BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini dunia perbelanjaan semakin marak terjadi. Hadirnya vendorvendor dan brand terkenal ikut turut memanaskan persaingan di dunia mode. Tidak ketinggalan, adanya penyesuaian terhadap perkembangan global juga dilakukan melalui penjualan produk fashion secara online. Hadirnya vendor online shopping harus dapat memaksimalisasikan penggunaan teknologi dan design website yang menarik minat konsumen, serta fasilitas yang memudahkan konsumen dalam melakukan transaksi. Hal ini dapat dikatakan vital karena bertransaksi secara online membutuhkan perhatian yang cukup khusus. Tidak seperti transaksi barang secara biasanya, dimana seseorang dapat merasakan relasi fisik antara dirinya dengan barang yang akan dibeli. Transaksi secara online mengharuskan vendor untuk dapat memvisualisasikan barang secara maksimal, karena perhatian konsumen akan tertuju pada visual gambar, bukan penjelasan. Situs Forbes pernah melansirkan bahwa hadirnya gambar atau video dalam sebuah website, dapat menstimulasi konsumen untuk lebih terikat dengan website tersebut (customer-oriented). Di Indonesia sendiri, pemanfaatan internet pada awalnya (dan juga hingga saat ini) berkembang pesat pada situs yang bertipe user generated content atau situs dengan konten yang dibuat oleh pemakai internet-secara sederhana, dari pengguna untuk pengguna. Tidak hanya situs yang bersifat informatif semata, namun juga situs yang memungkinkan terjadinya interaksi terus menerus sehingga terbentuk suatu ruang publik virtual. Banyaknya pengguna media internet secara tidak langsung juga mendorong peningkatan tren belanja online. Seiring dengan meningkatnya potensi pasar tersebut, jumlah toko online ikut turut menjamur. Menurut studi yang dilakukan oleh Harvard School of Business yang dilakukan pada akhir Agustus
1
2012, nilai pasar e-commerce Indonesia sudah mencapai USD 0,9 milyar pada tahun 20111. Hal ini menandakan Inodnesia ikut turut andil dalam perkembangan pola transaksi yang memanfaatkan media online dalam kegiatannya. Namun adanya tren belanja secara online yang meningkat di Indonesia ikut mendorong meningkatnya potensi penipuan berkedok toko online. Kasus penipuan pada transaksi pembelian barang secara online memang sudah sering terjadi. Salah satunya adalah kasus yang terjadi pada tgl 11 Oktober 2012 lalu. Seorang warga negara Indonesia diduga terlibat kasus penipuan terhadap seorang warga negara Amerika Serikat melalui penjualan online. Kasus ini terungkap setelah Markas Besar Kepolisian mendapat laporan dari Biro Penyelidik Amerika Serikat. Warga Indonesia tersebut menggunakan nama samaran untuk membeli sebuah alat elektronik melalui pembelian online secara lintas Negara. Tersangka menggunakan situs website www.audiogone.com dalam melancarkan aksinya. Penipuan ini dilakukan dengan adanya pola pembayaran melalui transfer dana2. Polda Jawa Timur mencacat kasus kejahatan dunia maya (cyber crime) akhir-akhir ini meningkat dengan kasus berupa penipuan belanja melalui toko online. Hingga akhir Mei tahun 2011, terdapat 15 kasus kejahatan dunia maya di seluruh jajaran Polda Jatim. Penipuan belanja online merupakan kasus menonjol diantara kasus kejahatan dunia maya tersebut. Seperti yang dikatakan oleh Kasubdit Mondev (Unit Cyber Crime) Ditreskrimsus Polda Jatim AKBP Indarto, pada 11 Mei 2012 lalu. Ia mengatakan bahwa adanya peningkatan tren penipuan online, dapat dilihat pada data tahun 2011 tercatat 48 kasus kejahatan cyber, dengan 37 kasus di antaranya dapat diselesaikan3. Menurut Kapolda Metro Jaya, Irjen Putut Eko Bayuseno pada jumpa pers kamis 11 April 2013 di Jakarta, kerugian masyarakat yang menjadi korban penipuan melalui internet dalam dua tahun terakhir ini mencapai Rp 10,95 miliar 1
http://tekno.liputan6.com/read/475855/penipuan-online-masih-marak-di-indonesia http://nasional.news.viva.co.id/news/read/358658-polri-ungkap-penipuan-jual-beli-onlineantarnegara 3 http://www.bisnis-jatim.com/index.php/2012/05/11/cyber-crime-waspadalah-kasus-penipuanbelanja-online-di-jatim-meningkat/ 2
2
dan 23.365,50 dollar AS, atau total sekitar Rp 13 miliar4. Menurut Kapolda, nilai kerugian masyarakat atas uang yang berhasil diambil para pelaku sekitar Rp 13 miliar ini, berdasarkan sekitar 200 kasus yang dilaporkan para korban pada tahun 2011 hingga pertengahan Maret 2013. Dengan rincian sebagai berikut, yaitu pada tahun 2011 Rp 4,89 miliar dan 178.876,50 dollar AS, tahun 2012 Rp 5,21 miliar dan 56.448 dollar AS, dan 2012 (hingga pertengahan Maret) Rp 848,22 juta5. Metro TV juga menyebutkan bahwa kasus penipuan secara online, atau yang disebut sebagai cyber crime, semakin meningkat setiap tahunnya. Data dari Metro TV menunjukkan kerugian masyarakat akibat cyber crime pada tahun 2011 mencapai 4,8 miliar, kemudian meningkat menjadi 5,2 miliar pada tahun 2012, dan hingga bulan april 2013 sudah mencapai 800 juta6. Adanya transaksi barang melalui online seringkali juga memunculkan kecemasan tersendiri. Barang yang dibeli tidak sesuai dengan yang sudah dijanjikan
sebelumnya, seperti ukuran baju atau bahan pakaian tidak sesuai
keinginan, hingga kasus penipuan. Kasus penipuan pada transaksi pembelian barang secara online memang sudah sering terjadi. Salah satunya adalah kasus yang terjadi pada tanggal 11 oktober tahun 2012 lalu. Seorang warga negara Indonesia diduga terlibat kasus penipuan terhadap seorang warga negara Amerika Serikat melalui penjualan online. Kasus ini terungkap setelah Markas Besar Kepolisian mendapat laporan dari Biro Penyelidik Amerika Serikat. Warga Indonesia tersebut menggunakan nama samaran untuk membeli sebuah alat elektronik
melalui
pembelian
online
secara
lintas
negara.
