1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah pekerja pada instansi pemerintah yang terdiri dari berbagai unsur dan jenis sesuai dengan tugas dan fungsinya di dalam bekerja akan membutuhkan kerjasama dengan pihak-pihak terkait, atau mereka butuh jaringan/jejaring kerja, yang pada umumnya disebut tim kerja. Mereka butuh bekerja dengan nyaman, butuh informasi, kerjasama, pelanggan, prestasi, penghasilan, pengakuan, alat, tempat, dan sebagainya. Sebagian cara untuk mencapai hal-hal tersebut adalah dengan membangun kerjasama tim, sebab dengan melakukan kerjasama akan dapat memberikan berbagai kemudahan dalam bekerja. Dalam dunia kediklatan, peserta diklat pasti membutuhkan bantuan, informasi, pelanggan, kerjasama, pesanan, dan sebagainya dalam rangka mendukung pencapaian tujuan. Proses untuk mendapatkan semua itu hanya kan dapat dilakukan dengan berinteraksi dengan orang lain. Salah satu bentuk interaksi tersebut adalah dengan melakukan kerjasama. Kerjasama tersebut tidak akan berjalan dengan baik jika tidak dirintis melalui niat yang kuat dan proses yang benar. Peserta diklat agar bekerja efektif membutuhkan lingkungan yang nyaman, menggunakan alat (teknologi) yang memadai dengan berbagai metode yang tepat. Lingkungan yang nyaman dapat terwujud jika komitmen kerjasama menjadi modal dasar pribadi anggotanya, dan merupakan hal selalu diingat. Membangun komitmen kerjasama dalam hal ini, merupakan suatu pekerjaan yang tidak boleh ditinggalkan, karena apabila terjadi pergeseran komitmen kerjasama akan berakibat yang sangat merugikan. Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah unsur aparatur negara dan abdi masyarakat yang berperan melayani masyarakat. Dalam rangka mengemban perannya tersebut PNS perlu memiliki kompetensi yang sesuai dengan persyaratan yang ditentukan.
2
B. Deskripsi Singkat Mata
Diklat
Membangun
Komitmen
Belajar
(Building
Learning
Commitmen / BLC) ini menguraikan tentang cara mengenal diri sendiri dan mengenal orang lain, mengenal modalitas belajar dan gaya belajar, membangun kerjasama tim, membangun komitmen diri dan komitmen kelas, dengan mata diklat ini diharapkan peserta dapat mengenali potensi dirinya untuk membangun komitmen belajar secara mandiri maupun belajar bersama dalam tim kerja untuk itu peserta juga harus mengenal orang lain. Setelah mengikuti proses pembelajaran mata diklat ini peserta dapat menjelaskan dan menerapkan berbagai cara untuk mengikuti pembelajaran dengan baik sehingga dapat meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap perilakunya.
C. Manfaat Bagi Peserta Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan mampu memahami tentang pentingnya membangun komitmen dalam proses pembelajaran dalam tim. Selanjutnya peserta diklat dapat mengerti bahwa bekerjasama dalam tim adalah merupakan ilmu pengetahuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang PNS, yang pada akhirnya akan merupakan modal dasar untuk melaksanakan pekerjaan di instansinya. Oleh karena itu peserta harus dapat memahami peran penting yang diembannya pada instansi masing-masing. Dalam lingkup kediklatan mereka harus mampu
membantu
dalam
proses
pembelajaran
dengan
cara
menentukan
pengetahuan, keterampilan dan sikap apa yang akan didapat dalam diklat tersebut. Proses pembelajaran yang dilakukan hendaknya dapat efektif dan dapat dilakukan evaluasi apakah pelajaran dapat diterima oleh peserta diklat.
D. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan mampu menjelaskan konsep Membangun Komitmen Belajar (Building Learning Commitmen / BLC) dan mengaplikasikannya dalam membangun komitmen belajar secara efektif dan efisien.
3
E. Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mempelajari mata diklat ini peserta diharapkan dapat : 1.
Menjelaskan pengertian dan proses Membangun Komitmen Belajar (Building Learning Commitmen / BLC).
2.
Mengenal diri sendiri dan orang lain serta membangun kerjasama dalam kelompok.
3.
Mengidentifikasi gaya belajar dan ketidakmampuan belajar.
4.
Membangun Tim Belajar dan Mengatasi Konflik
5.
Menyusun nilai-nilai, norma dan komitmen belajar.
F. Materi Pokok dan Sub Materi 1.
Pengertian dan Proses Membangun Komitmen Belajar (Building Learning Commitmen) : a. Pengertian Komitmen Belajar (Building Learning Commitmen) b. Proses Membangun Komitmen Belajar (Building Learning Commitmen)
2.
Proses Pengenalan dan Membangun Kerjasama : a. Simulasi dan Latihan Pencairan Kelas b. Simulasi dan Latihan Pengenalan Diri c. Simulasi dan Latihan Pengenalan Orang Lain
3.
Gaya Belajar dan Ketidakmampuan belajar : a. Gaya Belajar b. Memahami Ketidakmampuan Belajar
4.
Membangun Tim Belajar dan Mengatasi Konflik a. Pengertian dan Manfaat Tim b. Unsur dan Tahapan Pembentukan Tim c. Konflik dalam Tim dan Respon Terhadap Konflik d. Langkah-Langkah Penyelesaian Konflik
5.
Nilai-nilai, Norma dan Komitmen Belajar : a. Nilai – Nilai dan Norma (Values and Norms) b. Komitmen Belajar (Learning Commitmen)
4
BAB II PENGERTIAN DAN PROSES MEMBANGUN KOMITMEN BELAJAR (BUILDING LEARNING COMMITMENT)
A. Pengertian
Membangun
Komitmen
Belajar
(Building
Learning
Commitment) Membangun Komitmen Belajar (Building Learning Commitment / BLC) dalam program diklat merupakan suatu proses membangun komitmen peserta diklat untuk mengikuti proses belajar secara individual, kelompok maupun bersama secara
menyeluruh dalam upaya mengembangkan wawasan,
intelektual maupun emosional. Dalam upaya pengembangan diri, diperlukan komitmen untuk terus menerus belajar dalam kondisi apapun, mengingat proses belajar tidak mengenal batas waktu (Lifelong learning). Prahalad menyatakan “If you don’t learn, you don’t change, you will die”. Komitmen mengembangkan kualitas diri dengan komitmen belajar dapat dilakukan melalui : 1. Mengalami langsung (direct experience), artinya pembelajaran tidak harus dialami dalam secara nyata, namun dapat dilakukan melalui simulasi yang serupa dengan realita, sehingga simulasi itu dapat diterapkan pada permanen sistem; 2. Melakukan Observasi (eflective observation), artinya pembelajaran dapat dilakukan dengan cara melakukan perbandingan belajar observasi yang serupa,
sehingga
dapat
merefleksikan,
memproyeksikan
hasil
studi
perbandingan dengan organisasi permanen. 3. Melakukan Konseptualisasi Abstrak (abstract conceptualization), artinya pembelajaran dilakukan denan cara melakukan internalisasi, konseptualisasi, pemenuhan, pemaknaan dan abstaksi pribadi terhadap pengalaman belajar yang pernah dilalui.
