BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Dewasa ini, Auditing sudah menjadi hal yang tidak asing lagi di kalangan perusahaan. Hal ini sebagaimana yang diatur dalam berbagai aturan hukum mengenai perlunya audit laporan keuangan, antara lain : Kewajiban hukum suatu perusahaan (PT) dilakukan audit. Misalnya, pasal 68 ayat 1 UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang menyatakan bahwa Direksi wajib menyerahkan laporan keuangan kepada akuntan publik untuk diaudit apabila memenuhi syarat tertentu. Kemudian UU Pasar Modal, UU Perbankan dan beberapa peraturan perundangundangan lainnya yang juga mengatur kewajiban audit laporan keuangan. Untuk perusahaan kecil dan menengah bisa memilih menggunakan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP) atau PSAK sebagai dasar penyusunan laporan keuangannya. Sedangkan untuk perusahaan besar dan public company harus menggunakan PSAK dan mulai tahun 2012 menggunakan International Financial Reporting Standards (IFRS). Terlepas dari hal tersebut, ada beberapa tahapan auditor dalam melaksanakan audit laporan keuangan. Auditor akan membagi pekerjaan auditnya dalam empat tahap, yaitu 1) tahap perencanaan, 2) tahap pengujian, 3) tahap penyelesaian, dan 4) tahap pelaporan. Dari empat tahap tersebut kita akan lebih berfokus pada tahap ketiga yaitu mengenai tahap penyelesaian. Setelah melaksanakan tahapan perencanaan dan melakukan seluruh prosedur audit pengujian. Maka auditor akan melakukan tahap penyelesaian audit, berupa pengecekan atas kelengkapan Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP), kecukupan bukti untuk mengambil kesimpulan, mendiskusikan temuan audit dengan manajemen dan pihak yang bertanggung jawab pada tata kelola perusahaan.
1
2
Dalam tahap tersebut seorang auditor pastinya mempuyai standart atau acuan dalam melakukannya. Mulai dari memilah-milah kertas kerja, menyusun hingga mengarsipnya. Maka dari itu, penulis akan membahas tentang Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Konsep Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP). 2. Tipe Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP). 3. Penyusunan Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP). 4. Pengarsipan Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) 1.3 Tujuan dan Manfaat 1.3.1 Tujuan 1. Memahami tentang Kertas Kerja Pemeriksaan yang digunakan oleh seorang Auditor. 2. Agar setiap Mahasiswa atau Pembaca yang ingin mempelajari tentang Kertas Kerja Pemeriksaan dapat mengetahui Prosedur-prosedur atau tahapan dalam melakukan Pemeriksaan akuntansi. 3. Sebagai wawasan tambahan dalam Penyusunan Kertas Kerja Pemeriksaan. 1.3.2 Manfaat 1. Diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam melakukan pemeriksaan akuntansi. 2. Memudahkan Mahasiswa atau Pembaca dalam Mempelajari Auditing.Bahan acuan dan informasi tambahan kepada pembaca makalah ini yang mengkaji hal yang relevan dengan topik makalah ini.
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Konsep Kertas Kerja Pemeriksaan 2.1.1. Pengertian Kertas Kerja Pemeriksaan Dalam melaksanakan pemeriksaannya, ada beberapa pedoman yang harus dipatuhi sebuah Kantor Akuntan Publik (KAP). Antara lain, SPAP khususnya standar auditing, standar pengendalian mutu, kode etik Ikatan Akuntan Indonesia dan aturan etika IAI Kantor Akuntan Publik atau yang lebih dikenal dengan kode etik Profesi Akuntan Publik. Semua prosedur dan audit yang dilakukan dan temuan-temuan pemeriksaan harus didokumentasikan dalam kertas kerja pemeriksaan. Kertas Kerja Pemeriksaan adalah semua berkas-berkas yang dikumpulkan oleh auditor dalam menjalankan pemeriksaan , yang berasal dari pihak klien, analisis yang dibuat oleh auditor dan dari pihak ketiga. (Sukrisno Agoes;2012). Adapun berkas yang berasal dari klien dapat berupa Neraca Saldo (Trial Balance), Rekonsiliasi Bank (Bank Reconciliation), Analisis Umur piutang (Accounts Receivable Aging Schedule), Rincian Persediaan (Final Inventory List), Rincian Liabilities, Rincian Beban Umum dan Administrasi, Rincian Beban Penjualan, dan Surat Pernyataan Langganan. sedangkan berkas-berkas yang didapat dari analisis yang dibuat oleh auditor itu antara lain berupa Berita Acara Kas Opname (Cash Count Sheet), Pemahaman dan Evaluasi Internal Control; termasuk Internal Control Questionnaries, Analisis Penarikan Aset Tetap, Analisis mengenai cukup tidaknya Allowance For Bad Debts, Working Balance Sheet (WBS), Working Profit and Loss (WPL), Top Schedule, Supporting Schedule, Konsep Laporan Audit (konsep Audit Report), Management Letter. Dan yang terakhir mengenai berkas-berkas yang diperoleh dari pihak ketiga antara lain berupa Jawaban Konfirmasi dari Piutang, Liabilities, dari Bank dan dari Penasihat Hukum Perusahaan.
