Truck Mixer Yaitu kendaraan yang mengangkut ready mix pada waktu dilaksanakan pengecoran. 3.1.2
Bahan
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
8
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
a.Bahan 1. Semen Portland merk Tiga Roda 2. Multipleks tebal 9 mm 3. Batu kali, agrerat kasar, agrerat halus, pasir, kerikil 4. Baja ulir, mutu U – 39 diameter lebih besar 12 mm 5. Baja polos, mutu U – 24 diameter ≤ 12 mm 6. Kayu Borneo super 7. Batu bata beton 8. Granit 9. Alumunium 10. Pipa Blacksteel 11. Gypsum board 12. Waterproofing membrane 13. GRC 14. Keramik 3.1.3
Tenaga Kerja
Menyediakan tenaga kerja mulai dari Koordinator Proyek sampai ke pengadaan tenaga kerja kasar. Tenaga kerja pada proyek pembangunan ini dibagi dalam 3 ( tiga ) tahap, yaitu : 1. Tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan pondasi. 2. Tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan plat, balok, kolom, atap. 3. Tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan finishing. 3.2 Spesifikasi Bahan Untuk pekerjaan konstruksi bahan – bahan yang digunakan harus sesuai dengan spesifikasi, hal ini sangat berpengaruh terhadap mutu atau kualitas konstruksi yang dibuat. Oleh karena itu sebelum pelaksanaan konstruksi bahan – bahan yang akan digunakan terlebih dahulu melalui beberapa pengujian untuk menentukan bahan – bahan mana yang memenuhi persyaratan.
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
9
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
3.2.1
Agrerat Agrerat kasar dan agrerat halus harus bersih, bebas dari gumpalan tanah
liat, Lumpur, minyak dan bahan organis yang merugikan. Jumlah persentase dari segala macam substansi yang merugikan beratnya tidak boleh dari 4 %. a. Agrerat Halus 1. Agrerat halus untuk beton harus terdiri dari pasir alam, sebagai hasil dari desintegrasi alami dari batu – batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat – alat pemecah batu. 2. Agrerat halus atau pasir berupa pasir alam bukan pasir laut dan bila terpaksa dikehendaki harus dicampur dengan proporsi yang tepat dari pasir buatan dan pasir alam. 3. Agrerat halus mempunyai modulus kehalusan butir antara 2 sampai dengan 32 jika diselidiki dengan saringan standar berbentuk tajam dan keras. 4. Gradasi dari agrerat halus harus menghasilkan mutu beton yang dikehendaki. 5. Agrerat halus disimpan di tempat yang bersih dan keras permukaannya dan dicegah supaya tidak terjadi pencampuran dengan material atau bahan lain. 4.1 Tabel Saringan Agrerat halus Saringan
Ukuran
% lewat Saringan
3/8” No. 4 No.8 No.16 No.30 No.50 No.100 No.200
9,5 mm 4,75 mm 2,38 mm 1,19 mm 0,595 mm 0,297 mm 0,149 mm 0,074 mm
100 90 – 100 85 – 95 50 – 85 25 – 65 10 – 30 5 – 10 0–5
b. Agrerat Kasar 1. Agrerat kasar harus berupa koral atau batu pecah yang mempunyai susunan gradasi yang baik, keras, tidak porous,
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
10
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
tajam dan bentuknya relative kubus. Kadar Lumpur dan pasir tidak boleh lebih dari 5 % terhadap berat kering. 2. Agrerat kasar mempunyai ukuran butir 5 mm sampai dengan 25 mm, ukuran yang lebih besar harus mendapat persetujuan dari pengawas. 3. Gradasi dari agrerat kasar secara keseluruhan harus dapat menghasilkan mutu beton yang dikehendaki, padat dan mempunyai daya kerja yang baik dengan semen dan air dalam proporsi campuran yang dipakai. 5.2
Tabel saringan Agrerat Kasar
Saringan
Ukuran
% Lewat saringan
1” 3/4” 3/8” No. 4
25 mm 20 mm 9,5 mm 4,76 mm
100 90 – 100 20 – 55 1 – 10
3.2.2 Beton a. Semen 1. Semen yang dipakai harus memenuhi syarat – syarat yang ditentukan
dalam
PBI 1971 dan peraturan semen Portland Indonesia. 2. Dalam pengerjaan pembangunan ini digunakan Portland Cement : Tiga Roda. 3. Semen disimpan dalam gudang yang baik untuk menjaga terjadinya kerusakan. Semen yang mengeras, sweeping, tercampur dengan kotoran atau kena air atau lembab ditolak untuk digunakan dan harus dikeluarkan dengan segera dari proyek atas biaya pemborong. b. Air 1. Air untuk bangunan haruslah air tawar yang bebas dari zat – zat organik, tanah lumpur, garam – garam mineral, larutan alkali dan lain – lain. 2. Jika air dari saluran kotamadya tidak dapat atau tidak cukup, maka pemborong sendiri harus mengadakan air untuk tujuan pembangunan ini dengan mendatangkan atau mengadakan air sumber air sendiri yang memenuhi syarat.
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
11
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
3. Bila perlu dengan alasan – alasan yang disampaikan oleh pengawas harian atau pemberi tugas, maka Pemborong wajib menunjukkan bukti hasil analisa kimia dari air tersebut. Caranya dengan mengirimkan contoh air untuk diteliti oleh Laboratorium Penyelidikan Bahan. Contoh air harus diambil dan disegel dengan penyaksian Direksi Lapangan atau Pengawas Lapangan. c. Pengujian Mutu Beton 1. Pengawas berhak meminta setiap saat kepada Kontraktor untuk membuat kubus coba dari adukan beton yang dibuat. 2. Cetakan kubus coba dengan benda uji yang berbentuk bujur sangkar dalam segala arah dengan ukuran kubus 15 x 15 x 15 cm³ dan memenuhi syarat dalam persyaratan Peraturan Beton Indonesia ( NI – 2 1971 ). 3. Pengujian dilakukan sesuai dengan PBI 1971, semua benda uji dites di laboratorium yang berwenang dan di setujui oleh pengawas, termasuk juga pengujian susut ( slump minimal = 7,5 cm dan maksimal 15 cm, sesuai dengan PBI 1971 ) dan pengujian tekanan. 4. Pengambilan benda uji harus dari lokasi pengecoran bukan dari mixer, dengan jumlah minimum dua buah benda uji untuk setiap 10 m³ beton dari tiap acuan yang terpisah. Pemborong harus menyediakan tenaga kerja dan semua peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan semua test beton dan semua material. Antara lain pemborong harus menyediakan alat- alat dan tempat untuk melakukan tes – tes. Yaitu slumptest, kubus test, cetakan – cetakan pelat baja untuk membuat kubus – kubus beton, test kadar Lumpur. 5. Untuk menetapkan sifat – sifat tertentu dari beton seperti modulus elastisitas, shrinkage, creep dan lainnya untuk keperluan yang dianggap khusus maka jumlah benda uji dapat bertambah dari ketentuan di atas sesuai dengan permintaan pengawas. 6. Dianjurkan untuk membuat benda uji yang akan diperiksa pada umur 28 hari, 7 hari dan 3 hari, agar dalam waktu yang singkat sudah ada gambaran tentang mutu beton pada waktu pelaksanaan. Hasil – hasil pemeriksaan dengan benda uji ini dapat dijadikan dasar untuk mempertimbangkan apakah perlu dilakukan perubahan dalam campuran beton dan cara pelaksanaan. Sebagai penilaian yang
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
12
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
menentukan nilai mutu beton, tetap dipakai pemeriksaan berdasarkan benda uji pada umur 28 hari. 7. Jika beton tidak memenuhi syarat pengujian slump, maka kelompok adukan yang tidak memenuhi persyaratan itu tidak boleh dipakai untuk pelaksanaan pengecoran. Jika pengujian tekanan gagal, maka perbaikan harus dilakukan dengan mengikuti prosedur PBI 1971. 8. Syarat – syarat dan ketentuan dalam PBI 1971 mengenai bahan – bahan untuk beton bertulang, cara – cara pelaksanaan konstruksi beton bertulang dan pemeriksaan ( tes ) mengenai hal – hal itu harus mendapat perhatian yang seksama dari Pemborong dan menjadi dasar dari seluruh pelaksanaan. 9. Laporan hasil percobaan harus diserahkan kepada Pengawas, segera sesudah selesai
percobaan, paling lambat
30 hari
setelah
pengecoran
dengan
mencantumkan besarnya kekuatan karakteristik, deviasi standar, campuran adukan dan berat kubus uji tersebut. 10. Apabila dalam pelaksanaan ternyata mutu beton yang dibuat seperti yang ditunjukan benda uji tidak memenuhi syarat spesifikasi
dan telah dilakukan
pengujian lainnya gagal, maka bagian pekerjaan tersebut dibuat perkuatan atau tambahan konstruksi lainnya atas biaya kontraktor sepenuhnya. 11. Meskipun hasi pengujian benda – benda uji tersebut memuaskan, Pengawas mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat seperti :
Pelaksaan pengecoran yang tidak baik, sehingga menyebabkan segregasi.
Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan yang direncanakan dalam gambar.
Konstruksi yang tidak lurus atau tegak lurus seperti yang direncanakan.
Semua pekerjaan yang dianggap cacat pada dasarnya harus dibongkar dan diganti yang baru, kecuali jika Pengawas menyetujui untuk diadakan perbaikan atau perkuatan dari Konstruksi yang cacat tersebut.
3.2.3
Besi Setiap besi beton yang dihasilkan oleh pabrik – pabrik baja pada umunya
mempunyai standar mutu dan jenis – jenis baja, sesuai dengan yang berlaku. Mutu
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
13
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
besi yang dipakai menurut gambar rencana atau petunjuk direksi. Mutu besi beton dibagi menurut tabel dibawah in Tabel .4. 3. Mutu Baja Mutu
Sebutan
U – 22 U – 24 U – 32 U – 39 U – 48 Besi
Tegangan leleh karakteristik dan tegangan karakteristik yang memberikan tegangan tetap 0,2 % ( Kg/cm² ) Baja lunak 2,200 Baja lunak 2,400 Baja sedang 3,200 Baja keras 3,900 Baja keras 4,800 – besi tulangan hendaknya dibengkokkan dan diluruskan secara hati –
hati terutama pada besi tulangan yang sifatnya getas. Pada proyek pembangunan ini, besi yang digunakan oleh kontraktor adalah besi jenis U – 24 ( besi polos ) dengan diameter kurang dari 12 mm dan besi jenis U – 39 ( besi ulir ) dengan diameter lebih besar dari 12 mm. 3.2.4
Bahan – bahan lain
a. Kayu Kayu yang digunakan untuk bekisting yaitu kayu lembaran atau multipleks dengan tebal 9 mm dari kualitas yang terbaik dan untuk rangka penguat dari kayu Borneo super dengan ukuran 5/7, 5./10, 6/12 dan untuk tiang penyangga digunakan dolker diameter minimal 10 mm. Untuk kusen jendela dan pasangan kaca digunakan kayu – kayu Borneo super. b. Batu bata Batu bata yang biasa digunakan yaitu bata bata hasil produksi lokal dari mutu yang terbaik dengan ukuran nominal 6 cm x 10 cm x 14 cm, bentuknya harus cukup siku, bakarannya matang, tanpa retak atau pecah. Ukuran yang satu dengan yang lainnya tidak boleh berselisih lebih dari 2,5 %, daya ultimate minimum tidak boleh kurang dari 30 kg/cm². c. Penutup Atap 1. Waterproofing membrane 2. Menggunakan mutu beton dengan mutu yang sesuai pada gambar. d. Instalasi Plumbing
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
14
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
Tangki Air : Exsel kapasitas 1 m³, untuk beton torn atas, Exsel atau setara khusus tanam kapasitas 1 m³. Pipa PVC dan fitting : Maspion AW abu. Pompa air : National 125 Watt. e. Langit – langit 1
Plafond gypsum board flat tebal 9 mm, yang bermutu baik, setara dengan produksi “ Jaya Board “.
2
Pengikat berupa paku, mur, kawat, sekrup dan lain – lain harus digalvanisir sesuai dengan NI – 5.
3
Bahan perekat tahan air yang digunakan ex : Jaya Board.
4
Finishing langit – langit digunakan cat ex : Spectrum
5
Rangka langit – langit, ex : Jaya Board full system. f. Pekerjaan Instalasi 1. Kabel : Prima, Etena, Sinar, Federal. 2. Box Panel : Hanger 3. MCB : Merli gerin ABB 4. Fitting : Brocco segiempat 5. Saklar, stop kontak : Brocco gracio 6. Teerminal box 10 x 10 ( bahan plastic ) 7. Outlet telephone RJ 11 : Brocco gracio. g. GRC.
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
15
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
BAB IV PELAKSANAAN KONSTRUKSI Dalam pelaksanaan pekerjaan Kontraktor memperhatikan dokumen kontrak original, selain itu gambar – gambar rencana sebagai bahan acuan dalam melaksanakan konstruksi di lapangan. 4.1 PEKERJAAN TANAH 4.1.1
PELAKSANAAN PENGGALIAN Pekerjaan penggalian pondasi, sloof dan poer dapat dilaksanakan secara
konvensional dan semua peralatan yang dibutuhkan harus disediakan oleh Kontraktor, baik yang menyangkut peralatan untuk pekerjaan persiapan maupun peralatan untuk pekerjaan penggaliannya sendiri dan alat-alat bantu yang diperlukannya. Sebelum pekerjaan penggalian dapat dilaksanakan, Kontraktor wajib untuk mengajukan permohonan tertulis kepada Konsultan Manajemen Konstruksi yang menyebutkan tanggal akan dimulainya pekerjaan penggalian, uraian teknis tentang cara-cara penggalian yang akan dilaksanakan. Dalam melaksanakan pekerjaan
penggalian
ini,
Kontraktor
wajib
melaksanakan pekerjaan pencegahan atau kelongsoran tanah, pekerjaan penanggulangan air tanah yang menggenang, pekerjaan perbaikan bila terjadi kelongsoran dan lain sejenisnya. Semua galian harus dilaksanakan sampai diperoleh panjang galian, kedalaman, kemiringan dan lengkungan yag sesuai dengan yang tertera di dalam Gambar. LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
16
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
Bilamana kedalaman penggalian terlampaui kedalaman yang dibutuhkan sebagaimana yang tertera di dalam Gambar, Kontraktor harus menimbun dan memadatkannya kembali dengan pasir urug, dan semua biaya tambahan yang diakibatkannya menjadi tanggung jawab Kontraktor. Bilamana kondisi dari tanah pada kedalaman yang ditentukan di dalam Gambar ternyata meragukan, Kontraktor harus secepatnya melaporkan hasil tersebut kepada Konsultan Manajemen Konstruksi secara tertulis, agar dapat diambil langkah-langkah yang dianggap perlu, semua biaya yang diakibatkan oleh keadaan tersebut akan dibayar oleh Pemilik Bangunan melalui penerbitan “Perintah Perubahan Pekerjaan” (Pekerjaan Tambah). Permukaan tanah yang sudah selesai digali dan telah mencapai kedalaman rencana harus dipadatkan kembali untuk mendapatkan permukaan yang padat, rata. Pemadatan tanah digunakan alat pemadat tanah yang sebelumnya disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. Kontraktor harus melaporkan hasil pekerjaan galian tanah yang telah selesai dan menurut pendapatnya sudah dapat digunakan untuk pemasangan pondasi kepada Direksi Manajemen Konstruksi untuk dimintakan persetujuannya. Semua kelebihan tanah galian harus dikeluarkan dari lapangan ke lokasi yang disetujui oleh Pemberi Tugas, Kontraktor bertanggung jawab untuk mendapatkan tempat pembuangan dan membayar ongkosongkos yang diperlukan. Air yang tergenang dilapangan, atau dalam saluran dan galian selama pelaksanaan pekerjaan dari mata air, hujan atau kebocoran pipapipa harus dipompa keluar atau biaya Kontraktor.