5
4. Melakukan percobaan secara aktif (active experiment), yaitu pembelajaran dilakukan dengan cara mempraktikan sendiri secara aktif dalam rangka menemukan makna belajar secara pribadi.
B. Proses Membangun Komitmen Belajar (Building Learning Commitment / BLC) Membangun Komitmen Belajar dilakukan melalui : 1. Pengenalan Sesama Peserta (Ice Breaking), yaitu dilakukan dengan cara memperkenalkan diri masing-masing, bidang tugasnya dan pengalaman yang pernah dimiliki, sehingga di antara mereka saling berkomunikasi dan saling berdiskusi, sehingga bisa saling mengenal lebih dekat. 2. Pemahaman Gaya Belajar (Learning Style Assessment); yaitu berusaha mengetahui gaya belajar diri sendiri dan juga gaya belajar orang lain, dan memahami
Pemahaman
Gaya
Belajar
(Learning
Style
Assessment
Ketidakmampuan Belajar (Learning Disabilities); yaitu bahwa dalam proses pembelajaran terdapat masalah yang dihadapi oleh pembelajar dalam memahami suatu permasalahan yaitu ketidakmampuan belajar (learning disabilities). 3. Pembentukan Nilai – Nilai dan Norma (Values and Norms) serta Komitmen Belajar (Learning Commitment):
C. Rangkuman 1. Membangun Komitmen Belajar (Building Learning Commitment / BLC) merupakan suatu proses membangun komitmen peserta diklat untuk mengikuti proses belajar secara individual, kelompok maupun bersama secara menyeluruh dalam upaya mengembangkan wawasan, intelektual maupun emosional. 2. Proses Membangun Komitmen Belajar dapat dilakukan melalui langkahlangkah : a. Pengenalan Sesama Peserta (Ice Breaking) b. Pemahaman Gaya Belajar (Learning Style Assessment) dan Pemahaman Gaya Belajar (Learning Style Assessment).
6
c. Pembentukan Nilai – Nilai dan Norma (Values and Norms) serta Komitmen Belajar (Learning Commitment)
D. Evaluasi Petunjuk : jawablah pertanyaan berikut ini dengan singkat, tepat dan jelas. 1. Jelaskan secara singkat makna Membangun Komitmen Belajar (Building Learning Commitment / BLC). 2. Jelaskan secara singkat langkah-langkah Membangun Komitmen Belajar (Building Learning Commitment / BLC).
7
BAB III PROSES PENGENALAN DAN MEMBANGUN KERJASAMA
A. Simulasi dan Latihan Pencairan Kelas 1. Judul : “Peleburan Diri” a. Tujuan : Mendorong terjadinya interaksi yang intensif, membuat peserta merasa rileks dan tidak kaku. b. Waktu : 15 – 20 menit c. Sarana/Prasarana Ruangan yang cukup luas untuk bergerak sejumlah peserta d. Proses Kegiatan : 1) Mulailah kegiatan ini dengan meminta peserta untuk berdiri melingkar, kemudian berjalanlah pelan-pelan. 2) Berpencarlah dan lihatlah ke lantai dengan penuh konsentrasi. 3) Coba bayangkan bahwa sekarang Saudara adalah orang lanjut usia (kirakira 70 tahun). Saudara boleh memandang ke segala arah dan jika Saudara bertemu dengan orang tua yang lain, Saudara boleh memberi salam dengan menganggukkan kepala saja. Setelah beberapa lama (± 1 menit) peserta diminta berhenti dan memandang ke lantai. 4) Sekarang lambat laun kalian menjadi lebih muda, berumur 60 tahun dan lebih segar dari yang tadi. Berkelilinglah dan bila bertemu dengan orang lain, berilah salam dengan berjabatan tangan. Berilah waktu lebih kurang satu menit. Kemudian berhenti dan memandang ke lantai. 5) Sekarang Saudara menjadi lebih muda lagi, kira-kira berumur 50 tahun. Saudara bertemu dengan orang lain dan berilah salam kepada yang lain dengan melambaikan kedua tangan. Berilah waktu lebih kurang satu menit. Kemudian berhenti dan memandang ke lantai. 6) Sekarang Saudara menjadi lebih muda, berumur 40 tahun yang penuh semangat dan segar bugar. Bila bertemu dengan teman-teman saudara, tepuk-tepuklah pundaknya. Bergeraklah selama lebih kurang satu menit. Setelah itu berhentilah dan menghadap ke lantai. 7) Sekarang Saudara menjadi lebih muda, gesit dan segar, berumur sekitar 25 tahun. Berjalanlah dengan cepat ke segala arah, sentuhlah teman
8
Saudara sekilas dan usahakan jangan sampai disentuh orang lain. Lakukan hal ini sekitar satu menit. Kemudian tiba-tiba Saudara menjadi belasan tahun, sehat dan kuat. Larilah semau kalian dengan cepat, ... cepat... dan semakin cepat. Hindari tabrakan dengan teman lain dan usahakan pegang pundaknya tapi kalian jangan sampai kepegang. Berilah aba-aba berhenti pada saat kecepatan lari sampai pada puncaknya. 8) Selanjutnya proses simulasi tersebut ke arah tujuan pembelajaran. Tanyakan bagaimana perasaan mereka sekarang, dan pada usia berapa perasaannya paling senang. 2. Judul “Nama Panggilan” a. Tujuan : Memecah kebekuan antara peserta dan widyaiswara dan sesama peserta. b. Waktu : 15 – 20 menit c. Sarana/Prasarana : Ruangan yang cukup luas untuk membuat barisan berbanjar. d. Proses Kegiatan : 1) Bagi peserta menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 8 – 10 orang setiap kelompok, dengan cara berhitung (sesuai jumlah kelompok yang akan dibentuk) 2) Minta peserta berdiri sesuai urutan abjad awal nama panggilannya (misalnya Ali, Dedi, Endang, Ratih dstnya sampai dengan Zainuddin). 3) Widyaiswara akan menyebut satu kata, misalnya bunga, binatang atau benda-benda alam, maka orang-orang
yang huruf awal
nama
panggilannya ada dalam kata tersebut harus mengucapkan kata bermakna dimulai dengan huruf awal nama panggilannya. Contoh: Kalau Widyaiswara menyebutkan Mawar, maka orang-orang yang nama awalnya adalah A (Anti, Anto, Ali, Abidin, Ana dstnya) harus meneriakkan satu kata bermakna di belakang namanya, misalnya AntiAngka, Anto-Anak, Ali-Alasan, dan seterusnya. Begitu juga dengan M (Mansur, Maman, Maria atau Maulana) harus meneriakkan satu kata bermakna misalnya Mansur-Mandat, Maman-malang, Maria-mawar, Maulana-mahkamah dan seterusnya.