Tersangka
menggunakan situs website www.audiogone.com dalam melancarkan aksinya. Penipuan ini dilakukan dengan adanya pola pembayaran melalui transfer dana7. Meningkatnya kasus cyber crime didorong juga oleh adanya faktor belum adanya fasilitas penanganan hukum yang mengatur tentang transaksi online di Indonesia. 4
http://reskrimum.metro.polri.go.id/read/article/9045/9/Penjahat-Internet-Raup-Rp-13-Miliar-dariKorbannya 5 Ibid. 6 Wide Shot, Metro tv tertanggal 19 April 2013 7 http://nasional.news.viva.co.id/news/read/358658-polri-ungkap-penipuan-jual-beli-onlineantarnegara
3
Banyaknya kasus penipuan secara online di Indonesia ternyata tidak menyurutkan niat para pengusaha muda untuk meraup keuntungan melalui pemanfaatan internet di dalam usahanya. Terdapat beberapa situs belanja online yang sudah dikenal dikalangan para remaja perempuan saat ini, salah satu diantaranya
yang
terkenal
adalah
Online
Shopping
Berry
Benka
(www.berrybenka.com). Online Shopping Berry Benka merupakan sebuah situs online shopping dimana memiliki tujuan sebagai tempat transaksi jual-beli para perempuan modern dalam menyalurkan keinginannya untuk meningkatkan kehidupan lifestyle secara mobile. Online shopping ini merupakan kumpulan dari beberapa pemasok barang. Banyaknya pemasok barang yang tergabung di dalam Berrybenka, membuat konsumen memiliki lebih banyak pilihan barang untuk dibelanjakan. Mulai dari pakaian, tas, aksesoris, sepatu, hingga pakaian dalam dijual dengan harga yang terjangkau bagi perempuan kelas menengah. Dengan ukuran atau size pakaian yang mayoritas besar, membuat konsumen lebih mudah dalam memadumadankan pakaian dengan ukuran badan mereka. Situs online shopping ini memiliki keunikan tersendiri, yaitu adanya penjelasan mengenai bagaimana cara memesan barang hingga cara utuk membayarnya. Online Shopping Berry Benka selalu mengedepankan kepercayaan konsumennya juga dengan menjaga kualitas barang yang telah dipesan. Selain itu juga Online Shopping Berry Benka memiliki sistem pemasaran yang kuat. Hal ini dapat dilihat dari pengiklanannya yang dipajang pada banyak website, sehingga lebih menjangkau khalayak luas. Dengan adanya internet dan melahirkan situs yang disebut dengan online shopping, secara langsung maupun tidak, telah menciptakan adanya pola komunikasi dan transaksi. Terciptanya perubahan ini juga menyangkut pada tingkatan kepercayaan masyarakat terhadap online shopping tersebut. Adanya fenomena munculnya Online Shopping Berry Benka tersebut, membuat peneliti ingin untuk meneliti lebih jauh mengenai bagaimana konsumen dapat melakukan transaksi pada Online Shopping Berry Benka tanpa merasa resah dengan
4
pemberitaan kasus-kasus penipuan online yang sedang marak terjadi. Peneliti ingin mengukur dan memaparkan elemen-elemen apa saja yang membuat konsumen dapat percaya dengan Online Shopping Berry Benka, dengan kelebihan dan keunikan online shopping tersebut.
1.2. Rumusan Masalah Bagaimana pengaruhi isi Website Online Shopping Berry Benka terhadap trand trust Online Shopping Berry Benka di kalangan perempuan Provinsi DKI Jakarta?
1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh isi Website Online Shopping Berry Benka terhadap brand trust Online Shopping Berry Benka di kalangan perempuan Provinsi DKI Jakarta. Untuk mencapai tujuan tersebut, berikut langkah-langkah yang akan dilakukan oleh peneliti: 1. Mengukur pengaruh isi Website Online Shopping Berry Benka terhadap brand trust Online Shopping Berry Benka di kalangan perempuan Provinsi DKI Jakarta. 2. Mengukur pengaruh faktor-faktor non-Website terhadap brand trust Online Shopping Berry Benka di kalangan perempuan Provinsi DKI Jakarta. 3. Mengevaluasi tingkat pengaruh isi Website Online Shopping Berry Benka terhadap brand trust Online Shopping Berry Benka di kalangan perempuan Provinsi DKI Jakarta melalui pendekatan perilaku konsumen.
5
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat akademis Penelitian ini akan menguji teorema-teorema tentang bagaimana brand yang bersifat online dapat menciptakan brand trust melalui pendekatan perilaku konsumen. 1.4.2. Manfaat praktis Hasil dari penelitian ini dapat digunakan secara praktis untuk dua hal. Pertama, lewat penelitian ini, Online Shopping Berry Benka dapat mengevaluasi kinerja pemasarannya. Kedua, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan oleh perusahaan-perusahaan online shopping lain yang hendak meluncurkan produk di pasar online yang padat dengan kompetisi. Terakhir, penelitian ini akan mengukur komponen isi website mana yang paling berpengaruh dan komponen isi website mana yang tidak begitu berpengaruh terhadap brand trust. Dengan begitu, Online Shopping Berry Benka dapat memaksimalkan komponen-komponen dalam website selanjutnya.
1.5. Kerangka Pemikiran 1.5.1. Teori Social Information Processing Teori yang dikemukakan oleh Joseph Walther ini merupakan teori yang berkomunikasi dengan jejaring internet, dimana seseorang dapat mengenal orang lain secara online dengan komunikasi non-verbal dan bagaimana mengembangkan serta mengelola hubungan melalui komputer sebagai medianya. Adanya hubungan dengan media komputer yang kemudian memunculkan istilah Computer Mediated Communication (CMC). Seseorang tidak lagi merasakan seseorang ada di sana, dimana komunikasi lebih mengacu pada indiviualistik dan berorientasi pada layar komputer. Adanya pengklasifisian setiap medium komunikasi mengacu pada kelengkapan dari pesan-pesan yang dapat di atur secara efesien. Sebagai contoh teori tersbeut menyatakan komunikasi secara tatap muka menyediakan sebuah campuran yang kaya akan isyarat sistem verbal dan non verbal yang dapat menyampaikan nuansa emosi dengan sangat kuat, dan meskipun memiliki dua
6
pemahaman, hanya melalui tampilan dari layar komputer. Sebaliknya, jaringan komputer yang terbatas dari CMC membuatnya sedikit lebih mengacu pada transaksi bisnis sehari-hari, tetapi tidak untuk negosiasi mengenai hubungan sosial. Dalam CMC terdapat elemen yang menjadi pembelajaran yang dapat diteliti.
