BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pertumbuhan berbagai aspek kehidupan dan sektor ekonomi dalam era globalisasi saat ini berlangsung dengan pesat yang menuntut setiap perusahaan baik yang bergerak dalam bidang industri barang maupun jasa mampu bersaing dengan perusahaan lainnya. Pesatnya persaingan bisnis ini menyebabkan munculnya suatu peluang dan tantangan bisnis yang baru bagi setiap perusahaan. Perubahan yang pesat ini dimotori oleh teknologi informasi dan komunikasi, di mana di baliknya terdapat peran yang sangat signifikan dari para pelaku usaha di industri telekomunikasi. Telekomunikasi sudah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari dunia modern. Telekomunikasi sudah menjadi kebutuhan yang paling penting bagi masyarakat dunia umumnya dan masyarakat Indonesia khususnya. Tingginya apresiasi masyarakat terhadap telekomunikasi ini memfasilitasi dinamisnya pergerakan industri telekomunikasi berikut keragaman inovasi di dalamnya dan menjadi sarana bagaimana perubahan berbagai sektor difasilitasi. Karena hal ini jugalah industri telekomunikasi selular di Indonesia merupakan salah satu industri terbesar yang memiliki peranan penting dalam pembangunan ekonomi, tergolong menjadi ladang bisnis yang prospektif yang selalu menjanjikan keuntungan besar bagi investornya serta memiliki tingkat kompetisi yang tinggi dibandingkan dengan industri lainnya. Pertumbuhan industri telekomunikasi selular di Indonesia saat ini diikuti oleh menguatnya tingkat persaingan yang ditandai oleh maraknya penggunaan internet yang didorong oleh meningkatnya penggunaan smartphone di Indonesia yang telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat. Salah satu perusahaan yang berkontribusi besar dalam pertumbuhan industri telekomunikasi selular di Indonesia adalah PT Telekomunikasi Selular. PT Telekomunikasi Selular merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa pelayanan telekomunikasi selular berbasis GSM di Indonesia yang didirikan pada tahun 1995. PT Telekomunikasi Selular meraih penghargaan Wireless Provider of the Year pada tahun 2013 dalam Asia Pacific ICT Awards untuk berbagai layanan 1
2
komunikasi yang disediakan bagi pelanggannya. Hingga akhir 2013, perusahaan mengumumkan telah meraih ratusan juta pelanggan di Indonesia. Dikutip dari situs perusahaan, PT Telekomunikasi Selular menjadi pelopor untuk berbagai teknologi telekomunikasi selular di Indonesia, termasuk yang pertama meluncurkan layanan roaming internasional dan layanan 3G di Indonesia. PT Telekomunikasi Selular merupakan operator yang pertama kali melakukan uji coba teknologi jaringan pita lebar LTE. Di kawasan Asia, PT Telekomunikasi Selular menjadi pelopor penggunaan energi terbarukan untuk menara-menara Base Transceiver Station (BTS). Memasuki era ICT (Information and Communication Technology), PT Telekomunikasi Selular terus mengoptimalkan pengembangan layanan di Indonesia dengan memanfaatkan potensi sinergi perusahaan induk yaitu PT Telkom (65%) dan SingTel Mobile (35%). PT Telekomunikasi Selular terus mengembangkan layanan telekomunikasi selular untuk mengukuhkan posisi sebagai penyedia layanan gaya hidup selular, a truly mobile lifestyle dalam mewujudkan visinya menjadi penyedia layanan dan solusi mobile digital lifestyle kelas dunia yang terpercaya. Dalam beroperasi, sumber daya manusia mempunyai arti penting bagi perusahaan karena manusia berperan aktif dan dominan dalam setiap kegiatan organisasi. Manusia dalam organisasi berperan sebagai penentu, pelaku, dan perencana dalam mencapai tujuan perusahaan sekaligus menentukan maju mundurnya perusahaan (Hasibuan, 2007). Dalam menghadapi persaingan di dunia bisnis, perhatian di bidang sumber daya manusia tidak boleh diabaikan karena bidang tersebut merupakan langkah awal dalam merencanakan tenaga kerja untuk menciptakan sumber daya yang berkualitas. Sumber daya manusia dengan akal pikirannya dapat mengelola dan mengendalikan dirinya sendiri, ia juga dapat mengelola dan mengendalikan faktor-faktor produksi yang lain yaitu dana, bahan baku, metode dan mesin. Hasibuan (2007) menjelaskan bahwa karyawan merupakan penjual jasa (pikiran dan tenaganya). Dalam hal ini, karyawan wajib dan terikat untuk mengerjakan pekerjaan yang diberikan pimpinan. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan jika karyawan mempunyai kewajiban memberikan tenaga serta pikirannya untuk kepentingan perusahaan. Karyawan berperan aktif dalam menetapkan rencana, sistem, proses, dan tujuan yang ingin dicapai perusahaan. Karyawan wajib dan terikat untuk mengerjakan pekerjaan yang diberikan.