9
4) Widyaiswara bebas menunjuk kelompok mana yang dikehendaki terlebih dahulu untuk menyebutkan nama panggilannya. Penyebutan harus dilakukan dengan cepat. Bila kelompok tersebut menyebut nama tidak berurutan abjad, maka bagi kelompok yang salah mendapat tugas untuk menghibur temannya dengan bernyanyi, berjoget atau tugas lain yang disepakati. Begitu seterusnya sampai setiap orang mempunyai nama panggilan tambahan. 5) Proses (refleksi) ke arah tujuan pembelajaran. 3. Judul “Lempar Bola” a. Tujuan : Memecah kebekuan antar peserta dan antara peserta dengan widyaiswara. b. Waktu 15-20 menit c. Sarana/Prasarana : Ruang yang cukup luas untuk membuat lingkaran dan bola plastik. d. Proses Kegiatan: 1) Buka acara dengan salam. Jelaskan pada peserta bahwa keberhasilan diklat sangat ditentukan oleh persamaan, peran serta dan spontanitas. Persamaan adalah arti bahwa semua orang (peserta, widyaiswara dan panitia penyelenggara) selama diklat memiliki kedudukan yang sama. Artinya tidak ada perbedaan status, usia, sosial, pendidikan dan latar belakang keluarga. Sebagai konsekuensinya adalah setiap orang harus mau memperlakukan dan diperlakukan sama sederajat. Peran serta, setiap peserta harus mau berperan aktif dalam proses pembelajaran. Keterlibatan bukan hanya dari aspek fisik tetapi juga dari aspek pikiran dan perasaan. Spontanitas adalah sikap dan perilaku yang menampilkan keberadaan diri sendiri menurut apa adanya (tidak dibuat-buat), tanggap, sigap, teliti, kritis dan terbuka (siap dan sedia memberi dan menerima umpan balik). 2) Tanyakan pada peserta tentang kesediaannya dan adakan uji coba. 3) Ajak peserta berdiri melingkar bergandengan tangan satu sama lain. Widyaiswara melempar bola ke atas dan pada waktu bola diatas peserta mengayunkan gandengan tangannya sambil bergumam heeeem...
10
4) Pada waktu bola sudah ditangkap kembali oleh widyaiswara peserta mengatakan “enak teenan”. 5) Setelah beberapa kali hal tersebut di atas dilakukan, tanyakan pada peserta apakah mereka sudah saling mengenal? Bila sudah, cek sejauh mana mereka mengenal temannya, misalnya tanyakan apakah mereka sudah mengetahui tanggal lahir atau hobby salah seorang di antara mereka. Bila belum saling mengenal, maka kegiatan selanjutnya tawarkan pada mereka untuk saling mengenal lebih baik satu dengan lainnya. Untuk itu, silahkan memilih salah satu instrumen atau simulasi perkenalan. 6) Akhirnya tanyakan perasaan mereka setelah melakukan kegiatan simulasi tadi.
B. Simulasi dan Latihan Pengenalan Diri 1. Judul “Menggambar Wajah” a. Tujuan : Mengenal diri dengan lebih baik b. Waktu : 25 – 30 menit c. Sarana/Prasarana : Kertas ukuran folio/kuarto sejumlah peserta. d. Proses Kegiatan : 1) Bagikan kepada peserta selembar kertas (ukuran kuarto/folio). Lipat menjadi 2 (dua) bagian berdasarkan panjangnya. 2) Pada salah satu bagian (atas) kertas diminta peserta menggambar wajahnya masing-masing. Pada lipatan bagian bawah buat garis tengah memanjang ke bawah. Pada masing-masing bagian tulislah perilakuperilaku positif dan negatif dari diri Saudara. Perilaku Positif (+) Perilaku Negatif (-) 1. Bertanggung jawab
1. Suka menunda nunda kerja
2. Pandai
2. Keras kepala
3. Terbuka
3. Cerewet
4. Mudah bergaul
4. Boros
5. Pekerja keras
5. Malas Olahraga
11
3) Setelah itu proses ke arah tujuan pembelajaran. Kaitkan juga dengan manfaat mengenal diri, mengenal kelebihan-kelebihan diri agar dapat dioptimalkan dan mengenal kelemahan-kelemahan diri agar dapat diminimalisir. 2. Judul “Bintang” a. Tujuan : Mengenal diri secara lebih baik. b. Waktu : 30-45 menit c. Sarana/Prasarana : Lembar kerja-1 (bintang) sebanyak peserta dan krayon d. Proses Kegiatan : 1) Bagikan masing-masing peserta lembar kerja-1 (bintang). Tulislah nama panggilan saudara pada kotak yang ada di tengah-tengah bintang. 2) Berikutnya pada masing-masing sudut bintang tersebut, tulislah secara berturut mulai sudut pertama sampai dengan sudut ke lima: 2 tokoh idola saya (boleh tokoh nasional, internasional atau keluarga terdekat kita seperti ayah atau ibu), dua keberhasilan saya belum lama ini, dua kegagalan saya belum lama ini, tiga kata yang menggambarkan diri saya dan dua cita-cita saya. 3) Setelah selesai, beri kesempatan peserta memberi warna pada bintang mereka masing-masing (gunakan crayon). 4) Proses ke arah tujuan pembelajaran. Tanyakan apakah mudah bagi mereka untuk mengisi lembar kerja-1 tersebut. Kalau sulit itu merupakan indikator bahwa mereka belum mengenal diri mereka secara lebih baik. 5) Peserta dikelompokkan 3 s.d 4 kelompok dengan anggota maksimal 10 orang (mempertimbangkan waktu yang tersedia). 6) Selanjutnya gambar tersebut ditempelkan dan diungkapkan maknanya pada peserta lain. Peserta lain menyimak dan tidak boleh membantah, hanya boleh minta klarifikasi.
C. Simulasi dan Latihan Pengenalan Orang Lain 1. Judul “Menyusun Peribahasa/Couplet” a. Tujuan : Peserta saling mengenal dengan lebih baik, sehingga terjadi interaksi yang intensif, komunikasi dan kerjasama yang efektif.