Seperti
penjelasan
sebelumnya
bahwa
Computer
Mediated
Communication merupakan adanya komunikasi yang terbentuk dari penggunaan komputer dan jaringan internet. Elemen dari CMC tersebut yang diteliti adalah bagaimana tampilan dari website yang memunculkan adanya hubungan komunikasi dengan seseorang yang mengaksesnya. Isi dari website tentu memberikan pengaruh besar bagaimana seseorang dapat percaya
untuk
melakukan komunikasi secara online. Teori ini membagikan sebuah isyarat yang menyaring interpretasi dari CMC. Mereka menganggap ketidakhadiran isyarat non verbal sebagai sebuah kerusakan permanen dari alat media, yang membatasi adanya fungsi untuk mengengembangkan hubungan antar pribadi. Joseph memberi nama teori Social Information Processing karena adanya kepercayaan bahwa suatu hubungan tumbuh hanya untuk meningkatkan informasi sekumpulan orang yang terus berkembang mengenai satu dengan yang lainnya dan menggunakan informasi tersebut untuk membentuk sebuah brand image dari objek yang ditemui secara online. Teori Social Information Processing konsisten dengan teori pendekatan sosial dan teori pengurangan ketidakpastian. 1.5.2. Komunikasi Dalam Transaksi Online Istilah komunikasi secara etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus, yang bersumber pada kata communis. Kata communis memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan utnuk kebersamaan atau kesamaan makna. Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dalam pengertian ini yang terlibat dalam proses komunikasi adalah manusia. Oleh karena itu merujuk pada pengertian Ruben and Steward (1998:16) mengenai komunikasi manusia yaitu: 7
“Human communication is the process through which individuals relationships, group, organizations and societies
in
respond to and create
messages to adapt to the enviroment and one another” Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi, dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lainnya8. Menurut Onong Uchjana Effendy, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui media)9. Adanya proses komunikasi ini tentu mengandung pesan yang dibawanya, pesan yang dibawakan oleh pengirim kepada penerima. Dalam proses pengiriman pesan tersebut, seringkali dilakukan secara langsung, dimana pengirim dan penerima pesan bertatap muka. Proses komunikasi ini disebut dengan proses komunikasi langsung. Selain itu, terdapat juga proses komunikasi tidak langsung, dimana pengirim dan penerima saling bertukar pesan atau informasi tanpa adanya proses tatap muka. Hal ini biasanya dilakukan oleh media perantara informasi, yaitu media teknologi. Media dalam penggunaannya ditengah masyarakat sangat kompleks. Satu orang rata-rata menonton televisi selama 2700 jam setiap tahunnya, serta selama 900 jam menghabiskan waktunya untuk media selain televisi, seperti koran, buku, majalah, musik, film, game, dan internet10. Jika diakumulasikan terdapat 3600 jam seseorang selama satu tahun menghabiskan waktunya untuk menggunakan media, lebih banyak dibandingkan jumlah waktu untuk melakukan aktivitas bekerja maupun tidur. Ditunjang dengan hadirnya internet, media kini bertransformasi menjadi pusat perubahan diberbagai sektor. Adanya internet, melahirkan pemaknaan baru tentang media dan teknologi, yang tentunya mempengaruhi perkembangan informasi dan gaya hidup. 8
Ruben, Brent D, Stewart, Lea P, 2005, Communication and Human Behaviour, USA: Alyn and Bacon 9 http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_definisi_komunikasi 10 Veronis, Suhler & Assoc., 2002.
8
Adanya konvergensi media di dalam dunia digital teknologi, telah mengubah definisi media komunikasi tradisional menjadi sebuah media baru dalam “era digital” dengan adanya campur tangan internet di dalamnya. Adanya campur tangan internet di dalam media teknologi ini yang melahirkan istilah media baru atau new media. Oleh karena itu, internet merupakan salah satu fenomena yang terjadi di dalam perkembangan media. Dewasa ini, segala sesuatu berubah menjadi online, mulai dari mendownload lagu dan video, membeli buku, keterlibatan dengan dunia politik, bahkan e-commerce. Terdapat lebih dari 75% populasi di Indonesia menggunakan web dan internet sebagai salah satu sumber informasinya. Salah satu website yang digunakan untuk mengunduh lagu, Napster.com, merupakan salah satu website yang sering didatangi masyarakat hingga lebih dari 50 juta masyarakat setiap tahunnya11. Hal ini mempengaruhi perkembangan industri musik, terutama mengenai kasus hak cipta. Adanya fenomena ini kemudian membuat banyak industri musik untuk mulai masuk ke dalam ranah online untuk fasilitas pembelian musik. Dalam perkembangannya, komputer dan internet melakukan transformasi bisnis
untuk
dapat
mengontrol perkembangan
media dan
menghadapi
kemungkinan kompetitor yang akan merebut dominasi pasar. Hal ini dapat dilihat dari berbagai contoh, seperti Apple yang membantu perkembangan industri musik lewat adanya portable digital music player, yaitu iPod. Perusahaan penerbitan koran, Tribune Company melakukan transformasi dengan menghadirkan multimedia news company yang menggabungkan koran, televisi, dan internet12. Adanya perkembangan di dalam dunia teknologi, membuat banyak industri dan institusi publik untuk melakukan bisnis di dalam kompetisi online. Proses konsumsi publik mengalami perubahan yang signifikan setelah adanyanya campur tangan media baru di dalamnya. Sebuah survey mengatakan bahwa 50% pengguna internet mengaku menjadi lebih jarang menonton televisi 11
http://www.nettratings.com/sample.htm Straubhaar, Joseph and Robert LaRose. 2006. Media Now: Understanding Media, Culture, and Technology. California: Thomson Higher Education. 12
9
sejak hadirnya internet (Pew Reasearch Center, 2002). Konsumen internet muda berkisar umur 18 hingga 29 tahun mengaku bahwa lebih memilih untuk melihat perkembangan berita melalui internet dibandingkan melalui televisi atau koran (Pew Reasearch Center, 2004). Dan juga banyak dari konsumen internet mengaku lebih memilih untuk mengunduh musik secara online dibandingkan dengan membelinya di toko musik (Pew Reasearch Center, 2003). Dari survey tersebut dapat dilihat bahwa hadirnya media baru menjadi tantangan besar bagi media konvensional untuk meraih audiens yang lebih besar. Adanya perubahan di dalam konsumsi media, menjadikan masyarakat memiliki pilihan hidup baru dalam melakukan aktivitasnya dan juga kesempatan untuk menjadikan hidup lebih baik, terutama bagi masyarakat menengah. Namun tidak dapat dipungkiri juga bahwa adanya media baru juga mempengaruhi pola transaksi komunikasi masyarakat. hal ini menjadikan masyarakat lebih terbatas dalam melakukan komunikasi langsung, di saat banyak waktunya dihabiskan untuk penggunaan media baru. Hadirnya media baru menandakan bahwa akan berkembangnya penggunaan media di masa yang akan datang. Perkembangan penggunaan media baru, computer software dan media online, diperkirakan akan terus meningkat sebesar 20% setiap tahunnya berdasarkan adanya perkembangan ekonomi (BLS, 2004). Adanya fenomena ini yang kemudian memunculkan adanya istilah electronic commerce atau sering disebut sebagai e-commerce13. Kegiatan ecommerce ini menjadi dasar dari pengaplikasian terhadap berbagai macam online shopping. Seperti Amazon.com yang mengadaptasi toko buku namun secara online, dimana konsumen dapat memilih dan membeli buku dengan sistem pembayaran online. Terdapat beberapa macam jenis dari online shop itu sendiri, seperti eBay yang menggunakan konsep c to c (consumer to consumer) dimana konsumen dapat memilih dan membeli barang yang dijual oleh konsumen lainnya melalui media website yang membawahinya. Sama halnya juga dengan online shopping miliki Indonesia, Online Shopping Berry Benka. Online Shopping Berry 13
Electronic commerce adalah kegiatan komersial dengan penyebaran, pembelian, penjualan, pemasaran barang dan jasa melalui sistem elektronik seperti internet atau jaringan komputer lainnya. E-commerce dapat melibatkan trasfer dana elektronik, pertukaran data elektronik, sistem manajemen inventori otomatis, dan sistem pengumpulan data otomatis.