4.1.2
Hambatan yang Dijumpai Waktu Penggalian
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
17
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
Semua akarakar pohon, batangbatang pohon terpendam, beton-beton tak terpakai atau pondasipondasi bata, septicktank bekas, pipa drainase yang tak terpakai, batubatu besar yang dijumpai pada waktu penggalian harus dikeluarkan atas biaya Kontraktor. Tanah yang berlubang akibat hambatan yang dijumpai harus diperbaiki kembali dengan pasir beton : semen dengan perbandingan 1 : 10 Instalasi umum yang tertanam dan masih berfungsi seperti pipa drainase, pipa air minum, pipa gas, kabel listrik yang dijumpai pada waktu penggalian diusahakan tidak terganggu atau menjadi rusak.Bilamana hal ini dijumpai maka Direksi Manajemen Konstruksi dan pihak pihak yang berwenang harus segera diberitahu dan mendapatkan instruksi selanjutnya untuk mengeluarkan instalasi tersebut sebelum penggalian yang berdekatan diteruskan. Bilamana terjadi kerusakankerusakan pada instalasi tersebut diatas, maka Direksi Manajemen Konstruksi dan pihakpihak yang berwenang harus segera diberitahu dan semua kerusakankerusakan harus diperbaiki atas biaya Kontraktor. 4.2 PEKERJAAN PENGURUGAN Yang dimaksud disini ialah pekerjaan timbunan yaitu dimana permukaan tanah yang direncanakan lebih tinggi dari permukaan tanah asli, sebagaimana tertera dalam gambar rencana.Semua daerah yang akan diurug harus dibersihkan dari semua semak, akar pohon, sampah, puing bangunan dan lainlain sebelum pengurugan dimulai.Tanah yang digunakan untuk mengurug harus bersih dari bahan organis, sisasisa tanaman, sampah dan lainlain. Tanah yang digunakan untuk timbunan dan subgrade harus memenuhi standard spesifikasi AASHTO-M 57-64 dan harus diperiksa terlebih dahulu di laboratorium tanah yang disetujui oleh Direksi Manajemen Konstruksi.Timbunan atau urugan dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan maksimum 25 cm. Untuk masingmasing lapisan dipadatkan sampai permukaan tanah yang direncanakan. Pelaksanaan penimbunan dapat menggunakan mesin gilas dan pada daerah yang oleh Direksi Manajemen Konstruksi dianggap berbahaya atau dengan jarak lebih
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
18
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
kurang 45 cm dari saluran atau batasbatas atau pekerjaanpekerjaan yang mungkin menjadi rusak digunakan Stamper.
4.3 URUGAN PASIR 4.3.1
PERSYARATAN BAHAN
Pasir urug yang akan dipakai harus bersih dan cukup keras, sesuai dengan persyaratan yang tercantum di dalam PUBI 1971 ayat 12.1. Pasir laut dapat digunakan, asal dicuci secara memadai. 4.3.2
PELAKSANAAN PEKERJAAN
Sebelum pengurugan pasir dilaksanakan Kontraktor wajib untuk memeriksa ketinggian dari tanah atau konstruksi dibawahnya untuk meyakinkan bahwa ketinggian yang ada telah sesuai dengan gambar, dan bahwa tanah dibawahnya telah dipadatkan sehingga didapat permukaan yang rata dan padat. Hasil pemeriksaannya ini harus dilaporkan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi, yang akan segera melakukan pemeriksaan. Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, Konsultan Manajemen Konstruksi akan menolak atau memberikan persetujuannya untuk pelaksanaan pekerjaan pengurugan pasir. Pengurugan pasir harus dilaksanakan dengan cara menebarkan, meratakan dan memadatkan secara mekanik sampai diperoleh ketebalan dan ketinggian yang sesuai dengan Gambar. Urugan pasir tidak boleh ditutup oleh Konstruksi atau Pekerjaan lain sebelum disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. Konsultan Manajemen Konstruksi berhak untuk membongkar pekerjaan diatasnya, bilamana urugan pasir tersebut belum disetujui olehnya. Tebal dan peil urugan pasir harus sesuai dengan
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
19
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
gambar, jika tidak dinyatakan secara khusus dalam gambar, maka tebal urugan pasir = 10 cm. 4.4 LANTAI KERJA 4.4.1
PERSYARATAN BAHAN
Lantai kerja harus dibuat dari campuran semen, pasir, kerikil dengan perbandingan 1 : 3 : 5 atau kualitas setara B – 0. 4.4.2
PELAKSANAAN PEKERJAAN
Sebelum lantai kerja dibuat lapisan tanah dibawahnya harus dipadatkan dan diratakan dengan alat pemadat serta diurug lapisan pasir. Lantai kerja sebelum mendapat persetujuan dari Konsultan Manajemen Konstruksi tidak boleh ditutup oleh
pekerjaan
lainnya
dan
Konsultan
Manajemen
Konstruksi
berhak
membongkar pekerjaan diatasnya bilamana lantai kerjá tersebut belum disetujui olehnya.Tebal dan peil lantai kerja harus sesuai dengan gambar, jika tidak dinyatakan secara khusus dalam gambar, maka tebal lantai kerja minimal 5 cm.
4.5 PEKERJAAN BATU KALI 4.5.1
PERSYARATAN BAHAN
1. Batu Kali Batu kali yang dipakai harus merupakan batu kali belah yang keras, padat dan memiliki struktur yang kompak dengan warna yang cerah dan bebas dari cacat, serta harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum di dalam PUBI 1982 dan SII.0079-79. Batu kali bulat tidak boleh dipakai. 2. Semen Portland
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
20
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
Semen portland yang dipakai untuk pekerjaan pasangan harus memenuhi ketentuan yang tercantum pada RKS ini. 3. Pasir Pasang Pasir pasang yang dipakai harus bersih dan keras, serta memenuhi persyaratan yang dicantumkan dalam PUBI 1970 ayat 12.1. dan 12.2. 4. A i r Air yang akan dipakai untuk pasangan batu kali harus memenuhi ketentuan yang tercantum pada RKS ini.
4.5.2
PELAKSANAAN PEKERJAAN Pondasi batu kali harus dilaksanakan dengan menggunakan adukan 1
bagian Semen Portland : 5 bagian Pasir Pasang dan harus dipasang dan dibentuk sampai diperoleh dimensi dan ketinggian yang dibutuhkan, sebagaimana yang tertara dalam Gambar. Batu kali harus dipasang sedemikian rupa, sehingga didapatkan gigitan yang memadai diantara batu-batu, dengan ruang kosong sekecil mungkin. Sebelum dipasang, bagian luar dibasahi secukupnya. Setelah dipasang, bagian luar dari batu kali harus di "Berapt” dengan adukan yang sama sampai semua permukaan batu tertutup. Sebelum pemasangan dapat dilaksanakan, Kontraktor harus membuat dan memasang kayu-kayu pembantu (kayu profil) dan
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
21
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
menerentangkan benang pembantu dengan bentuk sesuai dengan bentuk pondasi yang akan dipasang. Benang-benang yang direntangkan harus sipat datar. Kayu pembantu dan benang-benang ini harus disetujui oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi
sebelum pasangan batu kali dapat dimulai. Pasangan Batu Kali Exposed Pasangan batu kali exposes harus dipasang secara acak dengan menggunakan adukan dan harus dilaksanakan oleh tukang batu khusus yang berpengalaman. Selama pemasangan batu mungkin perlu dibentuk untuk memperoleh nat yang tipis dan rata.Pekerjaan ini harus dilaksanakan dengan menggunakan adukan semen pasir dengan campuran 1 bagian semen portland : 5 bagian pasir pasang. Sebelum dipasang, batu harus dibasahi secukupnya, dan nat antar batu yang diexposed harus dikorek dengan cara yang memadai. Selama pemasangan, batu kali yang telah terpasang harus sering dicuci, untuk menghindarkannya dari kotoran dan adukan yang menempel.
4.6 PEMASANGAN PONDASI TIANG PANCANG 1. Permukaan Lapangan Kontraktor supaya memperhitungkan apapun yang diperlukan untuk meratakan tanah untuk jalan masuk maupun untuk dapat bekerjanya piling rig. Level piling dapat diasumsikan seperti yang tertera di gambar struktural. 2. As-as Kolom dan Pile
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
22
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
Kontraktor supaya menentukan as-as kolom maupun pile dengan teliti dan di bawah Konsultan Manajemen Konstruksi seorang ahli ukur.
3. Penyelidikan Lapangan Sebelum mengajukan penawaran, Kontraktor dianggap telah mengunjungi dan mempelajari keadaan lapangan sebaik-baiknya, termasuk yang tidak disebutkan secara khusus dalam gambar-gambar struktur. Jika Kontraktor ingin melakukan penyilidikan tambahan yang menyangkut galian, sondir, boring, dan sebagainya sebelum mengajukan penawaran, hal ini dapat dilakukan atas biaya sendiri. 4. Pembayaran Pile Panjang pile yang dibayar adalah panjang cut of level ke penetrasi maksimum dari ujung pilling, kecuali bila dinyatakan lain. Panjang pile rata-rata telah diasumsikan berdasarkan data-data penyelidikan tanah yang sudah ada. Pembayaran akan dilakukan berdasarkan panjang pile seperti disebutkan diatas dikalikan dengan harga satuan. Dalam harga satuan ini sudah termasuk material yang terbuang, pembersihan lapangan dari material yang tertinggal, sambungansambungan, pengangkatan, pemancangan, mesin-mesin dan peralatan serta segala sesuatu yang diperlukan untuk memasang pile pada posisi permanennya yang terakhir. 5. Peralatan dan Tenaga Kerja Semua kerangka, peralatan, pengangkatan dan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk memasang pile pada posisinya yang permanen menjadi tanggung jawab Kontraktor. Sebelum memulai di
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
23
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
lapangan dengan pekerjaan pilling yang sesungguhnya, Kontraktor supaya memberikan detail lengkap mengenai program kerja, jumlah dan tipe peralatan, organisasi dan personalia dilapangan kepada Direksi / Konsultan Manajemen Konstruksi.
Direksi/Konsultan
Manajemen
Konstruksi
berhak
meminta
penggantian peralatan dan personalia bilamana hal ini dianggap tidak cocok. 6. Daya Dukung Pile Dalam spesifikasi ini, Daya Dukung berarti beban pada pile yang disebabkan oleh
berat
sendiri
bangunan
dan
beban
hidup
sesuai
dengan
yang
direncanakan.Daya Dukung pile ukuran 25 x 25 cm dengan kedalaman 12 m dari muka tanah asli adalah 30 ton. 7. Test Pile Test Pile Pendahuluan adalah pile yang diinstalasikan sebelum pile-pile sesungguhnya dengan maksud mengetes baik sistem maupun detail-detail pile yang diajukan cukup memuaskan ditinjau dari segi Daya Dukung dan Penurunan. Dalam proyek ini test pendahuluan tidak disyaratkan. Test Pile sesungguhnya adalah pile yang diinstalasikan sebagai bagian dari pondasi dan ditest untuk mengetahui apakah kwalitas bahan-bahan maupun pelaksanaan cukup baik. 8. Methoda Pengetesan Pile Load Test dapat dilaksanakan dengan Pengujian Dinamis metoda PDA (Pile Driving Analiyzer) Sesuai ASTM 4945-96. Hasil test harus dianalisa dengan Metoda CAPWAP. Pelaksana Test PDA harus mendapat persetujuan dari Konsultan Perencana /Manajemen Konstruksi. 9. Instalasi Pile Pile harus diinstalasi tepat pada posisinya maupun levelnya. Pile yang tidak tepat tempatnya tidak boleh secara paksa diperbaiki pada posisi yang seharusnya. 10. Posisi Pile Posisi pile adalah pada lokasi seperti ditunjukkan pada gambar-gambar struktur. Kontraktor bertanggung jawab untuk posisi pile yang tepat, levelnya dan kelurusannya dan untuk semua peralatan yang diperlukan. Pengukuranpengukuran di lapangan harus dilakukan oleh ahli Surveyor sebelum dan sesudah pekerjaan pilling. Frame pile harus di-lot dengan teliti sebelum memancang atau
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
24
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
mem-bor pile. Deviasi maximum yang diizinkan untuk setiap pile adalah 75 mm dalam arah horisontal dan 1: 100 dalam arah vertikal. Pile yang tidak benar posisi atau kelurusannya tidak boleh diperbaiki dengan cara paksa. Instalasi pile harus sedemikian sehingga tidak mengganggu pile-pile disekitarnya yang sudah ada.
11. Rintangan-Rintangan Bila terdapat rintangan-rintangan di bawah tanah yang tidak diharapkan seperti pondasi lama, dinding dan sebagainya yang sangat menggangu kemajuan pekerjaan
piling,
maka
Kontraktor
supaya
segera
memberitahukan
Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi. Bila pada lokasi semula tidak mungkin diinstalasi pile, maka lokasi pile perlu direvisi oleh Konsultan Perencana dan Kontraktor akan dibayar terhadap kemungkinan adanya pekerjaan tambah. Rintangan-rintangan permukaan, yaitu rintangan-rintangan yang ada pada kedalaman yang tidak lebih dari 3 meter dari permukaan tanah, harus dibersihkan dan dibongkar oleh Kontraktor atas tanggungannya. Lubang boran yang ditinggalkan karena rintangan sebagaimana disebutkan diatas tidak merupakan kerja tambah atau kurang dan harus diisi kembali dengan tanah, pasir atau puingpuing sebagaimana diinstruksikan. Penambahan pile akibat lubang boran yang ditinggalkan akan merupakan kerja tambah. 12. Pile Rusak Bila Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi berpendapat bahwa sebuah pile cacat pada waktu pengecoran, pemancangan ataupun testing sehingga nilai strukturnya diragukan dengan beberapa pile yang mempunyai effect struktur yang minimum sama dengan yang digantikan atas biaya Kontraktor. 13. Pile Cacat
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
25
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
Pile cacat ataupun keluar dari posisi yang direncanakan harus diganti oleh 1 (satu) atau lebih pile seperti diinstruksikan oleh Direksi/ Konsultan Manajemen Konstruksi atas biaya Kontraktor. 14. Gagalnya Test Pile yang Sesungguhnya Bila satu pile atau lebih gagal memenuhi persyaratan test pile, Kontraktor harus melakukan test pile tambahan sesuai instruksi Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi. Pekerjaan tambah akibat gagalnya test pile, yaitu kemungkinan ditambahnya pile menjadi tanggung jawab Kontraktor. 15. Kepala Pile Pemotongan kepala pile pada cut-off level dan pengecoran pile cap akan dilaksanakan oleh Kontraktor Utama. Kelebihan panjang pile harus dibuang atau dimanfaatkan sebagaimana diinstruksikan oleh Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi. 16. Posisi Pile Akhir Setelah selesainya pekerjaan pilling, Kontraktor harus mensurvey kembali lokasi pile dan mencatat seberapa jauh deviasi baik secara horisontal maupun secara vertikal terhadap posisi yang sesungguhnya. Survey kembali ini dilakukan bersama-sama dengan Kontraktor Utama dan disaksikan oleh Direksi / Konsultan Manajemen Konstruksi. 17. Instalasi Mekanical & Electrical (M & E) Bawah Tanah Kontraktor bertanggung jawab atas semua klaim yang mungkin timbul karena kerusakan-kerusakan instalasi M & E bawah tanah, bilamana instalasi tersebut sudah tertera dalam gambar. Kontraktor supaya melaksanakan pekerjaannya sedemikian rupa sehingga bangunan dan pondasi bangunan tetangga tidak terganggu atau rusak. 18. Garansi Garansi selama 6 (enam) bulan setelah selesainya pekerjaan bangunan diperlukan untuk sistem piling yang ditawarkan oleh Kontaktor. 19. Data Pilling Data lengkap dari tiap-tiap pilling meliputi instalasi pile, set, contoh-contoh tanah dan sebagainya sebagaimana diminta oleh Direksi/Konsultan Manajemen
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
26
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
Konstruksi supaya dilengkapi dalam waktu 2 x 24 jam setelah instalasi pile yang bersangkutan selesai. 20. Naiknya Muka Tanah Begitu sebuah pile selesai diinstalasi, maka data penurunan level kepala pile supaya dimonitor. Bilamana seluruh pile dari sebuah kelompok pile selesai, maka kepala pile yang naik agar diperbaiki sesuai instruksi Direksi/ Konsultan Manajemen Konstruksi. 21. Permukaan Tanah Sudah termasuk harga borongan adalah semua pekerjaan dan bahan-bahan yang diperlukan untuk meratakan muka tanah seperlunya sehingga peralatan dapat bergerak dengan lancar selama masa pelaksanaan piling. 22. Persetujuan Posisi Pile Posisi pile akan dicek oleh Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi selama pekerjaan berlangsung dan persetujuan akhir akan diberikan dalam waktu 3 (tiga) hari setelah data posisi pile akhir diberikan oleh Kontraktor. Peralatan tidak boleh dikeluarkan dari lapangan tanpa persetujuan tertulis dari Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi.
4.7 PEKERJAAN PEMANCANGAN 1. Garis dan Ketinggian -
Pelaksana harus menempatkan di
lapangan seorang teknisi yang ahli dan berpengalaman dalam jenis pekerjaan ini, yang akan menetapkan garis dan
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
27
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
ketinggian (level). Pelaksana harus bertanggung jawab atas lokasi tiang yang tepat. -
Data mengenai ketinggian (level) dan skema penempatan tiang tercantum
dalam gambar. Penentuan lokasi dan pekerjaan unit set tiang dilaksanakan oleh pelaksana, pelaksana harus memelihara semua tanda lokasi (patok) dan harus menetapkan semua ketinggian (elevations) yang ditentukan, termasuk ketinggian dari ujung atas tiang, sebelum tiang dipotong. Semua patok harus diperiksa secara teratur untuk menjamin agar kegiatan pemancangan tiang tidak sampai mengakibatkan patok itu bergerak. Pada Gambar kerja, tiap tiang harus diberi nomor. -
Dalam jangka waktu 2 minggu setelah pemancangan tiang selesai, Pelaksana
harus menyerahkan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi gambar denah yang menunjukkan lokasi terpancang dari semua tiang dalam bangunan. 2. Pemeriksaan -
Pemeriksaan kegiatan pemancangan dapat dilakukan oleh Direksi/ Konsultan
Manajemen
Konstruksi
setiap
waktu.