3
4
2.1.2. Tujuan Kertas Kerja Pemeriksaan Kertas Kerja Pemeriksaan yang merupakan dokumen yang berisi seluruh informasi yang diperoleh , analisis yang dibuat dan kesimpulan yang didapat selama melaksanakan audit mempunyai beberapa tujuan. Tujuan tersebut antara lain : 1. Mendukung opini auditor mengenai kewajaran laporan keuangan.Opini yang diberikan harus sesuai dengan kesimpulan pemeriksaan yang dicantumkan dalam kertas kerja pemeriksaan. 2. Sebagai bukti bahwa auditor telah melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan Standar Pofesional Akuntan Publik.Dalam kertas kerja pemeriksaan harus terlihat bahwa apa yang diatur dalam SPAP sudah diikuti dengan baik oleh auditor. Misalnya melakukan penilaian terhadap pengendalian intern dengan menggunakan Internal Control Questionnaires, mengirimkan konfirmasi piutang, meminta Surat Pernyataan Langganan, dan lain-lain. 3. Sebagai Referensi dalam hal ada pertanyaan dari Pihak Pajak, Pihak Bank dan Pihak Klien.Jika Kertas Kerja Pemeriksaan Lengkap, pertanyaan apapun yang diajukan oleh pihak-pihak tersebut, yang berkaitan dengan laporan audit bisa dijawab dengan mudah oleh auditor, dengan menggunakan kertas kerja pemeriksaan sebagai referensi. 4. Sebagai salah satu dasar penilaian asisten (seluruh tim audit) sehingga dapat dibuat evaluasi mengenai kemampuan asisten sampai dengan partner, sesudah selesai suatu penugasan .Evaluasi tersebut biasa digunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan untuk kenaikan jenjang jabatan dan kenaikan gaji. 5. Sebagai pegangan untuk audit tahun berikutnya.Untuk persiapan audit tahun berikutnya kertas kerja pemeriksaan tersebut dapat dimanfaatkan antara lain : a. Untuk mengecek saldo awal; b. Untuk dipelajari oleh audit staf yang baru ditugaskan untuk memeriksa klien tersebut.
5
c. Untuk mengetahui masalah-masalah yang terjadi di tahun lalu dan berguna untuk penyusunan audit plan tahun berikutnya.
2.1.3. Isi Kertas Kerja Pemeriksaan Kertas kerja harus cukup memperlihatkan bahwa catatan akuntansi cocok dengan laporan keuangan atau informasi lain yang dilaporkan serta standar auditing yang dapat diterapkan telah dilaksanakan oleh auditor. Kertas kerja biasanya harus berisi dokumentasi yang memperlihatkan: 1.
Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan pertama yaitu pemeriksaan telah direncanakan dan disupervisi dengan baik.
2.
Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan kedua yaitu pemahaman memadai atas pengendalian intern telah diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang telah dilakukan.
3.
Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan ketiga yaitu bukti audit telah diperoleh, prosedur audit telah ditetapkan, dan pengujian telah dilaksanakan, yang memberikan bukti kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.