12
b. Waktu 45-60 menit c. Sarana Kartu-kartu berisi potongan peribahasa. Ukuran kartu 5x6 cm dari kertas manila. d. Proses Kegiatan : 1) Mulailah kegiatan ini dengan menjelaskan apa yang akan dilakukan peserta. Peserta dibagikan masing-masing selembar kartu yang berisi sepotong peribahasa (bisa peribahasa dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris). 2) Peserta diminta mencari potongan lain dari peribahasa tersebut sehingga membentuk satu peribahasa yang lengkap dan bermakna. 3) Selanjutnya masing-masing pasangan saling berkenalan. Setelah pasangan tersebut berkenalan secara lebih intensif, pasangan tersebut diminta melanjutkan perkenalan secara berkelompok dengan pasanganpasangan lain yang terdiri dari 3 atau 4 pasangan. Dalam perkenalan tersebut dapat dikemukakan mengenai nama, latar belakang pendidikan, status, hobby dan lain-lain yang dianggap perlu. Dari perkenalan dalam kelompok tersebut, mereka diminta untuk menunjuk salah seorang perwakilan yang akan memperkenalkan mereka dikelompok besar (pleno). Kalau pesertanya tidak terlalu banyak, masing-masing pasangan langsung saja memperkenalkan pasangannya di kelas besar (pleno). 4) Setelah kegiatan tersebut selesai dapat dilanjutkan dengan simulasi “ZipZap”
agar
lebih
mengingat
nama-nama
orang
yang
telah
memperkenalkan diri atau dapat saja setiap peserta diminta menyebut 3 atau 4 orang nama teman disebelah kiri atau sebelah kanannya. 5) Proses atau refleksi kegiatan tersebut dengan menggunakan ELC. 2. Judul “Bulan Kelahiran” a. Tujuan : Mendorong terjadinya interaksi yang intensif, membuat peserta rileks. b. Waktu 45-60 menit c. Sarana Ruangan yang cukup lebar untuk dapat berpindah atau bergerak. d. Proses Kegiatan :
13
1) Minta kepada peserta untuk berkeliling menemukan orang yang bulan kelahirannya sama. Setelah itu buatlah kelompok bulan Januari, Pebruari s/d bulan Desember. 2) Dalam kelompok minta peserta untuk saling mengenal nama, latar belakang pendidikan, hobby, kelebihan dan kekurangan masing-masing. 3) Setelah kegiatan tersebut selesai, salah seorang anggota mewakili kelompok menyampaikan hasilnya pada kelompok besar (pleno). 4) Untuk lebih mengingat nama-nama peserta yang lain, boleh dilanjutkan dengan melakukan simulasi “Zip-Zap” atau menyebut nama 3-4 orang teman di sebelahnya. 5) Proses atau refleksi kegiatan ini ke arah tujuan pembelajaran. 3. Judul Siapa Dia a. Tujuan : mendorong terjadinya interaksi yang intensif, membuat peserta rileks, terbuka dalam berkomunikasi. b. Waktu 45-60 menit c. Sarana/Prasarana Ruang kelas yang cukup besar d. Proses Kegiatan : 1) Mulailah kegiatan ini dengan meminta peserta untuk berdiri dan mencari peserta lain untuk diajak ngobrol. Berusahalah mendapatkan informasi tentang orang yang diajak ngobrol tersebut dan juga membuka diri tentang siapa dirinya sebenarnya terhadap peserta lain yang menanyakah hal tersebut. Setiap peserta diberi waktu 5 menit untuk menyampaikan atau menanyakan mengenai peserta lain. 2) Setelah 5 menit berlalu, widyaiswara memberi aba-aba tanda waktu ngobrol dengan orang tersebut habis dan segera cari orang lain. Setelah 30
menit
berlalu,
Widyaiswara
meminta
masing-masing orang
menyebutkan secara sekilas nama teman yang berhasil dikenalnya dan sampaikan kepada pleno. Kalau dapat diungkapkan juga mengenai halhal menonjol (kelebihan atau kekurangan) yang dimiliki orang bersangkutan. 3) Akhiri sesi ini dengan merefleksi ke arah tujuan pembelajaran.
14
4) Variasi : Pada saat peserta mencari peserta lain, bisa menggunakan potongan gambar hewan atau tanaman. (potongan sesuai dengan jumlah peserta yang ditemukan oleh setiap peserta.
D. Rangkuman Proses Pengenalan dan Membangun Kerjasama dapat dilakukan dengan langkah-langkah : 1. Simulasi dan Latihan Pencairan Kelas 2. Simulasi dan Latihan Pengenalan Diri 3. Simulasi dan Latihan Pengenalan Orang Lain
E. Evaluasi Petunjuk : Jawablah pertanyaan berikut dengan singkat dan jelas. 1. Sebutkan langkah-langkah proses pengenalan dan membangun kerjasama disertai contohnya masing-masing.
15
BAB IV GAYA BELAJAR DAN KETIDAKMAMPUAN BELAJAR A. Gaya Belajar Memahami Gaya Belajar (Learning Style Assessment), yaitu berusaha mengetahui gaya belajar diri sendiri dan juga gaya belajar orang lain. Gaya belajar seseorang mempengaruhi efektivitas belajar bersama. Para ahli di bidang pendidikan mencoba mengembangkan teori mengenai gaya belajar sebagai cara untuk mencari jalan agar belajar menjadi hal yang mudah dan menyenangkan. Sebagaimana kita ketahui, belajar membutuhkan konsentrasi. Situasi dan kondisi untuk berkonsentrasi sangat berhubungan dengan gaya belajar Anda. Jika Anda mengenali gaya belajar Anda, maka Anda dapat mengelola pada kondisi apa, dimana, kapan dan bagaimana Anda dapat memaksimalkan belajar Anda. Apa gaya belajar itu? Gaya belajar adalah (www.ut.ac.id/strategibjj/gaya1.htm) cara yang cenderung dipilih seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan memproses informasi tersebut. Gaya belajar setiap orang dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan) dan faktor lingkungan (hasil belajar). Jadi ada hal-hal tertentu yang tidak dapat diubah dalam diri seseorang bahkan dengan latihan sekalipun. Tetapi ada juga hal-hal yang dapat dilatihkan dan disesuaikan dengan lingkungan yang terkadang justru tidak dapat diubah. Mengenali gaya belajar sendiri, belum tentu membuat Anda menjadi lebih pandai. Tapi dengan mengenali gaya belajar, Anda akan dapat menentukan cara belajar yang lebih efektif. Anda tahu bagaimana memanfaatkan kemampuan belajar secara maksimal, sehingga hasil belajar Anda dapat optimal. Kemampuan seseorang untuk memahami suatu materi yang sedang dipelajarinya dapat dipengaruhi oleh hubungannya dengan orang lain. Alasan kebutuhan belajar berkelompok ini bisa bermacam-macam, seperti: 1. Agar termotivasi untuk belajar, karena kelompok yang kuat biasanya akan saling memotivasi untuk belajar; 2. Lebih mudah memahami suatu informasi/pengetahuan, karena anggota dalam kelompok saling mengisi dalam belajar;
16