Tiang
hanya
boleh
dipancang
sepengetahuan Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi. -
Persetujuan tidak membebaskan Pelaksana dari tanggung jawabnya untuk
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan RKS dan gambar yang terlampir pada Surat Perjanjian. 3. Bahan Tiang Pancang Precast dari Beton Bertulang / Pratekan, ukuran 25 x 25 cm. Kedalaman tiang sesuai dengan gambar kerja yaitu 12 m. -
Beton dan penulangan harus sesuai dengan ketentuan dari pasal pekerjaan
beton. -
Tiang beton pra-cetak harus mempunyai mutu sedemikian hingga tiang yang
jadi dapat diangkat dan dipancang sampai kedalaman yang ditentukan tanpa retak atau kerusakan lain yang akan mengurangi kekuatan atau daya tahannya. -
Beton untuk tiang pra-cetak harus dicor dalam cetakan rapat yang ditumpu
sedemikian sehingga dihindarkan perubahan bentuk atau melengkung selama pengecoran beton atau selama proses pengeringan. Setelah pengecoran, tiang harus dibasahi dengan air atau dengan cara curing lain yang dapat disetujui oleh LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
28
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi. Proses curing ini harus dilanjutkan sehingga contoh beton yang dipakai untuk membuat tiang beton mencapai daya tekan sekurang-kurangnya 300 kg/cm2. Tiang pancang tidak boleh dipancang sebelum, proses curing selesai, atau umur tiang minimal 10 hari. -
Tiang harus baik, licin, permukaannya rata, tidak keropok atau berlubang-
lubang dan harus cukup lurus. Cacat yang terdapat pada tiang mungkin dapat diterima jika diperbaiki menurut persetujuan Direksi/ Konsultan Manajemen Konstruksi. -
Tiang beton dapat dicor sesuai dengan seluruh panjang penulangan, dengan
ketentuan bahwa setelah tiang dipancang, beton dibuang agar besinya dapat terlihat.
4. Pemancangan Tiang -
Tiang harus ditempatkan secara
cermat dan dipancang secara vertikal seperti ditunjukkan dalam gambar. Penyimpangan dari garis vertikal tidak boleh lebih dari 25 mm per meter tiang. Tiang yang terpancang dengan penyimpangan yang lebih besar dan tiang yang rusak sekali selama pemancangan harus dibuang atau dipotong dan diganti dengan tiang baru sesuai petunjuk Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi. Bila ada tiang yang terangkat disebabkan pemancangan tiang berikut didekatnya, maka tiang tersebut harus dipancang kembali atas biaya Pelaksana.
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
29
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
-
Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi harus menetapkan kedalaman ujung
tiang-tiang pada tiap titik yang menunjukkan sampai dimana tiang harus dipancang sehingga diperoleh daya dukung yang ditetapkan. -
Penggalian yang diperlukan di daerah yang akan ditembus oleh tiang harus
dikerjakan sebelum tiang dipancang. -
Pengeboran pada titik pancang sebelum pemancangan tidak diperbolehkan,
kecuali bila disetujui oleh Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi. -
Pemancangan semua tiang harus dilakukan terus menerus tanpa waktu
istirahat hingga tiang yang telah terpancang mencapai
kedalaman yang
ditetapkan. Kepala tiang harus dipotong secara baik dan datar pada ketinggian seperti tercantum dalam gambar. 5. Alat Pemancang 1. Cara pemancangan harus sedemikian rupa sehingga tidak melampaui kekuatan tiang dan
harus
mendapat
persetujuan
Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi. Pelaksana harus menyerahkan pertanyaan tertulis mengenai alat pemancang yang diusulkan,
persetujuan
dari
Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi harus ada sebelum tiang dipancang. 2. Tutup atau cincin pancang harus mampu melindungi kepala tiang pancang dan meneruskan energy tiang pancang dan energy pukulan dengan sama rata pada kepala tiang pancang. 3. Pelaksana harus menggunakan bantalan yang diperlukan untuk melindungi tiang pancang terhadap kerusakan pada waktu pemancangan. 6. Terangkatnya Tiang 1. Segera setelah tiang beton bertulang dipancang, Pelaksana harus menentukan suatu titik referensi dari tiang dan ketinggiannya pada tiang. Setelah semua tiang dipasang, Pelaksana harus mengukur lagi ketinggian
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
30
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
“Titik Referensi” setiap tiang yang sudah dipancang dan menentukan “Uplift” tiang yang disebabkan oleh pemancangan tiang lain. 2. Bila terjadi uplift tiang 1,5 cm atau lebih, Pelaksana harus mengambil langkah perbaikan tanpa biaya tambahan dari Pemberi Tugas. 3. Langkah tersebut diantaranya dapat meliputi : Memancang kembali tiang sampai kedalaman semula dan bila perlu lebih dalam lagi hingga mencapai tahanan tanah semula pada pemancangan terakhir. Setelah pemancangan kembali, Pelaksana harus memeriksa kembali ketinggian dari “titik referensi” pada semua tiang dan harus memancang kembali tiang lain yang terangkat.
7. Daftar Pemancangan Tiang Pelaksana harus menyimpan daftar tiap tiang yang dipancang, tiap hari copy daftar tersebut harus diserahkan kepada Direksi/ Konsultan Manajemen Konstruksi. Daftar termasuk sekurang-kurangnya harus berisi hal berikut : -
Tanggal dan jam pemancangan.
-
Jenis dan ukuraan tiang.
-
Kedalaman yang dicapai.
-
“Penetrasi” untuk tiap pukulan dan jumlah “Penetrasi” untuk 10 pukulan terakhir.
-
Macam dan ukuran hammer yang dipakai, disebutkan dengan jelas.
-
Gejala yang lain dari biasanya harus dicatat.
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
31
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
4.8 PEMASANGAN BETON 4.8.1
MATERIAL
1. Semen -
Semua semen yang digunakan adalah jenis Portland Cement sesuai dengan persyaratan standar Indonesia NI-8/1964, SII 0013-81 atau ASTM C-150 dan produksi dari satu merk.
-
Kontraktor
harus
mengirimkan
surat
pernyataan pabrik yang menyebutkan type, kualitas dari semen yang digunakan dan “Manufacturer’s
Test
Certificate”
yang
menyatakan memenuhi persyaratan tersebut diatas. -
Kontraktor
harus
menempatkan
semen
tersebut dalam gudang yang baik untuk mencegah terjadinya kerusakan. Semen yang menggumpal, sweeping, tercampur dengan kotoran atau kena air/lembab tidak diijinkan untuk
digunakan
dan
harus
segera
dikeluarkan dari proyek. -
Penggunaan semen harus sesuai dengan urutan pengirimannya.
2. Agregat Kasar -
Berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan spesifikasi sesuai menurut ASTM C-33 dan mempunyai ukuran terbesar 2,5 cm.
-
Agregat harus keras, tidak berpori, dan berbentuk kubus. Bila ada butir yang pipih maka jumlahnya tidak melebihi 20% dari volume dan tidak boleh mengalami pembubukan hingga melebihi 50% kehilangan berat menurut test mesin Los Angeles Abration (LAA).
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
32
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
Bahan harus bersih dari zat-zat organik, zat-zat reaktif alkali atau
-
substansi yang merusak beton dan mempunyai gradasi sebagai berikut :
Saringan
Ukuran
% Lewat Saringan
1”
25,00 mm
100
3/4”
20,00 mm
90 – 100
3/8”
95,00 mm
20 – 55
No. 4
4,76 mm
0-1
3. Agregat Halus -
Dapat menggunakan pasir alam atau pasir yang dihasilkan dari pemecah batu
dan harus bersih dari bahan organik, lumpur, zat-zat alkali dan tidak mengandung lebih dari 50% substansi-substansi yang merusak beton. -
Pasir laut tidak diperkenankan untuk digunakan dan pasir harus terdiri dari
partikel-partikel yang tajam dan keras serta mempunyai gradasi seperti tabel berikut : Saringan
Ukuran
% Lewat Saringan
3/8”
9,50 mm
100
No.
4
4,76 mm
90 – 100
No.
8
2,38 mm
80 – 100
No. 16
1,19 mm
50 – 85
No. 30
0,19 mm
25 – 65
No. 50
0,297 mm
10 – 30
No. 100
0,149 mm
5 - 10
No. 200
0,074 mm
0-5
4. A i r Air yang digunakan harus bersih dan jernih tidak mengandung minyak atau garam serta zat-zat yang dapat merusak beton atau baja tulangan.
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
33
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
5. Baja Tulangan Baja tulangan yang digunakan harus memenuhi persyaratan PBI NI-2 1971, dengan tegangan leleh karakteristik (σ au) = 2400 kg/cm2 atau baja U24 dan baja dengan tegangan leleh karakteristik (σ au) = 3900 kg/cm2
atau baja U39
Pemberi tugas atau Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi akan melakukan pengujian test tarik-putus dan “Bending” untuk setiap 10 ton baja tulangan, atas biaya Kontraktor. 6. Bahan Pencampur -
Penggunaan bahan pencampur (Admixture) tidak diijinkan tanpa persetujuan
tertulis dari Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi dan Konsultan Perencana. -
Apabila akan digunakan bahan pencampur, Kontraktor harus mengadakan
percobaan-percobaan perbandingan berat dan W/C ratio dari penambahan bahan pencampur (Admixture) tersebut. Hasil “Crushing test” dari Laboratorium yang berwenang terhadap kubus-kubus beton yang berumur 7, 14, dan 21 hari harus dilaporkan kepada Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi untuk dimintakan persetujuannya. 7. Cetakan Beton Dapat menggunakan kayu kelas II, multipleks dengan tebal minimal 9 mm atau plat baja, dengan syarat memenuhi ketentuan-ketentuan yang tersebut dalam PBI NI-2 1971. Contoh yang harus disediakan - Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Pemborong harus memberikan contoh material : koral, split pasir, besi beton, PC untuk mendapatkan persetujuan Direksi. - Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Direksi akan dipakai sebagai standar / pedoman untuk memeriksa / menerima material yang dikirim oleh Pemborong ke lapangan. - Pemborong diwajibkan untuk membuat tempat penyimpanan contohcontoh yang telah disetujui dibangsal Direksi Lapangan.
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
34
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
a. MUTU BETON Mutu beton untuk konstruksi bangunan harus memenuhi persyaratan kekuatan tekan karakteristik σbk = 300 kg/cm2 untuk sloof dan pile cap, dan σ bk = 350 kg/cm2 untuk kolom, balok dan plat lantai. lump (Kekentalan Beton) untuk jenis konstruksi berdasarkan pengujian dengan standar ASTM C-143 adalah sebagai berikut : Jenis Konstruksi Kaki Dan Dinding Pondasi
Slump maks. (mm) 100
Slump min. (mm) 50
Pelat, Balok Dan Dinding
120
50
Kolom
100
50
Pelat Di Atas Tanah
120
100
Bila tidak digunakan alat penggetar dengan frekuensi getaran tinggi, maka harga tersebut di atas dapat dinaikkan sebesar 50% dengan catatan tidak melebihi 150 mm dan harus di-back up dengan percobaan adukan beton (trial mix). b. PERCOBAAN PENDAHULUAN Untuk mendapatkan mutu beton seperti yang diminta, Kontraktor harus mengadakan percobaan-percobaan di Laboratorium yang “Independent” yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas, sebagai persiapan dari percobaan pendahuluan di lapangan sampai didapatkan suatu perbandingan tertentu untuk mutu beton yang akan digunakan. Setiap ada perubahan dari jenis bahan yang digunakan, Kontraktor harus mengadakan percobaan di Laboratorium untuk mendapatkan mutu beton yang diperlukan.
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
35
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
Benda uji yang dibuat dan prosedur dalam percobaan ini harus mengikuti ketentuan-ketentuan dalam PBI NI-2 1971. Bila hasil percobaan dilaboratorium dan slump test belum menunjukkan mutu yang sesuai dengan permintaan, maka pekerjaan beton tidak boleh dilaksanakan. Hasil percobaan pendahuluan di lapangan harus sesuai dengan hasil percobaan di laboratorium.
c. PENGADUKAN DAN PERALATANNYA Kontraktor harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai keteliatian cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah takaran dari masing-masing bahan pembentukan beton dengan persetujuan Direksi / Konsultan Manajemen Konstruksi. Pengaturan untuk pengangkutan, penimbangan dan pencampuran dari material-material harus dengan persetujuan Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi dan seluruh operasi harus dikontrol dan diawasi terus-menerus oleh seorang inspektor yang berpengalaman dan bertanggung jawab. Pengadukan harus dilakukan dengan mesin pengaduk beton (Batch Mixer atau Portable Continous Mixer). Mesin pengaduk harus benar-benar kosong sebelum menerima bahan-bahan dari adukan selanjutnya dan harus dicuci bila tidak digunakan lebih dari 30 menit. Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama 1,5 menit sesudah semua bahan ada dalam mixer. Waktu pengadukan harus ditambah, bila kapasitas mesin lebih besar dari 1,5 m 3 dan Direksi / Konsultan Manajemen Konstruksi berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika ternyata pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan adukan dengan kekentalan dan warna yang merata/seragam. Beton yang dihasilkan harus seragam dalam komposisi dan konsistensi dalam setiap adukan.
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
36
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi kapasitas yang ditentukan. Air harus dituang terlebih dahulu untuk selanjutnya ditambahkan selama pengadukan. Tidak diperkenankan melakukan pengadukan yang berlebihan yang membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton yang dikehendaki. Kontraktor
diperbolehkan
menempatkan
satu
“Mixing
Plant”
atau
memperoleh beton dari satu “Ready Mix Plant” asalkan dapat membuktikan bahwa mutu beton tersebut sesuai dengan semua ketentuan dalam persyaratan ini. Kontraktor harus menyerahkan spesifikasi beton ready mix yang akan digunakan sesuai dengan mutu beton yang diinginkan, sebelum pekerjaan dimulai
d. PERSIAPAN PENGECORAN Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian-bagian yang akan dicor harus bersih dan bebas dari kotoran dan bagian beton yang terlepas. Bagian-bagian yang akan ditanam dalam beton sudah harus terpasang (pipa-pipa untuk instalasi listrik, plumbing dan perlengkapan-perlengkapan lain). Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus dibasahi dengan air sampai jenuh dan tulangan harus terpasang dengan baik. Bidang-bidang beton lama yang akan dicor harus dibuat kasar terlebih dahulu dan kemudian dibersihkan dari segala kotoran yang lepas. Sesaat sebelum beton dicor, maka bidang-bidang pada beton lama tersebut harus disapu dengan bonding agent dengan aturan sesuai pabrik pembuatnya. Kontraktor harus tetap menjaga kondisi bagian-bagian tersebut sampai ijin pengecoran diberikan oleh Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi. e.
ACUAN / CETAKAN BETON Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya.
Cetakan harus sesuai bentuk, ukuran dan batas-batas bidang dari hasil beton yang direncanakan, serta tidak boleh bocor dan harus cukup kaku untuk mencegah terjadinya perpindahan tempat atau kelongsoran dari penyangga.