2.2. Tipe Kertas Kerja Pemeriksaan Isi kertas kerja meliputi semua informasi yang dikumpulkan dan dibuat oleh auditor dalam auditnya. Kertas kerja terdiri dari berbagai macam yang secara garis besar dapat dikelompokkan kedalam 5 tipe kertas kerja berikut ini : 2.2.1. Program Audit (Audit Program) Program audit merupakan daftar prosedur audit untuk seluruh audit unsur tertentu, sedangkan prosedur audit adalah instruksi rinci untuk mengumpulkan tipe
6
bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada saat tertentu dalam audit. Dalam program audit, auditor menyebutkan prosedur audit yang harus diikuti dalam melakukan verifikasi setiap unsur yang tercantum dalam laporan keuangan, tanggal dan paraf pelaksana prosedur audit tersebut, serta penunjukan indeks kertas kerja yang dihasilkan. Dengan demikian, program audit berfungsi sebagai suatu alat yang bermanfaat untuk menetapkan jadwal pelaksanaan dan pengawasan pekerjaan audit. Program audit dapat digunakan untuk merencanakan jumlah orang yang diperlukan untuk melaksanakan audit beserta komposisinya, jumlah asisten dan auditor junior yang akan ditugasi, taksiran jam yang akan dikonsumsi, serta untuk memungkinkan auditor berperan sebagai supervisor dapat mengikuti kemajuan audit yang sedang berlangsung.
2.2.2. Working Trial Balance Working trial balance adalah suatu daftar yang berisi saldo-saldo akun buku besar pada akhir tahun yang diaudit dan pada akhir tahun sebelumnya, kolom-kolom untuk adjustment dan penggolongan kembali yang diusulkan oleh auditor, serta saldo-saldo setelah koreksi auditor yang akan tampak dalam laporan keuangan auditan (audited financial statement). Working trial balance ini biasanya berisi kolom-kolom.Working trial balance ini merupakan daftar permulaan yang harus dibuat oleh auditor untuk memindahkan semua saldo akun yang tercantum dalam daftrar saldo (trial balance) kilen. Dalam proses audit, working trial balance ini digunakan untuk meringkas adjustment dan penggolongan kembali yang diusulkan oleh auditor kepada klien serta saldo akhir tiap-tiap akun buku besar setelah adjustment atau koreksi oleh auditor. Dari kolom terakhir dalam working trial balance tersebut, auditor menyajikan draf final laporan keuangan klien setelah diaudit oleh auditor draf final inilah yang akan diusulkan oleh auditor kepada klien untuk dilampirkan pada laporan
7
audit.Dalam working trial balance tersebut terdapat kolom saldo akhir 31 Desember 20x1 (tahun yang lalu)”. Kolom ini diisi dengan saldo-saldo akun setelah adjustment auditor dalam audit tahun yang lalu. Pencantuman saldo-saldo dari audit tahun sebelunnya ini dimaksudkan untuk memudahkan pembandingan dengan saldo-saldo akun yang berkaitan untuk tahun yang diaudit, agar auditor dapat memusatkan perhatiannya kepada perubahan-perubahan yang bersifat luar biasa.Kolom “saldo menurut buku 31 desember 20X2 (tahun ini)” digunakan untuk memindahkan saldosaldo akun buku besar klien untuk tahun yang diaudit. Saldo akun-akun pendapatan dan biaya harus dicantumkan dalam kolom ini juga, meskipun oleh klien saldo akun-akun tersebut telah ditutup keakun saldo laba. Saldo akun saldo laba yang harus dicantumkan dalam kolom ini adalah saldo akun tersebut pada awal tahun yang diaudit. Dividen yang diumumkan akan dibagikan dan laba bersih tahun yang diaudit dicantumkan secara terpisah dalam kolom ini.Working trial balance ini mempunyai fungsi yang sama dengan lembaran kerja (work sheet) yang digunakan oleh klien dalam proses penyusunan laporan keuangan. Dalam penyusunan laporan keuangan, klien menempuh beberapa tahap sebagai berikut : a) Pengumpulan bukti transaksi b) Pencatatan dan penggolongan transaksi dalam jurnal dan buku pembantu c) Pembukuan (posting) jurnal ke dalam buku besar d) Pembuatan lembar kerja (work sheet) e) Penyajian laporan keuangan Dalam proses auditnya, auditornya bertujuan untuk menghasilkan laporan keuangan auditan dengan tahap yang hampir sama dengan tahap penyusunan laporan keuangan tersebut di atas.Tahap tahap penyusunan laporan keuangan auditan tersebut adalah sebagai berikut : a) Pengumpulan bukti audit dengan cara pembuatan atau pengumpulan skedul pendukung (supporting schedules).