3. Adanya mata diklat tertentu yang menuntut belajar dalam kelompok sebagai bagian dari kegiatan atau tugas belajar. Jika Anda tidak suka belajar dalam kelompok, Anda mungkin dapat memilih belajar sendiri. Di samping itu, ada yang memiliki kecenderungan untuk belajar dengan bimbingan dari orang yang dianggap lebih tahu, seperti widyaiswara, instruktur, guru, dosen, tutor, atau bahkan alumni. Coba kenali kebutuhan sosialisasi Anda. Kemandirian Anda ditentukan oleh kemampuan Anda mengenali kebutuhan sosialisasi Anda. Baik belajar sendiri, dengan bantuan tutor maupun belajar berkelompok; Anda tetap mandiri jika Anda dapat memutuskan kebutuhan sosialisasi ini. Ini berarti Anda mengenali kebutuhan sosialisasi Anda. Ada empat macam metode belajar : 1. Concrete Experience (CE) Metode ini menggambarkan seseorang cepat mengerti didasarkan karena pengalaman yang dimiliki dan apa yang diyakininya. 2. Reflective Observation (RO) Menggambarkan pendekatan pembelajaran yang bersifat tentatif, adil, dan reflektif. Seseorang yang menggunakan metode ini cenderung menjadi pengamat yang obyektif. 3. Abstract Concentualization (AC) Pembelajaran dengan mendasarkan pada analisis konseptual. Seseoang yang termasuk menggunakan metode ini cenderung memilih situasi belajar yang impersonal yang menekankan pada teori dan analisis yang sistematis. 4. Active Experience (AE) Pembelajaran dengan berorientasi pada pelaksanaan yang aktif, meyakini hasil eksperimen. Gabungan metode belajar tersebut di atas menghasilkan Gaya Belajar (Learning Style) yaitu : 1. Accomodator Style : Gaya belajar ini merupakan gabungan dari CE dan AE. Seseorang dengan gaya ini lebih menyukai pelaksanaan suatu rencana dan melibatkan diri dan bertindak lebih berdasarkan perasaan daripada hasil analisis logika. Dalam
17
memecahkan masalah mengandalkan informasi dari orang lain dari pada analisis teknis dari dirinya sendiri. Gaya belajar ini penting untuk efektivitas seseorang sebagai tenaga marketing / sales. 2. Converger Style : Gaya belajar ini merupakan gabungan cara belajar AC dan AE. Gaya belajar ini baik sekali dalam menemukan cara-cara praktis untuk menggunakan ide-ide dan teori. Gaya ini menunjukkan kemampuan memecahkan masalah dan membuat keputusan berdasarkan temuan/jawaban atas pertanyaan atau masalah. Gaya ini lebih suka berhadapan dengan tugas-tugas teknis daripada berhadapan dengan isu-isu sosial dan interpersonal. Gaya ini baik untuk efektivitas dalam karier seorang tenlog atau spesialis. 3. Diverger Style : Gaya ini merupakan gabungan metode belajar CE dan RO. Orang dengan gaya ini baik dalam melihat situasi konkret dari berbagai sudut pandang. Pendekatannya terhadap situasi adalah lebih untuk mengamati daripada untuk ikut bertindak. Seseorang dengan gaya ini cenderung menyukai situasi yang membutuhkan tumbuhnya berbagai ide, seperti dalam curah pendapat. Ada ketertarikan pada budaya dan suka mengumpukan informasi. Kemampuan imaginasi dan sensitivitas terhadap perasaan ini dibutuhkan untuk efektivitas dalam karier seni, hiburan dan jasa pelayanan. 4. Assimilator Style : Gaya belajar ini merupakan gabungan metode belajar AC dan RO. Seseorang dengan gaya ini sangat baik dan dapat memahami sejumlah besar informasi dan mengartikannya ke dalam bentuk yang sangat dan logis. Gaya ini cenderung lebih tertarik pada konsep dan ide-ide abstrak. Biasanya seseorang dengan gaya ini berpendapat bahwa teori lebih penting, mempunyai kekuatan logik. Gaya ini cocok dalam karier scientist. B. Memahami Ketidakmampuan Belajar (Learning Disabilities) : Dalam proses pembelajaran terdapat masalah yang dihadapi oleh pembelajar dalam memahami suatu permasalahan, yaitu gangguan belajar atau ketidakmampuan belajar (learning disabilities). Ketidakmampuan belajar adalah
18
ketidakmampuan untuk menerima, menyimpan dan menggunakan secara luas kemampuan ataupun informasi khusus, yang terjadi akibat kurangnya pemusatan perhatian, memori atau pemikiran dan hal ini mempengaruhi prestasi akademik. (http://developmentbehaviourclinic.wordpress.com/gangguan-belajar). Terdapat berbagai jenis ketidakmampuan belajar dan masing-masing tidak memiliki penyebab yang pasti. Tetapi dasar dari semua jenis ketidakmampuan belajar
ini
diyakini
merupakan
suatu
kelainan
pada
fungsi
otak.
Ketidakmampuan belajar lima kali lebih sering ditemukan pada pembelajar pria. Seorang pembelajar yang mengalami ketidakmampuan belajar seringkali mengalami kesulitan dalam mengkoordinasikan penglihatan dan gerakannya serta menunjukkan kecanggungan ketika melaksanakan kegiatan fisik, seperti memotong, mewarnai, mengancingkan baju, mengikat tali sepatu dan berlari. Pembelajar juga mungkin mengalami masalah dengan persepsi penglihatan atau pengolahan fonologis (misalnya dalam mengenali bagian-bagian atau pola dan membedakan berbagai jenis suara) atau masalah dengan ingatan, percakapan, pemikiran serta pendengaran. Gejala lainnya adalah pemusatan perhatian yang pendek dan perhatiannya mudah terganggu, percakapannya terputus serta ingatannya pendek. Pembelajar juga mungkin mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan mengendalikan dorongan serta memiliki masalah dalam kedisiplinan artinya gangguan belajar secara sosial dan emosional. Mereka mungkin menunjukkan sikap hiperaktif, menarik diri, pemalu atau agresif. Kadang-kadang pembelajar mengalami kesulitan dalam mengekspresikan perasaan mereka, menenangkan diri, dan membaca isyarat-isyarat non verbal yang dapat menyebabkan kesulitan di dalam kelas dan dengan rekan-rekan mereka. Ada tujuh macam ketidakmampuan belajar : 1. Hanya mengenal peran dan posisi masing-masing (I’m my position); 2. Musuh (penyebab masalah) ada di luar sana (the enemy is out there); 3. Ilusi mengambil tanggungjawab (the illusion of taking charge); 4. Terpaku pada peristiwa-peristiwa (the fixation on events); 5. Perumpamaan Kodok Rebus (the parable of boiled frog);
19
6. Kesalahpahaman dalam mengambil pelajaran dari pengalaman (the delusion of learning from experience); 7. Mitos Tim Manajemen (the myth of the management team). Hal-hal ini dapat diatasi dengan menciptakan sistem dukungan yang kuat bagi pembelajar dan membantu mereka belajar untuk mengekspresikan diri, menghadapi frustrasi dan bekerja melalui tantangan. Fokus pada pertumbuhan mereka sebagai pribadi, dan bukan hanya pada prestasi akademis akan membantu mereka mempelajari kebiasaan emosional yang baik dan alat yang tepat untuk kesuksesan seumur hidup. C. Rangkuman 1. Gaya belajar adalah cara yang cenderung dipilih seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan memproses informasi tersebut. Gaya belajar setiap orang dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan) dan faktor lingkungan (hasil belajar). 2. Berdasarkan empat metode belajar, ada empat kelompok gaya belajar yaitu : Accomodator Style, Converger Style, Diverger Style, dan Assimilator Style dengan karakteristiknya masing-masing. 3. Ketidakmampuan
belajar
adalah
ketidakmampuan
untuk
menerima,
menyimpan dan menggunakan secara luas kemampuan ataupun informasi khusus, yang terjadi akibat kurangnya pemusatan perhatian, memori atau pemikiran dan hal ini mempengaruhi prestasi akademik. 4. Ketidakmampuan belajar dapat disebabkan faktor fisik, psikologis, sosial maupun emosional.
D. Evaluasi Petunjuk : Jawablah pertanyaan berikut dengan singkat dan jelas. 1. Jelaskan pengertian gaya belajar. 2. Jelaskan empat gaya belajar disertai kecocokannya masing-masing dengan profesi. 3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ketidakmampuan belajar 4. Jelaskan penyebab terjadinya ketidakmampuan belajar.