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
37
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan, lubang-lubang atau
terjadi lendutan. Sambungan pada cetakan
diusahakan lurus dan rata dalam arah horisontal maupun vertikal. Tiang-tiang penyangga harus direncanakan sedemikian sehingga dapat memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya “overstress” atau perpindahan tempat pada beberapa bagian konstruksi yang dibebani. Struktur dari tiang penyangga harus cukup kuat dan kaku untuk menunjang berat sendiri dan beban-beban yang ada diatasnya. Sebelum penuangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran letaknya, kekuatannya dan tidak akan terjadi penurunan dan pengembangan pada a\saat beton dituang. Permukaan cetakan harus bersih dari segala macam kotoran, dan diberi “Mould release agent” untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan. Pelaksanaannya harus berhati-hati agar tidak terjadi kontak dengan baja tulangan yang dapat mengurangi daya lekat beton dengan tulangan. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Konsultan Manajemen Konstruksi, atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut : -
Bagian sisi balok
:
48 jam
-
Balok tanpa beban konstruksi
:
7 hari
-
Balok dengan beban konstruksi
:
21 hari
-
Pelat lantai / atap / tangga
:
21 hari
Dengan persetujuan Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi, cetakan dapat dibongkar lebih awal apabila hasil pengujian dari benda uji yang mempunyai kondisi sama dengan beton sebenarnya, telah mencapai 75% dari kekuatan beton pada umur 28 hari. Segala ijin yang diberikan oleh Direksi / Konsultan Manajemen Konstruksi, tidak mengurangi atau membebaskan tanggung jawab Kontraktor terhadap kerusakan yang timbul akibat pembongkaran cetakan. Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati-hati sehingga tidak menyebabkan cacat pada permukaan beton. Dalam hal terjadi bentuk beton yang
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
38
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
tidak sesuai dengan gambar rencana, Kontraktor wajib mengadakan perbaikan atau pembentukan kembali. Permukaan beton harus bersih dari sisa kayu cetakan dan pada bagianbagian konstruksi yang terpendam dalam tanah, cetakan harus dicabut dan dibersihkan sebelum pengurukan dilakukan.
f. PENGANGKUTAN DAN PENGECORAN 1. Waktu pengangkutan harus diperhitungkan dengan cermat, sehingga waktu antara pengadukan dan pengecoran tidak lebih dari 1 (satu) jam atau tidak terjadi perbedaan pengikatan yang mencolok anatara beton yang sudah dicor dan yang akan dicor. 2. Apabila waktu yang dibutuhkan untuk pengangkutan melebihi waktu yang ditentukan, maka harus dipakai bahan penghambat pengikatan (retarder) dengan persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi. 3. Kontraktor harus memberitahu Konsultan Manajemen Konstruksi selambat-lambatnya 2 (dua) hari sebelum pengecoran beton dilaksanakan. Persetujuan untuk melaksanakan pengecoran beton berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan cetakan dan pemasangan baja tulangan
serta bukti bahwa Kontraktor akan dapat
melaksanakan pengecoran tanpa tanpa gangguan. 4. Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampur air pada semen dan agregat telah melalui 1,5 jam dan waktu ini dpat berkuran, bila Konsultan Manajemen Konstruksi menganggap perlu berdasarkan kondisi tertentu.
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
39
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
5. Pengecoran
harus
dilakukan
sedemikian
rupa
untuk
menghindarkan terjadinya pemisahan material (segregation) dan perubahan letak tulangan. Cara penuangan dengan alat-alat pembantu seperti talang, pipa, chute dan sebagainya harus mendapat perstujuan Konsultan Manajemen Konstruksi dan alatalat tersebut harus selalu bersih dan bebas dari sisa-sisa beton pengeras. 6. Adukan tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 1,5 meter. Bila memungkinkan sebaiknya digunakan pipa yang terisi penuh adukan dengan pangkalnya terbenam dalam adukan yang baru dituang. 7. Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami “initiual set” atau yang telah mengeras dalam batas dimana beton akan menjadi plastis karena getaran. 8. Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh tanah harus diberi lantai dasar setebal 5 cm agar menjamin duduknya tulangan dengan baik dan mencegah penyerapan air semen oleh tanah. 9. Bila pengecoran beton harus berhenti sementara sedang beton sudah menjasi keras dan tidak berubah bentuk, maka bagian tersebut harus dibersihkan dari lapisan air semen dan partikelpartikel yang terlepas sampai suatu kedalaman yang cukup, sehingga didapat beton yang padat. Segera setelah pemberhentian pengecoran, adukan yang lekat dengan tulangan dan cetakan harus dibersihkan. 10. Semua pengecoran harus dilaksanakan siang hari dan apabila diperkirakan pengecoran dari suatu bagian tidak dapat diselesaikan pada siang hari, maka sebaiknya tidak dilaksanakan, kesuali atas persetujuan Direksi / Konsultan Manajemen Konstruksi dapat dilaksanakan pada malam hari dengan sistem penerangan sudah disiapkan dan memenuhi syarat.
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
40
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
g. PEMADATAN BETON 1. Kontraktor bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan guna pengangkutan dan penuangan beton dengan kekentalan secukupnya agar didapat beton yang cukup padat tanpa perlu penggetaran yang berlebihan. 2. Pemadatan beton seluruhnya harus dilaksanakan dengan “Mechanical Vibrator” dan dioperasikan oleh seorang yang berpengalaman. Penggetaran dilakukan secukupnya agar tidak mengakibatkan “over vibration” dan tidak diperkenankan melakukan penggetaran dengan maksud untuk mengalirkan beton. 3. Pada daerah penulangan yang rapat, penggetaran dilakukan dengan alat penggetar yang mempunyai frekuensi tinggi untuk menjamin pengisian beton dan pemadatan yang baik. 4. Alat penggetar tidak boleh menyentuh tulangan-tulangan, terutama pada tulangan yang telah masuk pada beton yan telah mulai mengeras.
4.9 CONSTRUCTION JOINTS (SAMBUNGAN KONSTRUKSI) 1. Rencana atau schedul pengecoran harus disiapkan untuk penyelesaian satu konstruksi secara menyeluruh, termasuk persetujuan letak “construction
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
41
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
joints”. Dalam keadaan tertentu dan mendesak, Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi dapat merubah letak “construction joints” tersebut. 2. Permukaan “construction joints” harus bersih dan dibuat kasar dengan mengupas seluruh permukaan sampai didapat permukaan beton yang padat. 3. “Construction Joints” harus diusahakan berbentuk garis miring. Sedapat mungkin dihindarkan adanya “construction joints” tegak, kalaupun diperlukan maka harus dimintakan persetujuan dari Direksi / Konsultan Manajemen Konstruksi. 4. Sebelum pengecoran dilanjutkan, permukaan beton harus dibasahi dan diberi lapisan “Grout/bonding agent” segera sebelum beton dituang.
4.9.1
BAJA TULANGAN
a) Semua baja tulangan yang dipakai harus bersih, dari segala macam kotoran, karat, minyak, cat dan lain-lain yang akan merusak mutu beton. Ukuran lebih kecil atau sama dengan dari ∅ 12 mm menggunakan BJTP 24 atau U24 (Polos). Ukuran melebihi ∅ 13 mm menggunakan BJTD 40 atau U39 (Ulir) b) Pelaksanaan penyambungan, pemotongan, pembengkokan dan pemasangan harus sesuai dengan persyaratan dalam PBI NI-1971. c) Selimut beton harus mempunyai ketetapan sebagai berikut : d) Beton tanpa cetakan, berhubungan langsung dengan tanah 40 mm e) Beton dengan cetakan berhubungan langsung dengan tanah 50 mm f) Balok dan kolom tidak berhubungan langsung dengan tanah 40 mm
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
42
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
4.9.2
BENDA-BENDA YANG TERTANAM DALAM BETON
a) Penempatan saluran/pemipaan, sleeve harus sedemikian rupa, sehingga tidak mengurangi kekuatan struktur dengan memperhatikan PBI-1971, NI-2 pasal 5.7. b) Tidak diperkenankan menanam saluran-saluran/pipa kebagian struktur beton bila ditunjukkan pada gambar. c) Apabila pemasangan terhalang oleh baja tulangan yang terpasang, maka Kontraktor harus segera mengadakan konsultasi dengan Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi. d) Baja tulangan tidak diperkenankan untuk digeser maupun dibengkokkan untuk memudahkan pemasangan tanpa seijin Direksi / Konsultan Manajemen Konstruksi. 4.9.3
BENDA-BENDA YANG DITANAM DALAM BETON
a) Semua bagian atau peralatan yang ditanam dalam beton, seperti angkur, kait dan pekerjaan lain yang berhubungan dengan pekerjaan beton, harus sudah terpasang sebelum pengecoran beton dilakukan. b) Bagian atau peralatan tersebut harus tertambat kuat pada posisinya agar tidak tergeser pada saat pengecoran beton. c) Kontraktor utama harus memberitahukan kepada pihak lain untuk melakukan pekerjaan tersebut sebelum pengecoran dilakukan. d) Rongga-rongga kosong atau bagian-bagian yang harus tetap kosong pada benda atau peralatan yang akan ditanam dalam beton tidak diisi pada saat pengecoran, harus ditutup dengan bahan atau ukuran sesuai kebutuhan yang mudah dilepas setelah pelaksanaan pengecoran. 4.9.4
CACAT-CACAT PEKERJAAN
a) Bila penyelesaian pekerjaan, bahan atau keahlian dalam setiap bagian pekerjaan ternyata tidak memenuhi persyaratan sesuai dengan persyaratan teknis, maka bagian tersebut harus digolongkan sebagai cacat pekerjaan.
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
43
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
b) Semua pekerjaan yang digolongkan demikian harus dibongkar dan diganti sesuai dengan yang dikehendaki. Seluruh pembongkaran dan pemulihan pekerjaan yang digolongkan cacat tersebut serta seluruh biaya yang timbul seluruhnya ditanggung oleh Kontraktor. 4.9.5
PENGUJIAN BETON
a) Secara umum pengujian beton harus mengikuti ketentuan dalam PBI NI-2 1971 dalam minimum memenuhi persyaratan seperti tersebut dalam ayat berikut. b) Untuk setiap jenis beton harus dibuat suatu pengujian, yang dikerjakan dalam satu hari dengan volume sampai dengan volume sampai dengan jumlah 5 m3. c) Untuk satu pengujian dibutuhkan 4 (empat) buah benda uji berbentuk kubus ukuran 15 x 15 x 15 cm atau silinder. Satu benda uji akan diuji pada umur 7 (tujuh) hari dan hasilnya segera dilaporkan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi, sedang 3 (tiga) benda uji lainnya akan diuji pada umur 28 hari. Hasil pengujian adalah hasil rata-rata dari ketiga spesimen tersebut. Batas kekuatan beton rata-rata harus sama atau lebih dari kekuatan karakteristik 300 kg/cm² untuk mutu beton K-300 (sloof dan pile cap) dan 350 kg/cm² untuk mutu beton K-350 (plat, kolom dan balok); tidak boleh ada satu benda uji yang hasil pengujian kurang dari kekuatan beton karakteristik tersebut. d) Bila diperlukan dapat ditambah dengan satu benda uji lagi yang ditinggal dilapangan, dibiarkan mengalami proses perawatan yang sama dengan keadaan sebenarnya 4.9.6
SUHU
a) Suhu beton pada waktu dicor tidak boleh melebihi 32° C. Bila suhu yang di taruh berada diantara 27° dan 32° C. b) Bila pada saat pembuatan beton berada pada iklim yang dapat mengakibatkan suhu beton melebihi 32° C, maka Kontraktor harus
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
44
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
mengambil langkah-langkah yang efektif, misalnya mendinginkan agregat atau melakukan pengecoran pada malam hari. 4.9.7
BETON READY MIXED
1. Bilamana beton yang digunakan adalah berupa beton ready mixed, maka beton tersebut harus didapatkan dari sumber yang disetujui oleh Direksi / Konsultan Manajemen Konstruksi, dengan takaran, adukan serta cara pengiriman/pengangkutan yang memenuhi syarat-syarat yang tercantum pada ASTM C94-78a. 2. Adukan beton harus dibuat sesuai dengan perbandingan campuran yang telah diuji di Laboratorium serta secara konsisten harus dikontrol bersamasama oleh Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi dan Supplier beton ready mixed. Kekuatan beton minimum yang dapat diterima adalah berdasarkan hasil pengujian yang diadakan di Laboratorium. 3. Syarat-syarat Beton Ready Mixed : 4. Temperatur beton ready mixed sebelum dicorkan tidak boleh lebih dari 30° C. Penambahan additive dalam proses pembuatan beton ready mixed harus sesuai dengan petunjuk pabrik pembuat additive tersebut dan dengan persetujuan dari Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi. Bilamana diperlukan dua atau lebih jenis bahan additive, maka pelaksanaannya harus dikerjakan secara terpisah. Dalam pelaksanaannya harus sesuai dengan ACI 212.2R-71 dan ACI 212.1R-63. 5. Setelah temperatur di dalam beton mencapai malsimum, maka permukaan beton harus ditutupi dengan kanvas atau bahan penyekat lainnya, untuk mempertahankan panas sedemikian rupa, sehingga tidak timbul perbedaan panas yang mencolok antara bagian dalam dan luar atau penurunan temperatur yang mendadak dibagian dalam beton. Selanjutnya sesudah bahan penutup tersebut di atas dibuka, permukaan beton tetap harus dilindungi terhadap pengertian yang mendadak. 4.9.8 PEKERJAAN BAJA 1. MATERIAL LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
45
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
-
Baja profil dan pipa sesuai dengan Fe-360 atau BJ-37 menurut PPBBI atau ASTM A-36, dengan tegangan leleh sebesar 2400 kg/cm2.
-
Baut Baja biasa sesuai ASTM A-307
-
Baut Baja tegangan tinggi sesuai dengan ASTM A-325 F (High Strenght Friction Grip).
-
Elektroda las mengikuti AWS E-60XX atau mutu lebih tinggi.
2. PABRIKASI a) Pola Pengukuran Pola (mal) pengukuran dan peralatan-peralatan lain yang dibutuhkan untuk menjamin ketelitian pekerjaan harus disediakan oleh Kontraktor Pabrikasi. Semua pengukuran harus dilakukan dengan menggunakan pita-pita baja yang telah disetujui.ukuran-ukuran dari pekerjaan baja yang tertera pada gambar rencana dianggap ukuran pada 25° C. b) Meluruskan Sebelum pekerjaan lain dilakukan pada pelat, maka semua pelat harus diperiksa kerataannya, semua batang-batang diperiksa kelurusannya, harus bebas dari puntiran, bila perlu harus diperbaiki sehingga bila pelat-pelat disusun akan terlihat rapat seluruhnya. c) Pemotongan Pekerjaan baja dapat dipotong dengan menggunting,
menggergaji
atau
dengan
las
pemotong. Permukaan yang diperoleh dari hasil
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
46
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
pemotongan harus diselesaikan siku terhadap bidang yang dipotong, tepat dan rata menurut ukuran yang diperlukan. d) Pekerjaan Mesin Perkakas dan Gerinda yang diperkenankan Apabila pelat digunting, digergaji atau dipotong dengan las pemotongan, maka pada pemotongan diperkenankan terbuangnya metal sebanyak-banyaknya 3 mm, pada pelat setebal 6 mm pada pelat yang tebalnya lebih besar dari 12 mm. Memotongan dengan Las Pemotong Las pemotongan digerakkan secara mekanis dan diarahkan dengan sebuah mal serta bergerak dengan kecepatan tetap. Pinggir yang dihasilkan oleh las pemotong harus bersih serta lurus dan untuk menghaluskan tepi yang dipotong itu harus digunakan gerinda. Gerinda bergerak searah dengan arah las pemotong, tepi harus diselesaikan sedemikian sehingga bebas dari seluruh bekas kotoran besi. e) Pekerjaan Las & Pengawasan Pekerjaan Las Pekerjaan las harus dikerjakan oleh tukang las, dibawah Konsultan Manajemen Konstruksian langsung seorang yang menurut anggapan Direksi Konsultan Manajemen Konstruksi mempunyai training dan pengalaman yang sesuai untuk penyelenggaraan pekerjaan semacam itu. Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Konsultan Manajemen Konstruksi untuk mendapatkan persetujuan, maka cara itu tidak akan diubah tanpa persetujuan lebih lanjut. Detail-detail khusus menyangkut cara persiapan sambungan, cara pengelasan jenis dan ukuran serta kekuatan arus listrik untuk las tersebut harus diajukan kontraktor untuk mendapatkan persetujuan Direksi Konsultan Manajemen Konstruksi terlebih dahulu sebelum pekerjaan las listrik dapat dilakukan. Ukuran elektroda, arus dan tegangan listrik, dan kecepatan busur listrik, yang digunakan pada listrik, harus seperti yang dinyatakan oleh pabrik las listrik tersebut dan tidak akan dibuat penyimpangan tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Konsultan Manajemen Konstruksi. Pelatpelat yang akan di las harus bebas dari kotoran-kotoran besi, minyak, cat, karet atau lapisan lain yang dapat mempengaruhi mutu las. Las dengan retak susut, retak pada bahan dasar, berlubang dan kurang tepat letaknya harus disingkirkan.
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
47
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
f) Mengebor Semua lubang harus di bor untuk seluruh tebal dari material. Bila memungkinkan, maka semua pelat, potongan-potongan dan sebagainya harus dijepit bersama-sama untuk membuat lubang dan di bor menembus seluruh tebal sekaligus. Bila menggunakan baut pas pada salah satu lubang maka lubang ini di bor lebih kecil dan kemudian baru diperbesat untuk mencapai ukuran sebenarnya. Cara lain ialah bahwa batang-batang dapat dilubangi tersendiri dengan menggunakan mal. Setelah mengebor, seluruh kotoran besi harus disingkirkan dan pelat-pelat dan sebagainya dapat dilepas bila perlu. Diameter lubang untuk baut, kecuali baut pas, adalah 1.50 mm lebih besar dari pada diameter yang tertera pada gambar rencana. Diameter lubang-lubang untuk baut pas harus dalam toleransi yang diberikan. Dalam hal ini menggunakan pas lubang yang tidak di bor menembus sekaligus seluruh tebal elemen-elemennya, maka lubang dapat di bor dengan ukuran yang lebih kecil dahulu dan kemudian pada saat montase percobaan.
g) Memberi Tanda untuk Pemasangan Akhir Setelah montase percobaan serta setelah mendapat persetujuan Direksi Konsultan Manajemen Konstruksi, tetapi belum dilepas, setiap bagian harus diberi tanda yang jelas (dengan pahatan dan cat). Cat dari warna yang berbeda digunakan untuk membedakan bagian-bagian yang sama. Dua copy dari gambar rencana yang menyatakan dengan tepat, tanda-tanda itu, oleh Kontraktor Pabrikasi diberikan dengan cuma-cuma kepada Direksi Konsultan Manajemen Konstruksi dan Kontraktor Montase dari bangunan itu, pada saat pengiriman-pengiriman pekerjaan baja itu.
