BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produk kayu bulat yang berasal dari hutan rakyat saat ini menjadi primadona. Pasalnya, produksi kayu bulat dari hutan alam sudah semakin terbatas dan pasokan kayu dari hutan tanaman belum mencapai target kebutuhan nasional. Sebagai contoh, ada kecenderungan beberapa industri kayu lapis saat ini sudah mulai menggunakan bahan baku subtitusi meranti seperti sengon atau jabon yang digunakan untuk bahan core plywood. Bahkan beberapa industri besar di Jawa Timur telah melakukan kerjasama dengan petani dan pengelola hutan rakyat di daerah Temanggung untuk menanam jenis-jenis tertentu yang menjadi kebutuhan industri. Mereka kemudian menciptakan mekanisme profit sharing yang memberikan keuntungan bagi kedua pihak. Dilihat dari sisi potensi kayu rakyat hitung-hitunganya sangat fantastis. Sebuah kajian potensi yang dilakukan oleh BPKH IX dan MFP menunjukkan bahwa taksiran potensi kayu hutan rakyat dengan basis citra Landsat tahun 2006‐2008 adalah sekitar 57 – 103, 5 juta m3 atau total taksiran rata‐rata potensi kayu pada areal hutan rakyat (indikatif) seluas hampir 2,6 juta ha adalah sekitar 74,7 juta m3. Potensi yang besar ini disadari maupun tidak telah menciptakan tataniaga baru dalam perdagangan kayu yang lebih banyak diatur oleh mekanisme lokal yang berbeda untuk masih-masing wilayah. Di wilayah Temanggung misalnya, selain ada hubungan dagang langsung antara industri dan petani, tataniaga kayu juga banyak di setir oleh peran pedagang atau perantara (middle-man), demikian pula disebagian wilayah Wonogiri dan Pacitan peran para “Bakul” amat dominan. Sistem jual beli ini yang sering menyebabkan aturan tatausaha kayu rakyat khususnya P.51/Menhut-II/2006 tidak dijalankan sesuai dengan prosedur yang seharusnya. Mekanisme penerbitan SKAU banyak diatur oleh Pedagang sehingga banyak dijumpai Dokumen SKAU tidak disimpan di Desa maupun dijadikan arsip oleh si pemilik kayu. Mekanisme kontrol yang lemah terhadap peredaran kayu rakyat dapat dimanfaatkan oleh pihak ketiga yang kurang bertanggung jawab untuk menerbitkan dokumen PUHH pada kayu-kayu ilegal. Dokumen ini bisa berstatus “ASPAL” asli tapi palsu, produk permainan pengandaan dokumen yang hanya sekedar memenuhi syarat untuk dokumen pengangkutan. Jika ini berlangsung terus maka citra kayu rakyat bisa tergerus oleh aktivitas ilegal sebagian masyarakat yang ingin mengambil keuntungan. Disnilah diperlukan “alat” yang mampu memberikan proteksi pada kayu rakyat sehingga mereka bisa mendapatkan status halal dan legal yang dibuktikan dengan sistem yang bisa dipercaya oleh pasar. Pada saat Menteri Kehutanan menetapkan aturan Nomor P.38/Menhut-II/2009 tentang Standard dan Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK), masyarakat pengelola hutan hak atau hutan berbasis masyarakat sesungguhnya belum siap untuk menerapkannya. Selain karena beberapa persoalan diatas, masyarakat masih belum “aware” pada pentingnya melakukan dokumentasi SKAU maupun SKSKB Cap “KR” dan penertiban dokumen alas titel yang sah. ITTO Project TFL-PD 010/09 Rev.1 (M) memberikan jawaban pentingnya pengembangan kapasitas personel dan kelembagaan di level petani hutan rakyat. Wilayah Jawa Barat dengan sentra produksi kayu rakyat di Ciamis menjadi sasaran program pembinaan dan pendampingan. Untuk memberikan efek penularan (scale up) pada wilayah-wilayah lain, maka kegiatan pelatihan pemahaman SVLK pada para pengelola hutan rakyat di seluruh Jawa Barat 1|Pa ge
menjadi suatu keniscayaan. Pelatihan yang telah dilakukan pada tanggal 19-23 September 2011 yang lalu ditujukan bagi Pengelola Hutan Hak untuk bisa memahami konsep dan standar SVLK dan peraturan perundangan yang terkait sebagai bekal untuk meningkatkan kemampuan individu peserta dalam menerapkan sistem verifikasi legalitas kayu di daerah masing-masing. 1.2. Maksud dan Tujuan Maksud Pelatihan: Maksud pelatihan ini adalah memberikan bekal pengetahuan, ketrampilan dan sikap kerja peserta diklat Petani Hutan Rakyat/kelompok tani tentang Pemahaman Sistem Verifikasi Legalitas Tujuan pelatihan : Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta diklat menguasai tentang konsep dan standar SVLK dan peraturan perundangan yang terkait sebagai bekal untk kemampuan individu peserta dalam menerapkan sistem verifikasi legalitas kayu. 1.3. Output Setelah menyelesaikan pelatihan peserta diharapkan untuk dapat: a.
Memahami Persyaratan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu.
b.
Memahami kerangka logika dan persyaratan SVLK
c.
Mampu menerapkan sistem verifikasi Legalitas kayu di Hutan Hak
1.4. Mata Diklat Kegiatan belajar mengajar untuk kelas para petani hutan rakyat telah diatur di dlam Silabus yang sudah disahkan oleh Pusat Pendidikan Latihan Kementrian Kehutanan Nomor: SK 114/Dik-2/2011 sebagai berikut:
2|Pa ge
Tabel 1.4. Silabus Pelatihan Pemahaman Persyaratan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu Untuk Hutan Rakyat/Lahan Masyarakat. No.
Topik
I
Teori
1.
Bina Suasana Pelatihan
2.
Kebijakan SVLK dalam konteks perdagangan hasil hutan
Indikator keberhasilan
Pokok Bahasan
JPL
Metode / Alat Peraga dan Bahan
20 Setelah mengikuti pelajaran ini peserta mampu: - Saling mengenal satu sama lain dan berkomunikasi secara lancar - Memiliki semangat & motivasi untuk berlatih dan bekerja - Memiliki kerjasama yang baik Peserta kelompok tani hutan/petani hutan hak memahami kebijakan pengelolaan hutan produksi lestasi dan verifikasi legalitas kayu dalam perdagangan hasil hutan yang berasal dari hutan hak
1 1. Perkenalan/ice breaking
a. Permainan, Diskusi, Ceramah
2. Peningkatan semangat dan motivasi berlatih dan bekerja
b. Papan Tulis, LCD, Flipchart, , Lakban, Bahan Permainan
3. Peningkatan bekerjasama § Kebijakan Pemerintah terkait dengan Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Sistem Verifikasi Legalitas kayu § Pengertian Hutan Hak § Sistem Perdagangan Hasil Hutan yang berasal dari Hutan Rakyat § Sisi hukum
3|Pa ge
Sumber Pustaka
§ P 38/MenhutII/2009 § P.6/VI/SET/2009 § Referensi terkait dengan PHPL § Peraturan Bidang Penataan Hasil Hutan (Permenhut No P.51/MenhutII/2006) dan aturan perubahannya § Referensi terkait dengan Peredaran dan perdagangan kayu Rakyat
3
Metode : Presentasi/Ceramah Menggambar Simpul Perdagangan kayu rakyat Menggambar bentuk Hutan Hak Diskusi Kelompok Alat dan Bahan : Kertas Label/stiker, Metaplan/Post it, Spidol warna warni, Kertas plano, Papan plano, White Board, LCD, Laptop, Gambar Hutan Hak
3.