20
BAB V MEMBANGUN TIM BELAJAR DAN MENGATASI KONFLIK
A. Pengertian dan Manfaat Tim Kata “Tim” berasal dari bahasa Inggris : team : regu / sekelompok orang yang melakukan kegiatan (Kamus Inggris Indonesia Peter Salim). Sebenarnya pengertian tim hampir sama dengan pengertian kelompok, hanya saja pengertian tim mengarah kepada kebutuhan tertentu. Tim adalah suatu kelompok yang berinteraksi secara positif dengan hubungan secara timbal balik sesuai fungsi dan tugas masing-masing individu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jadi dapat diartikan bahwa kelompok belum tentu tim sedang tim pasti merupakan suatu kelompok. (Pranoto, 2003: 8). Tim pada dasarnya dapat diklasifikasikan berdasarkan sasaran yang meliputi: 1. Tim Pemecah masalah, yakni tim pada suatu departemen yang bertemu secara teratur untuk membahas cara-cara memperbaiki kualitas, efisiensi, dan lingkungan kerja. 2. Tim pengelola diri, adalah tim yang bertanggung jawab dari mantan penyelia mereka. 3. Tim fungsional-silang, adalah tim dari tingkat herarkis dengan bidang kerja yang berlainan yang bertugas menyelesaikan suatu tugas, atau tugas serupa dengan komite. Manfaat membangun tim yang efektif adalah sebagai berikut (Maddux, 2001 : 10) : 1. Dengan adanya tim, maka sasaran yang realistis ditentukan, dan dapat dicapai secara optimal; 2. Anggota tim dan Pemimpin Tim memiliki komitmen untuk saling mendukung satu sama lain agar tim berhasil; 3. Anggota tim memahami prioritas anggota lainnya, dan dapat saling membantu satu sama lain;
21
4. Komunikasi bersifat terbuka, diskusi cara kerja baru atau memperbaiki kinerja lebih berjalan secara baik, karena anggota tim terdorong untuk lebih memikirkan permasalahannya; 5. Pemecahan masalah lebih efektif karena kemampuan tim lebih memadai; 6. Umpan balik kinerja lebih memadai karena anggota tim mengetahui apa yang diharapkan dan dapat membandingkan kinerja mereka terhadap sasaran tim; 7. Konflik diterima sebagai hal yang wajar, dan dianggap sebagai kesempatan untuk menyelesaikan masalah. Melalui diskusi tersebut konflik bisa diselesaikan secara maksimal; 8. Keseimbangan tercapainya produktivitas tim dengan pemenuhan kebutuhan pribadi; 9. Tim dihargai atas hasil yang sangat baik, dan setiap anggota dipuji atas kontribusi pribadinya; 10. Anggota
kelompok
termotivasi
untuk
mengeluarkan
ide-idenya
dan
mengujinya serta menularkan dan mengembangkan potensi dirinya secara maksimal; 11. Anggota kelompok menyadari pentingnya disiplin sebagai kebiasaan kerja dan menyesuaikan perilakunya untuk mencapai standar kelompok; 12. Anggota kelompok lebih berprestasi dalam bekerja sama dengan tim dan tim lainnya. Perlu dipahami pula ciri-ciri ketidakberhasilan tim yang menurut Belbin (1991 : ) disebabkan : 1. Desain visi, misi dan strategi tidak jelas, 2. Moral atau semangat tim rendah, 3. Konflik antar personal merebak, 4. Kemampuan mental (inteligensi, kreativitas) rendah, 5. Seleksi yang kurang berhasil, 6. Kepribadian yang dominan egois, 7. Komposisi susunan tim tidak efektif, 8. Peran anggota tidak jelas, 9. Tertutup untuk evaluasi, 10. Pemberdayaan kurang efektif.
22
B. Unsur dan Tahapan Pembentukan Tim Unsur-unsur tim yang dinamis menurut Richard Y Chang (1999 : 8) adalah sebagai berikut : 1. Menyatakan secara jelas misi dan tujuan tim 2. Beroperasi secara kreatif 3. Memfokuskan pada hasil 4. Memperjelas peran dan tanggung jawab 5. Diorganisasikan dengan baik 6. Dibangun atas kekuatan individu 7. Saling mendukung kepemimpinan anggota yang lain 8. Mengembangkan iklim tim 9. Menyelesaikan ketidaksepakatan 10. Berkomunikasi secara terbuka 11. Membuat keputusan secara obyektif 12. Mengevaluasi efektifitasnya sendiri. Tahapan pertumbuhan tim yang yang baik dalam suatu organisasi tidak akan terjadi dengan sendirinya dalam waktu yang pendek, melainkan perlu upaya yang sungguh-sungguh, kebijakan dan program yang konsisten, berkesinambungan dan sistematis atau dapat dikatakan perlu proses dan waktu yang diusahakan dengan sungguh-sungguh. Adapun tahapan pertumbuhan tim sebagai berikut : 1. Tingkat forming, yakni tingkat pengumpulan informasi yang dibutuhkan sebagai penentuan dasar tim. 2. Tingkat storming, yakni tingkat keraguan atas kepercayaan terhadap tugas dan metodologinya, sehingga pesimis dengan program yang ada. 3. Tingkat norming, yaitu tingkat di mana anggota mulai mau menerima perbedaan-perbedaan dan mengadakan rekonsiliasi tentang hal-hal yang tidak disetujuinya. 4. Tingkat performing, pada tingkat ini anggota mulai matang, mengerti tentang apa yang diharapkan dirinya. Mereka mulai membicarakan gagasan-gagasan penyempurnaan, mencari data, mendiagnosis, mengembangkan solusi dan mencoba melakukan perubahan-perubahan.
23
C. Konflik dalam Tim dan Respon Terhadap Konflik Dalam suatu tim yang berinteraksi satu sama lain dalam mencapai tujuannya selalu mengalami perbedaan pendapat. Perbedaan Pendapat yang berlarut-larut akan menyebabkan konflik. Anggota tim perlu memahami bahwa konflik atau ketidaksepakatan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindarkan dan tidak memiliki sifat baik atau buruk (konflik bersifat netral). Konflik akan menghancurkan kemajuan tim jika dibiarkan tidak terkelola, tetapi juga dapat mengarah pada pengambilan keputusan yang mantap jika dikelola secara efektif. Hasil dari suatu konflik sangat tergantung pada bagaimana tim mengelolanya. Lalu apa sebenarnya yang dimaksud dengan konflik? Isyarat apakah yang merupakan gejala konflik dalam suatu tim? Bagaimana konflik merebak dan bagaimanakah respon terhadap konflik? Dalam Pokok bahasan inilah akan dibahas hal tersebut. Sebelum Saudara membaca pokok bahasan ini silahkan Saudara merenungkan terlebih dahulu hakekat tentang konflik menurut pikiran saudara. Apabila Saudara mendengar kata konflik apa yang terfikirkan dalam benak Saudara dan bagaimanakah perasaan Saudara? Dari jawaban saudara tersebut silahkan diidentifikasi mana perasaan yang cenderung positif dan mana yang cenderung negatif. Kecenderungan dari kita adalah konflik berkonotasi negatif. Kata konflik menimbulkan kesan tidak menyenangkan. Reaksi kita pada umumnya adalah negatif. Pada umumnya merupakan bahaya dan menyakiti perasaan orang lain. Kita cenderung menghubungkan konflik dengan kekerasan, krisis, perkelahian, perang, kalah, menang, kehilangan kendali dan lain sebagainya. Kebanyakan dari kata-kata ini memberikan gambaran adanya kerusakan besar, merasa disakiti, dan hubungan menjadi rusak. Haruskah demikian? Lalu apa sebenarnya konflik tersebut? Konflik selalu melibatkan dua orang atau lebih (perseorangan atau kelompok) yang terjadi apabila salah satu pihak merasa kepentingannya
dihalang-halangi
Administrasi Negara, 2000:23).