3
Namun, seringkali dalam perusahaan ada karyawan yang tidak mengerahkan seluruh kemampuan yang dimiliki untuk mencapai tujuan perusahaan karena adanya keinginan untuk pindah ke perusahaan lain. Hal ini menyebabkan tingkat turnover karyawan dalam lingkungan operasional perusahaan sering terjadi. Dari hasil wawancara dengan perwakilan dari divisi Human Capital Management PT Telekomunikasi Selular Regional Sumbagut diperoleh informasi bahwa dalam tiga tahun terakhir yaitu tahun 2010 hingga 2013 PT Telekomunikasi Selular semakin membatasi jumlah pelamar kerja tiap tahunnya untuk tujuan efisiensi sumber daya dalam usahanya menjaga eksistensi di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat. Di tengah usaha optimalisasi karyawan yang ada, di mana target kerja terus bertambah mengikuti kondisi persaingan yang semakin ketat, terjadi peningkatan jumlah karyawan yang meninggalkan perusahaan. Berikut data turnover rate perusahaan dalam empat tahun terakhir.
Tabel 1.1 Laju Perputaran Karyawan PT Telekomunikasi Selular Regional Sumbagut Tahun Tingkat Turnover 2010 5,08% 2011 5,42% 2012 5,94% 2013 6,69% Sumber: PT Telekomunikasi Selular Regional Sumbagut
Dari tabel laju perputaran karyawan PT Telekomunikasi Selular di atas terlihat bahwa terjadi peningkatan persentasi karyawan yang keluar dari perusahaan. Terjadi peningkatan persentasi karyawan yang keluar dari tahun 2010 hingga 2011 sebesar 0,34% dan dari tahun 2011 hingga 2012 sebesar 0,52%. Sedangkan dari tahun 2012 hingga 2013 terjadi peningkatan tingkat turnover karyawan sebesar 0,75%. Peningkatan persentasi turnover karyawan tersebut menunjukkan rendahnya komitmen karyawan untuk bertahan di perusahaan. Berdasarkan kuesioner awal yang telah disebar ke 100 orang karyawan di perusahaan didapatkan informasi bahwa turnover intention kerja yang dimiliki oleh
4
karyawan perusahaan cukup tinggi. Sebanyak 52% dari keseluruhan responden menyatakan merasa tidak puas bekerja di perusahaan dan 54% memiliki keinginan untuk pindah dari perusahaan. Keinginan untuk pindah dari perusahaan ini secara garis besar didasarkan pada kesadaran para karyawan akan kemungkinan adanya peluang kerja yang lebih baik dan keinginan untuk mencoba tantangan baru yang berbeda dibandingkan yang dihadapi selama bekerja di perusahaan. Mayoritas karyawan menyatakan ketidakpuasan bekerja di perusahaan berdasarkan alasan kondisi internal perusahaan yang tidak mendukung seperti ketidakjelasan career path atau sistem pengembangan karir serta minimnya kesejahteraan dan pengelolaan sumber daya manusia yang dirasakan dalam perusahaan. Berikut data hasil penyebaran kuesioner pada karyawan PT Telekomunikasi Selular Regional Sumbagut.
Tabel 1.2 Data Hasil Kuesioner pada Karyawan PT Telekomunikasi Selular Regional Sumbagut Variabel
Kepuasan Kerja
Komitmen Organisasi dan Turnover Intention
Jumlah Karyawan Tidak merasakan kepuasan bekerja dalam perusahaan Merasakan kepuasan bekerja dalam perusahaan Berpikir meninggalkan perusahaan Ingin tetap bertahan dalam perusahaan
Persentasi 52
52%
48
48%
54
54%
46
46%
Sumber: Penulis, 2014
Dalam laporan hasil penelitian İlhami Yücel yang berjudul “Examining the Relationships among Job Satisfaction, Organizational Commitment, and Turnover Intention: An Empirical Study” yang dimuat dalam International Journal of Business and Management, Vol. 7, No. 20, 2012, diperoleh kesimpulan bahwa kepuasan kerja merupakan salah satu yang paling anteseden dari komitmen organisasi dan turnover intention dimana tingginya kepuasan kerja menghasilkan komitmen yang lebih tinggi dan turnover intention yang lebih rendah sehingga kepuasan kerja berpengaruh
5
positif terhadap affective commitment, continuance commitment, dan normative commitment namun berdampak negatif terhadap turnover intention. Oleh karena itu, dari data yang diperoleh dari kuesioner yang disebar ke 100 karyawan PT Telekomunikasi Selular dapat dikatakan bahwa turnover intention karyawan disebabkan oleh tingkat kepuasan kerja dan komitmen organisasi yang rendah. Tingkat turnover intentions (keinginan pindah kerja) merupakan aspek yang harus diperhatikan perusahaan karena tingkat turnover intention yang tinggi pada suatu perusahaan dapat memicu turnover atau pergantian tenaga kerja yang bisa menjadi masalah serius bagi perusahaan atau organisasi yang ditinggalkan, khususnya bila yang keluar itu adalah tenaga yang sangat cakap di bidangnya, terampil dan berpengalaman atau karyawan yang menduduki posisi vital dalam perusahaan, sehingga dapat mengganggu efektivitas jalannya perusahaan apabila orang tersebut keluar. Jika masalah turnover intention ini tidak segera diatasi, hal ini akan berdampak pada meningkatnya beban kerja yang akan dialami oleh para karyawan yang masih tetap tinggal di dalam perusahaan. Angka turnover yang tinggi mengakibatkan bengkaknya biaya perekrutan, seleksi, dan pelatihan (Robbins dan Judge, 2008). Dalam kata lain, turnover rate yang terus meningkat akan mengancam kesinambungan operasional perusahaan dengan adanya kemungkinan bahwa karyawan yang keluar merupakan karyawan berpengalaman yang tidak mempunyai pengganti yang dapat menggantikan posisinya dan posisi yang ditinggalkan masih menunggu karyawan baru. Turnover yang terus meningkat juga menimbulkan dampak
negatif
bagi
organisasi
seperti
menciptakan
ketidakstabilan
dan
ketidakpastian (uncertainty) terhadap kondisi tenaga kerja dan peningkatan biaya sumber daya manusia yakni berupa biaya pelatihan yang sudah diinvestasikan pada karyawan sampai biaya rekrutmen dan pelatihan kembali. Dari dasar yang telah diuraikan di atas, peneliti ingin melakukan penelitian dengan topik “Analisis Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Turnover Intention dengan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Intervening pada PT Telekomunikasi Selular Regional Sumbagut”. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam usaha pemeliharaan karyawan yang dilakukan oleh PT Telekomunikasi Selular Regional Sumbagut.
6
1.2. Identifikasi Masalah Perumusan masalah yang akan dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi karyawan PT Telekomunikasi Selular Regional Sumbagut? 2. Bagaimana pengaruh kepuasan kerja terhadap turnover intention karyawan PT Telekomunikasi Selular Regional Sumbagut? 3. Bagaimana pengaruh komitmen organisasi terhadap turnover intention karyawan PT Telekomunikasi Selular Regional Sumbagut? 4. Bagaimana pengaruh kepuasan kerja terhadap turnover intention karyawan dengan
komitmen
organisasi
sebagai
variabel
intervening
pada
PT
Telekomunikasi Selular Regional Sumbagut?
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari melakukan penelitian ini adalah: 1. Untuk menentukan bagaimana pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi karyawan pada PT Telekomunikasi Selular Regional Sumbagut (T-1). 2. Untuk menentukan bagaimana pengaruh kepuasan kerja terhadap turnover intention karyawan pada PT Telekomunikasi Selular Regional Sumbagut (T-2). 3. Untuk menentukan bagaimana pengaruh komitmen organisasi terhadap turnover intention karyawan pada PT Telekomunikasi Selular Regional Sumbagut (T-3). 4. Untuk menentukan bagaimana pengaruh kepuasan kerja terhadap turnover intention karyawan dengan komitmen organisasi sebagai variabel intervening pada PT Telekomunikasi Selular Regional Sumbagut (T-4).
1.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Memberikan informasi bagi pengelola PT Telekomunikasi Selular Regional Sumbagut untuk membantu pengembangan kebijakan perusahaan mengenai strategi menciptakan kepuasan kerja karyawan yang mempengaruhi komitmen organisasi dan berdampak pada turnover intention karyawan, sehingga dapat
7
memperbaiki kelemahan dalam perusahaan dan dapat mempertahankan kemajuan yang telah dicapai. 2. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis serta dapat mengaplikasikan dan mensosialisasikan teori yang telah diperoleh selama perkuliahan. 3. Memberikan informasi yang bermanfaat bagi masyarakat yang ingin mempelajari masalah-masalah sumber daya manusia terkait kepuasan kerja, komitmen organisasi, dan turnover intention.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan tiga variabel yaitu kepuasan kerja sebagai variabel bebas, komitmen organisasi sebagai variabel intervening, dan turnover intention sebagai variabel terikat. Dengan alasan terbatasnya waktu penelitian, penulis membatasi ruang lingkup dengan meneliti sebanyak 100 karyawan sebagai responden pada PT Telekomunikasi Selular Regional Sumbagut yang berlokasi di Jalan Letjend. M. T. Haryono A-1, Medan, Sumatera Utara.