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
48
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
h) Pengecatan di Bengkel -
Setelah dibongkar, sebagai kelanjutan berhasil baiknya montase percobaan, maka permukaan dari seluruh pekerjaan baja, kecuali pada bagian yang dikerjakan dengan mesin perkakas dan pada perletakan, harus dibersihkan seluruhnya sehingga menjadi logam yang bersih dengan menggunakan penyemprot pasir (sand blasting) atau dengan cara lain yang disetujui.
-
Setelah semua permukaan dalam keadaan bersih dan kering, atau bahanbahan dasar dengan satu lapisan menie, atau bahan-bahan pelindung lainnya kalau disyaratkan khusus untuk pekerjaan tersebut.
4.9.9 A)
PEKERJAAN BEKISTING PERSYARATAN BAHAN Semua bekisting beton yang akan dipakai harus kuat, tidak berubah bentuk
waktu di isi adukan dan tidak bocor. Bahan yang dipakai dapat berupa kayu yang bermutu baik dan tidak mudah lapuk, besi atau bahan lainnya yang disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. Bekisting harus dirakit dengan menggunakan paku kayu, baut atau lainnya dengan ukuran yang sesuai B)
PELAKSANAAN PEKERJAAN Kontraktor harus terlebih dahulu mengajukan gambar-gambar rencana dari
bekisting kepada Konsultan Manajemen Konstruksi untuk disetujui, sebelum pekerjaan dimulai. Gambar tersebut harus mencantuManajemen Konstruksian secara jelas konstruksi dan bahan dari bekisting, sambungan-sambungannya, kedudukannya dan sistim rangkanya. Semua biaya yang diperlukan sehubungan dengan perencanaan bekisting ini harus sudah termasuk ke dalam biaya konstruksi. Bekisting harus direncanakan untuk dapat memikul beban konstruksi dan getaran yang ditimbulkan oleh alat penggetar. Defleksi maksimum dari bekisting antara tumpuan harus dibatasi sampai 1/400 bentang antar tumpuan. Bilamana menggunakan konstruksi bekisting dari kayu, maka untuk kolom dan pekerjaan
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
49
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
beton lainnya harus dipakai papan dengan ketebalan minimum 2,5 cm, balok 5/7, 6/10 dan dolken 8/11. Bekisting harus ditunjang dengan batang besi yang kokoh dan untuk mencegah terjadinya defleksi maka bekisting dibuat anti lendutan keatas sebagai berikut : - Semua balok atau pelat lantainya 0,2 % lebar bentang pada tengahtengah bentang. - Semua balok Cantilever dan pelat lantainya 0,4 % dari bentang, dihitung dari ujung bebas Kontraktor harus memperhitungkan dan membuat langkah-langkah persiapan yang perlu, sehingga pada akhir pekerjaan beton, permukaan dan bentuk konstruksinya adalah sesuai dengan kedudukan (peil) dan bentuk yang tertera pada gambar. Semua bekisting tersebut harus dirakit kedalam bentuk, ukuran garis-garis dan dimensi yang tertera dan yang dibutuhkan, untuk memperoleh kedudukan, ketinggian dan posisi yang tepat. Konstruksinya harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak mudah dicabut bila tidak dipalu atau dicongkel. Bekisting harus dibuat cukup rapat agar adukan tidak lolos pada saat pengecoran. Pada tempat yang tertutup atau sukar dijangkau, pembukaan sementara harus disediakan untuk membuang benda-benda yang tidak dinginkan. Bilamana
sebelum
atau
selama
pekerjaan
pengecoran,
bekisting
menunjukkan tanda-tanda penurunan yang besar, yang menurut pendapat Konsultan Manajemen Konstruksi akan menyebabkan kedudukan (peil) akhir tidak dapat mencapai kedudukan yang semestinya, maka Konsultan Manajemen Konstruksi berhak untuk memerintahkan dibongkarnya pekerjaan beton yang sudah dilaksanakan dan mewajibkan Kontraktor untuk memperkuat bekisting tersebut sampai dianggap cukup kuat. Semua biaya yang timbul karenanya menjadi tanggungjawab dari Kontraktor. C)
PEMBONGKARAN BEKISTING
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
50
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
Bekisting untuk bagian beton yang mana saja yang tidak memikul beras struktur dapat dibongkar setelah beton cukup mengeras. Bekisting untuk bagian struktur dan pekerjaan lainnya yang memikul beban struktur harus dibiarkan untuk sekurang-kurangnya sampai beton mencapai kekuatan yang dipersyaratkan seperti yang disebutkan dibawah ini, atau seperti yang diperintahkan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. BAGIAN STRUKTUR
LAMA PEMBONGKARAN
PERSENTASE KEKUATAN RENCANA
Bagian tengah balok
28 hari
100
Pelat lantai
21 hari
80
Dinding beton
2 hari
25
Kolom beton
4 hari
25
Bekisting tepi balok
2 hari
25
Bekisting untuk bagian beton yang mana saja yang tidak memikul berat struktur dapat dibongkar setelah beton cukup mengeras. Pembongkaran bekisting harus dilaksanakan sedemikian rupa, sehingga keamanan konstruksi tetap terjamin dan sesuai dengan ketentuan yang tercantum pada PBI 1971 NI-2. PEKERJAAN FINISHING 4.10.1 PEKERJAAN PLESTERAN A. Persyaratan Bahan 1. Semen Portland -
Semua semen yang digunakan adalah jenis Portland Cement sesuai dengan persyaratan standar Indonesia NI-8/1964, SII 0013-81 atau ASTM C-150 dan produksi dari satu merk.
-
Kontraktor
harus
mengirimkan
surat
pernyataan pabrik yang menyebutkan type, kualitas dari semen yang digunakan dan “Manufacturer’s
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
Test
Certificate”
yang
51
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
menyatakan memenuhi persyaratan tersebut diatas. -
Kontraktor
harus
menempatkan
semen
tersebut dalam gudang yang baik untuk mencegah terjadinya kerusakan. Semen yang menggumpal, sweeping, tercampur dengan kotoran atau kena air / lembab tidak diijinkan untuk digunakan dan harus segera dikeluarkan dari proyek. -
Penggunaan semen harus sesuai dengan urutan pengirimannya..
2. Pasir Pasang -
Dapat menggunakan pasir alam atau pasir yang dihasilkan dari pemecah batu dan harus bersih dari bahan organik, lumpur, zat-zat alkali dan tidak mengandung lebih dari 50% substansi-substansi yang merusak beton.
-
Pasir
laut
tidak
diperkenankan
untuk
digunakan dan pasir harus terdiri dari partikel-partikel yang tajam dan keras serta mempunyai gradasi seperti tabel berikut : Saringan 3/8”
Ukuran 9,50 mm
% Lewat Saringan 100
No.
4
4,76 mm
90 – 100
No.
8
2,38 mm
80 – 100
No. 16
1,19 mm
50 – 85
No. 30
0,19 mm
25 – 65
No. 50
0,297 mm
10 – 30
No. 100
0,149 mm
5 - 10
No. 200
0,074 mm
0-5
3. Air
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
52
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
Air yang digunakan harus bersih dan jernih tidak mengandung minyak atau garam serta zat-zat yang dapat merusak beton atau baja tulangan.
B. Persyaratan Campuran Plesteran Proporsi adukan dan campuran harus mengikuti persyaratan di bawah ini : Jenis Plesteran Plesteran Kedap Air
Semen Portand 1
Pasir Pasang 3
Plesteran Sudut
1
4
Plesteran Biasa
1
5
C. Penyelenggaraan Pekerjaan - Pekerjaan plesteran harus dapat dilaksanakan setelah semua nat pasangan bata dikorek dan dibersihkan dengan sikat kawat. Seluruh permukaan pasangan bataco harus dibasahi dengan air, sebelum adukan plesteran dapat diterapkan dan ditebarkan. - Pekerjaan plesteran harus dimulai dari sudut sebelah kiri atas dan harus diteruskan ke sebelah kanan bawah. Selama pemasangan harus dijaga agar tidak terjadi gelombang-gelombang dan hasilnya harus rata dan uniform. - Permukaan plesteran yang telah selesai harus diusahakan tetap basah selama 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal tanggal selesainya plesteran. - Adukan untuk pekerjaan plesteran ini harus sama dengan yang dipakai pada pekerjaan pasangan batu bata. - Plesteran hanya dapat dimulai setelah pasangan bata/bataco benar-benar kering.
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
53
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
- Sebelum pekerjaan plesteran dapat dimulai, Kontraktor harus membuat/ memasang “Kepala Plesteran”, pemasangan “Kepala plesteran” harus dirancang begitu rupa, dengan menggunakan benang-benang pembantu dan alat lot sehingga nantinya akan diperoleh hasil plesteran yang benar-benar rata dan tegak lurus. Jarak “Kepala Plesteran” tidak boleh lebih dari 1 m, dan harus dibiarkan mengering sebelum garis plesteran pembantu dapat dibuat. - Garis Plesteran Pembantu harus dibuat tegak lurus dan ditarik dengan mengguna-kan kayu telah diketam rata, sedemikian rupa sehingga diperoleh garis plesteran yang rata dan tegak lurus (lot). Plesteran susungguhnya baru dapat dimulai setelah “Garis Plesteran Pembantu” cukup kering. 4.10.2 PEKERJAAN KAYU KASAR A. Persyaratan Bahan 1. Kayu -
Kayu yang dipakai untuk pekerjaan ini harus bebas dari getah, retak-retak, mata kayu, lubang-lubang dan cacat lainnya yang merugikan dan harus memenuhi persyaratan yang tercantum di dalam SII.0458-S1.
-
Sebelum memulai pekerjaan kayu ini, Kontraktor harus mengajukan
contoh
kayu
kepada
Direksi/Konsultan
Manajemen Konstruksi untuk disetujui secara tertulis, yang harus dilengkapi dengan keterangan tentang jenis kayu yang diusulkan, sumbernya, dan nama suppliernya. Dalam pengajuan ini Kontraktor harus menjamin bahwa supplier tersebut mampu untuk mengirimkan kayu-kayu yang dibutuhkan sesuai dengan schedulle pekerjaan. -
Semua kayu yang dikirim ke tempat pekerjaan harus disimpan di bawah atap dan diletakkan di atas tanah.
-
Jenis kayu yang dipakai adalah sejenis kayu kamper singkil untuk gordeng dan borneo super untuk reng dan kaso.
-
Kayu harus diawetkan dengan bahan anti rayap.
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
54
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
2. Paku Bilamana paku dibutuhkan untuk alat penyambung, maka paku yang dipakai harus memnuhi persyaratan yang tercantum dalam SII.0194-84. Ukuran paku yang dipakai harus memenuhi persyaratan yang tercantum dalam pasal 15 PKKI 1961. 3. Plat penyambung kayu, Mur dan Baut Bilamana
alat-alat
penyambung logam/besi
dibutuhkan,
seperti
plat
penyambung, mur dan sebagainya, bahan dari alat penyambung tersebut harus memenuhi persyaratan yang tercantum dalam SII.0876-83. 4. Cara Pelaksanaan -
Kayu yang tidak diketam harus mempunyai ukuran yang sesuai dengan dimensi yang disebutkan, kecuali variasi kecil yang diakibatkan oleh penggergajian.
-
Rancangan, penyambungan dan perakitan semua hubungan kayu harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga susut pada arah mana saja tidak akan mengurangi kekuatan dan penampilan dari pekerjaan yang telah selesai, dan tidak akan menyebabkan kerusakan pada bahan yang berdekatan.
-
Dalam melaksanakan pekerjaan kayu kasar, Kontraktor harus membuat semua lubang, lidah dan sebagainya yang dibutuhkan untuk tercapainya penyambungan yang baik. Kontraktor juga harus menyediakan semua alat-alat penyambungan
yang
mungkin
dibutuhkan
untuk
pelaksanaan pekerjaan secara baik. -
Sebagai ketentuan umum, semua bagian konstruksi harus dibuat dalam satu batang. Penyambungan pada arah longitudinal harus sejauh mungkin dihindarkan, kecuali bilamana bagian konstruksi tersebut panjangnyatidak ada dipasaran, atau direncanakan demikian, sebagaimana tertera dalam gambar. Dalam hal tersebut, Kontraktor harus menyiapkan Gambar Pelaksanaan (Shop-Drawing) yang menyebutkan jenis dari alat penyambungan yang dipakai,
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
55
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
serta detail dari sambungan yang diusulkannya, dan harus mendapat persetujuan Direksi/ Konsultan Manajemen Konstruksi. 4.10.3 PEKERJAAN KOSEN, PINTU DAN JENDELA A. Persyaratan Bahan 1. Aluminium -
Bahan
: Dari bahan aluminium framing system buatan ex Alkasa, Super Ex
atau setara dengan tebal 1,3 mm. -
Bentuk profil : Sesuai shop drawing yang disetujui Perencana dan Pengawas
untuk kusen jendela. -
Warna profil : Natural
-
Lebar profil
: 3 x 1,5 inch (pemakaian lebar bahan sesuai yang ditunjukkan
dalam gambar) -
Pewarnaan
: Natural
-
Karet
: Gasket Neoprene
2. Kayu Lapis Plywood yang akan digunakan untuk pintu selain pintu KM/WC, harus merupakan plywood yang baik yang ada di pasaran, seperti cap Gajah atau Cap Anjing Laut atau setara. B. Penyelenggaraan Pekerjaan -
Kosen, pintu dan jendela harus difabrikasi di bengkel, baik yang berada di dalam site maupun yang berada diluar, yang memiliki perangkat peralatan
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
56
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
pemrosesan kayu maksimal yang lengkap. Bilamana Kontraktor tidak memiliki perangkat peralatan tersebut, maka pekerjaan tersebut harus di borongkan kepada bengkel kayu yang terkenal baik dan memiliki mesin-mesin yang lengkap. Dalam keadaan seperti ini, maka sebelum pekerjaan kosen dapat dimulai, Sub-Kontraktor wajib untuk disetujui secara tertulis. -
Semua kosen, pintu dan jendela harus difabrikasi sesuai dengan dimensi dan detail yang ditunjukkan dalam gambar, dan dirakit dengan menggunakan sambungan lidah dan lubang, kemudian dipasak dengan menggunakan pasak kayu, sedemikian rupa sehingga diperoleh sambungan yang kuat, kaku dan baik. Semua kosen harus benar-benar siku dan rata. Permukaan kayu yang akan terlihat harus rata, halus dan bebas dari bekas-bekas mesin yang tampak, serta siap untuk dicat.
-
Sebelum dapat difabrikasi, contoh dari pintu dan jendela harus disiapkan dan didatangkan ke lapangan, untuk disetujui oleh Direksi/ Konsultan Manajemen Konstruksi. Selama fabrikasi, Kontraktor harus memberikan kesempatan kepada Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi untuk melakukan tugas pemeriksaan guna mengetahui perkembangan pekerjaan tersebut di bengkel.
-
Pemasangan dari kosen, pintu dan jendela hanya boleh dilaksanakan, setelah pekerjaan lantai dan langit-langit selesai dikerjakan. Kosen yang menempel ke dinding atau kolom, harus difiser tidak boleh lebih dari 60 cm.
-
Kosen, pintu dan jendela tidak boleh didatangkan ke lapangan sampai perkembangan pekerjaan telah siap untuk menerimanya. Kosen, pintu dan jendela yang disimpan, harus dilindungi dari cuaca, terutama dari panas matahari dan hujan. PEKERJAAN KUNCI DAN ALAT PENGGANTUNG
A. Persyaratan Bahan 1. Engsel Pintu Engsel pintu harus dari type “Full Mortise Butt Hinge” yang dilengkapi dengan ring plastik produksi lokal. atau yang setaraf. Panjang engsel harus 4”, untuk tiap daun pintu harus dipasang tiga buah engsel, kecuali untuk pintu yang lebarnya lebih besar dari 1 meter, harus dipasang 4 buah engsel tiap daun pintunya. LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
57
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
2. Engsel Jendela Engsel jendela harus dari type dan merk yang sama seperti engsel pintu, dengan ukuran panjang 3”. 3. Kunci -
Semua kunci harus dari type mortise lockset dengan kwalitas seperti merk
UNION. -
Grendel tanam yang akan dipasang pada pintu ganda harus merupakan grendel
tanam yang baik yang ada di pasaran. -
Grendel jendela yang dipakai harus dari kwalitas baik yang ada di pasaran. B. Penyelenggaraan Pekerjaan Semua kunci dan alat penggantung harus dipasang oleh tukang kayu yang
baik dan trampil. Sebelum kunci dan alat penggantung dapat didatangkan ke tempat pekerjaan, Kontraktor harus menyiapkan dan mengajukan kepada Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi untuk disetujui secara tertulis disertakan semua contoh, katalog dan brosur dari kunci dan alat penggantung yang akan dipakai, untuk memungkinkan Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi melakukan pengecekan silang atas keasliannya. Pemasangan harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga terhindar dari cacat atau kerusakan, baik terhadap kunci dan alat penggantung itu sendiri, maupun terhadap pintu, kosen atau jendela dimana kunci dan alat penggantung itu akan dipasang.
PEKERJAAN KACA A. Persyaratan Bahan Kaca yang dikirim dan dipasang oleh Kontraktor harus merupakan kaca bening dari jenis “sheet glass” yang memenuhi syarat dalam SII.0189-73, dengan ketebalan 5 mm yang mempunyai permukaan rata dan tidak bergelombang, seperti yang diproduksi oleh “ASAHIMAS”. Kaca harus dikirim di dalam peti aslinya, yang masih dilengkapi dengan nama pabriknya, type kaca, kualitas dan ukuran ketebalannya. Pemotongan hanya boleh dilaksanakan di tempat pekerjaan.
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
58
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
Semua kaca harus disimpan di tempat yang bersih dan tidak lembab, dengan temperatur di atas titik embun. Bilamana kaca tidak mungkin disimpan di dalam ruangan, maka ia harus dilindungi dengan terpal atau penutup plastik dan harus diperiksa secara berkala untuk menghindarkannya dari akumulasi uap air yang dapat merusak kaca. B. Penyelenggaraan Pekerjaan - Contoh kaca yang akan dipakai harus diajukan kepada Direksi/ Konsultan Manajemen Konstruksi untuk disetujui, dan harus dilengkapi dengan semua keterangan yang perlu, untuk meyakinkan bahwa bahan yang diajukannya memenuhi persyaratan yang tercantum dalam RKS ini. - Sebelum memulai pekerjaan memasang kaca, Kontraktor harus memeriksa semua sponingan dimana kaca akan dipasang, untuk meyakinkan kelurusannya, kesikuannya dan kerataannya. - Semua ukuran kaca harus diambil dari ukuran yang terdapat dilapangan, dimana kaca akan dipasang. Kontraktor bertanggung jawab atas ketepatan waktu yang dipasang. - Ukuran kaca harus sedemikian rupa sehingga terdapat celah yang cukup untuk memungkinkan kaca bergerak tanpa restriksi dari sponingan yang ada. - Cermin harus dipasang dengan menggunakan bracket yang disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. Cermin yang telah terpasang harus benarbenar waterpass dan serasi dengan keramik dinding yang telah terpasang. - Semua kaca yang pecah yang diakibatkan oleh pemasangan atau pekerjaan, harus diganti oleh Kontraktor tanpa ada biaya tambahan dari Pemberi tugas. -
Kaca yang dipasang tidak benar atau kaca yang tidak memenuhi persyaratan ini tidak akan diterima. Kaca tersebut harus
diganti
sampai
diterima
oleh
Direksi/Konsultan
Manajemen Konstruksi, tanpa ada biaya tambahan dari Pemberi Tugas. PEKERJAAN KERAMIK A. Persyaratan Bahan LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
59
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
- Ubin keramik lantai yang dipakai harus merupakan ubin keramik lokal yang terbaik ukuran 20 x 20 dan 30 x 30. Untuk dinding kamar mandi 20 x 25. Keramik harus memenuhi persyaratan yang tercantum dalam SII.0583-81, seperti yang diproduksi oleh Roman, Masterina, Mulia atau setara. - Sebelum ubin keramik dapat dikirim ke tempat pekerjaan, Kontraktor harus mempersiapkan dan mengajukan contoh ubin yang akan dipakai, secara tertulis kepada Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi untuk disetujui, yang harus dilengkapi dengan keterangan tentang nama pabrik asalnya, serta keterangan lainnya yang mungkin dibutuhkan oleh Direksi/ Konsultan Manajemen Konstruksi. - Semua keramik harus didatangkan ke tempat pekerjaan dikemas dalam doosdoos aslinya, yang masih dilengkapi dengan keterangan tentang nama pabriknya, type/nomor produksi, dan keterangan lainnya. Ubin yang dipakai harus bebas dari cacat dan harus merupakan ubin keramik kwalitas B. Penyelenggaraan Pekerjaan - Pasangan ubin keramik harus dilaksanakan oleh tukang keramik yang berpengalaman. Sebelum ubin keramik dapat dipasang, Kontraktor harus memeriksa kerataan dari beton tumbuk yang diatasnya akan dipasang ubin keramik. - Pemasangan
ubin
keramik
untuk
lantai
harus
dilaksanakan
dengan
menggunakan adukan 1 pc : 5 ps. Selama pemasangan, daerah yang sedang dipasang harus dibebaskan dari lalu-lintas. Ubin harus dipasang sedemikian rupa sehingga diperoleh nat yang seragam dan lurus, dengan besar nat tidak lebih dari 5 mm. Nat harus diisi dengan menggunakan campuran semen putih dengan zat warna dengan perbandingan 1 : 1. - Keramik dinding harus dipasang dengan menggunakan adukan 1 pc : 3 ps pasang, nat antar keramik harus disesuaikan dengan ayat diatas. - Pemotongan keramik harus dilaksanakan denan menggunakan mesin potong keramik yang disetujui oleh Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi. Ubin yang cacat tidak boleh dipasang dan akan ditolak oleh Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi.
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
60
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
- Semua ubin yang tidak memenuhi persyaratan yang tercantum dalam RKS ini, baik kualitas bahannya maupun cara pelaksanaan-nya harus dibongkar dan diganti tanpa tambahan biaya dari Pemberi tugas.
PEKERJAAN PENGECATAN A. Persyaratan Bahan 1. Plamur Tembok Plamur tembok harus merupakan plamur acrylis emulsion yan berkualitas baik. 2. Cat Tembok Cat tembok yang dipakai untuk pengecatan tembok dan langit-langit harus merupakan cat emulsi yang baik, kelas II seperti merk Catylac, Vinilex, Metrolite, Dana Paint atau setara. Untuk cat exterior harus menggunakan cat kelas I kualitas setara Dulux ICI, Jotun, Mowilex atau setara. 3. Cat Enamel Cat enamel yang dipakai untuk pengecatan pintu, railing tangga dan besi-besi pada tempat parkir harus merupakan cat enamel yang baik yang setaraf dengan yang diproduksi oleh “Glotex, Catylac” atau yang setara. B. Penyelenggaraan Pekerjaan -
Semua dinding dan plafond yang akan dicat
dengan cat emulsi
harus
dibersihkan terlebih dahulu, dan sebelum dicat permukaan dinding dan plafond harus diplamur dengan plamur yang telah disebutkan diatas sampai permukaannya menjadi rata, kemudian diamplas. Pengecatan dengan cat emulsi harus dilaksanakan sekurang-kurangnya dalam 3 lapisan, sampai diperoleh warna cat yang merata. -
Cat enamel harus dilaksanakan dengan cara penyemprotan atau pelaburan.
Sebelum pengecatan dilaksanakan, seluruh permukaan besi atau kayu harus
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
61
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
dimeni terlebih dahulu denagn meni besi (untuk bahan besi) atau meni kayu (untuk bahan kayu), kemudian diamplas sampai rata. -
Selama pengecatan semua bagian-bagian bangunan yang tidak dicat, seperti
lantai, list, allumunium, plafond, fan coil, kosen dan lain sebagainya, harus dilindungi dari kemungkinan kena cat. Bilamana dalam pengecatan, bagian-bagian tersebut terlebur atau tertetesi cairan cat, maka ia harus segera dibersihkan dengan menggunakan kain lain yang bersih.
Pekerjaan
cat
ini
harus
dilaksanakan
sampai
diterima
oleh
Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi. -
Meskipun demikian, bilamana selama pekerjaan atau masa pemeliharaan bidang-bidang yang sudah dicat dan diterima oleh Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi, ternyata terkotori atau cacat akibat pekerjaan atau orang-orang yang berada dibawah tanggung jawab Kontraktor, maka bidang tersebut harus dicat kembali sampai diterima oleh Direksi/ Konsultan Manajemen Konstruksi.
4.10.9 PEKERJAAN PLAFOND A. Persyaratan Bahan -
Bahan yang dipakai adalah papan GRC atau Calciboard dengan ketebalan 4
mm yang bebas dari retak, pecah atau cacat-cacat lainnya yang dapat merusak penampilannya. -
Ukuran plapond yang dipakai 60 x 120 cm.
B. Penyelenggaraan Pekerjaan
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
62
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
-
Pemasangan harus dilaksanakan oleh tukang yang berpengalaman dalam
melaksanakan pekerjaan ini. -
Panel GRC atau Calciboard datar boleh dipasang setelah seluruh rangka untuk
langit-langit tersebut sudah terpasang sesuai yang tertera dalam gambar dan diterima oleh Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi. Nat-nat antara panel GRC atau Calciboard harus lurus dan tidak boleh lebih dari 3 mm dengan jarak yang sama.
BAB V TINJAUAN KHUSUS PROYEK 5.1
PELAKSANAAN PROYEK Pada dasarnya pembangunan Rumah Susun Mahasiswa (RUSUNAWA) Institut Teknologi Bandung. Pembangunan RUSUNAWA ini dilaksanakan di daerah Cisitu Lama, bertujuan sebagai tempat tinggal layak, sehat dan dekat dengan kampus, akan dibangun dilokasi yang tepat sehingga diharapkan mahasiswa yang sedang menempuh kuliah dapat terhindar dari pengaruh negatif lingkungannya. Oleh karena itu untuk melaksanakan proyek tersebut hingga memperoleh hasil yang diharapkan memerlukan adanya suatu pembagian tugas dan wewenang pada personilnya ditinjau dari hubungan kerjanya unsur-unsur yang terkait dalam proyek tersebut antara lain sebagai berikut:
• Pemilik proyek / Owner Dalam hal ini bertindak sebagai : - Pemberi tugas - Penaggung jawab biaya - Penyedia tempat proyek
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
63
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
- Memberikan informasi dan kerja sama yang diperlukan oleh kontraktor sebatas dalam wewenang dari pihak pemilik proyek. - Memberi instruksi kepada kontraktor melalui konsultan serta menerima surat jaminnan. - Apabila kontraktor tidak sanggup melakukan pekerjaan sesuai dengan dokumen, owner berhak memberhentikan seluruh pekerjaan sampai hambatan dapat diselesaikan. - Menandatangani berita acara pekerjaan. - Menyutujui atau menolak perubahan dalam pekerjaan atau penambahan. - Mengesahkan dokumen yang akan dijadikan dukumen kontraktor. • Konsultan Perencana Konsultan perencana merupakan pihak yang menerima pekerjaan dari pemilik proyek sebagai perencana yang dimaksud, baik dari segi konstruksi maupun dari segi arsitekturnya. Tugas dan wewenang konsultan perencana adalah : - Turut mempertimbangkan usul-usul dari pemilik proyek maupun kontraktor, juga memberikan konsultasi mengenai hal-hal arsitektur, struktural dan jika terdapat keraguan atas ketentuan dokumen kontraktor. - Secara berkala memonitor jalannya pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan memberikan penjalasan lanjutan mengenai isi dokumen kontrak apabila diperlukan sebagai instruksi kepada kontraktor. - Berhak meminta pemeriksaan pengujian pekerjaan secara khusus untuk menjamin pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan dokumen kontrak. - Berhak menolak pekerjaan yang tidak sesuai dengan kontrak dan berhak memerintahkan pemeriksaan khusus terhadap bagian pekerjaan tertentu yang menyimpang dari gambar kerja atau bestek. • Konsultan Pengawas Tugas dan wewenang konsultan pengawas : - Melakukan pengawasan dibidang pengawasan - Mengatur pembiayaan pelaksanaan - Menyusun laporan mingguan • Kontraktor Pelaksana LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
64
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
Kontraktor adalah perorangan atau badan hukum yang telah menjadi pemenang lelang atau ditunjuk langsung oleh pemberi tugas untuk melaksanakan pekerjaan atau pengadaan barang atau peralatan, kontraktor haruslah menjadi agen dari suatu produk barang atau peralatan yang diadakan oleh proyek ini. Tugas dan wewenang kontraktor pelaksana : - Melakukan
pemeriksaan
atas
dokumen
kontrak
secara
teliti
dan
memberitahukan konsultan tentang kesalahan atau kekurangan yang ditemukan. - Bertanggung jawab kepada pemilik proyek atas kesalahan yang mungkin terjadi, kebijaksanaan dalam dokumen kontrak jika hal itu belum dilaporkan secara tertulis kepada konsultan. - Melengkapi syarat-syarat yang diperlukan bagi kepentingan proyek. - Menjamin pelaksanaan pekerjaan lapangan sesuai dengan KRS yang tercantum dalam dokumen kontrak. - Menyusun suatu rencana kerja (time schedule). - Membuat laporan harian yang kemudian akan diperiksa kebenarannya oleh konsultan. - Menjamin bahwa semua bahan dan peralatan yang diperlukan dalam kondisi baik, kecuali ditentukan lain. - Manjaga kesehatan lingkungan yang diakibatkan dari proyek yang sedang dikerjakan. - Bertanggung jawab atas penawaran, pengawasan, penjagaan dan keamanan fisik serta teknis selama dalam pelaksanaan pekerjaan proyek sejak mulai pelaksanaan sampai penyerahan. - Menempatkan cukup tenaga ahli, bertanggung jawab atas tindakan, kelalaian dari pekerjaan dan orang yang melaksanakan pekerjaan. - Memelihara
kesejahteraan
pekerja
dan
wajib
menyerahkan
alat-alat,
keselamatan kerja sesuai dengan peraturan yang berlaku. - Menyerahkan set manual atau buku petunjuk yang dilengkapi brosur asli atau salinan dari pekerjaan yang telah dikerjakan, yang meliputi data-data umum, teknis, operasi dan perawatan kepada konsultan sebalum diperbanyak dan diserahkan.
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
65
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
- Menyerahkan sertifikat / surat-surat ijin khusus, baik yang asli maupun salinannya dari semua instansi pemerintah yang berwenang seperti dinas PU, Bappeda, PLN, PERUMTEL dan sebagainya. - Melaksanakan perbaikan pada kerusakan pekerjaan akibat kelalaian selama pekerjaan. Semua biaya perbaikan ditanggung oleh kontraktor. - Mengangkut sampah dan sisa bahan bangunan yang dihasilkan akibat pelaksanaan pekerjaan.
OWNER
KONSULTAN
KONSULTAN PELAKSANA
PERENCANA KONTRAKTOR PELAKSANA Diagram 2.1 Hubungan kerja Keterangan : : Hubungan Kontrak : Hubungan koordinasi Hubungan kerja antara keempat pihak tersebut dimulai dengan penyerahan kuasa untuk melaksanakan dan merencanakan pembangunan dari owner ke perencana. Sistem pada proyek Pembangunan RUSUNAWA adalah penunjukan secara langsung, Hubungan antara pihak-pihak atau instansi tidak memiliki hubungan kerja secara kontraktual. Hubungan pada proyek tersebut dapat dibedakan atas hubungan fungsional dan hubungan kerja secara formal ( tidak bersifat secara kontraktual ). Tahapan-tahapan pada proyek dengan sistem penunjukkan langsung yaitu berita acara, kontrak kerja, surat perintah kerja, analisis harga, dan sistem pembayaran.
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
66
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
Kontrak kerja merupakan suatu kesepakatan dan perjanjian secara tertulis dan secara suka rela antara kedua belah pihak yang bersangkutan dan memiliki kekuatan hukum, kesepakatan tersebut dicapai setelah satu pihak menerima penawaran yang diajukan oleh pihak lain untuk melakukan sesuatu yang tercantum dalam penawaran. •
Dokumen kontrak terdiri dari :
a. Rencana kerja dan syarat-syarat ( RKS ). b. Gambar-gambar perencanaan. c. Berita acara penjelasan ( BAP ) berikut semua tambahan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Cirebon dalam hal ini Bagian Bina Pembangunan Pemerintah Kota Cirebon selaku Bowheer. d. Surat keputusan pemberian pekerjaan ( Gunning ). e. Surat perintah kerja ( SPK ). f. Surat perjanjian pemborongan / surat perjanjian pekerjaan ( SPP ). g. Surat kesanggupan dari kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan pada RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) h. Surat jaminan pelaksanaan. i. Jadwal pelaksanaan pekerjaan. Penjelasan kelengkapan dokumen kontrak kerja adalah, sebagai berikut : a. Pekerjaan Proyek RUSUNAWA yang akan dilaksanakan. b. Pelaksanaan pekerjaan harus sesuai dan mengikuti bestek, gambar perencanaan, rencana kerja dan syarat-syarat, dan berita acara penjelasan pekerjaan. c. Jika dijumpai adanya perbedaan gambar dengan RKS, maka yang berlaku adalah ketentuan-ketentuan yang ada dalam RKS tersebut. d. Jika ada perbedaan gambar dan ukurannya, maka harus diikuti gambar dalam skala yang lebih besar. e. Apabila didalam pelaksanaan pekerjaan perlu dilakukan adanya suatu perubahan, maka perlu dibuatkan gambar revisi terlebih dahulu oleh kontraktor, kemudian dimintakan persetujuan secara tertulis dari konsultan sebelum pekerjaan tersebut dilanjutkan / dilaksanakan. Isi dari surat perjanjian pada Proyek RUSUNAWA adalah : LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
67
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
•
Segera setelah dikeluarkan surat perintah kerja ( SPK ) harus dibuat surat perjanjian atau kontrak pelaksanaan pekerjaan.