Pengenalan Sistem dan standard VLK pada Hutan Rakyat/Lahan Masyarakat.
Peserta kelompok tani hutan/petani hutan hak mampu menggambarkan situasi penerapan sistem verifikasi legalitas kayu pada hutan rakyat
§
Latar belakang penerapan SVLK pada hutan hak
§
Prinsip VLK pada hutan hak/Hutan Rakyat
§
§
4.
Prosedur dan protocol dalam pelaksaan penilaan VLK untuk pemegang hutan rakyat
4|Pa ge
Peserta kelompok tani hutan/ pemilik hutan hak memahami prosedur/ protokol penilaian VLK yang akan diperankan oleh auditor LV-LK.
§
§
Standar dan Pedoman Verifikasi Legalitas Kayu dari Hutan Hak Transformasi Lampiran 5 P.6/VISet/2009 (Prinsip, Kriteria, Indikator dan Verifier VLK pada hutan hak)
Komponen kelembagaan pada VLK P 02/2010 terkait tahapan-tahapan pelaksanaan penilaian VLK
Peraturan tentang Standar dan Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu pada Pemegang Izin atau pada Hutan rakyat § P 38/MenhutII/2009
3
Metode : Presentasi/Ceramah Menggambar Mekanisme SVLK Diskusi Kelompok Alat dan Bahan : Kertas Label/stiker, Metaplan/Post it, Spidol warna warni, Kertas plano, Papan plano, White Board, LCD, Laptop
§ Peraturan Jenderal Bina produksi Kehutanan Nomor P.6/VI/SET/2009 § Lampiran 5 P.6/VISet/2009
§ Peraturan P 02/2010 § Referensi terkait gambaran pengalaman kelompok tani dalam persiapan penerapan VLK
3
Metode: Presentasi/Ceramah Peragaan (tahapantahapan kegiatan penilaian VLK oleh auditor LV-LK). Simulasi kasus lat dan Bahan Peraga:
§
5.
Pengenalan Kelembagaan dalam pengelolaan hutan rakyat
Peserta kelompok tani hutan/ pemilik hutan hak memahami syarat minimum kelembagaan untuk SVLK
Kertas label/striker, Metaplan/Post-it, Spidol Warna- Warni, Kertas Plano, Papan Plano, White Board, LCD, Laptop.
Penyiapan kelompok tani hutan/pemilik hutan hak di dalam menanggapi tahapan VLK
§ Pembentukan organisasi pengelolaan hutan rakyat
§ Referensi terkait Kelembagaan Hutan Rakyat
§ Distribusi kerja, § Referensi terkait kewenangan dan Informasi tentang hubungan kerja di dalam Kelompok tani yang organisasi sudah terbentuk di P Jawa § Persyaratan kualifikasi SDM di dalam § Referensi terkait pengelolaan hutan Kelembagaan Hutan rakyat Rakyat § Bentuk Kelembagaan pada pengelolaan hutan hak (Kelompok Tani/Koperasi) § Manajemen Kelembagaan Hutan Rakyat dalam lingkup penerapan SVLK 5|Pa ge
§ Contoh kelembagaan Hutan Rakyat
2
Metode: Presentasi/Ceramah Diskusi Ilustrasi gambar pembentukan kelompok hutan hak Alat dan Bahan Peraga: Kertas label/striker, Metaplan/Post-it, Spidol Warna- Warni, Kertas Plano, Papan Plano, White Board, LCD, Laptop.
6.
7.
Manajemen Keuangan dan pengelolaan modal usaha pada kelompok dalam rangka mendukung PHBML
Penataan pengeloaan informasi mengenai pengelolaan hutan hak/rakyat dan pemanenan kayu
6|Pa ge
§
Peserta kelompok tani hutan/ pemilik hutan hak memahami bentuk-bentuk/model lembaga keuangan mikro/mikro finance untuk mendukung tatakelola hutan rakyat, mekanisme pengajuan modal usaha hutan hak (melalui pemerintah atau perbankan), dan metoda pengelolaan modal usaha pada kelembagaan Hutan
Peserta kelompok pemilik hutan hak memahami pentingnya penataan kelengkapan dokumentasi/arsip dokumen pada tingkat individu petani hutan dan/atau organisasi unit manajemen hutan rakyat.
§ Pengenalan bentuk-bentuk/model lembaga keuangan mikro/mikro finance untuk mendukung tatakelola hutan rakyat § Mekanisme pengajuan modal usaha hutan hak (melalui pemerintah atau perbankan) § Metoda pengelolaan modal usaha pada kelembagaan Hutan rakyat
§ Kelengkapan dokumen yang menerangkan pendirian organisasi unit manajemen hutan rakyat di tingkat desa. § Kelengkapan dokumen yang berisi Distribusi kerja, kewenangan dan
§ Contoh bentukbentuk/model lembaga keuangan mikro/mikro finance untuk mendukung tatakelola hutan rakyat (lembaga keuangan, bank, BLU)
3
Metode: Presentasi/Ceramah Diskusi Alat dan Bahan Peraga: Kertas label/striker, Metaplan/Post-it, Spidol Warna- Warni, Kertas Plano, Papan Plano, White Board, LCD, Laptop.
§ Contoh sistem pengelolaan modal usaha di Hutan Rakyat § Contoh proposal pengajuan modal usaha untuk Hutan Rakyat § Lampiran 5 P.6/VISet/2009 § Peraturan Bidang Penataan Hasil Hutan (Permenhut No P.51/MenhutII/2006)
4
Metode: Praktek penyiapan informasi (kelengkapan penelusuran keabsahan kepemilikan kayu rakyat pada rantai perdagangan hasilhasil kayu rakyat).
hubungan kerja di dalam organisasi § Kelengkapan dokumen mengenai situasi pengelolaan hutan hak/rakyat – aturan penanaman, pemeliharaan, penebangan lestari § Kelengkapan dokumen yang menerangkan keabsahan hak kepemilikan lahan maupun hasil kayu rakyat yang dihasilkan pada tingkat petani dan/atau pada tingkat organisasi unit manajemen hutan rakyat. § Kelengkapan dan kesesuaian arsip dokumen kepemilikan lahan, dokumen pengangkutan SKAU, dokumen ijin tebang, dan dokumen 7|Pa ge
§ Contoh dokumen pendirian organisasi unit manajemen hutan rakyat § Contoh dokumen yang berisi Distribusi kerja, kewenangan dan hubungan kerja di dalam organisasi § Contoh dokumen yang menerangkan keabsahan hak kepemilikan lahan, dokumen pengangkutan SKAU, dokumen ijin tebang, dan dokumen faktur/kuitansi penjualan kayu pada tingkat petani
Kerja kelompok Alat dan Bahan Peraga: Kertas label/striker, Metaplan/Post-it, Spidol Warna- Warni, Kertas Plano, Papan Plano, White Board, LCD, Laptop.
faktur/kuitansi penjualan kayu pada tingkat petani dan kelengkapan penataan dokumentasinya pada tingkat organisasi unit manajemen hutan rakyat.
II 8.
PRAKTEK Simulasi dan Praktek VLK di Hutan rakyat
Peserta kelompok tani hutan/ pemilik hutan hak terampil dalam menyiapkan persyaratan yang dibutuhkan dalam penilaian VLK yang akan diperankan oleh auditor LV-LK.
Simulasi dilakukan dalam bentuk latihan pada topik yang diperlukan
8
Praktek untuk melihat UM yang telah melakukan persiapan penerapan SVLK
Metode Simulasi : permainan, studi kasus, tugas individu dan tugas kelompok Metode Praktek : kunjungan lapangan Alat dan Bahan Peraga: Kertas label/striker, Metaplan/Post-it, Spidol Warna- Warni, Kertas Plano, Papan Plano, White Board, LCD, Laptop, Transportasi untuk kunjungan lapangan, Kamera/Handy Camp
28
8|Pa ge
BAB II. ORGANISASI & PELAKSANAAN 2.1. Dasar Hukum pelaksanaan a. Activities for Output 3 of ITTO Project TFL-PD 010/09 Rev.1 (M) b. Surat Undangan Sekjen BUK No. 132/Set-2/2011 tanggal 23 Agustus 2011 c. Keputusan Kapusdiklat No. SK 114/Dik-2/2011
2.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan Pelatihan Pemahaman SVLK untuk para Petani Hutan Rakyat dilaksanakan pada tanggal 1923 September 2011. Untuk kegiatan belajar mengajar di kelas bertempat di: Hotel Sukajadi JL Sukajadi No. 176, Bandung 40161
Kegiatan studi lapang dilaksanakan di: Kelompok Tani “Sejahtera” Desa Cisaga, Kecamatan Cisaga Kabupaten Ciamis
2.3. Panitia Pelaksana Panitia pelaksana adalah Sekretariat ITTO Project TFL-PD 010/09 Rev.1 (M) yang terdiri dari: Ir. Lasmini, Ditha , dan Irebella Suwondo
2.4. Instruktur dan Fasilitator Kegiatan pelatihan dipandu oleh Fasilitator dan Instruktur sebagai berikut: a. b. c. d.
Ir. Daru Asycarya, MM Ir. Wahyu F Riva, MP Ir Idris Abdullah Ir. M.D. Kusnandar, MSi
2.5. Kelompok Tani yang diundang menjadi Peserta pelatihan a) Kelompok Tani Marga Bhakti, Banten b) Koperasi Tani Bungur Makmur, Banten c) Kelompok Tani Sri Mulya, Cirebon 9|Pa ge
d) e) f) g) h) i) j) k) l) m) n) o) p) q) r) s) t)
Koperasi Asosiasi Pengusaha Kayu, Ciamis ' Koperasi Jawal, Ciamis Kelompok Tani Sejahtera, Ciamis Kelompok Harapan Tani, Kuningan Kelompok Mekar saluyu, Kuningan Kelompok Tani Cibeber Kelompok Tani Dahlia Kelompok Tani Propolis Jaya, Kuningan Kelompok Tani Gunung Halimun, Kuningan Kelompok Tani Sumur Dadap, Kuningan Kelompok Tani Wilayah Sukabumi Kelompok Tani Wilayah Bogor Kelompok Tani Wilayah Cianjur Kelompok Tani Wilayah Lebak Kelompok Tani Wilayah Pandeglang Kelompok Tani Wilayah Tasikmalaya Kelompok Tani Wilayah Garut
Daftar peserta pelatihan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran I. 2.6. Agenda Pelatihan
MATA DIKLAT
WAKTU
PIC
HARI PERTAMA, 19 Sept 2011 Pembukaan
19.00-selesai
PANITIA
HARI KEDUA, 20 Sept 2011 Bina suasana dan kecerdasan spiritual
08.00-08.45
Nurcahyo Wiloso (Pusdiklat) MD Kusnandar
Kebijakan SVLK dalam konteks perdagangan hasil hutan (PUHH Hutan Rakyat)
08.45-11.15
Pengenalan Sistem dan standard VLK pada Hutan Rakyat.
11.15-12.00
Daru Asycarya Wahyu Riva
ISHOMA
12.00-13.00
PANITIA
Pengenalan Sistem dan standard VLK pada Hutan Rakyat. (LANJUTAN)
13.00-14.30
Daru Asycarya Wahyu Riva
14.30-15.00
PANITIA
15.00-17.15
Daru Asycarya Wahyu Riva
REHAT KOPI Prosedur dan protocol dalam pelaksanaan penilaian VLK untuk pemegang hutan rakyat
10 | P a g e
ISTIRAHAT MAKAN MALAM
19.00-Selesai
PANITIA
HARI KETIGA, 21 Sep. 2011 08.00-09.30 Pengenalan Kelembagaan dalam pengelolaan hutan rakyat Manajemen Keuangan dan Pengelolaan modal usaha pada pada kelompok dalam rangka mendukung PHBML REHAT KOPI Manajemen Keuangan dan Pengelolaan modal usaha pada pada kelompok dalam rangka mendukung PHBML (lanjutan) ISHOMA Penataan pengelolaan informasi mengenai pengelolaan hutan rakyat dan pemanenan kayu, PUHH dan peredarannya REHAT KOPI
09.30-10.15
10.15-10.30 10.30-12.45
13.15-14.45 14.45-15.00 15.00-16.30
EVALUASI
16.30-17.00
Simulasi dan Praktek VLK di Hutan Rakyat/lahan masyarakat
Wahyu F Riva Idris Abdullah
PANITIA Wahyu F Riva Idris Abdullah PANITIA
12.45-13.15
Penataan pengelolaan informasi mengenai pengelolaan hutan rakyat dan pemanenan kayu, PUHH dan peredarannya (Lanjutan)
HARI KEEMPAT, 22 Sep 2011 BREAKFAST
Wahyu F Riva Daru asycarya
05.00-06.00
Daru Asycarya Idris Abdullah PANITIA Daru Asycarya Idris Abdullah
PANITIA
06.00-17.00
Daru Asycarya Wahyu Riva Idris Abdullah
17.00-19.00
PESERTA
19.00-Selesai
PANITIA
10.00-11.30 08.00-11.30
PANITIA Panitia, Fasilitator, dan Nara Sumber
Penyusunan Laporan Simulasi ISTIRAHAT/MAKAN MALAM HARI KELIMA, 23 Sep 2011
Evaluasi & Penutupan
11 | P a g e
BAB III. PELAKSANAAN 3.1. Pembukaan Pelatihan Pelatihan pemahaman SVLK untuk para petani pengelola hutan rakyat dibuka oleh Kepala Pusat Pendidikan dan Latihan, Kementrian Kehutanan yaitu Bapak Helmi Basalamah. Sebelumnya Ibu Lasmini sebagai Pimpinan Proyek ITTO dan Pejabat Kemenhut juga menyampaikan pengantar pelatihan dan harapan-harapan yang bisa diraih dalam proses pelatihan yang akan dilaksanakan. Pembukaan juga dihadiri oleh Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Propinsi Jawa Barat. Seluruh Peserta Pembukaan kemudian menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Mars Rimbawan. 3.2. Proses Pelatihan A. Bina suasana pelatihan dan kecerdasan spiritual Materi ini dibawakan oleh Ir Nurcahyo Wiloso dari Pusdiklat sebagai sarana untuk memecahkan kebekuan antara para peserta pelatihan yang kemungkinan belum kenal sebelumnya. Materi ini juga menggiring peserta untuk bisa mengikuti kegiatan pelatihan dengan penuh semangat dan termotivasi oleh materi dan isu yang akan diajarkan. Beberapa teknik ice breaking melalui games dan gerakan-gerakan fisik yang menyenangkan memberikan suasana yang lebih segar.
Gambar 1. Kegiatan mata ajaran Bina Suasana Pelatihan yang disampaikan oleh Bapak Nurcahyo Wiloso untuk memecah kebekuan kegiatan training di kelas Petani Hutan Rakyat
2. Kebijakan SVLK dalam konteks perdagangan hasil hutan (PUHH Hutan Rakyat) Materi ini dibawakan oleh Ir. M.D Kusnandar, Msi dari Direktorat Jenderal Bina Usaha Kehutanan, Sub Direktorat Bina Iuran dan Peredaran Hasil Hutan Kementrian Kehutanan. Materi yang disampaikan secara umum menyangkut: pemahaman konsep SVLK, kebijakan SVLK, Penatausahaan Hasil hutan dan mekanismenya, konsep legalitas kayu, peraturan-peraturan yang terkait dengan PUHH di hutan hak, dan rencana revisi peraturan P.51. Materi ini sebagai dasar pemahaman konsep dan konteks SVLK yang akan dijadikan rujukan peserta dalam memotret kondisi di daerahnya masing-masing.
12 | P a g e
Gambar 2. Kegiatan Klasikal mata ajaran Kebijakan SVLK dalam konteks perdagangan hasil hutan yang disampaikan oleh Ir. MD Kusnandar MSi
3. Pengenalan Sistem dan standard VLK pada Hutan Rakyat Titik tekan materi yang disampaikan oleh Daru Asycarya ini lebih pada standar SVLK yang tercantum dalam Surat Edaran Dirjen BPK No. P.6/Set-II/2009 tentang Standard dan pedoman Penilaian Pengelolaan Hutan Lestari dan Legalitas Kayu. Secara khusus, standard SVLK di hutan hak terdapat pada Lampiran V, Perdirjen BPK tersebut. Secara khusus materi yang disampaikan adalah:
Latar belakang pentingnya penerapan SVLK pada hutan hak. Dijelaskan pula makna hutan hak dan maksud atau tujuan penerapan SVLK di hutan hak sebagai bentuk proteksi terhadap kayu rakyat yang legal. Status sebagai hutan hak perlu diperkuat dengan alas titel yang memiliki kekuatan hukum yang sah dan dapat dipertanggung gugatkan Prinsip VLK pada hutan hak/Hutan Rakyat yang dicirikan oleh keberadaan dua indikator penting yaitu: terdapatnya alas titel yang sah dan sistem administrasi kayu yang sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Penjelasan Standar dan Pedoman Verifikasi Legalitas Kayu dari Hutan Hak yang dimulai dari dua indikator penting di hutan hak dan beberapa verifier yang mendukung tercapainya indikator keberhasilan penerapan SVLK di hutan hak Materi ini juga mendelivery bagaimana transformasi Lampiran 5 P.6/VI-Set/2009 (Prinsip, Kriteria, Indikator dan Verifier VLK pada hutan hak) melalui sebuah studi kasus yang dikerjakan oleh 3 kelompok yaitu: Kelompok Mangga kelompok pisang, dan Kelompok Jambu. Dengan dibagikan beberapa contoh dokumen angkutan kayu (SKAU dan SKSKB cap KR serta dokumen Girik) peserta diminta untuk menganalisis bagaimana kondisi faktual dokumen-dokumen tersebut dengan standard VLK di hutan hak. Kegiatan ini difasilitasi pula oleh Ir Wahyu Faturahman Riva dan Ir Idris Abdullah.
Gambar 3. Kegiatan Klasikal Materi pengenalan Standard dan Sistem VLK di hutan Hak dan kegiatan diskusi kelompok untuk membahas studi kasus
13 | P a g e
4.
Prosedur dan protokol dalam pelaksanaan penilaian VLK untuk pemegang hutan rakyat
Materi ini disampaikan oleh Daru Asycarya dari IDEAS Consultancy Services. Titik tekan materi ini lebih kepada bagaimana memahami proses penilaian VLK yang biasanya dilakukan oleh Auditor Lembaga Verifikasi yang sudah terakreditasi. Secara khusus materi ini membicarakan tentang:
Bagaimana keterkaitan antar komponen kelembagaan pada VLK yang menguraikan tentang peran Lembaga Verifikasi Independen, Lembaga Akreditasi KAN, Lembaga Pemantau Independen. Proses VLK didisain dengan sistem yang transparan dan terbuka, sehingga keberadaan para pihak bisa merupakan check and balance bagi terwujudnya sistem yang kredibel
Materi juga menyinggung tentang penjabaran Perdirjen P 02/2010 terkait tahapan-tahapan pelaksanaan penilaian VLK yang sudah terstandarisasi dan terdokumentasi oleh KAN
Terkait dengan kepentingan para peserta, materi juga diarahkan pada bagaimana mempersiapkan kelompok tani hutan/pemilik hutan hak di dalam implementasi tahapan VLK. Pemateri memberikan contoh kasus dan studi kasus yang harus dikerjakan oleh Kelompok Mangga Pisang dan Jambu, yang juga difasilitasi oleh Ir Idris Abdullah.
Gambar 4. Kegiatan peserta training dalam diskusi kelompok dan pembahasan studi kasus . Masing-masing Kelompok diwajibkan mempresentasikan hasilnya dan akan ditanggapi oleh kelompok lain dan dibahas oleh Fasilitator
5.
Pengenalan Kelembagaan dalam pengelolaan hutan rakyat
Materi ini dibawakan oleh Ir. Wahyu F Riva, MP yang menitikberatkan pada pokok bahasan sebagai berikut: • Hutan & Kelembagaan Hutan Rakyat • Prinsip Pengelolaan Hutan Rakyat • Prinsip Kelembagaan Hutan Rakyat • Syarat Kelembagaan Hutan Rakyat • Contoh Kelembagaan Hutan Rakyat 14 | P a g e
Materi ini banyak menampilkan dokumentasi beberapa contoh bentuk-bentuk kelembagaan hutan rakyat di Jawa Timur, jawa tengah dan Jawa Barat. Topik ini juga banyak mendiskusikan mengenai peran kelompok tani dan kelembagaan pengelolaan hutan rakyat terhadap aktivitas masyarakat dalam rangka mencapai tujuan tertentu seperti pengelolaan hutan lestari berbasis masyarakat dan tantangan kelembagaan kelompok dalam menyongsong penerapan SVLK. Materi ini juga melakukan studi kasus yang harus dikerjakanoleh 3 kelompok: mangga Pisang dan Jambu yaitu: bentuk kelembagaan yang cocok serta bagaimana mengembangkan potensi kelembagaan di wilayahnya masing masing. Studi kasus ini difasilitasi pula oleh Ir Idris Abdullah.
Gambar 5. Kegiatan belajar mengajar materi kelembagaan hutan rakyat
6.
Manajemen Keuangan dan Pengelolaan modal usaha pada pada kelompok dalam rangka mendukung PHBM
Materi ini disampaikan oleh Ir. Wahyu F Riva dari IDEAS Consultancy Services dengan beberapa titik tekan materi pada: § § § §
Konsep Manajemen Keuangan Mikro Bentuk-bentuk keuangan mikro Peluang-peluang usaha yang bisa diciptakan oleh Kelompok tani tidak hanya pada hasil hutan kayu, tapi juga pemanfaatan HHNK yang bisa bernilai ekonomi Ilustrasi yang lengkap mengenai berbagai pengembangan ekonomi mikro ditingkat masyarakat pengelola hutan rakyat
Materi ini juga melakukan studi kasus yang harus dikerjakan oleh 3 kelompok: mangga Pisang dan Jambu yaitu: bentuk keuangan mikro yang cocok serta bagaimana mengembangkan potensi keuangan mikro di wilayahnya masing masing. Apa permasalahan dari pengembangan potensi dan bagaimana cara mengatasinya. Studi kasus ini difasilitasi pula oleh Ir Idris Abdullah. Bu Lasmini juga menyampaikan peluang-peluang pembiayaan yang datang dari pemerintah dan Pemda, seperti konsep “GEMAR” yang dicanangkan oleh Pemda Ciamis yang menciptakan pelauang pendanaan lebih baik
15 | P a g e
Gambar 6. Diskusi kelompok dan pemaparan hasil kerja kelompok mengenai manajemen keuangan dan kelembagaan serta peluang-peluang yang bisa mereka kembangkan di tingkat petani hutan rakyat
7.
Penataan pengelolaan informasi mengenai pengelolaan hutan rakyat dan pemanenan kayu, PUHH dan peredarannya
Materi ini disampaikan oleh Ir. Daru Asycarya, MM yang menitikberatkan pada bagaimana mengelola informasi agar bisa bermanfaat bagi para pengelola hutan rakyat dalam rangka kegiatan sertifikasi. Topik ini juga menjelaskan mengenai konsep Sistem dan Sistem Informasi serta bagaimana konsep sistem ini bisa diterapkan oleh Kelompok Tani yang bercirikan pada kelembagaan yang sederhana. Secara konseptual Sistem informasi memiliki peran strategis yang digambarkan dalam sebuah Piramida. Piramida dasar bercerita tentang bagaimana Sistem Informasi mendukung proses operasi bisnis. Kelompok tani meskipun bercorak manajemen yang sederhana tetap bisa atau mampu menampilkan proses bisnis yang akuntabel. Piramida kedua bercerita tentang bagaimana sistem informasi bisa menjadi bahan pengambilan keputusan penting buat para petani. Dan piramida yang ketiga menjelaskan tentang bagaimana sistem informasi bisa menjadi keunggulan kompetitif pada saat para petani yang lain tidak meikirkannya. Pengelolaan Sistem Informasi PHBM menyangkut persoalan bagaimana mengelola Sumberdaya Data dan Sumberdaya Manusia. Materi ini juga menjelaskan contoh-contoh sumberdaya data yang perlu di kelola serta bagaimana meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia yang terkait dengan sumberdaya alat seperti Handphone, Komputer, Jejaring sosial, Fax, dll.
Gambar 7. Pemaparan materi terakhir dari Daru Asycarya tentang Pengelolaan Sistem Informasi PHBM dan diskusi kelompok
16 | P a g e
8.
Kegiatan Praktek Lapangan
Kegiatan Praktek lapangan dilakukan sesuai rencana yaitu di areal unit manajemen PHBM Kelompok Tani “Sejahtera” Desa Cisaga, kecamatan Cisaga Kabupaten Ciamis. Perlu waktu sekitar 4 jam mengendarai mobil bis kecil dari Bandung menuju lokasi dan berangkat jam 6 pagi dari Hotel Sukajadi Bandung. Pemilihan lokasi ini dipertimbangkan oleh panitia berdasarkan: kesiapan unit manajemen menerapkan sistem SVLK dan merupakan salah satu desa yang telah memperoleh dampingan dari IDEAS dalam konteks SVLK. Rangkaian kegiatan Praktek lapangan adalah sebagai berikut: a) Pengarahan sebelum berangkat dari Panitia (Ibu Lasmini) diteruskan dengan doa bersama yang dipimpin oleh salah seorang peserta pelatihan b) Perjalanan ke Ciamis yang ditempuh sekitar 4 jam c) Briefing singkat di Ruang Kepala Desa Cisaga yang dihadiri oleh Panitia Pelatihan, Manajer Pelatihan, Fasilitator, Narasumber dari Unit Manajemen PHBM Sejahtera Cisaga d) Pembukaan Praktek Lapangan yang dihadiri oleh: Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Ciamis Ibu H. Nurhastuti, Pak Camat Cisaga, Perangkat Desa Cisaga, dan Pengurus Kelompok Tani Sejahtera. Sambutan secara khusus disampaikan oleh Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan dan Pak Camat Cisaga. Ketua Panitia, Ibu Lasmini memberikan laporan dan pengantar kegiatan praktek lapangan yang merupakan bagian dari kegiatan pelatihan e) Pengarahan praktek oleh Manajer Pelatihan: Daru Asycarya, Ir MD Kusnandar MSi, dan Ir. Agus dari Pusdiklat, ditujukan kepada dua kelompok pelatihan yaitu Kelompok Petani Hutan Rakyat dan Kelompok Pemerintah f) Kunjungan lapangan, masing-masing peserta bekerja berdasarkan kelompok yang telah dibagi di kelas yaitu kelompok Mangga, Pisang dan Jambu. Masing-masing kelompok melakukan gap analysis dan mengisi form yang telah didisain oleh fasilitator (Idris Abdullah). Gap analysis pada prinsipnya adalah membandingkan antara kondisi faktual di lapangan dengan standar yang telah ditetapkan sesuai dengan Surat edaran Dirjen BUK no. P.6/SetIV/2009 g) Hasil diskusi kelompok dipresentasikan oleh masing-masing kelompok dan dibahas oleh kelompok yang lain h) Masing-masing peserta harus bisa merumuskan pula gap analysis pada masing-masing wilayahnya dengan membandingkan standar SVLK, kondisi faktual di Cisaga, dan kondisi faktual di areal hutan rakyat mereka masing-masing. i) Makan siang di Rumah Makan Betty j) Diskusi kelompok dan pembahasan temuan-temuan di lapangan k) Pulang ke Bandung
17 | P a g e
Gambar 8. Rangkaian kegiatan Praktek lapangan: A. Penjelasan dari Sekretaris Kelompok Tani Sejahtera mengenai sejarah Penanaman dan aktivitas Kelompok Tani B. Sign board Kelompok Tani Sejahtera yang dipasang pada salah satu lahan milik Anggota C. Pohon Pulai yang sudah diregistrasi oleh kelompok D. Kegiatan verifikasi dokumen E. Aktivitas peserta dalam rangka observasi lahan HR F. Aktivitas peserta di areal HR pada spesies Sengon/ Albizia G. Diskusi kelompok membahas analisis gap H. Presentasi kelompok dan pembahasan analisis gap I. Peta Blok Lokasi penanaman
3.3. Acara Penutupan Kegiatan pelatihan ditutup oleh Project Officer ITTO Ibu Lasmini bersama-sama dengan Kepala Dinas Kehutanan Jawa Barat dan Perwakilan dari Pusdiklat Kehutanan. Sebelum acara penutupan, diadakan acara diskusi dan pembahasan umum tentang semua hal yang masih menjadi persoalan bagi peserta. Setelah usai, peserta diminta untuk menulis form evaluasi pelatihan untuk memberikan feedback kepada panitia, pengajar, dan fasilitator agar pelaksanaan pelatihan berikutnya bisa lebih baik.
18 | P a g e
BAB IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 4.1. Kesimpulan Dari keseluruhan rangkaian kegiatan pelatihan pemahaman SVLK untuk kalangan petani pengelola hutan rakyat yang diselenggarakan oleh Project ITTO ini dapat disimpulkan sebagai berikut: a) Peserta pelatihan sebagian besar adalah para praktisi pengelola hutan berbasis masyarakat merupakan orang-orang yang memilik keahlian dibidang PHBM dan sudah teruji bagaimana kesuksesan mereka mengelola hutan dan berbisnis kayu rakyat b) Mekanisme pelatihan yang cenderung pada “Training Workshop” menjadi ajang saling berbagi dan saling belajar, dimana masing masing peserta memiliki kekhasan dalam pengelolaan hutan dan pengalaman menjalankan administrasi kayu, pengelolaan kelembagaan, dan pengelolaan keuangan kelompok c) Penerapan SVLK akan berhasil bila didukung oleh kesiapan SDM, Kelembagaan, dan sumberdaya data yang memadai d) Praktek lapangan, walaupun dilakukan dalam rentang jarak yang cukup jauh dan melelahkan, namun peserta bisa menikmati perjalanan dan bersungguh-sungguh dalam melakukan diskusi kelompok dan pembahasan terutama melakukan analisis gap antara kondisi aktual di lapangan dengan standar yang disyaratkan e) Mengingat bahwa materi SVLK relatif masih baru sehingga perlu dilakukan sosialisasi yang lebih intensif dilakukan oleh pihak pemerintah. Pemahaman melalui training singkat belum cukup, sehingga perluasan kegiatan pendampingan masyarakat dan perolehan peluang pendanaan dari Pemda maupun Pusat sangat diharapkan. f) Jalinan komunikasi antar peserta sangat diharapkan agar peluang-peluang bisnis kayu rakyat yang menjanjikan bisa segera terwujud 4.2. Rekomendasi a) Perlu ditindaklanjuti kegiatan pelatihan pada masing-masing kelompok yang bisa didanai oleh pihak ketiga yang bisa dtanag dari unsur pemerintah maupun swasta (terutama industri perkayuan) b) Sangat diperlukan dukungan Pemerintah (Daerah maupun Pusat) untuk menciptakan mekanisme insentif yang mendukung perdagangan kayu rakyat yang legal dan bertanggung jawab. Insentif ini bisa dalam bentuk pengurangan pajak restribusi kayu dan kemudahan pengurusan administrasi kayu
19 | P a g e
LAMPIRAN
20 | P a g e
LAMPIRAN I. Daftar Peserta Pelatihan Pemahaman SVLK untuk Kalangan petani Hutan No.
N a m a
1 MOH. YAKUN RIADI, S.H.
No. Sertifikat Diklat
5028/T/NP/Pusdiklat/2011
Tempat/Tgl. Lahir
CIREBON 26-Des-11
J a b a t a n
Asal Instansi/Unit Kerja
KETUA KELOMPOK TANI
KELOMPOK TANI SRI MULYA, CIREBON
No. Telp. Rumah
No. H P
0812 223 7181
2 NANA
5029/T/NP/Pusdiklat/2011
CIAMIS 23-Mar-72
SEKRETARIS KELOMPOK TANI
KELOMPOK TANI MEKAR MANAH, CIAMIS
3 RUDI
5030/T/NP/Pusdiklat/2011
CIAMIS 28-Mar-71
KETUA KELOMPOK TANI
KELOMPOK TANI SEJAHTERA, CIAMIS
0852 236 51203
4 MULYANA
5031/T/NP/Pusdiklat/2011
LEBAK 20-Jun-75
KETUA KELOMPOK TANI
KELOMPOK TANI MAKMUR SEJAHTERA
0857 8055 3999
5 TAUFIK IKHSAN, S. T.
5032/T/NP/Pusdiklat/2011
CIAMIS 14-Mei-83
PENGURUS
ASOSIASI PENGUSAHA KAYU RAKYAT CIAMIS
6 GAERUL NURDIN, S. Hut
5033/T/NP/Pusdiklat/2011
CIAMIS 08-Jul-75
PENGURUS
KOPERASI JAGAWANA LESTARI, CIAMIS
0265 2796490
0266 KELOMPOK TANI TULATEN, SUKABUMI 6542658 KELOMPOK TANI MARGA BHAKTI, BANTEN KELOMPOK TANI BUNGUR MAKMUR, BANTEN KELOMPOK TANI MEKAR ARUM, TASIKMALAYA
0812 249 3735 0813 1269 6688
7 HADI PURWANA
5034/T/NP/Pusdiklat/2011
SUKABUMI 16-Des-72
8 EBI SUHAEBI
5035/T/NP/Pusdiklat/2011
LEBAK 10-Okt-67
KETUA KELOMPOK TANI
9 RUSDI
5036/T/NP/Pusdiklat/2011
RANGKASBITU 31-Des-80 NG
KETUA KELOMPOK TANI
10 H. MUBAROK
5037/T/NP/Pusdiklat/2011
TASIKMALAYA 03-Mar-55
KETUA KELOMPOK TANI
11 NURYADI
5038/T/NP/Pusdiklat/2011
KUNINGAN 26-Apr-80
BENDAHARA KELOMPOK TANI
12 KARTONO
5039/T/NP/Pusdiklat/2011
KUNINGAN 04-Jan-67
KETUA KELOMPOK TANI
13 ATO DARTO
5040/T/NP/Pusdiklat/2011
KUNINGAN 05-Des-65
KETUA KELOMPOK TANI
14 YUNIDIN SYAHRIZAL
5041/T/NP/Pusdiklat/2011
CIREBON 14-Apr-88
PENGURUS
15 SYAMSUDIN
5042/T/NP/Pusdiklat/2011
BOGOR 24-Mar-77
PENGURUS
16 ERWIN RUSTIANA, S. H.
5043/T/NP/Pusdiklat/2011
CIANJUR 05-Mar-72
PENGURUS
17 KARDI
5044/T/NP/Pusdiklat/2011
CIAMIS 12-Mei-58
KETUA KELOMPOK TANI
KELOMPOK TANI DAHLIA II
0852 236 57233
18 MAMAN SUKIRMAN
5045/T/NP/Pusdiklat/2011
KUNINGAN 02-Sep-62
KETUA KELOMPOK TANI
KELOMPOK TANI SALUYU, KUNINGAN
0877 230 47597
21 | P a g e
PENGURUS
0853 534 834931
KELOMPOK TANI RAHAYU, KUNINGAN KELOMPOK TANI HARAPAN MEKAR, KUNINGAN KELOMPOK TANI SUMUR DADAP, KUNINGAN KELOMPOK TANI DIRGA JAYA, KUNINGAN KELOMPOK TANI RIMBA LESTARI, BOGOR ASOSIASI PENGUSAHA KAYU RAKYAT CIANJUR
0815 6315 4546 0877 726 75952 0813 855 82260 0821 1800 8257 0821 1963 6728 0821 284 14133 0877 2377 9057 0877 233 14151 0858 8325 9119 0815 6321 9909
Lampiran II. Contoh Sertifikat Peserta Pelatihan
22 | P a g e
LAMPIRAN 3. Bahan ajar dan Handout Pelatihan
Materi 1
BINA SUASANA PELATIHAN =============================================================== DIKLAT PEMAHAMAN SISTEM VERIFIKASI LEGALITAS KAYU tahun 2011 Oleh : Nurtjahjawilasa,S.Hut, MAP, MA Widyaiswara Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan
Kerjasama antara PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN dan ITTO Project TFL-PD 010/09 Rev.1(M)
23 | P a g e
I. PENDAHULUAN Pelatihan adalah proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap peserta melalui kegiatan pembelajaran Mengingat proses pembelajaran dalam pelatihan adalah pembelajaran bagi orang dewasa, maka untuk mencapai tujuan tersebut diatas, proses pembelajaran dalam pelatihan perlu ditata sedemikian rupa agar terbuka kesempatan bagi semua peserta untuk berpartisipasi secara aktif. Dalam proses pembelajaran bagi orang dewasa perlu diciptakan tiga kondisi penting , yaitu : 1. Kondisi yang memungkinkan peserta dapat berdiskusi secara bebas, saling memberikan pengetahuan dan pengalaman masing-masing. 2. Kondisi yang memungkinkan peserta saling memberi dan menerima pengetahuan dan pengalaman dalam diskusi kelompok, sehingga apa yang diperoleh dalam proses pembelajaran bisa dimanfaatkan untuk memcahkanmasalah dalam melaksanakan tugas sehari-hari. 3. Kondisi yang memungkinkan peserta bisa merespon terus menerus rangsangan yang diberikan oleh fasilitator. Oleh karena itu, maka ketiga kondisi tersebut harus bisa diciptakan dalam pelatihan ini. Untuk mencapai tujuan dan kondisi pembelajaran seperti tersebut di atas maka dalam Bina Suasana Pelatihan ini kepada peserta diberikan kesempatan untuk mengalami atau melakukan kegiatan baik berupa latihan maupun simulasi. Setelah melakukan kegiatan, peserta diminta untuk mengemukakan / merefleksikan pengalamannya, mengolah, menyimpulkan dan mencoba melakukannya kembali dengan lebih baik. II.
PERKENALAN
Pada awal pelatihan, biasanya suasana masih terasa kaku dan beku karena para peserta belum mengenal satu sama lain (kemungkinan hanya satu atau dua orang peserta yang sudah saling kenal), belum mengenal penyelenggara, belum mengenal fasilitator. Kondisi ini biasanya akan menjadi suasana yang kurang mendukung dalam pelaksanaan Diklat selanjutnya. Oleh karena itu suasana tersebut harus diciptakan menjadi kondusif antara lain dengan cara perkenalan, baik mengenal orang lain maupun diri sendiri. A. MENGENAL ORANG LAIN Perkenalan yang baik akan menciptakan rasa kebersamaan untuk mencapai tingkat keterbukaan yang mantap. Kebersamaan dan keterbukaan adalah modal utama terbentuknya kelompok yang kokoh dan dalam kelompok yang kokoh setiap peserta akan lebih mudah mengemukakan pendapat dan harapannya terhadap pelatihan. Tujuan. 1. Agar peserta saling mengenal, mengenal fasilitator dan penyelenggara 2. Peserta ikut secara aktif dalam kelompok. 3. Terjadi interaksi intensif antar individu dalam kelompok . Langkah kegiatan 1. Peserta dibagi menjadi empat kelompok, 5 - 6 orang; 2. Masing-masing kelompok duduk melingkar dan ditugaskan untuk saling berkenalan mengenai : nama, asal instansi, status/keluarga dan kegemaran, serta menuliskannya pada sebuah kartu yang dibagikan oleh fasilitator. Waktu yang diberikan kurang lebih 10 menit. 24 | P a g e
3. 4.
5. 6. 7.
Setelah waktu yang diberikan habis, fasilitator meminta kembali kartu yang telah diisi dari masingmasing kelompok untuk kemudian dibagikan kepada kelompok lain/ dipertukarkan. Selanjutnya Fasilitator meminta kepada masing-masing peserta secara bergiliran untuk membacakan nama dan identitas lain yang tertulis pada kartu yang dipegangnya serta menebak / mencari siapa yang mempunyai nama tersebut. Apabila tidak diketahui, peserta boleh bertanya kepada anggota kelompoknya dan apabila anggota dalam kelompoknya juga tidak mengetahuinya baru kemudian menanyakan kepada anggota kelompok lain untuk selanjutnya berkenalan. Fasilitator meminta kepada salah seorang peserta untuk memperkenalkan sebanyak mungkin teman-temannya dan diulang sampai lebih banyak anggota atau seluruh peserta diperkenalkan. Selanjutnya fasilitator meminta kepada peserta bagaimana perasaan dan kesan yang mereka alami selama perkenalan berlangsung dan menanyakan maknanya. Akhirnya fasilitator menyimpulkan pendapat peserta.
Kesimpulan 1. Tercipta suasana yang lebih akrab/intim 2. Komunikasi antar peserta menjadi lancar Bahan dan alat 1. Ruangan cukup luas 2. Papan tulis dan spidol B. MENGENAL DIRI SENDIRI ( MDS ) Peserta diajak untuk mengenal dirinya sendiri, menggali potensi yang mereka miliki baik yang positif maupun negatif. Tujuan 1. 2. 3.
Peserta dapat mengenal potensi dirinya yang positif Peserta mengetahui potensi dirinya yang negatif Peserta dapat memanfaatkan sisi positifnya dan mengendalikan sisi negatifnya.
Langkah kegiatan 1. Fasilitator membagikan kertas HVS kepada setiap peserta. 2. Dalam waktu 10 menit peserta diminta untuk menggambarkan wajahnya dan dibawah gambar wajah tersebut dituliskan sifat positif – di kanan – dan sifat negatif – di kiri 3. Gambar wajah tersebut dikumpulkan oleh fasilitator , dicampur aduk untuk kemudian dibagikan kembali kepada peserta sehingga peserta memegang gambar wajah yang bukan miliknya. 4. Kepada peserta diminta untuk mencari pemilik gambar wajah yang dipegangnya dengan ketentuan ; - gambar tidak ditawar-tawarkan ; - tidak boleh mencari gambar sendiri ; - tidak boleh menerima jika bukan gambar dirinya. 5. Selanjutnya peserta diminta untuk berdiri melingkar dan diminta untuk menyampaikan kesan dan perasaannya selama permainan berlangsung dan menanyakan makna dari permainan ini. 6. Fasilitator menyimpulkan pendapat peserta. Kesimpulan Peserta dapat merasakan bahwa mengenal diri sendiri itu tidak mudah, padahal dengan diketahuinya/dikenalnya diri sendiri sangat diperlukan untuk pengembangan potensi/kemampuan diri.serta mengendalikan sifat-sifat negatifnya dan bila mungkin menghilangkannya. 25 | P a g e
Bahan dan alat 1. Kertas HVS; 2. Papan tulis dan spidol ; 3. Alat tulis. C. KERJASAMA Dengan permainan ini diharapkan stigma yang ada pada setiap peserta seperti : jabatan, pangkat, usia, jenis kelamin, kekayaan dll, akan hilang dan hubungan peserta menjadi akrab dan rileks Tujuan 1. 2. 3. 4.
Memecahkan kebekuan hubungan antar peserta Menyadari identitas diri, baik secara fisik maupun sosial Menggiring ke arah keterbukaan Kerjasama
Langkah kegiatan 1. Fasilitator membagi peserta menjadi 3 (tiga) kelompok : pria dan wanita 2. Fasilitator meminta setiap kelompok membuat papan impian hutan rakyat yang ideal dan legal secara virtual dengan ketentuan sebagai berikut : a. Masing-masing anggota di dalam kelompok berdiskusi tentang framework hutan rakyat yang ideal dan legal secara virtual yang ideal dalam implementasi VLK skema mandatory (sesuai permenhut P.38/Menhut-II/2009 tentang Standar dan criteria penilaian kinerja PHPL dan VLK pada Hutan Negara dan Hutan Hak). b. Peserta berdiskusi untuk memvisualisasikan framework di atas dalam bentuk gambar, flowchart, dll menggunakan material yang disediakan fasilitator. c. Fasilitator meminta peserta mempresentasikan hasil kerja kelompok. 3. Fasilitator meminta kesan dan perasaan peserta selama kegiatan berlangsung serta makna dari pernmainan ini. 4. Fasilitator menyimpulkan pendapat peserta dan menjelaskan makna dari permainan. Kesimpulan Setelah simulasi ini peserta akan menjadi lebih akrab dan rileks serta adanya ilustrasi tentang hutan rakyat yang ideal dan legal secara virtual yang ideal menurut hasil diskusi tiap-tiap kelompok. Bahan dan alat 1. Ruangan yang cukup luas dan meja kursi 2. Papan tulis dan spidol 3. Kertas karton besar, gunting, lem, spidol kecil warna warni.
V. MENYUSUN HARAPAN Pada awal pelatihan, fasilitator perlu mengatahui harapan-harapan peserta terhadap pelatihan, sehingga program pelatihan dapat diarahkan untuk memenuhi harapan peserta maupun untuk perbaikan program yang akan datang. Tujuan 1, Mengungkapkan harapan peserta terhadap pelatihan. 2..Semua peserta mengetahui harapan kelompok. Langkah kegiatan 1. Fasilitator membagi peserta dalam 4 (empat ) kelompok. 26 | P a g e
2. Setiap peserta menuliskan harapannya dan kemudian didiskusikan dalam kelompoknya untuk mendapatkan harapan kelompoknya, 3. Harapan kelompok dituliskan pada kertas flipchart dan ditempel di depan kelas. 4. Setiap kelompok mempresentasikan harapan kelompoknya. 5. Selanjutnya didiskusikan untuk menentukan harapan kelas dengan dipandu oleh fasilitator sambil menjelaskan harapan-harapan yang tidak mungkin dapat terpenuhi selama pelatihan. Kesimpulan Harapan yang dihasilkan adalah harapan kelas, dan harapan ini dapat terpenuhi apabila terdapat usaha dan kerjasama dari peserta, fasilitator dan panitia penyelenggara. Bahan dan alat 1. Kertas HVS dan kertas flipchart 2. Spidol dan lakban.
VI. MENJELASKAN ALUR PELATIHAN Menjelaskan Alur Pelatihan dimaksudkan untuk memberikan gambaran kepada peserta kemungkinan harapan peserta dapat terwujud selama pelatihan yaitu dengan menjelaskan tujuan dari pelatihan ini. Metode yang digunakan dalam pelatihan, beberapa mata pelajaran yang akan diperoleh selama pelatihan serta peraturan dan mekanisme selama mengikuti pelatihan, sehingga hasil yang diperoleh dari pelatihan ini akan dapat memenuhi harapan baik bagi peserta maupun penyelenggara termasuk fasilitator. VI. PEMBENTUKAN DPP Merupakan kegiatan terakhir dari mata pelajaran Bina Suasana Pelatihan adalah memfasilitasi peserta dalam pembentukan DPP (Dewan Perwakilan Peserta). Walaupun proses pembentukkannya sepenuhnya diserahkan kepada peserta namun tetap diarahkan atau disarankan agar dalam susunan DPP terdapat suatu bidang/seksi yang menangani bidang pengajaran untuk memudahkan komunikasi antara peserta dengan penyelenggara dalam hal kebutuhan para peserta untuk difasilitasi khususnya dibidang pengajaran ini. Hasil dari pembentukan DPP ini diserahkan kepada Panitia Penyelenggara.
DAFTAR PUSTAKA
Lembaga Administrasi Negara RI. 1994 . Pengenalan Dinamika . Kelompok, Modul Ib. Jakarta. McGraw Hill. 1996 . Training Games. McGraw Hill Company.Sidney. Santosa, Slamet . 1983 . Dinamika Kelompok. Bumi Aksara. Jakarta. Solita, Sarwono. 1982 . Kumpulan Latihan Dinamika Kelompok. Badab Penerbit Kesehatan. Jakarta. Yayasan Indonesia Sejahtera. 1981. Bermain menghayati dan Belajar ( Kumpulan Latihan Permainan ). Solo
27 | P a g e
Materi 2
28 | P a g e
Materi 2 (lanjutan)
29 | P a g e
Materi 2 (lanjutan)
30 | P a g e
Materi 2 (Lanjutan)
31 | P a g e
Materi 2 (lanjutan)
32 | P a g e
Materi 3
33 | P a g e
Materi 3 (lanjutan)
34 | P a g e
Materi 4
35 | P a g e
Materi 4 (lanjutan)
36 | P a g e
Materi 4 (lanjutan)
37 | P a g e
Materi 5
38 | P a g e
Materi 5 (lanjutan)
39 | P a g e
Materi 5 (Lanjutan)
40 | P a g e
Materi 5 (lanjutan)
41 | P a g e
Materi 5 (lanjutan)
Materi 6
42 | P a g e
Materi 6 (lanjutan)
43 | P a g e
Materi 6 (lanjutan)
Materi 6 (lanjutan)
44 | P a g e
Materi 7
Materi 7 (lanjutan) 45 | P a g e
46 | P a g e