8
b) Peringkasan informasi yang terdapat dalam skedul pendukung ke dalam skedul utama (lead schedules atau top schedules) dan ringkasan jurnal adjustment. c) Peringkasan informasi yang tercantum dalam skedul utama dan ringkasan jurnal adjustment kedalam working trial balance. d) Penyusunan laporan keuangan auditan.
2.2.3. Ringkasan Jurnal Adjustment Dalam proses auditnya, auditor mungkin menemukan kekeliruan dalam laporan keuangan dan catatan akuntansi kliennya. Untuk membetulkan kekeliruan tersebut, auditor membuat draft jurnal adjustment yang nantinya akan dibicarakan dengan klien. Disamping itu, auditor juga membuat jurnal penggolongan kembali (reclassification entries) untuk unsure, yang meskipun tidak salah dicatat oleh klien namun untuk kepentingan penyajian laporan keuangan yang wajar, harus digolongkan kembali.Jurnal adjustment yang diusulkan oleh auditornya biasanya diberi nomor urut dan untuk jurnal penggolongan kembali diberi identitas huruf. Setiap jurnal adjustment maupun jurnal penggolongan kembali harus disertai penjelasan yang lengkap. Jurnal adjustment berbeda dengan jurnal penggolongan kembali. Jurnal penggolongan
kembali
digunakan
oleh
auditor
hanya
untuk
memperoleh
pengelompokan yang benar dalam laporan keuangan klien. Jurnal ini digunakan untuk menggolongkan kembali suatu jumlah dalam kertas kerja auditor, tidak untuk disarankan
agar
dibukukan
kedalam
catatan
akuntansi
klien.
Contoh jurnal penggolongan kembali adalah jurnal untuk menggolongkan kembali saldo kredit piutang usaha kepada debitur tertentu, sehingga jumlah tersebut akan tampak dalam neraca sebagai piutang, bukan sebagai pengurang terhadap saldo debit piutang usaha.
9
Akun piutang yang mempunyai saldo kredit tersebut biasanya akan kembali lagi bersaldo debit dalam waktu singkat, sehingga auditor tidak perlu menyarankan kepada klien untuk membukukan jurnal penggolongan kembali tersebut. Di pihak lain, jurnal adjustment digunakan oleh auditor untuk mengoreksi catatan akuntansi klien yang salah, sehingga jurnal ini disarankan oleh auditor kepada klien untuk dibukukan dalam catatan akuntansi kliennya. Oleh auditor, jurnal adjustment dan penggolongan kembali ini mula-mula dicatat dalam skedul pendukung dan ringkasan jurnal adjustment. Kemudian jurnal-jurnal tersebut diringkas dari berbagai skedul pendukung kedalam skedul utama yang berkaitan dan kedalam working trial balance.
2.2.4. Skedul Utama (Lead ScheduleOr Top Schedule ) Skedul utama adalah kertas kerja yang digunakan untuk meringkas informasi yang dicatat dalam skedul pendukung untuk akun-akun yang berhubungan. Skedul utama ini digunakan untuk menggabungkan akun-akun buku besar yang sejenis, yang jumlah saldonya akan dicantumkan didalam laporan keuangan dalam satu jumlah. Sebagai contoh, skedul utama kas merupakan penggabungan akun-akun buku besar: Kas ditangan Rp 5.000.000; Kas dibank Rp 55.000.000,00, Dana Kas Kecil Rp 2.000.000. Saldo kas yang disajikan didalam neraca adalah Rp 62.000.000 (Rp 5.000.000
+
Rp
55.000.000
+
Rp
2.000.000)
Skedul utama mempunyai kolom yang sama dengan kolom-kolom yang terdapat dalam working trial balance.Jumlah total tiap-tiap kolom dalam skedul utama dipindahkan kedalam kolom yang berkaitan dalam working trial balance.
2.2.5. Skedul Pendukung (Supporting Schedule) Pada waktu auditor melakukan verifikasi terhadap unsur-unsur yang tercantum dalam laporan keuangan klien, ia membuat berbagai macam kertas kerja
10
pendukung yang menguatkan informasi keuangan dan operasional yang dikumpulkannya. Dalam setiap skedul pendukung harus dicantumkan pekerjaan yang telah dilakukan oleh auditor dalam memverifikasi dan menganalisis unsure-unsur yang dicantumkan dalam daftar tersebut, metode verifikasi yang digunakan, pertanyaan yang timbul dalam audit, serta jawaban atas pertanyaan tersebut. Skedul pendukung harus memuat juga berbagai simpulan yang dibuat oleh auditor.
2.3. Penyusunan Kertas Kerja Pemeriksaan 2.3.1. Susunan Kertas Kerja Pemeriksaan Untuk memudahkan review atas kertas kerja yang dihasilkan oleh berbagai system dan staf auditor, berbagai tipe kertas kerja tersebut harus disusun secara sistematik dan dalam urutan yang logis. Akuntan senior yang akan me-review kertas kerja biasanya menghendaki susunan kertas kerja dalam urutan berikut ini : a) Draft laporan audit (audit report) b) Laporan keuangan auditan c) Ringkasan informasi bagi reviewer (untuk memberikan daftar hal-hal yang d) Memerlukan perhatian khusus dari reviewer). e) Program audit f) Laporan keuangan atau lembar kerja (work sheet) yang dibuat oleh klien g) Ringkasan jurnal adjustment h) Working trial balance i) Skedul utama j) Skedul pendukung
11
2.3.2. Teknik Penyusunan Kertas Kerja Pemeriksaan a)
Tentukan tujuan setiap pembuatan kertas kerja. Kertas kerja tidak dibuat atau dikumpulkan kecuali jika terdapat suatu tujuan yang akan dicapai. Auditor harus memikirkan dengan baik apa tujuan yang hendak dicapainya dan kemudian merencanakan dengan cermat cara terbaik untuk mencapainya. Data yang tidak relevan tidak perlu dikumpulkan, hal ini untuk mengefisienkan pengarsipan dan waktu penelaahan kertas kerja audit.
b) Hindari pekerjaan menyalin Pekerjaan menyalin angka, misalnya: dari buku besar ke kertas kerja audit terbuangnya waktu dan biaya, auditor harus berusaha semaksimal mungkin melaksanakan pekerjaan mereka secara efisien dan tepat guna. Untuk menganalisis rincian saldo akun atau transaksi auditor tidak perlu menyalinnya, tetapi cukup dengan menggunakan rincian yang ada pada pembukuan klien. Misalnya, daripada menyalin rincian akun biaya, analisis dapat langsung dilakukan melalui buku pembantu atau catatan lainnya dan auditor hanya perlu membuat ringkasan tentang hal-hal penting (material dan relevan) menyangkut akun tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut lingkup dan prosedur audit harus dimasukkan dalam kertas kerja audit.
c)
Hindari penulisan ulang Penulisan ulang seperti halnya menyalin menyebabkan terbuangnya waktu, tambahan biaya, risiko salah tulis, ketidakrapian dan lain-lain. Penekanan penyusunan kertas kerja audit adalah sedapat mungkin menghindari penulisan ulang, tetapi haruslah dapat meringkas isi atau pokok yang menjadi fokus auditor dari hasil analisis bukti audit, misalnya buku besar,dokumen pendukung dan lainlain yang disusun dalam kertas kerja audit secara rapi dan lengkap serta dapat menyediakan informasi yang cukup dalam format yang jelas dan mudah
12
dipahami. Staf audit di lapangan harus menyadari bahwa pekerjaan mereka akan ditelaah oleh auditor senior yang menangani klien tertentu ( in charge) yang mempunyai waktu lebih berharga dibanding asisten tersebut. Kertas kerja audit yang disusun dengan baik memungkinkan untuk selalu siap ditelaah baik on the spot di lapangan maupun oleh supervisor manajer.
d) Berilah pendukung atau penjelasan pada semua akun. Suatu kertas kertas kerja pendukung (supporting) harus selalu disiapkan untuk semua akun penting yang terdapat dalam kertas kerja neraca dan kertas kerja laba rugi, baik secara naratif sebagai acuan atau penjelasan suatu masalah ataupun berupa catatan kaki kertas kerja neraca dan kertas kerja laba rugi atau skedul utama (Top Schedule) tanpa perlu membuat kertas kerja terpisah.
e)
Tulislah langkah prosedur audit apa saja yang telah dilakukan Setiap kertas kerja harus menunjukkan ringkasan singkat tapi lengkap tentang prosedur audit (langkah-langkah) apa saja yang telah dilakukan untuk memeriksa suatu akun dan transaksi tertentu. Tick mark yang tepat harus digunakan untuk menjelaskan prosedur audit yang telah dilakukan oleh staf audit. Contoh audit tick mark yang biasa digunakan bisa dilihat dalam halaman lampiran
f)
Kertas kerja pemeriksaan harus diindeks/cross index Pada kertas kerja pemeriksaan harus dicantumkan tentang sifat dari perkiraan yang diperiksa, Prosedur pemeriksaan yang dilakukan dan Kesimpulan mengenai kewajaran perkiraan yang diperiksa.
g) Tuangkan dalam bentuk tulisan Penjelasan atau komentar tertulis oleh staf audit sering kali dibutuhkan dalam audit. Hal ini dapat berupa catatan yang menjelaskan suatu skedul dan
13
observasi yang mempengaruhi prinsip dan metode akuntansi. Pertanyaan yang dilakukan selama audit di lapangan dan pemecahannya harus diungkapkan secara lengkap dalam kertas kerja. Semua data yang relevan harus diungkapkan secara tertulis dalam kertas kerja audit. Pada hakekatnya semua pekerjaan audit yang dilaksanakan harus dapat ditunjukkan baik dalam bentuk tabelaris (tabular) maupun memorandum dalam kertas kerja audit. Kertas kerja merupakan catatan atas pekerjaan audit yang dilaksanakan auditor, sehingga harus diusahakan bersifat menjelaskan dengan sendirinya (self explanatory).
h) Buktikan penjelasan lisan yang diperoleh Dalam menganalisis dan memeriksa keterjadian dan kebenaran (vouching) beban, auditor tidak cukup hanya dengan menerima penjelasan yang diberikan oleh klien. Auditor harus selalu memeriksa dokumen sumber transaksi, misalnya: faktur, cek atau giro tolakan, korespondensi dan bukti tertulis lainnya untuk membuktikan hal yang dipertanyakan atau yang ingin dibuktikan auditor sesuai prosedur audit. Oleh sebab itu, selain mencatat penjelasan lisan dalam kertas kerja audit, auditor juga harus melampirkan keterangan bahwa pemeriksaan saldo akun atau transaksi telah dilakukan untuk mendukung penjelasan lisan tersebut.
i)
Jawablah pertanyaan yang muncul Dalam proses pelaksanaan audit sering muncul beberapa pertanyaan, seperti keyakinan kebenaran suatu angka, mengapa saldo kredit dalam rekening Koran bank tidak tercermin dalam buku besar dan lain sebagainya. Biasanya pertanyaanpertanyaan yang terjadi merupakan aspek yang paling penting dalam audit, dan staf audit harus memperhatikan agar pertanyaan tersebut tidak ada yang tidak terjawab pada saat selesainya audit.Kertas kerja harus diparaf oleh orang yang membuat dan mereview working papers sehingga dapat diketahui siapa yang bertanggung jawab.Di bagian muka file kertas kerja pemeriksaan harus
14
dimasukkan daftar isi dan indeks kertas kerja pemeriksaan dan paraf seluruh tim pemeriksa yang terlibat dalam penugasan audit tersebut.
2.3.3. Karakteristik Kertas Kerja yang Baik a) Periksalah semua saldo awal dan saldo perbuku besar. Saldo awal harus diperiksa dengan cermat dari kertas kerja tahun lalu dan saldo buku besar yang disalin auditor dari neraca percobaan klien harus terlebih dahulu dicocokan dengan buku besar (catatan harus diberi tick mark dalam kertas kerja sebagai bukti langkah tersebut telah dilakukan oleh staf audit).
b) Berikan inisial pada setiap kertas kerja. Staf audit yang membuat dan menelaah kertas kerja audit harus membubuhkan inisialnya pada setiap halaman dan menuliskan tanggal pembuatan dan penelaahan. Keterangan tiap inisial harus dilampirkan dalam kertas kerja sehingga dapat diketahui inisial apa saja yang muncul dalam kertas kerja.
c) Periksalah semua perhitungan aritmatika. Auditor harus memperhatikan agar tidak terdapat kesalahan hitung dan matematis dalam kertas kerja audit (catatan tick mark footing dan cross footing harus dicantumkan dalam kertas kerja audit).
d) Berikan keterangan pada setiap kertas kerja. Semua kertas kerja audit harus mencantumkan nama klien, judul kertas kerja dan tanggal atau periode audit yang diperiksa.
e) Berikan
semua
penjelasan
semua
jurnal
penyesuaian
audit
(JPA).
Penjelasan atas setiap jurnal penyesuaian audit harus sederhana dan lengkap sehingga klien tidak akan menanyakan penjelasan tambahan ketika mereka
15
f) menerima kopi jurnal penyesuaian audit tersebut. Ketika juranl penyesuaian audit tersebut di posting ke masing-masing skedul kertas kerja audit, setiap posting harus diberi penjelasan secukupnya.
2.3.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kertas Kerja Pemeriksaan yang Baik. Kecakapan teknis dan keahlian professional seorang auditor independen akan tercermin pada kertas kerja yang dibuatnya. Untuk membuktikan bahwa seseorang merupakan auditor yang kompeten dalam melaksanakan pekerjaan lapangan sesuai dengan standar auditing, ia harus dapat menghasilkan kertas kerja yang benar-benar bermanfaat. Untuk memenuhi tujuan ini ada lima factor yang harus diperhatikan. a) Lengkap, kertas kerja harus lengkap dalam arti:
Berisi semua informasi yang pokok. Auditor harus dapat menentukan komposisi semua data penting yang harus dicantumkan dalam kerta kerja.
Tidak memerlukan tambahan penjelasan secara lisan. Karena kertas kerja akan diperiksa oleh auditor senior untuk menentukan cukup atau tidaknya pekerjaan audit yang telah dilaksanakan oleh stafnya dan bahkan ada kemungkinan kertas kerja tersebut akan diperiksa oleh pihak luar, maka kertas kerja hendaknya berisi informasi yang lengkap, sehnggga tidak memerlukan tambahan penjelasan lisan. Kertas kerja harus dapat “berbicara” sendiri, harus berisi informasi yang lengkap, tidak berisi informasi yang masih belum jelas atau pertanyaan yang belum terjawab.
b) Teliti, dalam pembuatan kertas kerja, auditor harus memperhatikan ketelitian dalam penulisan dan perhitungan sehingga kertas kerjanya bebas dari kesalahan tulis dan perhitungan. c) Ringkas, Kadang-kadang auditor yang belum berpengalaman melakukan kesalahan dengan melaksanakan audit yang tidak relevan dengan tujuan audit. Akibatnya, ia membuat atau mengumpulkan kertas kerja dalam jumlah yang
16
d) banyak dan cenderung tidak bermanfaat dalam auditnya. Oleh karena itu, kertas kerja harus dibatasi pada informasi yang pokok saja dan yang relevan dengan tujuan audit yang dilakukan serta disajikan secara ringkas. Auditor harus menghindari rincian yang tidak perlu. Analisis yang dilakukan oleh auditor harus merupakan ringkasan dan penafsiran data dan bukan hanya merupakan penyalinan catatan klien ke dalam kertas kerja. e) Jelas, Kejelasan dalam menyajikan informasi kepada pihak-pihak yang akan memeriksa kertas kerja perlu diusahakan oleh auditor. Penggunaan istilah yang menimbulkan arti ganda perlu dihindari. Penyajian informasi secara sistematik perlu dilakukan. f) Rapi, Kerapian dalam pembuatan kerta kerja dan keteraturan kertas kerja akan membantu auditor senior dalam me-review hasil pekerjaan stafnya serta memudahkan auditor dalam memperoleh informasi dari kertas kerja tersebut.
2.4. Pengarsipan Kertas Kerja Pemeriksaan Auditor mengelompokkan tiga macam arsip kertas kerja untuk setiap kliennya: a) Arsip audit tahunan untuk setiap audit yang telah selesai dilakukan, yang disebut arsip kini (current file), berisi informasi misalnya :
Neraca Saldo
Berita Acara Kas Opname
Rekonsiliasi Bank
Rincian Piutang
Rincian Persediaan
Rincian Utang
Rincian Biaya, dll
17
b) Arsip permanen (permanent file) untuk data yang secara relative tidak mengalami perubahan. Arsip permanen berisi informasi berikut ini:
Copy anggaran dasar dan anggaran rumah tangga klien
Bagan organisasi dan luas wewenang serta tanggung jawab para manajer
Pedoman akun, pedoman prosedur, dan data lain yang berhubungan dengan pengendalian intern.
Copy surat perjanjian penting yang mempunyai masa laku jangka panjang.
Tata letak pabrik, proses produksi, dan produk pokok perusahaan.
Copy notulen rapat direksi, pemegang saham, dan komite-komite yang dibentuk klien
Pembentukan arsip permanen ini mempunyai tiga tujuan, yaitu :
Untuk menyegarkan ingatan auditor mengenai informasi yang akan digunakan dalam audit tahun-tahun mendatang.
Untuk memberikan ringkasan mengenai kebijakan dan organisasi klien bagi staf yang baru pertama kali menangani audit laporan keuangan klien tersebut.
Untuk menghindari pembuatan kertas kerja yang sama dari tahun ke tahun. Informasi dalam arsip permanen ini harus selalu diperbaharui pada setiap kali audit. Copy notulen rapat yang baru, kontrak dan perjanjian baru yang dibuat oleh klien, perubahan anggaran rumah tangga dan perkembangan lain harus setiap tahunnya ditambahkan dalam arsip permanen. Analisis terhadap akun-akun tertentu yang relative tidak pernah
mengalami perubahan harus juga dimasukkan kedalam arsip permanen. Akunakun seperti tanah, gedung, akumulasi depresiasi, investasi, utang jangka panjang, modal saham dan akun lain yang termasuk dalam kelompok modal sendiri adalah jarang mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Pemeriksaan
18
pertama terhadap akun tersebut akan menghasilkan informasi yang akan berlaku beberapa tahun, sehingga dalam audit berikutnya auditor hanya akan memeriksa transaksi-transaksi tahun yang diaudit yang berkaitan dengan akun-akun tersebut. Dalam hal ini arsip permanen benar-benar menghemat waktu auditor karena perubahan-perubahan dalam tahun yang diaudit tinggal ditambahkan dalam arsip permanen, tanpa harus memunculkan kembali informasi-infomasi tahun-tahun sebelumnya dalam kertas kerja tersendiri. c) Correspondence File : Berisi korespondensi dengan klien, berupa surat menyurat, Facsimile dan lain-lain.
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan Kertas Kerja adalah catatan yang diselenggarakan oleh auditor mengenai prosedur audit yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan simpulan yang dibuatnya sehubungan dengan auditnya. Kertas Kerja Pemeriksaan mempunyai tujuan (1) Mendukung opini auditor mengenai kewajaran laporan keuangan. (2) Sebagai bukti bahwa auditor telah melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan Standar Pofesional Akuntan Publik. (3) Sebagai Referensi dalam hal ada pertanyaan dari Pihak Pajak, Pihak Bank dan Pihak Klien. (4) Sebagai salah satu dasar penilaian asisten (seluruh tim audit) sehingga dapat dibuat evaluasi mengenai kemampuan asisten sampai dengan partner, sesudah selesai suatu penugasan. (5) Sebagai pegangan untuk audit tahun berikutnya. Isi kertas kerja meliputi semua informasi yang dikumpulkan dan dibuat oleh auditor dalam auditnya. Kertas kerja terdiri dari berbagai macam yang secara garis besar dapat dikelompokkan kedalam 5 tipe kertas kerja berikut ini : 1. Program Audit (Audit program) 2. Working trial balance 3. Ringkasan jurnal adjustment 4. Skedul utama (Lead schedule atau top schedule) 5. Skedul pendukung (Supporting schedule)
19
20
Auditor mengelompokkan tiga macam arsip kertas kerja untuk setiap kliennya: (1) arsip audit tahunan untuk setiap audit yang telah selesai dilakukan, yang disebut arsip kini (current file). (2) Arsip permanen (permanent file) untuk data yang secara relative tidak mengalami perubahan. (3) Correspondence File : Berisi korespondensi dengan klien, berupa surat menyurat, Facsimile dan lain-lain. 3.2. Saran Saran dari pembaca sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah berikutnya.