atau
akan
dihalang-halangi
(Lembaga
24
Selanjutnya Hanmer dan Hogan (Suprapti, 2006:32) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan konflik adalah segala macam bentuk pertikaian yang terjadi dalam organisasi, baik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok maupun kelompok yang bersifat antagonis. Dari pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa (Suprapti, 2006:ibid): konflik terkait dengan persepsi pihak yang bersangkutan yang merasa kepentingannya dihalang-halangi atau akan dihalang-halangi, terlepas dari ada atau tidak ada halangan tersebut. Apabila konflik ini dibiarkan maka akan menghancurkan kemajuan tim, sebaliknya juga dapat mengarah pada pengambilan keputusan yang mantap bila dikelola dengan baik. Hasil dari suatu konflik tergantung pada bagaimana mengelolanya. Untuk itu perlu mengenali konflik secara dini. Isyarat adanya konflik (Chang, 1999:32) antara lain: 1. Anggota kelompok memberikan komentar dan saran dengan penuh emosi; 2. Anggota tim menyerang gagasan orang lain sebelum gagasan tersebut diselesaikan; 3. Anggota tim saling menuduh bahwa mereka tidak memahami masalah yang sebenarnya, 4. Anggota Tim selalu beroperasi dan menolak untuk berkompromi dan anggota tim saling menyerang secara langsung pada pribadinya Menurut Bolton (Suprapti, 2006:34) sumber-sumber konflik adalah : 1. Menghalangi pencapaian sasaran perorangan; 2. Kehilangan status; 3. Kehilangan otonomi atau kekuasaan; 4. Kehilangan Sumber-sumber; 5. Merasa diperlakukan tidak adil; 6. Mengancam nilai dan norma; 7. Perbedaan persepsi dan lain sebagainya. Sedangkan Robert B. Maddux (2001:22), penyebab konflik sebagai berikut : 1. Perbedaan kebutuhan, tujuan,dan nilai-nilai 2. Perbedaan cara pandang terhadap motif, ajaran, tindakan, dan situasi 3. Perbedaan harapan terhadap hasil suka >< tidak suka
25
D. Enggan untuk bekerjasama Adanya konflik akan berdampak terjadinya perubahan-perubahan dalam suatu kelompok, organisasi atau tim kerja. Perubahan tersebut meliputi perubahan di dalam kelompok itu sendiri maupun perubahan antar kelompok. Adapun perubahan di dalam kelompok, yakni : 1. Meningkatnya kepaduan kelompok untuk menghadapi konflik eksternal dengan mengesampingkan perbedaan individu. 2. Munculnya kepemimpinan yang otokratis, yakni dalam menghadapi kondisi yang kurang kondusif perlu adanya pemimpin yang kuat / otokratis. 3. Munculnya perhatian atas kegiatan, toleransi membuang-buang waktu menurun, kepuasan secara individu sementara terkesampingkan, semua perhatian tertuju pada konflik yang dihadapi. 4. Penekanan pada kesetiaan, dalam situasi konflik; interaksi dengan anggota diperkuat dan interaksi anggota dengan kelompok lain merupakan pelanggaran. Sedangkan perubahan di antara kelompok antara lain sebagai berikut : 1. Persepsi yang terganggu, merasa dirinya/kelompoknya lebih penting dari yang lain. 2. Stereotip negatif lebih menonjol, hal-hal negatif yang sudah terpendam dapat timbul kembali. 3. Menurunnya komunikasi. Akibat terjadinya konflik biasanya komunikasi antar kelompok menurun dratis atau justru malah hilang sama sekali, pengambilan keputusan sulit dilakukan (terganggu), para pelanggan atau fihak-fihak yang dilayani terganggu. Konflik akan tambah merebak apabila : 1. Tindakan bermusuhan; a. Anggota Tim memasuki permainan menang kalah; b. Mereka lebih senang memenangkan kemenangan pribadi daripada memecahkan masalah. Memegang posisinya dengan kuat; Anggota tim tidak melihat perlunya mencapai tujuan yang menguntungkan, mereka memegang teguh posisinya, mempersempit komunikasi dan membatasi keterlibatannya satu sama lain.
26
Keterlibatan emosional; Anggota tim mempertahankan posisinya secara emosional. Tidak setiap orang merespon konflik dengan cara yang sama, respon tersebut (Suprapti, 2006:ibid) antara lain : 1. Konfrontasi agresif, 2. Melakukan manuver negatif, 3. Penundaan terus menerus, serta 4. Bertempur secara pasif. Sebagian besar manusia menganggap bahwa konflik itu suatu hal yang merugikan dan harus dihindari, tetapi sebagian yang lain menyadari bahwa dalam berinteraksi dengan orang lain mungkin pada suatu saat akan terjadi konflik, dan itu dianggap sebagai hal yang wajar. Faham yang terakhir ini menganggap bahwa dengan adanya konflik justru dapat menambah wawasan dan informasi untuk kemajuan. Oleh karenanya konflik perlu diantisipasi dan dikelola dengan baik dan sistematis artinya tim merespon dari segi positif. Apabila hal ini yang terjadi maka pemecahan konflik mengarah ke hal yang positif. sadar untuk Respon tersebut adalah Mengarahkan energi secara sehat dan langsung untuk memecahkan masalah atau tidak ada reaksi secara emosional, melakukan upaya yang menanggapinya dengan cara rasional. Respon yang tepat ini akan memperkuat tim kerja dan melancarkan jalan untuk mengatasi konflik, Huruf Tionghoa krisis berarti kesempatan yang mengandung resiko. Untuk itu maka perlu melihat konflik tidak selalu mengandung resiko, tetapi juga merupakan kesempatan-kesempatan yang bersifat petualangan, tantangan, kegembiraan dan kesempatan-kesempatan. Gaya tanggapan setiap anggota tim dalam menghadapi suatu konflik menurut Robert B. Maddux (2001:57) dapat diklasifikasikan ke dalam 5 (lima) pola seperti yang tertuang dalam Tabel Gaya Tanggapan Terhadap Konflik berikut.
27
TABEL 1 GAYA TANGGAPAN TERHADAP KONFLIK No 1
Gaya Menghindar
2
Mengakomodasi
3
Menang/Kalah
4
Kompromi
5
Penyelesaian masalah
Ciri Perilaku Tidak mau berkonfrontasi. Mengabaikan atau melewatkan pokok permasalahan. Menyangkal bahwa hal tersebut merupakan masalah. Bersikap menyetujui, tidak agresif. Kooperatif bahkan dengan mengorbankan keinginan pribadi. Konfrontatif, menuntut dan agresif. Harus menang dengan cara apapun. Mementingkan pencapaian sasaran utama semua pihak serta memelihara hubungan baik. Agresif namun kooperatif. Kebutuhan kedua belah pihak adalah sah dan penting. Penghargaan yang tinggi terhadap sikap saling mendukung. Tegas dan kooperatif.