•
Isi dan bunyi kontrak pada dasarnya sesuai dengan model yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Cipta Karya, Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah Republik Indonesia.
•
Jumlah buku kontrak yang harus dibuat pada Proyek RUSUNAWA adalah 15 set, adapun mengenai bea materai dan biaya-biaya lain yang berkenaan dengan pembuatan kontrak menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari pihak kontraktor.
Pada proyek yang menggunakan sistem penunjukan langsung, surat perintah kerja dilakukan setelah dibuat berita acara dan surat perjanjian kontrak. Pemilik proyek secara resmi menyerahkan pelaksanaan pekerjaan pemborongan dan surat perintah kerja. Kontraktor dalam hal ini harus menyerahkan jaminan kontrak yang berupa garansi sebesar 20 % dari harga borongan, pengambilan uang muka tersebut akan diperhitungkan berangsur-angsur secara merata. Tahap angsuran pembayaran harus telah lunas pada saat pekerjaan telah selesai 100 %. Pemilik proyek harus mengeluarkan surat perintah kerja paling lambat 10 hari setelah disepakatinya / ditandatanganinya akta atau surat perjanjian kontrak, kemudian kontraktor memulai melaksanakan pekerjaannya setelah pemilik proyek mengeluarkan surat penyerahan lapangan ( SPL ). Meskipun jenis proyek tersebut menggunakan sistem penunjukkan secara langsung dengan metode pengawasan secara in-house, akan tetapi hal-hal yang berubungan dengan rencana kerja dan syarat-syarat serta nilai kontrak telah dibakukan kedalam dokumen kontrak proyek. Nilai kontrak yang disepakati dibakukan secara jelas dan terperinci, akan tetapi untuk membatasi alokasi dana yang dikeluarkan, maka pihak Pemerintah Kota Bandung memberikan nilai limit cost ( batas biaya ) sebesar Rp 7.840.000.000.00 Sistem pembayaran yang digunakan pada Proyek RUSUNAWA memakai sistem unit price. Pada sistem tersebut pemilik proyek telah menentukan volume pekerjaan, sedangkan kontraktor menentukan harga satuan dari volume / item pekerjaan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh pemilik proyek. Adapun volume pekerjaan bersifat mengikat yang berarti, apabila terjadi suatu perubahan LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
68
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
( addendum ) baik itu perubahan pekerjaan ( pekerjaan tambahan dan pengurangan jenis pekerjaan ), perubahan waktu dan biaya semula yang telah direncanakan / ditetapkan sebelumnya adalah sepenuhnya merupakan tanggung jawab Pemerintah Kota Bandung sebagai pihak pemberi tugas. Setelah kontrak ditandatangani, kontraktor kemudian menyerahkan jaminan sebesar pelaksanaan sebesar 20 % dari jaminan keseluruhan nilai kontrak dan dapat mengajukan uang muka sebesar yang dimohon / diajukan. Pembayaran pekerjaan dilakukan pada setiap akhir bulan sesuai dengan prestasi pekerjaan yang telah diselesaikan dan dituangkan dalam berita acara prestasi pekerjaan kontraktor. Apabila pekerjaan telah selesai 100 % maka kepada kontraktor diberikan pembayaran sebesar 95 % dari nilai kontrak dikurangi pembayaran-pembayaran yang dilakukan sampai jumlah nilai denda. Pada pembayaran ini diterbitkan berita acara penyerahan pekerjaan pertama, dan pembayaran pekerjaan sebesar 5 % ( sebagai uang retensi ) dari nilai kontrak, dilakukan setelah masa pemeliharaan berakhir dan pekerjaan telah diterima oleh pemilik proyek yang dinyatakan dalam berita acara penyerahan pekerjaan kedua. Apabila surat keterangan masa pemeliharaan selesai, maka seluruh sisa pembayaran diberikan kepada kontraktor. 5.2
Struktur Organisasi Proyek Untuk mewujudkan Projek yang teratur dalam kegiatan pelaksanaannya.
Harus dibentuk wadah yang disebut organisasi, Hal ini dimaksudkan agar terlihat dengan jelas adanya hubungan kerja antara pimpinan proyek dengan bawahannya, selanjutnya kegiatan tersebut disiapakan, disusun dan dialokasikan pada para anggota organisasi sehingga tujuan organisasi dapat dicapai secara efesien dan efektif, Proses ini meliputi perincian pekerjaan yang terjadi pada struktur tertentu. Dalam hal ini telah kita ketahui struktur organisasi formal yaitu berdasarkan fungsi dan divisi yang dibagi dalam struktur organisasi menurut produk, wilayah, waktu, proses dan peralatan untuk melaksanakan proyek. 5.3 Tugas dan Wewenang Dari Setiap Bagian Struktur Organisasi Proyek Project Manager
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
69
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
Tugas dan wewenangnya: -
Membawahi semua personil proyek
-
Mengendalikan pekerjaan sesuai schedule yang telah dilaksanakan
-
Menentukan anggaran biaya
-
Menentukan pembelian material
-
Melaporkan prestasi proyek untuk penagihan
-
Memimpin rapat koordinasi
Manager Lapangan
Tugas dan wewenangnya: -
Mengatur semua kegiatan dilapangan
-
Mempelajari design drawing
-
Menyerahkan revisi design drawing kepada Quantity Surveyor
-
Mengecek ulang data yang ada
-
Membuat laporan prestasi pekerjaan
-
Membuat laporan pekerjaan tambahan
Drafter ( Juru Gambar )
Tugas dan wewenangnya: -
menggambar dan membuat rusunawa drawing dan segala perubahannya
-
Diakhir pekerjaan membuat as built drawing
Mekanik
Tugas dan wewenangnya: -
memelihara dan melayani peralatan proyek, seperti:
sarana penerangan, air dan sarana pengecoran
Gudang dan Logistik
Tugas dan wewenangnya: -
Menangani bagian logistik
-
Pembelian dan pemasukan bahan material
Administrasi
Tugas dan wewenangnya: -
Mengetik laporan
-
Menangani surat masuk / keluar
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
70
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
-
Membukukan material yang datang
-
Membuat laporan harian, mingguan dan bulanan
Cost Control
Tugas dan wewenangnya: -
Membayar gaji karyawan
-
Membuat laporan pemasukan dan pengeluaran setiap bulan
Security
Tugas dan wewenangnya: 5.4
Mengamankan lokasi proyek Data proyek
a. Data Administrasi Proyek -
Nama Proyek
:
RUMAH
SUSUN
SEDERHANA
SEWA
(RUSUNAWA) INSTITUSI TEKNOLOGI BANDUNG -
Lokasi
:
Jl. Sangkuriang Atas RT 04/12 Bandung
-
Harga
:
Rp 7.840.000.000.00
-
Lingkup Batasan
:
Pekerjaan Bongkaran dan Persiapan Pekerjaan Sipil dan Arsitektur Pekerjaan Site Development Pekerjaan Elektrikal Pekerjaan Plumbing Pekerjaan Finishing
-
Sumber Dana
: APBD Propinsi Jawa Barat Dana alokasi umum (DAU)
APBD Kota Bandung Tahun Anggaran 2007 Pemilik Proyek
:
Departemen PU Dirjen Cipta Karya
Konsultan Perencana
:
PT. Deta Decon Engineering
Konsultan Pengawas
:
PT. Multi Phi Beta
Kontraktor Pelaksana
:
PT. Paesa Pasindo Engineering
:
8500 M2
b. Data Bangunan -
Luas lahan keseluruhan
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
71
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
-
Luas Lantai Dasar :
3200 M2
-
Jumlah lantai
:
5 Lantai
-
GSB
:
6m
-
KLB
:
2
-
KDB
:
40 %
c. Data Teknis -
Kondisi fisik bangunan Batas Utara
:
Lahan Kosong
Batas Selatan
:
Permukiman Penduduk dan Pemakaman Umum
Batas Barat
:
Permukiman Penduduk
Batas Timur
:
Permukiman Penduduk
-
Lebar Jalan
:
6m
-
Ketinggian tiap lantai
:
+ 3.00 m
5.5 5.5.1
Tenaga Kerja, Waktu Kerja, Sistem Pengupahan Tenaga Kerja
Dalam proyek ini tenaga kerja berperan sebagai pelaksana yang langsung mengerjakan proyek, sesuai dengan keahlian masing-masing berdasarkan lingkup pekerjaan, tenaga kerja yang mengerjakan pekarjaan terdiri atas : a. Manager proyek : Bertanggung jawab atas seluruh pelaksanaan proyek. b. Manager teknik : Bertanggung jawab atas pelaksanan kegiatan teknik. c. Manager administrasi : Bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan administrasi di lapangan. d. Staf teknik : Mengerjakan pelaksanaan administrasi. e. Staf administrasi : Mangawasi dan melaksanakan pekerjaan di lapangan. f. Kepala pelaksana : Mengawasi dan melaksanakan pekerjaan di lapangan. g. Pelaksana sipil : Mengerjakan pekerjaan sipil. h. Pelaksana ME :
Mengerjakan pelaksanaan pekerjaan mekanikal dan
elektrikal. i. Pembelian
:
Mengerjakan pekerjaan pembelian bahan-bahan yang
menyangkut proyek.
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
72
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
j. Pengukuran : Mengerjakan pengukuran di lapangan, baik penentuan patok, ketinggian elevasi dan lain-lain. k. Peralatan dan gudang : Mengerjakan dan mengawasi keluar masuknya barang dari gudang. l. Mandor : Mengerjakan pekerjaan tukang / pekerjaan lapangan. m. Tukang besi : Mengerjakan semua pekerjaan pembesian tulangan beton. n. Tukang kayu : Mengerjakan pekerjaan kayu baik pembuatan kusen, konsol, kuda-kuda maupun pekerjaan kayu bekisting. o. Tukang batu : Mengerjakan pekerjaan batu, dari mulai pekerjaan pondasi, pasangan bata dan plesteran. p. Tukang gali : Mengerjakan semua galian dan pengurugan. q. Pekerja : Membantu pekerjaan yang diperlukan. r. Tukang las : Mengerjakan pemasangan atau pengelasan besi yang diperlukan. s. Tukang-tukang tambahan : Mengerjakan pekerjaan tambahan yang dianggap perlu. 5.5.2
Waktu Kerja
Waktu
kerja
di
projek
pembangunan
gedung
RUMAH
SUSUN
SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) ITB ditentukan dengan peraturan sebagai berikut : -
Jam Kerja
: Jam 08.00-16.00
-
Istirahat
: Jam 12.00-13.00
-
Waktu Lembur
: Jam 16.00 s.d selesai
Pekerja akan mendapat upah tambahan, dihitung per jam. Ini biasanya dilakukan untuk mengejar target pekerjaan yang harus di selesaikan. 5.5.3
Sistem Pengupahan Pengupahan dikoordinir oleh masing-masing mandor pada setiap
pekerjaan, biasanya bagian keuangan memberikan upah mingguan pada mandor. Mandor memberikan upah mingguan atau upah harian pada pekerja. Pada umumnya pekerja berstatus harian merupakan upah yang besarnya tergantung dari banyaknya hari kerja dalam seminggu, pembayaran dilakukan seminggu sekali LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
73
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
pada hari sabtu, untuk jenis pekerjaan yang sama, biasanya upah harian tidak sama. Kualitas pekerjaan seseorang tukang dan peladen akan mempengaruhi upah yang diterima. Yang menentukan besar kecilnya upah tersebut adalah mandor yang mengawasi pekerjaan mereka setiap saat. 5.6
Syarat dan Administrasi Proyek Untuk merealisasikan proses pengawasan di lapangan, koordinator
membuat persyaratan teknis, baik itu persyaratan-persyaratan yang akan diikuti dalam tahapan kegiatan, maupun pekerjaan-pekerjaan persiapan yang ditambah untuk mempermudah dan menjelaskan teknis pengawasan yang dilakukan antara lain : 5.6.1
RKS Berisikan rencana kerja dan syarat-syarat yang dijadikan acuan atau
panduan teknis dalam pelaksanaan proyek. Pemborong wajib meneliti gambar kerja RKS, maka gambar yang berlaku adalah gambar yang mempunyai skala besar, apabila perbedaan-perbedaan ini menimbulkan keraguan sehingga dalam pelaksanaan dapat mengakibatakan kesalahan, pemborong wajib menanyakan hal ini kepada pihak perencana atau pengawas dan mengikuti keputusannya. 5.6.2
WORK DRAWING Yaitu gambar detail pelaksanaan yang dibuat oleh kontraktor yang
bertujuan untuk memperjelas ganbar-gambar kontrak yang telah disetujui. Gambar kerja ini dibuat dengan bagian-bagian tertentu dengan skala sesuai kebutuhan, untuk keperluan yang lebih spesifik gambar dibuat dengan skala yang cukup besar misalnya: skala 1:20, skala 1:10 dan lain-lain. Selanjutnya gambar kerja diserahkan kepada pelaksana lapangan, baik itu pengawas lapangan maupun mandor lapangan untuk digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan. 5.6.3
CHANGE ORDER DRAWING Yaitu gambar perubahan dari rencana awal yang dikeluarkan melalui
direksi atau kontraktor yang disetujui oleh direksi untuk dilaksanakan.
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
74
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
5.6.4
AS BUILT DRAWING As built drawing adalah
gambar kenyataan di lapangan yang telah
disetujui oleh direksi dan merupakan kelengkapan utama. 5.7
Penjadwalan dan Mekanisme Laporan Kegiatan proyek
5.7.1
Sistem Penjadwalan a. Time schedule
Sebelum proyek dilaksanakan perlu disusun time schedule untuk menjamin kelancaran pekerjaan, time shedule menggambarakan tahapan pekerjaan dan masa pelaksanaan pekerjaan, dalam pelaksanaan diharapkan tidak terjadi kekosongan atau
keterlambatan.
Time
schedule
disusun
berupa
bar-chart
untuk
mempermudah pembacaan dan penalaran pelaksanaan. Disusun oleh kepala proyek dan dibanatu oleh pelaksana harian yang kemudian disetujui oleh direksi. Time schedule disusun berdasarkan faktor-faktor : -
Keadaan lapangan
-
Keadaan keuangan bouwheer
-
Penyediaan bahan bangunan dan fasilitas peralatan
-
Ketergangtungan masing-masing pekerjaan
-
Batas waktu yang telah ditentukan
-
Kemungkinan perubahan kehendak bouwheer
Perkembangan pelaksanaan proyek akan disesuaikan dengan bar-chart, jika terjadi keterlambatan maka dapat diketahui dan dicari jalan keluarnya. Meskipun dalam proyek tidak dikenal sistem denda dalam keterlambatan tetapi pelaksanaan tetap menjaga agar tidak terjadi keterlambatan yang berlarut-larut, sebab hal ini akan sangat merugikan pelaksanaan dan memperkecil kemungkinan untuk memperoleh proyek lain. b. Diagram Batang dan Kurva “S” Untuk memperjelas kegiatan proyek dibutuhkan diagram batang dan kurva “S”, secara grafis diagram batang menggambarkan suatu proyek atau sekumpulan aktivitas pekerjaan yang terdimensi dengan baik. Arah vertikal pada diagaram menunjukan berbagai aktiviats proyek dan arah horizontal menunjukan satuan
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
75
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
waktu, biasanya kegiatan-kegiatan tersebut diurutkan secara vertikal dan kronologis. Keuntungan diagram ini adalah mudah dimengerti oleh seluruh level manajemen, kerena bentuk grafisnya yang sederhana. Kekurangan dari diagram ini adalah kurang dapat menjelaskan keterkaitan antara aktivitas-aktivitas dan tidak dapat secara langsung mamberikan informasi mengenai akibat-akibat yang terjadi apabila ada suatu perubahan. Walaupun demikian diagram ini tetap merupakan suatu alat kontrol penjadwalan proyek yang baik. Kurva “S” berbentuk huruf S karena umumnya besar pembelanjaan proyek persatuan waktu cenderung rendah, kemudian mencapai puncaknya pada pertengahan proyek, dan menurun lagi pada akhir proyek. c. Hubungan Kerja Dalam suatu penyelenggaraan dan pelaksanaan proyek terdapat pihak-pihak yang terlibat dalam proyek seperti yang telah dijelaskan diatas, dan diantara pihak-pihak tersebut terdapat hubungan kerja untuk merealisasikan pelaksanaan pekerjaan proyek. Untuk mendapatkan hasil proyek yang sesuai dengan keinginan pemilik proyek ( owner ) serta agar memenuhi target kualitas pekerjaan, waktu dan biaya, maka sangat diperlukan adanya suatu hubungan kerja sama yang baik sesuai dengan yang tercantum dalam surat perjanjian bersama serta dokumen kontrak yang telah ditetapkan. Hubungan kerja sama diantara pihak-pihak tersebut dituangkan dalam surat perjanjian atau dokumen kontrak, sehingga apabila pada suatu saat terjadi perselisihan atau permasalahan akan dapat diselesaikan berdasarkan surat perjanjian tersebut. Hubungan kerja pada Proyek RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) ITB akan dipaparkan pada uraian di bawah ini, hubungan kerja tersebut yaitu hubungan kerja antara pemilik proyek dengan kontraktor, hubungan kerja antara kontraktor utama dengan sub kontraktor, dan hubungan kerja antara kontraktor dengan tenaga kerja / buruh.
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
76
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
Pemilik proyek (Departemen PU Dirjen Cipta Karya) memiliki gagasan untuk membangun sebuah gedung dan mempercayakan tugas perencanaan kepada konsultan perencanaan dengan cara ditunjuk langsung, selanjutnya konsultan perencana mengajukan alternatif desain ( pilihan perencanaan ) kepada pihak owner untuk dipertimbangkan apakah sudah sesuai dengan yang diinginkan, dan apabila telah cocok dan sesuai dengan keinginan owner, maka pihak pemilik selanjutnya memerintahkan kepada konsultan perencana untuk segera membuat shop drawing ( gambar kerja ) dan technical specification ( spesifikasi teknik ) yang akan digunakan sebagai panduan / pedoman oleh kontraktor untuk melaksanakan proyek pembangunan gedung tersebut. Kemudian konsultan membuat construction drawing dengan persetujuan dari pihak pemilik, selanjutnya gambar tersebut diserahkan kepada kontraktor yang telah ditunjuk untuk dijadikan pedoman dalam tahap pelaksanaan pekerjaan tersebut. Apabila
proses
tersebut
telah
selesai,
pemilik
proyek
segera
menginformasikan kepada konsultan dengan mengirimkan As Built Drawing, dan kemudian konsultan perencana memeriksa dan menelitinya untuk memberikan suatu pertimbangan kepada pemilik proyek mengenai hasil dari proses perencanaan dan hasil dari penelitian / pemeriksaan tersebut yang selanjutnya diserahkan kepada owner. Tugas konsultan selanjutnya adalah memonitor pemeliharaan suatu konstruksi bangunan ( operation and mainantance ) yang telah selesai dikerjakan ( apabila proyek tersebut telah selesai dibangun ) apakah sudah sesuai dengan fungsi bangunan serta menilai kelayakan dari faktor keamanan bangunan tersebut, dan apabila terjadi kekurangan pada bangunan tersebut maka pihak owner meminta kepada konsultan untuk merevisi atau memperbaiki perencanaan perencanaan bangunan ( perencanaan struktur ) tersebut yang selanjutnya kemudian diserahkan kepada kontraktor untuk melaksanakan pembangunan / perbaikan ulang ( reconstruction ), jika kekurangan dari fungsi bangunan tersebut diakibatkan oleh adanya kesalahan dari perencanaan, maka biaya pembangunan ulang tersebut ditanggung sepenuhnya oleh pemilik proyek dan konsultan perencanaan, tetapi apabila kesalahan tersebut disebabkan oleh pihak kontraktor ( pelaksana ), maka LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
77
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
biaya pembangunan ulang tersebut sepenuhnya merupakan tanggung jawab dari pihak kontraktor sebagai pelaksana pekerjaan / proyek. Kontraktor melaksanakan pembangunan / pekerjaan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan oleh owner, dan owner selalu memonitor pekerjaan kontraktor sehingga pekerjaan pada tahap pelaksanaan proyek tidak akan menyimpang dari perencanaan yang telah ditetapkan. Adapun mengenai proses pembayaran biaya proyek pada umumnya kontraktor dapat mengajukan klaim pembayaran kepada owner untuk setiap jenis / item pekerjaan yang telah dilaksanakannya selama jangka waktu satu bulan, setelah itu owner akan mengadakan evaluasi mengenai pekerjaan-pekerjaan tersebut apakah telah sesuai maka proses pembayaran dapat dilaksanakan, demikian seterusnya proses pembayaran jangka waktu satu bulan oleh pihak owner kepada kontraktor sampai dengan selesai. Dan untuk pembayaran terakhir owner akan menahan pembayaran sebesar 5 % sebagai uang retensi, yang kemudian uang tersebut akan dibaayarkan setelah selsai masa pemeliharaan ( Fhase Mainantance ), akan tetapi pada Proyek RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) ITB telah terjadi suatu kesepakatan antara pihak owner dengan pihak kontraktor bahwa untuk pengajuan klaim pembayaran kepada kontraktor atas pekerjaan yang telah diselesaikan apabila proyek tersebut telah mencapai 100 % ( akhir masa proyek dan serah terima akhir ) sebesar 95 % dari total biaya ( nilai kontrak ). Kontraktor utama menunjuk sub kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan yang memiliki volume lebih kecil, sub kontraktor tersebut dikoordinasikan oleh kontraktor utama dengan mendapat persetujuan dari pemilik proyek, sehingga pemilik proyek ( owner ) dapat menilai sub kontraktor mana saja yang layak untuk melaksanakan / mendapatkan pekerjaan yang akan dilaksanakan selanjutnya. Subkontraktor yang ada dalam Proyek RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) ITB antara lain untuk pekerjaan pondasi tiang pancang, pekerjaan mekanikal dan elektrikal, pekerjaan pengecatan dan pekerjaan interior. Pekerja / buruh proyek konstruksi harus memiliki spesifikasi keahlian masingmasing menurut jenis pekerjaan yang dilaksanakan, spesifikasi dari para pekerja tersebut misalnya tukang besi, cor, tukang bobok, tukang batu dan tukang kayu. LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
78
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
Secara tidak langsung para pekerja tersebut juga ikut berperan dalam menentukan kualitas pekerjaan yang dilaksanakan. Oleh karena itu hubungan kerja yang baik dan sesuai di antara personil ( antara atasan dan bawahan ) harus terjalin secara hangat dan kekeluargaan, hal tersebut sangat penting untuk diterapkan dengan tujuan agar dapat mengurangi dan menghidari kejenuhan bekerja, karena etos kerja dan dedikasi dari para pekerja akan memengaruhi kelancaran dan kualitas pekerjaan. 5.7.2
Laporan-Laporan Kegiatan Proyek
Laporan yang dibuat pada pekerjaan proyek adalah laporan harian, laporan mingguan dan laporan bulanan. Adapun laporan tersebut adalah sebagai berikut : a. Laporan Harian Laporan harian merupakan banyaknya pekerja yang diselenggarakan pada hari tersebut, jumlah tenaga kerja dan peralatan yang ada, material yang datang, keadaan cuaca, catatan waktu mulai pekerjaan sampai dengan selesai pada hari itu serta perubahan-perubahan yang ada. b. Laporan Mingguan Laporan mingguan berisikan tentang laporan umum yaitu kemajuan pekerjaan dan laporan grafik kemajuan pekerjaan, (grafik prestasi) penggunaan tenaga kerja, pemasukan bahan, pengendalian waktu pelaksanaan dan pengamatan cuaca setiap hari dalam seminggu. c. Laporan Bulanan Laporan bulanan dibuat pada akhir bulan dan merupakan evaluasi dari laporan mingguan yang berisi garis besar perkembangan pelaksanaan pekerjaan selama satu bulan. Isinya antara lain: laporan umum, laporan visual (foto-foto pekerjaan yang terlaksana pada pekerjaan tersebut) laporan kemajuan pekerjaan, laporan time schedule, laporan rapat lapangan, laporan pengendalian keuangan, laporan penggunaan jumlah tenaga kerja, laporan pemasukan bahan bangunan, laporan pengamatan waktu dan cuaca. 5.8 Analisis Terhadap Time Schedule Pelaksanaan Pekerjaan
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
79
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
Selama pelaksanaan pembangunan Rusunawa ITB ini banyak mengalami keterlambatan dalam pembangunan, tidak sesuai dengan time schedule yang telah direncanakan. Selama melakukan praktikan di proyek pembangunan Rusunawa ITB ini, terjadi beberapa titik keterlambatan terhadap time schedule yang telah direncanakan diantaranya ada 5 ttik keterlambatan, dengan kurun waktu 6 hari untuk setiap titik. Dan selama melakukan praktikan pada proyek Rusunawa ini, hampir pada setiap titik terjadi keterlambatan pekerjaan. Berikut uraian keterlambatan pekerjaan pembangunan Rusunawa ITB untuk setiap titik : A. Titik A Keterlambatan pekerjaan pada titik A ini adalah sekitar 6 %. Dimana dalam time schedule, target yang harus dicapai adalah 92 %, sedangkan realisasi yang telah dicapai baru 98 %. Pada titik ini, pekerjaan yang paling banyak dikerjakan adalah pekerjaan pompa hydrant, sedangkan kegiatan yang sangat kecil persentasinya adalah pekerjaan pasangan dan plesteran. Hal ini disebabkan oleh lokasi pembangunan Rusunawa ITB yang berada di area lahan berkontur. Ketika pengerjaan pemboran untuk area sumur pompa, terjadi longsor. Hal ini disebabka oleh lahan yang berkontur dan terjdi hujan, sehingga area untuk sekitar bangunan dibuat beronjong atau turap. B. Titik B Keterlambatan pekerjaan pada titik A ini adalah sekitar 7 %. Dimana dalam time schedule, target yang harus dicapai adalah 95 %, sedangkan realisasi yang telah dicapai baru 88 %. Pada titik ini, pekerjaan yang paling banyak dikerjakan adalah pekerjaan panel, sedangkan kegitan yang sangat kecil persentasinya adalah pekerjaan kabel. Keterlambatan pekerjaan ini disebabkan karena pada titik ini, pekerjaan difokuskan pada pekerjaan cut and fill disekitar lokasi. Pekerjaan cut and fill untuk lokasi yang berada disekitar bangunan dilakukan terlebih dahulu, untuk mencegah longsor akibat hujan yang turun dengan sangat lebat. Pengerjaan cut and fill ini juga dimanfaatkan untuk dijadikan taman dengan kontur yang menarik, menyerupai bukit pegunungan. C. Titik C Keterlambatan pekerjaan pada titik A ini adalah sekitar 6 %. Dimana dalam time schedule, target yang harus dicapai adalah 98 %, sedangkan realisasi LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
80
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
yang telah dicapai baru 92 %. Pada titik ini, pekerjaan yang paling banyak dikerjakan adalah pekerjaan kabel, sedangkan kegiatan yang sangat kecil persentasinya adalah pekerjaan plafon. Hal ini disebabkan oleh penyelesaian area pembuangan sampah di bagian depan pembangunan Rusunawa ITB. Karean area disekitar pembangunan Rusunawa ITB ini mendapat bau yang tidak enak dari area pembuangan sampah ini. Karenanya, pada saat ada kunjungan pengawas dari pihak ITB menginginkan pengerjaan pembersihan sampah terlebih dahulu untuk menghindari pembusukan yang semakin bau dari tumpukan – tumpukan sampah. D. Titik D Keterlambatan pekerjaan pada titik A ini adalah sekitar 7 %. Dimana dalam time schedule, target yang harus dicapai adalah 100 %, sedangkan realisasi yang telah dicapai baru 73 %. Pada titik ini, pekerjaan yang paling banyak dikerjakan adalah pekerjaan luar bangunan sedangkan kegitan yang sangat kecil persentasinya adalah pekerjaan persiapan. Hal ini disebabkan oleh adanya para pekerja harian yang menginginkan pembayarannya diberikan selama tiga hari yang belum dibayar. Karenanya, para buruh harian ini melakukan mogok kerja sebelum pembayarannya selesai. Akhirnya, karena para pekerja mogok kerja, proses pelaksanaan pekerjaan yang telah ditentukan dalam time schedule mengalami keterlambatan. 5.9 Uraian System Pekerjaan Yang Diikuti Selama Praktikan. Praktikan bekerja dibawah bimbingan Tim Pelaksana Rusunawa ITB dan Tim Manajemen Konstruksi. Praktikan dilakukan selama dua bulan, terhitung dari bulan Juli hingga Agustus. 6 hari dalam seminggu, terhitung dari jam 9.00 hingga pukul 14.00. Pekerjaan yang diikuti selama praktikan adalah sebagai berikut : Mengawasi pelaksanaan pembangunan Rusunawa ITB, khusunya dalam hal pelaksanan arsitektur. Dengan cara menceklis pekerjaan yang telah dilakukan dan menghitung progres pekerjaan setiap harinya, kemudian diakumulasikan dalam jangka waktu satu minggu. Dari progres kemajuna dalam setiap pembangunan, seorang praktikan akan mengetahui hal – hal apa saja yang mempengaruhi kemajuan atau keterlambatan dalam seatu progres kemajuan. Dalm hal ini ada beberapa objek yang menjadi bahan objek pengawasan, diantaranya : LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
81
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
1. Pekerjaan pemasangan pasangan batako. 2. Pekerjaan pembuatan siar pada pasangan batako yang baik dan rapi 3. Pekerjaan pembuatan ban – ban pada bagian pintu dengan teknik pengerjaannya. 4. Pekerjaan pemasangan roster, kusen dan jendela yang terbuat dari alumunium. 5. Pekerjaan instalasi listrik dan fitting. 6. Pekerjaan pemasangan lampu dan box sikring 7. Pekerjaan shaft listrik dan air pada bagian dinding 8. Pekerjaan pemasangan waterproffing. 9. Pekerjaan pembuatan precast plat lantai 10. Pekerjaan metoda pemasangan antara komponene bangunan dengan sistem precast. 11. Pekerjaan konsol besi 12. Pengamatan pengetesan pasir, air kran, hydrant, dan floor drain 13. Pengawasan terhadap peninggian kamar mandi 14. Pengamatan terhadap ruang penyandang cacat BAB VI KESIMPULAN 1. Progress sangat berhubungan dengan tenaga ahli, sebaiknya dilakukan penambahan untuk tukang bangunan. Untuk tukang bangunan borongan sebaiknya lebih banyak dibandingkan dengan jumlah tukang bangunan dengan system harian. Karena pekerjaan dari tukang bangunan dengan system harian akan sulit terkontrol., terlebih, jika pada esoknya tukang harian tersebut tidak masuk. 2. Progres sangat berhubungan dengan koordinasi setiap bagian di lapangan, yakni antara Projek Manager dengan Engineering Manager, Kepala Logistik dan Peralatan, Site Manager dan Kepala Administrasi dan Keuangan. Selain koordinasi intern di lapangan, diperlukan juga
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
82
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
koordinasi ekstern, yakni antara Konsultan Pelaksana dengan Konsultan Perencana dan Manajemen Konstruksi. 3. Bentuk desain Bangunan Rusunawa yang sederhana memudahkan pelasanan dalam hal strukur, penggunaan alat – alat berat yang memang biasa digunakan untuk pembangunan gedung medium rise. 4. Bentuk desain bangunan Rusunawa ITB ini berkaitan dengan teknik dan bahan material yang digunakan. Teknik pelaksanaan untuk pembangunan Rusunawa ITB ini banyak melakukan cut and fill, terlebih lokasi Rusunawa ITB ini terletak di lahan yang sangat berkontur. Sehingga untuk menstabilkan kelayakan akan lahan yang berkontur tersebut, maka dilakukan teknik cut and fill. 5. Desain bangunan Rusunawa ITB ini bertingkat lima atau medium rise, dengan bentuk – bentuk yang tipikal, sehingga untuk teknik pengerjaan yang dipilih adalah teknik precast, karena teknik precast ini akan memudahkan pengerjaan untuk di lantai teratas. Dengan teknik precast yang digunakan untuk pengerjaan Rusunawa ITB ini, maka bahan bangunan yang digunakan adalah bahan bangunan yang dibuat dengan system fabrikai. Dimana setiap bagian – bagian structural bangunan dibuat terlebih dahulu sebelum pembangunan dimulai. Pembuatan bahan bangunan ini dilakukan secara fabrikasi sendiri oleh PT. Paesa Pasindo Engineering yang telah disesuaikan dengan SK – SN – T – 15 – 1991 – 03 .
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
83
Laporan Kerja Praktek I Pembangunan Rusunawa ITB
LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002
84