10
Benka merupakan suatu website yang menjadi wadah untuk para distributor menjual barangnya kepada konsumen. 1.5.3. Teori Pengaruh Website Dalam memahami dari adanya pengaruh tampilan website, perlu adanya pemahaman bahwa komunikasi interpersonal yang ada merupakan sebagai sebuah pengolahan informasi. Dari banyaknya teori yang dapat memungkinkan masuk ke dalam penelitian ini, menurut peneliti ada satu teori yang dinilai cukup sederhana dan mampu menjelaskan adanya pengolahan informasi dalam website dan orang yang mengaksesnya. Teori tersebut adalah teori cybernatic yang dasar ide tradisi ini diambil dari model matematik penyampaian signal dari Shannon dan Weaver (1949) yang memandang bahwa komunikasi sebagai suatu proses linier. Kemudian Shannon dan Weaver mengidentifikasikan tiga tingkat permasalahan dalam studi ilmu komunikasi, yaitu keakuratan simbol, ketepatan pentransmisian, dan keefektifan pengaruh. Secara umum kemudian Norbert Weiner (1967: 23) dengan konsep tentang feedbacknya, mencetuskan tradisi sibernetik ini dan mengantarkan pada pemahaman komunikasi sebagai penghubung bagian-bagian terpisah dalam suatu sistem, termasuk untuk komunikasi sosial. Teori sibernatik menjelaskan bahwa komunikasi sebagai suatu sistem dimana elemen yang terdapat di dalamnya saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu sama lain. tradisi ini berkaitan dengan proses pembuatan keputusan. Sistem ini bersifat terbuka sehingga perkembangan dan dinamika yang terjadi di lingkungan akan diproses dalam internal sistem. tradisi sibernatik dirasa masuk akal ketika issue yang memiliki hubungan dengan pikiran dan otak, rasionalitas, dan munculnya sistem yang kompleks. Dari adanya pemikiran setelah melakukan komunikasi interpersonal dengan bermediakan komputer, maka seseorang akan mencoba untuk mengolah informasi yang ada di pikirannya untuk kemudian melahirkan ketertarikan. Dari adanya ketertarikan tersebut kemudian seseorang akan terus melakukan aksi terhadap website dan terus melakukan interaksi karena dianggap memiliki banyak kesamaan karater dengan orang tersebut.
11
1.5.4. Brand Trust Kepercayaan adalah suatu elemen yang terwujud dari adanya hubungan yang mengandung ekspektasi dari suatu perlakuan (Chen and Chou, 2012). Kepercayaan menganggap bahwa sesuatu eksis dalam hubungan. Kepercayaan merupakan suatu kata ekspresi dalam hubungan dan menginginkan adanya kejujuran dalam proses negosiasi satu dengan yang lainnya (Baron et al, 2010, p. 32). Suatu hubungan sosial tidak dapat terwujud dengan baik jika tidak terdapat rasa kepercayaan di dalamnya (Lewis and Weigert, 1985). Kepercayaan adalah faktor yang paling dijunjung tinggi dalam setiap bentuk relasi sosial (Rempel, Holmes, and Zanna, 1985). Saat suatu hubungan mengandung adanya kepercayaan di dalamnya, akan memudahkan adanya koneksivitas satu sama lainnya, yang tentunya dapat menghasilkan resiko yang harus ditanggung (Baron et al, 2010). Brand trust menurut Journal of Product and Management, terbentuk oleh dua faktor yaitu brand reliability dan brand intention. Brand reliability didefinisikan sebagai kepuasan konsumen yang ditimbulkan dari adanya kompetisi merek tersebut, yang kemudian mempengaruhi pada peningkatan kepercayaan konsumen terhadap merek tersebut. Brand intention didefinisikan sebagai kepuasan konsumen yang mengakibatkan konsumen semakin yakin kepada suatu merek sehingga konsumen akan cenderung memilih merek tersebut dan tidak beralih kepada merek lainnya. Indikator dari mengukur kepercayaan terhadap suatu brand adalah brand characteristic, company characteristic, dan consumer brand characteristic. Dari ketiga indikator pengukuran tersebut sehingga dapat dijadikan dasar pengaruhnya terhadap brand trust dari suatu produk. Resiko didefinisikan sebagai elemen yang ikut berkontribusi dalam proses pengambilan keputusan yang akan mempengaruhi hasil dari pembelian. Resiko datang saat adanya efek negatif yang timbul di dalam proses transaksi (Luhmann, 1998). Resiko merupakan salah satu faktor penting di dalam hubungan kepercayaan. Di saat kepercayaan menjadi inti utama, maka disitulah terdapat
12
sebuah resiko (Kini and Choobineh, 1998; Baron et al, 2010). Dalam mempertimbangkan utnuk percaya atau tidak, seorang konsumen harus dapat tahu resiko apa yang akan timbul jika ia menjalankan proses transaksi. Di dalam transaksi fashion online, sangat mudah untuk terjadinya sebuah resiko. Hal ini dikarenakan konsumen tidak dapat menyentuh atau pun mencoba barang yang belum dibeli. Karena fashion berhubungan erat dengan kualitas barang, maka hal tersebut dapat menjadi permasalahn yang serius untuk memunculkan adanya resiko. Trust dapat dikatakan memegang peranan penting di dalam proses transaksi online, yang membutuhkan informasi personal yang terpercaya sebelum melakukan proses transaksi (Chen and Chou, 2012). Adanya informasi finansial adalah untuk menumbuhkan tingkat kepercayaan kepada konsumen, agar menghindari pelanggaran privasi serta meredam ketakutan yang adanya. Oleh karen itu, hal tersebut dapat meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap perusahaan (Chen and Chou, 2012). Konsumen yang berani untuk melakukan traksaksi online, harus dapat menerima konsekuensi negatif dari proses transaksi tersebut (McKnight and Chervany, 2001). Dengan melakukan transaksi secara online, internet dapat dijadikan sumber data dan informasi. Data menunjukkan bahwa pada tahun 2011, terjadi peningkatan yang cukup dratis terhadap penjualan secara online, hal ini dapat memperkuat persepsi bahwa konsumen tidak lagi takut untuk melakukan transaksi secara online (Mintel, 2012). Pengalaman konsumen dalam melakukan transaksi berkaitan erat dengan adanya tingkatan emosional, kognitif, sosial, dan fisik tertentu (Gentile, Spiller and Giulano, 2007: Verhoef, Lemon, Parasuraman, Roggeveen, Tsiros, Schlesinger, 2009). Pengalaman konsumen terbentuk dari adanya interaksi dan hubungan yang dibangun antara pembisnis dengan konsumen itu sendiri (Mascarenhas et al, 2006). Pengertian dari marketing sebagai “proses multifaset sosial” mengarahkan pada pengalaman konsumen sebagai alat penggerak dalam proses komunikasi. Pengalaman konsumen dapat dibangun dengan membentuk strategi pasar yang unik, dengan adanya campur tangan tinggi antara konsumen
13
dan bisnis itu sendiri, agar tercipta rasa dibutuhkan di dalam proses tersebut (Mascarenhas et al, 2006). Semakin tinggi interaksi yang dibangun oleh pembisnis, maka akan semakin tinggi pula perilaku konsumen di dalamnya. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen, yaitu faktor internal (subjektif, emosional, dan sosial) dan faktor eksternal (produk, pengalaman, dan interaksi) (Holbrook and Hirschman, 1982; Mascarenhas et al, 2006). Proses marketing telah ada sejak tahun 1980-an, dimana memberikan pengertian baru tentang adanya interaksi antara pembisnis dan konsumen, dengan memfokuskan pada pengalaman konsumen itu sendiri. Tujuan dari hubungan marketing tersebut adalah untuk membangun kepercayaan konsumen terhadap pembisnis tersebut, yang dapat dilihat dari meningkatnya jumlah pembelian konsumen terhadap produk (Baron et al, 2010). Pine dan Gilmore (1999) berpendapat bahwa salah satu cara dalam mewujudkan proses marketing yang berkepanjangan adalah dengan membangun pengalaman yang unik sehingga dapat menjadi top of mind konsumen. Di era ekonomi baru yang berbasis internet, membangun suatu kepercayaan merupakan hal yang penting. Dunia internet selain menyuguhkan aneka kemudahan juga menghadirkan aneka bentuk risiko. Diantaranya yang palign sering terjadi adalah penipuan secara online. Membangun kepercayaan inilah yang menjadi pilar penting pembangunan ekonomi internet saat ini. Mith Joel mengatakan bahwa Return Of Investment (ROI) di era ekonomi baru ini tidak lain adalah bagaimana membangun loyalitas konsumen yang berbasis kepercayaan14. Joel mengatakan terdapat beberapa cara untuk membangun kepercayaan di dalam ekonomi intgernet ini, yaitu antara lain adalah mengenai konsistensi. Konsistensi menjadi hal penting di dalam membangun kepercayaan konsumen, misalnya di dalam membangun sebuah blog bisnis. Konsistensi mempublikasikan konten menjadi hal yang wajib diperhatikan. Tidak hanya mengenai frekuensi konten yang diterbitkan, namun juga menyangkut tema-tema yang disajikan. Adanya konsistensi menunjukkan bahwa bisnis tersebut 14
Six pixels of separation. Mith Joel. (Business Plus: 2009)
14
dijalankan dengan serius, yang akan menumbuhkan kepercayaan dalam diri konsumen terhadap bisnis tersebut. selain konsistensi, perlu adanya sebuah etiket online, yaitu respon cepat dan jujur. Joel mengatakan bahwa adanya respon yang cepat dan jujur sangat diperlukan dalam memecahkan masalah atau menanggapi setiap komplain dari konsumen. 1.5.5. Online Shopping Berry benka Online Shopping Berry Benka merupakan salah satu e-commerce yang bergerak pada fashion retailer, dimana para konsumen dapat menemukan beberapa brand lokal dalam satu halaman yang rapi dan teratur. Didirikan oleh Ferry Tenka, salah satu pengusaha muda Indonesia, pada Agustus 201115. Ferry Tenka, yang sekaligus founder dan CEO Groupon Disdus Indonesia, mengawali penggunaan teknologi agar dapat membantu meminimalisir penggunaan kertas dalam pekerjaannya. Teknologi sangat membantu dirinya untuk berperilaku bijak kepada lingkungan. Sadar atau tidak, teknologi telah mengarahkan langkahnya untuk mendukung gerakan pro lingkungan16. Hal inilah yang mendorong dirinya untuk membangun beberapa online shopping, salah satunya adalah Online Shopping Berry Benka. Mengusung konsep yang menyerupai departement store, Online Shopping Berry Benka saat ini telah berkolaborasi dengan lebih dari 250 merek fashion lokal dan internasional. Situs belanja online ini menyediakan produk fashion dan aksesoris untuk perempuan muda dan belakangan mulai merambah industri fashion anak-anak, dimana setiap bulannya situs ini berhasil menarik sekitar lebih dari 600.000 pengunjung17. Berkomitmen untuk terus menyediakan produk fashion terkini bagi para wanita, Berrybenka menjual serangkaian produk fashion seperti dress, kemeja, kaos, jaket, tas, kalung, gelang, topi, hingga pakaian anakanak. 15 16
http://gadgetan.com/ferry-tenka-meninggalkan-groupon-disdus/35938 http://wartaekonomi.co.id/berita5228/ferry-tenka-pilih-gunakan-teknologi-dan-paperless.html http://idgeekgirls.com/berinvestasi-pada-berrybenka-gree-memasuki-industri-fashion-indonesia/
17
15
Online Shopping Berry Benka melayani transaksi pembayaran dengan menggunakan kartu kredit, online banking seperti KlikPay dan KlikBCA. Dengan bermodal tagline “Fashion Is Just A Click Away”, Online Shopping Berry Benka berusaha untuk menjadi tempat pemenuhan kebutuhan para perempuan muda dengan sistem pembelanjaan yang mudah dan menyenangkan. Kesuksesan Online Shopping Berry Benka sebagai salah satu online shopping terbesar di Indonesia, membuat banyak pemegang saham untuk ikut berinvestasi pada Online Shopping Berry Benka. East Venture yang merupakan firma venture capital yang berbasis di Singapura dan Indonesia, menyalurkan dananya pada Online Shopping Berry Benka
18
. Menurut CEO Online Shopping
Berry Benka, Jason J Lamuda, dana yang diberikan oleh East Venture tersebut akan digunakan untuk meningkatkan pilihan produk, menambah operasional dan tim internal, serta pemasaran19. Selain East Venture, GREE Ventures juga ikut menginvestasikan dananya pada Online Shopping Berry Benka. Ini merupakan investasi ketiga yang dilakukan oleh perusahaan Capital Ventures asal Jepang ini. Sebelumnya GREE Ventures juga telah melakukan investasi pada dua perusahaan Indonesia yaitu PriceArea dan Bukalapak20. Investasi yang dilakukan oleh GREE Ventures ini mendorong manajemen Online Shopping Berry Benka untuk merencanakan strategi yang lebih agresif. Diantaranya rencana untuk menambah jumlah produk dan kategori yang diimbangi dengan perluasan sistem logistik serta memperluas jangkauan wilayah dan target pasar. Belakangan ini investor asing semakin banyak yang ingin memasuki Indonesia dikarenakan bahwa nilai industri e-commerce di Indonesia pada tahun 2012 meningkat mencapai Rp 2,5 triliun21. Online Shopping Berry Benka merupakan salah satu pembuktian dari e-commerce yang diperhitungkan dimata para investor asing, terbukti dari adanya beberapa investor asing yang menanamkan dananya pada online shopping ini.
18
http://www.teknopreneur.com/kreatif-digital/east-venture-kucurkan-dana-ke-berrybenkacom-0 Ibid. 20 http://idgeekgirls.com/berinvestasi-pada-berrybenka-gree-memasuki-industri-fashion-indonesia/ 21 Ibid. 19
16
1.6. Kerangka Konsep Adanya konvergensi media di dalam dunia digital teknologi, telah mengubah definisi media komunikasi tradisional menjadi sebuah media baru dalam “era digital” dengan adanya campur tangan internet di dalamnya. Adanya campur tangan internet di dalam media teknologi ini, yang kemudian melahirkan istilah media baru atau new media. Dalam perkembangannya, media baru berkembang pesat dan diaplikasikan dalam setiap lini kehidupan. Salah satunya yang turut merasakan perkembangan pesat dari media baru yaitu kemunculan dunia baru dalam bidang ekonomi. Salah satunya yakni dengan adanya fenomena perkembangan ekonomi online yang kemudian memunculkan adanya istilah electronic commerce atau sering disebut dengan e-commerce. Kegiatan e-commerce ini menjadi dasar dari pengaplikasian terhadap berbagai macam online shopping. Pemasaran melalui online memungkinkan produsen dan konsumen bertemu secara tidak langsung namun tetap mencapai tujuan keduanya yaitu sebuah transaksi. Dimana setiap transaksi yang dilakukan secara tidak langsung juga mampu menimbulkan resiko. Di dalam transaksi fashion online, sangat mudah untuk terjadinya sebuah resiko. Hal ini dikarenakan konsumen tidak dapat menyentuh atau pun mencoba barang yang belum dibeli. karena fashion berhubungan erat dengan kualitas barang, maka hal tersebut dapat menjadi permasalahan yang serius untuk memunculkan adanya resiko. Untuk itulah penting bagi penyedia jasa online shopping tidak sekedar membangun jaringan pemasaran namun juga kepercayaan konsumen. Trust dapat dikatakan memegang peranan penting di dalam proses transaksi online, yang membutuhkan informasi personal yang terpercaya sebelum melakukan proses transaksi (Chen and Chou, 2012). Di era ekonomi baru yang berbasis internet, membangun suatu kepercayaan merupakan hal yang penting. Dunia internet selain menyuguhkan aneka kemudahan juga menghadirkan aneka bentuk resiko. Diantara juga yang paling sering terjadi adalah penipuan secara online. Membangun kepercayaan inilah yang menjadi pilar penting pembangunan ekonomi internet saat ini.
17
Sama halnya dengan online shopping milik Indonesia, Online Shopping Berry Benka. Online Shopping Berry Benka merupakan suatu website yang menjadi wadah untuk para pemasok yang menjual barangnya kepada konsumen. Online Shopping Berry Benka merupakan salah satu e-commerce yang bergerak pada fashion retailer, dimana para konsumen dapat menemukan beberapa brand lokal dalam satu halaman yang rapi dan teratur. Didirikan oleh Ferry Tenka, salah satu pengusaha muda Indonesia, pada Agustus 2011. Ferry Tenka, yang sekaligus fouder dan CEO Groupon Disdus Indonesia, mengawali penggunaan teknologi agar dapat membantu meminimalisir penggunaan kertas dalam pekerjaannya. Mengusung konsep yang menyerupai departement store, Online Shopping Berry Benka saat ini telah berkolaborasi dengan lebih dari 250 merek fashion lokal dan internasional. Situs belanja online ini menyediakan produk fashion dan aksesoris untuk perempuan muda dan belakangan mulai merambah industri fashion anak-anal, dimana setiap bulannya situs ini berhasil menarik sekitar lebih dari 600.000 pengunjung. Dengan mengetauhi kepercayaan konsumen terhadap Online Shopping Berry Benka, nantinya akan menjawab tidak hanya dalam bentuk proses pembangunan kepercayaan, namun juga mengarah kepada pengaruh-pengaruh yang menentukan kepercayaan konsumen terhadap suatu layanan bisnis online, dalam hal ini yang menjadi fokus yaitu kepercayaan konsumen terhadap situs Online Shopping Berry Benka.
1.7. Diagram Konsep Dari kerangka konsep tersebut, peneliti menyusun diagram konsep sebagai berikut:
18
Variabel X
Variabel Y
Website Online Shopping Berry Benka
Brand Trust Perempuan Provinsi DKI Jakarta terhadap Online Shopping Berry Benka
•Tampilan produk di Website Online Shopping Berry Benka •Variasi produk yang ditawarkan •Daya persuasi produk •Kejelasan deskripsi produk •kejelasan bentuk dan ukuran produk •Transaksi produk di Website Online Shopping Berry Benka •Kejelasan proses pemesanan produk •Kejelasan proses pembayaran produk •Kejelasan proses pengiriman produk
•Tampilan Website Online Shopping Berry Benka •Daya persuasi visual website •Daya persuasi talent produk •Daya persuasi slogan Online Shopping Berry Benka •Kejelasan isi slogan Online Shopping Berry Benka •Daya persuasi majalah online 'B Magazine' • Penggunaan social media yang terhubungan dari website •kemudahan berinteraksi lewat blog •kemudahan berinteraksi lewat twitter •kemudahan berinteraksi lewat facebook
•Repetisi •Frekuensi melihat Website Online Shopping Berry Benka
•Kepuasan konsumen yang didapat di Online Shopping Berry Benka dibandingkan dengan online shopping lainnya •Kepuasan ketepatan waktu datangnya produk •Kepuasan bentuk langsung produk
Variabel I Faktor-faktor non-website yang mempengaruhi brand trust Kepribadian Kecenderungan membeli produk di Online Shopping Berry Benka dibandingkan dengan online shopping lainnya Gaya hidup Usia Status ekonomi Profesi Kelompok rujukan Kecenderungan untuk merujuk pada teman Kecenderungan untuk merujuk pada lingkungan Iklan Pengalaman melihat iklan internet Pengalaman melihat iklan cetak
Pada diagram di atas merupakan rangkuman secara umum dari pola konsep yang digunakan di dalam penelitian ini. berdasarkan diagram tersebut dapat dilihat bahwa variabel independen atau variabel pengaruhnya adalah Website Online Shopping Berry Benka. Kemudian untuk variabel dependen atau variabel terpengaruhnya adalah brand trust dari persepsi perempuan di provinsi DKI Jakarta dari berbagai aspek produk yang ditawarkan melalui Website Online
19
Shopping Berry Benka. Selain itu, di dalam penelitian ini juga akan menjelaskan mengenai variabel Z, dimana merupakan variabel antara atau variabel yang dapat sekiranya dapat mempengaruhi variabel Y namun bukan termasuk di dalam variabel X. Variabel Z ini terdiri dari kepribadian, gaya hidup, dan stasus sosial.
1.8. Definisi Operasional 1.8.1. Website Online Shopping Berry Benka Website dari Online Shopping Berry Benka didefinisikan sebagai sender atau pegirim, dimana merupakan elemen yang terdapat dalam Computer Mediated Communication di teori Social Information Processing. Berikut adalah elemen yang terkandung dalam sender: a. Tampilan produk Produk merupakan elemen utama yang Online Shopping Berry Benka ingin sampaikan kepada konsumen. Produk merupakan tujuan awal dari konsumen untuk menjalin relasi dengan Online Shopping Berry Benka melalui website. Di dalam websitenya, Online Shopping Berry Benka menampilkan segala informasi yang berkaitan dengan kejelasan dari produk itu sendiri. Dalam penelitian ini, tampilan dari produk dibagi menjadi tujuh bagian, yaitu variasi produk, daya persuasi produk, kejelasan deskripsi produk, dan kejelasan bentuk dan ukuran produk. b. Transaksi produk Proses transaksi produk dalam sebuah online shopping sangat penting, hal ini dinilai karena dari elemen inilah yang memiliki porsi besar dalam membangun kepercayaan dari konsumen. Konsumen berhak untuk mengetahui dan mengerti bagaimana sebuah produk dapat dipesan, dibayar, dan produk yang telah dibeli kemudian dikirim untuk dapat diterima oleh konsumen. Terdapat tiga elemen yang dinilai, yaitu proses pemesanan produk, proses pembayaran produk, dan proses pengiriman produk. c. Tampilan website
20
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dalam teori social information processing,
website
merupakan
computer-mediated
communication
(CMC). Website menjadi medium dimana konsumen dapat membangun relasi dengan adanya pertukaran informasi dengan Online Shopping Berry Benka. Terdapat lima elemen ini dinilai dari tampilan website yaitu daya persuasi visual website, daya persuasi talent, daya persuasi slogan ‘Fashion Is Just A Click Away’, kejelasan makna slogan ‘Fashion Is Just A Click Away’, dan daya persuasi majalah online ‘B Magazine’. d. Penggunaan social media Website yang terhubung dengan social media dapat memberikan kemudahan bagi Online Shopping Berry Benka untuk dapat membangun relasi yang lebih dengan konsumen. Konsumen juga akan mendapatkan informasi seputar produk secara berkala sehingga konsumen dapat menjaga kepercayaannya pada Online Shopping Berry Benka. Terdapat tiga elemen yang dinilai yaitu kemudahan berinteraksi lewat blog, kemudahan berinteraksi lewat twitter, dan kemudahan berinteraksi lewat facebook. e. Repetisi Di dalam teori social information processing dijelaskan bahwa akan adanya perpanjangan waktu atau extended time dalam melakukan relasi yang kuat antara pengirim dan penerima. Dalam penelitian ini, frekuensi konsumen dalam mengakses website juga dinilai penting karena berpengaruh akan ketertarikan konsumen dengan website Online Shopping Berry Benka.
1.8.2. Brand Trust Brand trust diartikan sebagai kepercayaan konsumen terhadap sebuah brand dibandingkan dengan brand lainnya. Adanya brand trust ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu kesamaan karakter konsumen dengan produk, reputasi brand,
quality
of
information,
perceived
risk,
security,
dan
online
experiance.namun dari semua faktor tersebut yang paling mendominasi adalah
21
perceived risk dimana adanya sesuatu atau kepuasan yang didapat dari brand yang dirasakan oleh konsumen. Dalam penelitian ini brand trust akan diukur dari seberapa besar kepuasan konsumen yang didapat dari brand sehingga memiliki kemauan untuk melakukan transaksi lagi di Online Shopping Berry Benka.
1.8.3. Faktor Non-Website yang Mempengaruhi Brand Trust Faktor non-website yang mempengaruhi brand trust diartikan sebagai halhal yang terdapat di luar website yang mampu mempengaruhi brand trust. Terdapat beberapa faktor yang turut mempengarhui brand trust dari konsumen selain melalui website. Faktor-faktor tersebut terdiri dari gaya hidup, karakter pribadi, dan status sosial. Di dalam penelitian ini dinilai penting jika faktor-faktor ini turut diukur agar dapat memastikan faktor-faktor ini hanyalah fator pendukung yang tidak terlalu berpengaruh dibandingkan dengan website Online Shopping Berry Benka yang digunakan sebagai variabel pengaruh. a. Karakter pribadi Karakter merupakan aspek psikologis yang luas. Sangat sulit untuk mencari indikator terhadap aspek ini karena faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadian dan dampak dari karakter pribadi terhadap brand trust mencakup faktor psikologis, sosiologis dan ekonomi. Oleh karena itu, peneliti memutuskan untuk menyederhanakan indikator yang digunakan kedalam satu indikator yang dianggap paling relevan dengan perubahan perilaku akibat peluncuran sebuah produk. Indikator tersebut adalah kepuasan ketepatan waktu datangnya produk yang dipesan dan kondisi produk yang dipesan di Online Shopping Berry Benka. b. Gaya hidup Gaya hidup juga merupakan aspek yang sulit untuk diukur. Oleh karena itu, peneliti membatasi indikator ke dalam tiga indikator demografis yang secara garis besar dapat menggambarkan gaya hidup yaitu usia, status ekonomi serta profesi. c. Kelompok rujukan
22
Kelompok rujukan merupakan aspek sosial yang memiliki relevansi besar dengan perilaku konsumen. Untuk mengukur pengaruh dari dimensi ini terhadap brand trust Online Shopping Berry Benka, peneliti akan menggunakan
kecenderungan
untuk
merujuk
pada
teman
serta
kecenderungan untuk merujuk pada lingkungan sebagai indikator. d. Iklan Online Shopping Berry Benka Online Shopping Berry Benka juga menggunakan iklan dalam menjangkau targer konsumennya. Oleh karena itu, indikator yang digunakan untuk peneliti adalah pengalaman melihat iklan internet dan iklan cetak. 1.9. Operasionalisasi Konsep Variabel Variabel X:
Dimensi Tampilan produk
Indikator Variasi produk
Website Online
Daya persuasi produk
Shopping Berry Benka
Kejelasan deskripsi produk Kejelasan bentuk dan ukuran produk Kejelasan proses pemesanan produk Kejelasan proses pembayaran produk Kejelasan proses pengiriman produk Transaksi produk
Kejelasan proses pemesanan produk Kejelasan proses pembayaran produk Kejelasan proses pengiriman produk
Visual website
23
Daya persuasi website
Daya persuasi talent Daya persuasi slogan Kejelasan makna slogan Daya persuasi majalah online Social media
Kemudahan berinteraksi lewat blog Kemudahan berinteraksi lewat twitter Kemudahan berinteraksi lewat facebook
Repetisi
Frekuensi konsumen mengakses website
Variabel Y:
Kepuasan konsumen
Seberapa besar kepuasan
Brand Trust Online
konsumen sehingga ingin
Shopping Berry Benka
untuk melakukan transaksi lagi di Online Shopping Berry Benka
Variabel I:
Kepribadian
Kecenderungan membeli
Faktor-faktor non-
produk di Online Shopping
website yang
Berry Benka dibandingkan di
mempengaruhi brand
online shopping lainnya
trust Gaya hidup
Usia Status ekonomi Profesi
Kelompok Rujukan
Kecenderungan merujuk pada teman Kecenderungan merujuk pada lingkungan
Iklan
24
Pengalaman melihat iklan
internet Pengalaman melihat iklan cetak Tabel 1.1. Operasionalisasi Konsep
1.10. Hipotesis 1.10.1. Hipotesis Mayor Dalam penelitian ini, hipotesis mayor yang diambil oleh peneliti adalah sebagai berikut: H1
: Isi Website Online Shopping Berry Benka berpengaruh terhadap brand
trust Online Shopping Berry Benka di kalangan perempuan Provinsi DKI Jakarta. H0
: Isi Website Online Shopping Berry Benka tidak berpengaruh terhadap
brand trust Online Shopping Berry Benka di kalangan perempuan Provinsi DKI Jakarta. 1.10.2. Hipotesis Minor Untuk memperjelas hipotesis mayor tersebut, maka hipotesis minor yang diambil oleh peneliti adalah: 1. Semakin tinggi variasi produk, daya persuasi produk, kejelasan deskripsi produk, kejelasan bentuk dan ukuran produk, kejelasan proses pemesanan produk, kejelasan proses pembayaran produk, dan kejelasan proses pengiriman produk maka brand trust terhadap Online Shopping Berry Benka di kalangan perempuan Provinsi DKI Jakarta akan semakin besar. 2. Semakin tinggi kesamaan karakter konsumen dengan produk, reputasi brand, quality of information, perceived risk, security, dan online experiance dalam website Online Shopping Berry Benka maka brand trust terhadap Online Shopping Berry Benka di kalangan perempuan Provinsi DKI Jakarta akan semakin besar. 3. Tidak ada pengaruh dari faktor-faktor non-website terhadap brand trust Online Shopping Berry Benka di kalangan perempuan Provinsi DKI Jakarta.
25
1.11. Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian kuantitatif dengan metode survey. Metode survey merupakan suatu cara melakukan penelitian di mana indikator mengenai variabel adalah jawaban-jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan kepada responden, baik secara lisan maupun tertulis. Menurut Singarimbun (1989: 3), penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Survei juga dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mengumpulkan dan menganalisis data dengan menerapkan teknik pengumpulan data yang tersetruktur dan detail dengan melibatkan sampel yang luas dan representatif, yang diorientasikan untuk menarik generalisasi dari sampel kepada populasi. Penelitian dengan menggunakan metode survei dilakukan dengan tujuan untuk memahami karakteristik dari suatu populasi dengan mengambil suatu sampel, sehingga dari penelitian terhadap sampel dari populasi tersebut nantinya akan dapat menerangkan suatu fenomena atau peristiwa sosial22. Peneliti tidak berusaha untuk mengatur atau menguasai situasi, sehingga perubahaan dalam variabel adalah hasil dari peristiwa yang terjadi. 1.11.1. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi adalah sebuah wilayah yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Singkatnya, populasi adalah keseluruhan anggota individu yang berada dalam suatu ekosistem. Populasi dari penelitian ini adalah masyarakat perempuan Provinsi DKI Jakarta yang biasa untuk mengkonsumsi produk Online Shopping Berry Benka. Populasi akan dibatasi dengan tenggang usia dari 17 – 35 tahun di Provinsi DKI Jakarta dengan SES A-C. 22
Singarimbun dkk. 1989. Metode Penelitian Survay. Kota Jakarta: PT Pustaka LP3ES Indonesia. hal.16
26
b. Sampel Sampel adalah sebagian anggota populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur
tertentu
sehingga
diharapkan
dapat
mewakili
populasinya.23
Pengambilan sampel dilakukan karena tidak mungkin peneliti melakukan penelitian terhadap setiap anggota yang ada pada populasi yang sangat besar pada penelitian kali ini, karena akan membuang banyak waktu, biaya serta tenaga. Sampel yang diambil harus benar- benar representatif, karena hasil akhir dari penelitian terhadap sampel akan digeneralisasikan dan diberlakukan kepada populasi. Sampel yang akan diambil adalah sebanyak 400 orang.
1.11.2. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel adalah cara untuk mengambil sampel yang representatif dari populasi yang telah ditentukan. Apapun teknik yang dipakai harus dapat menghadirkan keterwakilan populasi, mengarah pada representative sample, mengacu pada research question atau research problem, serta memperhitungkan tujuan serta kemampuan tenaga, kemampuan dan waktu peneliti24. Pengambilan sampel pada penelitian kali ini dilakukan dengan menggunakan teknik nonprobability sampling. Menurut Sugiyono, teknik nonprobability sampling didefinisikan sebagai metode pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel25. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling, yaitu pemilihan sampel dengan menggunakan pertimbangan tertentu26. Kriteria sampel adalah wanita propinsi DKI Jakarta dengan rentan umur 17 – 35 tahun yang pernah melakukan transaksi di Online Shopping Berry Benka. Besarnya sampel dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut: 23
BPPI dan PKMBP Yogyakarta. 2008. Metodologi Riset Komunikasi. Yogyakarta. Nunung Prajarto. 2010. Metode Survei Untuk Penelitian Komunikasi. Yogyakarta: FISIPOL UGM. hal. 98. 25 Sugiono, 2006, Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung, hlm. 45. 26 Ibid, hln.46. 24
27
n = z2 . p(1 – p) E2 Dimana: N
= Jumlah sampel minimal
P
= Proporsi populasi
z2
= Nilai pada sampel
E2
= Error Jumlah populasi dalam penelitian ini tidak diketahui, maka harga p(1 – p)
maksimal adalah 0,25. Besarnya sampel bila menggunakan confidence level 95% dengan tingkat kesalahan tidak lebih dari 10% adalah: n = 1,962 (0,25) 0,12 n = 100 orang.
1.11.3. Variabel Variabel merupakan konsep yang telah diberi nilai, dan berfungsi sebagai suatu pembeda. Menurut Bouma (1993), untuk keperluan suatu penelitian variabel harus diartikan sebagai konsep yang memiliki keragaman jumlah serta jenisnya dan dapat diukur. Disamping itu, antara satu variabel dengan variabel yang lain akan saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Oleh karenanya, sebelum menentukan variabel terlebih dahulu harus diketahui apa yang menjadi konsep pada suatu penelitian. Variabel independent : Website Online Shopping Berry Benka. Variabel dependent
: Brand trust perempuan Provinsi DKI Jakarta terhadap Online Shopping Berry Benka.
Variabel antara
: Faktor non-website yang dapat mempengaruhi brand trust.
1.11.4. Teknik Pengumpulan Data 28
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah teknik kuisioner dengan skala nominal dan ordinal. Teknik ini dipilih agar peneliti dapat dengan mudah mendapatkan data kuantitatif yang dibutuhkan dalam jumlah besar.
1.11.5. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini, metode analisis data yang akan digunakan adalah analisis regresi. Analisis regresi sendiri merupakan studi ketergantungan satu atau lebih variabel bebas terhadap variabel tidak bebas dengan maksud untuk meramalkan nilai variabel tidak bebas. Artinya, dengan menggunakan analisis regresi, kita bisa menganalisis apakah ada hubungan kausalitas antara satu variabel dengan variabel lainnya. Hal ini sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian ini dimana peneliti mencoba menganalisis apakah ada hubungan antara website Online Shopping Berry Benka dengan brand trust Online Shopping Berry Benka di Provinsi DKI Jakarta. Persamaan regresi adalah sebagai berikut: Y = a + bX + Metode analisis ini diambil karena peneliti tidak hanya ingin mengetahui apakah ada pengaruh dari variabel X dan variabel Z terhadap variabel Y, tetapi peneliti juga ingin mengukur kekuatan pengaruh dari masing-masing elemen variabel X dan variabel Z. Melalui analisis regresi berganda, peneliti bisa mengetahui nilai koefisien regresi dari setiap variabel independen. Dari situ, peneliti dapat mengetahui elemen-elemen apa saja yang memiliki pengaruh besar dan elemenelemen apa saja yang memiliki pengaruh terbatas. Untuk mempermudah penghitungan, peneliti akan menggunakan aplikasi SPSS v.20.
1.11.6. Pengujian Instrumen Instrumen penelitian (kuesioner) harus memenuhi uji validitas dan realibilitas. a. Uji Validitas Uji validitas dalam penelitian ini dijelaskan sebagai suatu derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang isi atau arti sebenarnya yang diukur.
29
Suatu instrumen dianggap valid apabila mampu mengukur apa yang diingkan yaitu ketepatan dalam pengukuran. Dalam penelitian ini pengujian dilakukan menggunakan korelasi pearson yang dijalankan dengan program SPSS v.20. Butir pertanyaan atau item pertanyaan dinyatakan valid bilamana harga rxy > r tabel. r tabel dicari dengan cara melihat tabel atau r hitung > r tabel, dalam penelitian ini untuk mengujinya digunakan taraf signifikasi α= 5%. b. Uji Realibilitas Pada penelitian ini, reliabilitas dilakukan terhadap 32 responden awal sebagai uji coba. Reliabilitas adalah kemampuan suatu instrumen menunjukkan kestabilan dan konsistensi dalam mengukur konsep. Adapun pengujian ini didasarkan pada nilai Cronbach alpha dengan taraf nyata 5%.
30