Alasan Penyesuaian Perbedaan yang ada terlalu kecil atau terlalu besar untuk diselesaikan. Usaha penyelesaian mungkin mengakibatkan rusaknya hubungan atau menciptakan masalah yang lebih kompleks. Tidak sepadan jika mengambil resiko yang akan merusak hubungan & menimbulkan ketidakselarasan secara keseluruhan. Yang kuat menang. Harus membuktikan superioritas. Paling benar secara etis dan profesi. Tidak ada ide individu yang sempurna. Seharusnya ada lebih satu cara yang baik dalai melakukan sesuatu. Anda harus berkorban untuk dapat menerima. Ketika pihak-pihak yang terlibat mau membicarakan secara terbuka pokok permasalahan, solusi yg saling menguntungkan dapat ditemukan tanpa satu pihakpun dirugikan
E. Langkah-Langkah Penyelesaian Konflik Gejala konflik dalam tim dinamis tidak dibiarkan berlarut-larut tetapi diselesaikan secara terbuka. Adapun beberapa langkah dalam penyelesaian konflik tersebut secara skematis menurut Richard Y. Chang (1999:35) adalah sebagai berikut :
28
Bagan 1 Alur Penyelesaian Konflik
E. Rangkuman 1. Tim adalah suatu kelompok yang berinteraksi secara positif dengan hubungan secara timbal balik sesuai fungsi dan tugas masing-masing individu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 2. Unsur-unsur tim yang dinamis antara lain : menyatakan secara jelas misi dan tujuan tim, beroperasi secara kreatif, memfokuskan pada hasil, memperjelas peran dan tanggung jawab, diorganisasikan dengan baik, dibangun atas kekuatan individu, saling mendukung kepemimpinan anggota yang lain, mengembangkan iklim tim, menyelesaikan ketidaksepakatan, berkomunikasi secara terbuka, membuat keputusan secara obyektif, dan mengevaluasi efektifitasnya sendiri. Tahapan pembentukan tim meliputi : forming, norming, storming, dan performing. 3. Konflik terkait dengan persepsi pihak yang bersangkutan yang merasa kepentingannya dihalang-halangi atau akan dihalang-halangi, terlepas dari ada atau tidak ada halangan tersebut. Apabila konflik ini dibiarkan maka akan
29
menghancurkan kemajuan tim, sebaliknya juga dapat mengarah pada pengambilan keputusan yang mantap bila dikelola dengan baik. Ada lima gaya merespon konflik yaitu menghindar, mengakomodasi, menang/kalah, kompromi, dan penyelesaian masalah. 4. Teknik pemecahan konflik terdiri dari enam langkah sebagai berikut : (1) Langkah 1: mengakui adanya konflik., (2) Langkah 2: identifikasi masalah, (3) Langkah 3: dengarkan semua sudut pandang dan kumpulkan fakta, akibat, dan opini, (4) Langkah 4: lakukan pengkajian penyelesaian masalah, (5) Langkah 5: dapatkan kesepakatan untuk menemukan solusi, dan (6) Langkah 6: jadwalkan sesi tindak lanjut untuk mengkaji.
F. Evaluasi Petunjuk : Jawablah pertanyaan berikut dengan singkat dan jelas 1. Jelaskan pengertian tim. 2. Jelaskan unsur-unsur tim dan tahapan pembentukan tim. 3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan konflik dan respon apa saja yang mungkin timbul terhadap konflik. 4. Jelaskan teknik penyelesaian konflik.
30
BAB VI NILAI-NILAI, NORMA DAN KOMITMEN BELAJAR A. Nilai – Nilai dan Norma (Values and Norms) : Guna menemukan nilai yang mempunyai kesesuaian dengan pribadi seseorang (peserta diklat) dalam belajar bersama, diberikan tugas perseorangan dan tugas kelompok yaitu : 1. Memilih sejumlah nilai pada lembar himpunan nilai yang diberikan yang sangat terpaut dengan kesesuaian pribadi peserta dalam belajar bersama; 2. Pilihan nilai pribadi didiskusikan dalam kelompok dan selanjutnya disarikan untuk dipilih sejumlah nilai tertentu untuk dijadikan “Norma Belajar Bersama”.
B. Komitmen Belajar (Learning Commitment): Komitmen menerapkan nilai belajar bersama yaitu norma belajar bersama yang telah dibangun merupakan perwujudan komitmen belajar. Tindakan lebih lanjut dalam upaya membangun komitmen belajar, maka peserta ditugaskan untuk membuat “Jurnal Harian” atas proses pembelajaran yang telah diberikan setiap hari, yaitu peserta diminta memberikan catatan, ungkapan dan kesimpulan dengan membuat rangkuman atas pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut : 1. Kejadian apa saja yang dialami dan diamati selama proses pembelajaran; 2. Apa saja yang dirasakan atau bagaimana perasaan peserta selama mengikuti pembelajaran; 3. Pengalaman baru yang mempunyai kesan mendalam; 4. Kesan manfaat belajar apa yang dapat diperoleh yang berpengaruh bagi karier anda ke depan; 5. Manfaat apa yang mungkin dapat diterapkan dalam pertumbuhan atau perkembangan organisasi peserta.
C. Rangkuman 1. Nilai-nilai pribadi peserta diklat selanjutnya diformulasi menjadi norma kelas yang disepakati. Langkahnya yaitu peserta memilih nilai pribadi yang tersaji
31
dan dianggap paling sesuai, selanjutnya didiskusikan dalam kelompok untuk disarikan menjadi norma kelas dalam pembelajaran. 2. Norma belajar bersama yang telah dibangun merupakan perwujudan komitmen belajar yang ditindaklanjuti dengan berbagai kegiatan.
D. Evaluasi Petunjuk : Jawablah pertanyaan berikut dengan singkat dan jelas 1. Jelaskan
apa
yang
dimaksud
dengan
norma
kelas
dan
langkah
pembentukannya. 2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan komitmen belajar dan apa saja kegiatan yang merupakan tindak lanjutnya.
32
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Richard Y. 1999. Membangun Tim yang Dinamis. Jakarta : PT. Gramedia. --------------, 1999. Sukses melalui Kerja Sama TIM. Jakarta : PT. Gramedia. Maddux, Robert B. 2001. Team Building, Terampil Membangun Tim Handal, Edisi ke-dua, penterjemah Kristiyabudi P. Hananto, Surabaya : PT. Erlangga. Pranoto, Juni dan Wahyu Suprapti, 2000. Pengembangan Potensi Diri. Modul SPAMA, Jakarta : Lembaga Administrasi Negara. --------------, 2000. Leadership Laboratory. Bahan Ajar Diklat SPAMA, Jakarta : Lembaga Administrasi Negara. Suprapti, Wahyu, 2006. Membangun Kerjasama Tim. Modul Prajabatan Golongan III. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara.