BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat dunia tengah menikmati era teknologi, Indonesia turut merasakan dampaknya. Akses internet kini sudah menjangkau berbagai daerah di Indonesia. Menurut Ardianto dan Erdinaya (2004:141), sekarang internet telah berkembang menjadi ajang komunikasi yang sangat cepat dan efektif sehingga telah menyimpang jauh dari misi awalnya. Dewasa ini, internet telah tumbuh menjadi sedemikian besar dan berdaya sebagai alat informasi dan komunikasi yang tidak dapat diabaikan. Penetrasi internet di Indonesia pun terus merangkak naik. Tingkat penetrasi internet yang hanya sebesar 8% di tahun 2005, sudah meningkat lebih dari dua kali lipatnya menjadi sebesar 17% di tahun 2009 (The Nielsen Company Indonesia, 2010). Data ini menunjukkan bahwa internet adalah media yang secara konsisten terus tumbuh secara signifikan dari tahun ke tahun. Media ini muncul sebagai salah satu media yang paling sering diakses di Indonesia setelah televisi dan telepon seluler (The Nielsen Company Indonesia, 2010). Hal ini sudah diprediksi satu dekade sebelumnya yang mana internet mampu menjadi substitusi media konvensional, seperti media cetak: “As internet penetration increased 1000% during the 1990s, the phenomenon of media substitution between online and offline modalities topped academic and industry research agendas. This is particularly evident in the realm of news, which was listed as the most popular online activity, selected by most internet users.” (Veronis, Suhler, & Associates: 1998)
Membaca berita melalui internet mulai menjadi aktivitas yang umum. Sebab, internet yang tak mengenal batas geografis juga menjadikannya sebagai sarana ideal penyebaran informasi (Sutanta,
1
2005:540). Terdapat berbagai situs portal berita online yang dapat kita baca sehari-hari. Seperti pernyataan sebagai berikut: “Online readers used online options to go directly to news that interested them.” (Lin, Salwen, dan Abdulla: 2005)1
Mengaitkan hal ini dengan nilai berita, berita yang termuat dalam situs portal berita online memiliki keunggulan yang tidak dapat terbantahkan dari sisi aktualitas. Sebagai contoh, berita gempa yang terjadi di Kebumen pukul 23.14 WIB dapat diketahui pembaca pada pukul 23.40 WIB.2 Berikut berita terkait dalam news.detik.com:
Gempa Kembali Guncang Kebumen, Kali Ini Berkekuatan 5,3 SR Fajar Pratama – detikNews
Jakarta - Wilayah Kebumen dan sekitarnya kembali diguncang gempa. Kali ini guncangan itu berkekuatan 5,3 SR. Berdasarkan informasi dari BMKG, gempa tersebut terjadi di 68 KM sebelah barat daya Kebumen, Senin (27/1/2014), pukul 23.14 WIB. Gempa terjadi di kedalaman 33 Km. BMKG tidak mengeluarkan peringatan dini terjadinya gelombang tsunami. Pada Sabtu pekan lalu, terjadi gempa di sekitaran Kebumen yang dirasakan sampai Yogyakarta dan wilayan lain. Gempa di Kebumen itu terjadi pada pukul 12.14 WIB. BMKG merevisi skala besaran gempa dari 6,5 SR menjadi 6,2 SR. Kedalaman gempa juga direvisi dari 48 km ke 79 km. Gempa tidak berpotensi tsunami.
1
Dalam jurnal Caroly Lin, Michael B. Salwen, dan Rasha A. Abdulla berjudul “Uses and Gratifications of Online and Offline News: New Wine in an Old Bottle” 2 Seperti yang tertera pada http://news.detik.com/read/2014/01/27/234016/2480026/10/gempa-kembaliguncang-kebumen-kali-ini-berkekuatan-53-sr
2
"Setelah menerima laporan dari berbagai stasiun pemantauan, update per jam 12.38 WIB, informasi magnitude 6,2 SR posisi di 8.22 LS-109.22 BT dengan kedalaman 79 km," kata petugas ruang operasional gempa BMKG, Novita sebelumnya.
Artinya, tidak sampai hitungan jam, berita dapat terpublikasi. Hal ini tentu tidak berlaku pada berita dalam media lain, seperti majalah yang terbit harian, mingguan, bahkan bulanan. Informasi yang disajikan oleh situs portal berita online sangat hangat dan baru. Meneruskan contoh tadi, dalam berita gempa di Kebumen yang termuat dalam news.detik.com hanya terdapat informasi dari BMKG. Berita tersebut bahkan tidak mencantumkan arti singkatan BMKG. Praktis, hanya dua paragraf yang berisi informasi baru. Dua paragraf berikutnya justru menceritakan bencana gempa yang sebelumnya terjadi. Berita ini juga membuktikan bahwa informasi yang mereka sebarkan masih memerlukan revisi dari narasumber sebab proses verifikasi informasi terbilang singkat. Memang, aturan editorial dan gatekeeping yang dipakai oleh situs portal berita online tentu berbeda dengan media tradisional. Waktu yang disediakan untuk melakukan editorial dan gatekeeping pun jauh lebih singkat dibanding koran, majalah, dan media cetak lainnya. Dapat disimpulkan, kecepatan memang diutamakan oleh situs portal berita online untuk menarik perhatian pembaca. Aktualitas berita yang mampu disediakan ini menjadi kelebihan tersendiri. Di sisi lain, menurut Flanagin & Metzger (2000:515), terdapat potensi arus informasi
yang tanpa pengecekan ulang sehingga
kemungkinan informasi baik sengaja atau tidak sengaja tidak akurat, bias, atau menyesatkan. Informasi yang salah, tentu saja bukanlah hal baru
3
dalam internet. Padahal penelitian menunjukkan bahwa orang-orang sangat bergantung pada internet untuk mengumpulkan informasi.3 Flanagin & Metzger (2000:516) menemukan bahwa internet digunakan untuk “mendapatkan informasi” lebih dari buku, majalah, televisi, surat kabar, telepon, surat elektronik, atau komunikasi tatap muka. Selain itu, mencari informasi adalah motif terkuat untuk penggunaan internet dalam penelitian mereka. Informasi tersedia lebih banyak
dan
lebih
beragam
dalam
internet.
Tampaknya,
arah
ketergantungan pada internet akan semakin besar. Teknologi baru dalam internet juga membuatnya berbeda dengan media
konvensional
lain.
Beacham
menyebutkan4,
“Internet
merepresentasikan revolusi informasi yang sebenarnya. Satu-satunya yang mencabut filter pemerintah dan korporat yang sudah lama berada pada media massa tradisional.” Kebebasan informasi dalam internet ini menambah potensi kekeliruan atau eksploitasi. Tidak dapat dipungkiri, pemain baru dalam kancah media ini berbeda dari teknologi lain yang digunakan untuk pencarian informasi dengan cara kunci yang dapat mempengaruhi kehandalan, kredibilitas, dan kejujuran sebagai sumber informasi. “Whereas newspapers, books, magazines, and television all undergo certain levels of factual verification, analysis of content, and editorial review, by and large Internet information is subject to no such scrutiny.” (Flanagin & Metzger, 2000:516)
Sejak awal kemunculan internet dengan berita-beritanya, berbagai prediksi buruk kerap menghampiri. Seperti Johnson & Kaye (1998) yang memprediksi berita online akan bermasalah di masa depan karena akurasi konten, kurang dapat dipercaya, dan hal memprihatinkan lainnya.
3
Adrienne W. Fawcett, "Online Users Go for Facts over Fun," Advertising Age, 14 October 1996, 46 4 Frank Beacham, "Questioning Technology: Tools for the Revolution," Media Culture Review 4 (1995): 6,18
4
Sayangnya, prediksi ini masih minim diteliti, terlebih pada situs portal berita online yang ada di Indonesia. Prediksi
tersebut
berbicara
mengenai
kredibilitas.
Topik
kredibilitas selalu menjadi isu dan perdebatan oleh para profesional media dalam Online Journalism Review (http://ojr.usc.edu). Isi berita dalam situs portal berita online lebih dipertanyakan kebenarannya dibanding media cetak. Sedikit pula studi yang telah memeriksa persepsi masyarakat terhadap kredibilitas informasi yang ditemukan dalam internet.5 Hal ini menimbulkan permasalahan dan memicu pertanyaan mengenai kredibilitas situs portal berita online, khususnya yang berada di Indonesia. Situs portal berita di Indonesia saat ini kian menjamur. Popularitas mereka juga tidak bisa dibantah lagi. Berdasarkan Alexa.com6, setidaknya terdapat empat situs portal berita online nasional yang menjadi bagian dari 20 situs dengan peringkat terbaik. Perlu menjadi catatan, ranking tersebut sudah memasukkan situs-situs internasional seperti Google, YouTube, dan Facebook. Maka tidak salah apabila penelitian ini akan menitikberatkan pada situs portal berita online nasional yang terbukti mampu memikat khalayak di Indonesia. Salah dua dari situs portal berita online nasional terpopuler adalah Kompas.com dan Viva.co.id. Kompas adalah surat kabar harian terlaris yang melebarkan sayap dalam dunia maya melalui Kompas.com. Dengan berani, Kompas.com mengaku sebagai portal berita Indonesia terkemuka yang menyajikan berita paling kredibel. Slogan ini tentu didukung oleh fakta bahwa Kompas.com merupakan bagian dari konglomerasi media.
5
Thomas J. Johnson & Barbara K. Kaye, “Cruising Is Believing? Comparing Internet and Traditional Sources on Media Credibility Measures” Journalism & Mass Communication Quarterly 75 (1998):325-40 ; John W. Mashek, Lethargy ’96: How the Media Covered a Listless Campaign [Arlington, VA: The Freedom Forum, 1997] ; Pew Research Center for the People and the Press, The Internet News Audience Goes Ordinary 6 Situs pemeringkat web yang memberikan analisis website
5
Kompas.com berada di bawah naungan Kompas-Gramedia Group yang berdiri sejak tahun 1965. Pada penelitian lain, situs portal berita yang paralel dengan media konvensional, seperti The New York Times online, memiliki kebijakan editorial yang mapan dan secara positif mempengaruhi persepsi kredibilitas informasi.7 Sementara Viva.co.id yang relatif baru pun mampu unjuk gigi dalam persaingan media. Lebih menarik lagi, Viva.co.id jelas memiliki latar belakang politik pada perkembangannya. Pemilik situs portal berita online ini memang politikus salah satu partai besar di Indonesia. Bahkan, pemilik Viva.co.id ini juga sempat mencalonkan diri sebagai Presiden Republik Indonesia periode 2014-2019, meski pada akhirnya berkoalisi dengan calon Presiden lain. Kedua situs portal berita online tersebut layak menjadi objek pada penelitian kredibilitas ini. Selain mengetahui kredibilitas media, penelitian ini juga bertujuan untuk “helping regular people be heard”.8 Masyarakat tentu berhak menyuarakan apa yang mereka pikirkan dan rasakan tentang suatu topik. „Suara‟ mereka ini dapat menjadi alat pengukuran tersendiri. Sekaligus membantu kultur untuk memahami satu sama lain, karena memberikan kesempatan pada orang lain untuk „berbicara‟. Bukan hanya membiarkan sosok vokal yang berbicara dan mewakili semuanya. Wilfrit Sanders dari The Canadian Institute of Public Opinion memberi suatu gambaran bahwa apabila kita ingin mencoba rasa sepanci sayur sop, maka kita tentu saja tidak perlu memakan sepanci sayur sop tersebut. Hal ini kiranya dapat kita ambil satu sendok saja, dan sudah
7
Pew Research Center for the People and the Press, The Internet News Audience Goes Ordinary 8 http://media.gallup.com/muslimwestfacts/PDF/PollingAndHowToUseItR1drevENG.pdf (Akses tanggal 4 November 2013. Gallup Poll adalah perusahaan peneliti polling opini publik yang berlokasi di Princeton, New Jersey, Amerika Serikat.)
6
cukup untuk dapat menentukan atau menyimpulkan rasa sayur sop yang sepanci tersebut (Djoenasih S. Sunarjo, 1984:44). Untuk itu, penelitian ini memilih mahasiswa-mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa populasi yang dipilih memiliki pengetahuan dasar untuk menilai kredibilitas media yang menjadi objek penelitian. Serta berdasarkan fakta bahwa khalayak muda juga lebih mungkin untuk beralih ke internet demi membaca berita. Hampir setengah dari mereka yang berada di bawah usia 30 tahun memutuskan online untuk membaca berita setidaknya sekali seminggu.9 Kredibilitas media dan kelompok umur secara konsisten memiliki hubungan terkait penilaian kredibilitas. Secara umum, pembaca yang berusia muda dan kurang berpendidikan cenderung menerima liputan berita dan mengevaluasi media sebagai kredibel.10 Pembaca berusia 18-24 tahun kemungkinan besar menilai media berita adalah sangat dipercaya.11 Hasil-hasil studi tersebut merujuk pada pemilihan responden pada penelitian ini. Kredibilitas media di mata mahasiswa-mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi perlu segera diteliti. Sebab mahasiswa-mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi diasumsikan memiliki kepekaan lebih tinggi pada kredibillitas media dibanding jurusan lainnya. Informasi hanya semakin banyak dan bertambah dalam situs portal berita online nasional. Tentu penting mencari tahu apakah pembaca menganggap institusi-institusi media yang menjadi objek penelitian kredibel atau tidak. Terlepas dari apakah informasi-informasi itu akurat dan komprehensif atau tidak.
9
Pew Research Center, "Internet Sapping Broadcast News Audience." Ronald Mulder, “A Log-Linear Analysis of Media Credibility,” Journalism Quarterly 58 (winter 1981): 635-38 11 Michael J. Robinson and Andrew Kohut, “Believability and the Press,” Public Opinion Quarterly 52 (summer 1988): 174-89. 10
7
Kredibilitas media perlu diukur untuk menentukan perspektif publik. Persepsi pembaca inilah yang dapat menjadi catatan tersendiri untuk dunia portal berita online yang semakin berkembang ini.
1.2. Rumusan Masalah Selayaknya situs portal berita online pada umumnya, Kompas.com dan Viva.co.id mampu menyajikan berita dengan aktualitas tinggi. Di sisi lain, situs portal berita online juga dikenal rentan mempublikasikan berita yang kurang akurat dan kurang lengkap. Dengan kata lain, kredibilitas mereka patut dipertanyakan. Selain itu, Kompas.com dan Viva.co.id memilki latar belakang dan karakteristik tersendiri sebagai salah satu media online di Indonesia. Bagaimana perbedaan kredibilitas media tersebut di mata publik mahasiswa?
1.3. Tujuan Penelitian Untuk mendapatkan gambaran mengenai kredibilitas media menurut persepsi mahasiswa-mahasiswi pembaca situs-situs portal berita online nasional.
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Akademis Penelitian diharapkan dapat menjadi rujukan, dan berkontribusi untuk penelitian karya ilmiah selanjutnya yang berkaitan dengan situs portal berita online. 1.4.2. Manfaat Praktis
8
Penelitian ini diharapkan dapat menemukan persepsi pembaca terhadap kredibilitas situs portal berita online nasional populer di Indonesia.
1.5. Kerangka Pemikiran 1.5.1. Pembaca Online sebagai Audiens Aktif Pembaca media online, dalam hal ini pembaca Kompas.com, dan Viva.co.id, tentu dapat dianggap sebagai audiens aktif. Mereka sendiri yang memilih untuk membaca berita-berita dalam situs portal berita online tersebut. Kelompok ini lebih selektif dalam menerima pesan-pesan media, mereka juga selektif dalam memilih dan menggunakan media (Littlejohn & Foss, 2005:333). Untuk menegaskan hal ini, dapat dilihat ciri-ciri audiens aktif yang sudah dirumuskan oleh beberapa ahli. Ada baiknya konsep audiens aktif ini dijelaskan sesuai perkembangannya. Jay G. Blumber (1979) menyugestikan beberapa hal terkait kegiatan audiens dimana konsumen media bisa terlibat. Pertama, media memiliki
kegunaan
bagi
orang-orang,
dan
orang-orang
dapat
menempatkan media untuk digunakan. Ini disebut utilitas. Kedua ialah intensionalitas yang terjadi ketika motivasi menentukan konsumsi konten media. Jenis ketiga kegiatan audiens disebut sebagai selektivitas, yang berarti bahwa penggunaan audiens mencerminkan minat dan preferensi mereka. Terakhir, imperviousness of influence yang artinya audiens membangun makna mereka sendiri dari konten media. Makna ini dapat mempengaruhi apa yang mereka pikirkan dan mereka lakukan. Mereka sering secara aktif menghindari pengaruh media. Sebagai contoh, ada audiens yang tidak agresif kepada orang lain, meskipun mereka sangat menikmati film atau acara televisi dengan genre aksi dan petualangan. Sementara
Mark
Levy
dan
mengemukakan:
9
Sven
Windahl
(1985:110)
“Istilah aktivitas audiens mendalilkan orientasi voluntaristik dan selektif oleh khalayak terhadap proses komunikasi. Secara singkat, itu menunjukkan bahwa penggunaan media yang dimotivasi oleh kebutuhan dan tujuan yang ditetapkan oleh audiens sendiri, dan bahwa partisipasi aktif dalam proses komunikasi dapat memfasilitasi, membatasi, atau mempengaruhi kepuasan dan efek yang berhubungan dengan paparan. Pemikiran terkini juga menunjukkan bahwa aktivitas audiens terbaik dikonseptualisasikan sebagai konstruk variabel, dengan khalayak menunjukkan berbagai jenis dan derajat aktivitas.”
Frank Biocca memiliki lima karakteristik dari audiens aktif.12 Pertama adalah selektivitas. Audiens aktif dipandang selektif dalam memilih media yang mereka gunakan. Karakteristik kedua adalah utilitarianisme yang mana audiens aktif dikatakan menggunakan media untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan tertentu. Karakteristik ketiga ialah intensionalitas yang berarti tujuan dari penggunaan konten media. Berikutnya adalah keterlibatan atau usaha. Di sini, audiens secara aktif „menghadiri‟, memikirkan, dan menggunakan media. Terakhir, audiens aktif diyakini tahan terhadap pengaruh atau tidak mudah dibujuk oleh media. Berbagai pemikiran mengenai audiens aktif ini sudah sesuai dengan pembaca online. Mereka sendiri yang aktif untuk memakai media dalam memenuhi kebutuhan dan tujuan pribadi. Di sisi lain, mereka juga memiliki kekuasaan untuk tidak terpengaruh oleh media beserta kontenkonten yang disajikan. Wajar, Richard West dan Lynn Turner (2010:401) menyiratkan bahwa pengguna internet jelas dikategorikan aktif. Hal ini tentu juga berlaku bagi pengguna internet yang membaca situs-situs portal berita online.
1.5.2. Situs Portal Berita Online sebagai Bentuk Jurnalisme Kontemporer 12
Frank A. Biocca, “Opposing Conceptions of the Audience: The Active and Passive Hemispheres of Mass Communication Theory” dalam Communication Yearbook 11, ed. J. A. Anderson (Newbury Park, CA: Sage, 1988), halaman 51-80
10
Sebelum era teknologi, manusia dapat menikmati praktik jurnalisme dalam media-media konvensional, seperti media cetak. Kehadiran internet mulai mengubah kebiasaan ini. Pasalnya, jurnalisme juga dapat ditemukan dalam teknologi mutakhir ini. De Wolk (2001) mendeskripsikan jurnalisme online sebagai berita dan informasi berkualitas yang tertampil dalam internet atau world wide web. “Ini adalah tipe baru jurnalisme karena memiliki sejumlah fitur dan karakteristik yang berbeda dari jurnalisme tradisional. Fitur-fitur uniknya mengemuka dalam teknologinya, menawarkan kemungkinan-kemungkinan tidak terbatas dalam memproses dan menyebarkan berita.” (Septiawan Santana, 2005:137) “Online journalism sites have been an important part of the Internet’s growth, and media-related sites consistently rank among the most visited on the Internet.” (James Foust, 2005: 1)
Deuze (2003) mengidentifikasi jurnalisme online menjadi empat, yakni (1) situs berita mainstream, (2) situs indeks dan kategori, (3) situs meta dan komentar, dan (4) situs share dan diskusi. Dalam studinya, Deuze mengemukakan bahwa situs portal berita mainstream tidak jauh berbeda dengan jurnalisme media cetak dan pendekatannya dengan penceritaan jurnalistik, nilai berita, dan hubungan dengan audiens. Meski masih berusia muda, jurnalisme online menawarkan berbagai kelebihan yang mampu menandingi jurnalisme media konvensional. Menurut Weir (2000:35), karakteristik yang paling luar biasa dari media baru ini adalah kecepatannya secara keseluruhan, yang menarik sekaligus menakutkan. “Speed, accuracy and truth could also be affected on the internet as technology and marketing could take precedence over journalism.” (Herbert, 2001:9)
Praktik jurnalisme online dalam situs portal berita online ini tentu menjadi daya tarik bagi pembaca berita. Dengan mengutamakan kecepatan, berita-berita dalam internet ini selalu aktual. Menurut James Foust (2005:2), kehadiran situs media internasional, nasional, regional, dan lokal menyebabkan orang-orang dimana saja tetap mengetahui hal-hal
11
yang sedang terjadi di tempat lain. Hal ini sesuai dengan karakter jurnalisme yang berupaya menyebarkan informasi. Terlebih lagi, situs portal berita online ini mampu menyajikan berita-berita dalam kondisi hangat. “Journalism is about what’s new, and the Web provides the capability to update information continually.” (James Foust, 2005:15) “The Internet allows information to be published almost instantaneously. A text-based only story, for example, can be made available to the audience immediately, with no lag time for printing or physical distribution. The newspaper’s audience no longer has to wait until the next morning for information about breaking news.” (James Foust, 2005:11-12)
Menurut Waldfogel (2002), meta-analisis dari kompetisi antar media menemukan bahwa internet mengganti surat kabar dan gerai penyiaran sebagai sumber berita. Tren ini tentu disebabkan oleh kemunculan situssitus portal berita online yang menarik perhatian khalayak luas. Dengan kata lain, situs portal berita online adalah wajah dari jurnalisme media baru. Indonesia sendiri sudah memiliki situs-situs portal berita online dengan popularitas tinggi. Para pengelola dari situs-situs tersebut dapat disebut sebagai pelaku jurnalisme. “Today it can be said that the Internet is a journalist’s medium. The Internet not only embraces all the capabilities of the older media (text, images, graphics, animation, audio, video, real-time delivery) but offers a broad spectrum of new capabilities.” (John V. Pavlik, 2001:3)
Sebagai bentuk dari jurnalisme baru, sudah sewajarnya bila jurnalisme online mendapatkan porsi lebih besar dalam dunia riset. Evaluasi dan analisis mengenai eksistensi jurnalisme kontemporer ini perlu dikaji lebih lanjut.
1.5.3. Kualitas Berita Online Studi kredibilitas pada informasi yang beredar di internet terkonsentrasi pada kualitas berita atau informasi politik, tanpa menyertakan tipe-tipe informasi lainnya. Situs portal berita online
12
menyajikan berita-berita dengan aktualitas tinggi. Kelebihan ini tentu menimbulkan kekurangan pada sisi lainnya. Seperti yang dikatakan oleh James Foust (2005:6): “The internet has become well known for hoaxes and other inaccurate information. Thus, journalists have an even greater responsibility to check and double-check information, especially if that information comes from an Internet source.”
Selain itu, masih menurut James Foust (2005:15): “Typographical errors, misspellings, poor grammar and other cues that normally indicate an unprofessional or sloppily produced Web site. Remember that journalism must strive for accuracy and factuality in both large and small issues. That’s one reason journalistic organizations have editors to check the work of their reporters. Numerous mistakes indicate that what you’re reading is not journalism–at least not good journalism.”
Sudah menjadi rahasia umum apabila situs portal berita online menyajikan informasi yang tidak akurat, atau dikenal dengan sebutan hoax. Selain itu, kesalahan penulisan atau penyajian bahasa yang kurang tepat juga menjadi masalah dari situs portal berita online. Padahal sebagai bentuk dari jurnalisme, situs portal berita seharusnya memperhatikan akurasi dan faktualitas berita. Denis McQuail (2005:508) menyebutkan bahwa isu kredibilitas telah dihidupkan kembali dengan munculnya internet sebagai medium berita. Ada kesulitan intrinsik bagi pengguna dalam menilai kredibilitas informasi di internet. Wajar, kredibilitas situs portal berita online kerap menjadi sorotan. Syaibani (2011:17) bahkan menyatakan, kredibilitas merupakan salah satu kelemahan media online. Padahal kredibilitas yang tinggi mempengaruhi kesuksesan jurnalistik dan komersial pada media tersebut. Seperti yang dikatakan Schweiger (2000): “Credibility may also influence the journalistic and commercial success of a medium.”
Sebelumnya, Schweiger (1998) mengatakan, “Credibility becomes an important heuristic for content selection at a time of information overload”. Informasi yang tersebar melalui internet, khususnya situs
13
portal berita online, hanya akan semakin bertambah. Sebuah spesifikasi media tetap dapat menjadi pilihan apabila mereka dinilai memiliki kredibilitas. Sementara itu, Fogg & Tseng (1999) mengemukakan bahwa kredibilitas adalah kualitas yang dirasakan berdasarkan beberapa faktor, termasuk sifat dapat dipercaya dan kepiawaian. Gaziano & McGrath (1986) mengidentifikasi 12 dimensi dari kredibilitas berita surat kabar harian dan televisi dalam sebuah survei nasional melalui telepon. Dimensi ini dapat diaplikasikan pula pada media baru yang melakoni bentuk jurnalisme, yaitu situs portal berita online. Dimensi-dimensi tersebut adalah kesesuaian dengan standar jurnalistik, bias berita, menceritakan seluruh peristiwa, akurasi, menghormati privasi, mengawasi kepentingan rakyat, kepedulian terhadap masyarakat, pemisahan fakta dan opini, kepedulian terhadap kepentingan umum, faktualitas, dan tingkat pelatihan reporter. Meyer (1988) mengklaim bahwa skala buatan Gaziano dan McGrath (1986) kurang memiliki validitas dan landasan teoritis. Selanjutnya, Meyer (1988) mengembangkan indeks kredibilitas yang digunakan untuk meneliti kredibilitas surat kabar. Terdapat lima dimensi, yaitu kesesuaian dengan standar jurnalistik, bias, menceritakan seluruh cerita, akurasi, dan sifat dapat dipercaya. Validitas nampak pada skala buatannya, karena mengarah pada believability. Kedua skala ini diolah oleh Rasha A. Abdulla, Bruce Garrison, Michael B. Salwen, Paul D. Driscoll, dan Denise Casey (2005)13 menjadi faktor-faktor sebagai berikut:
13
Dalam jurnal berjudul Online News Credibility yang terlampir dalam buku Online News and The Public
14
Tabel 1.1. Dimensi Kredibilitas Berita (Abdulla, Casey, Driscoll, Garrison, Salwen, 2005)
Trustworthiness
Currency
Bias
Trustworthy
Believable
Accurate
Report the whole story
Balanced
Fair
Timely
Current
Up-to-date
Biased
Objective
Skala untuk mengukur kredibilitas berita ini dapat membantu menentukan kredibilitas media. Namun demikian, penelitian ini akan menyebutnya sebagai kualitas berita online untuk membedakan dengan faktor
kredibilitas
media.
Sebab,
berita
yang
berkualitas
pun
menghasilkan kredibilitas yang baik pula. Pada prinsipnya, berita merupakan produk dari situs portal berita online yang menjadi objek pada penelitian ini. Pembahasan lebih lanjut akan ditemukan pada kerangka pemikiran setelah ini.
1.5.4. Kredibilitas Media Media massa menyediakan forum penting dimana jurnalis, humas profesional, praktisi iklan, politikus, dan profesi-profesi lainnya mencoba mengedukasi, menginformasikan, menuntun, dan mempengaruhi audiens media. Kesuksesan atau kegagalan dari usaha tersebut sering kali bergantung pada persepsi audiens terhadap kredibilitas media (Wanta & Hu, 1994).
15
Jurnalisme dan media berita dibangun di atas kredibilitas. Dengan munculnya situs-situs berita online, jurnalisme pada media berita tradisional memperoleh pesaing dalam penawaran berita. Para pelaku media berita konvensional pada umumnya bereaksi negatif terhadap situssitus portal berita online. Mereka prihatin dengan kredibilitas sumber, kehandalan informasi, dan kesulitan dalam memverifikasi fakta-fakta di dunia online (Garrison, 2000; Weise, 1997; Chan et al, 2006). Para ilmuwan telah mengidentifikasi konsep kredibilitas media sebagai konsep yang kompleks dan konstruk multidimensional (Berlo, Lemert & Mertz, 1970). Penelitian pada umumnya terfokus pada dua dimensi utama kredibilitas media, yaitu kredibilitas sumber (Hovlan, Janis & Kelley, 1953; Sundar, 1998; Greer, 2003), dan kredibilitas medium (Gaziano, 1987; Kiousis, 2001; Newhagen & Nass, 1989). Kredibilitas sumber berfokus pada karakteristik sumber pesan, seperti pembicara, organisasi atau institusi berita. Sedangkan penelitian kredibilitas medium terfokus pada melalui media mana pesan disampaikan. Misalnya, koran dibandingkan televisi. Pada penelitian ini, tentu saja lebih tepat untuk terfokus pada pengukuran kredibilitas sumber. Sebab terdapat dua institusi berita berupa situs portal berita online yang akan menjadi objek penelitian. Konteks kredibilitas media dalam penelitian ini adalah kredibilitas media sebagai acuan informasi atau referensi, sehingga suatu situs portal berita online dapat dikatakan sebagai sumber informasi yang komprehensif. Dalam disiplin ilmu komunikasi, fungsi kredibilitas dipandang sebagai citra atau persona publik dan juga sebagai media itu sendiri (Bentele Seidenglanz, 2008). Selain konsep yang kompleks, kredibilitas media dapat didefinisikan believeability (Tseng & Fogg, 1999). Istilah lain untuk mengevaluasi kredibilitas media meliputi akurasi, kesesuaian
16
dengan standar jurnalistik, kelengkapan, kehandalan, dan sifat dapat dipercaya (Metzger et al., 2003). Awalnya, penelitian kredibilitas media terfokus pada dimensi kredibilitas sumber. Penelitian oleh Hovland dan Weiss (1951) menunjukkan bahwa sifat dapat dipercaya para sumber secara signifikan mempengaruhi penerimaan pesan dan perubahan pendapat. Ada banyak variabel lain untuk mengevaluasi kredibilitas sumber, seperti dimensi keamanan, kualifikasi dan dinamisme (Berlo et al., 1970). Para ilmuwan juga menyertakan dampak dari berbagai atribut lainnya, seperti kandidat politik, individu wartawan, dan sumber-sumber online (Andsager, 1990; Newhagen, 1997). Dengan
demikian,
literatur
tentang
kredibilitas
media
menunjukkan bahwa topik ini menjadi topik klasik yang menarik, khususnya bagi kalangan sarjana komunikasi. Terlebih lagi, munculnya sumber-sumber berita online dan migrasi umum sumber media tradisional dalam dunia online. Pertanyaan tentang kredibilitas media dengan audiens berita sangat penting untuk dibicarakan hari ini mengingat pembaca berita semakin dapat memilih sedikit dari sumber-sumber yang berlimpah. Selain itu, dengan pertumbuhan berbagai informasi secara online sekaligus peningkatan konsumsi informasi, internet telah membawa perubahan potensial dalam peran tradisional hingga mempengaruhi hubungan dengan persepsi kredibilitas media. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi kredibilitas media, khususnya situs-situs dalam media baru14: Tabel 1.2. Faktor Kredibilitas Media (C. Nadine Wathen & Jacquelyn Burkell, 2002)
Source/Medium/Message
Receiver
14
C. Nadine Wathen & Jacquelyn Burkell, “Believe It or Not: Factors Influencing Credibility on The Web”, Journal of The American Society for Information Science and Technology, 2002, hal. 141
17
Source expertise/knowledge/competence
Assumptions
about
source or topic Source trustworthiness
Motivation (i.e., need for the information)
Source credentials/influence
Knowledge/expertise re: issue
Message
Knowledge/expertise re:
content/relevance/currency/accuracy/tailoring the technology Surface attractiveness/format Design of interface Speed of loading Usability/accessibility Interactivity/flexibility Peneliti akan memilih beberapa faktor diatas yang layak dimasukkan sebagai tolok ukur penelitian. Seperti yang disebutkan sebelumnya, penelitian ini sesungguhnya adalah kredibilitas sumber. Dengan begitu, hanya faktor kredibilitas media yang berasal dari sumber saja
yang akan dipakai
pada penelitian
ini,
yaitu
source of
expertise/knowledge/competence, source trustworthiness, dan source credentials/influence.
1.6.Kerangka Konsep Situs portal berita online merupakan praktik jurnalisme terbaru yang mengutamakan kecepatan dalam mempublikasi berita. Menurut Weir (2000:35), karakteristik yang paling luar biasa dari media baru ini adalah kecepatannya secara keseluruhan, yang menarik sekaligus menakutkan. Meski dari sisi kecepatan mampu melebihi media konvensional, terdapat aspek lain yang terpaksa dikorbankan, seperti akurasi dan kelengkapan berita.
18
Di sisi lain, pembaca situs portal berita online adalah khalayak aktif. Khalayak aktif memiliki lima karakteristik (Frank Biocca, 1988). Mereka
selektif
dalam
memilih
media
yang
mereka
gunakan,
menggunakan media untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan tertentu, mau terlibat, memikirkan penggunaan media, dan tidak mudah dibujuk oleh media. Artinya, sangat lumrah apabila pembaca situs portal berita online berpindah membaca situs lain dan/atau media lain. Oleh karena itu, penelitian ini akan mencari tahu mengenai kredibilitas situs portal berita online. Sebab, seperti yang disebutkan Schweiger (2000), kredibilitas yang tinggi mempengaruhi kesuksesan jurnalistik dan komersial pada media tersebut. Kredibilitas media pada penelitian ini sejatinya adalah kredibilitas sumber. Penelitian ini bermaksud untuk mengukur kredibilitas dua institusi berita, yaitu Kompas.com dan Viva.co.id. Menurut Slate & Rouner (1996), apabila sumber awalnya dipandang sebagai ahli dan kredibel, maka efek mediasi tidak kuat sebab pesan dan sumber lebih mungkin untuk mempertahankan kredibilitas. Artinya, kredibilitas pada penelitian ini juga perlu merujuk pada pesan dari sumber. Variabel pesan juga telah dimasukkan dalam penyelidikan kredibilitas sumber, dan telah ditemukan dampak persepsi tersebut (Slater dan Rouner, 1996). Dengan begitu, penelitian ini akan memasukkan kualitas berita pula untuk diteliti. Dimensi kualitas berita online pada media baru pun sudah tercantum pada kerangka pemikiran sebelumnya. Sementara itu, penelitian ini tetap saja memiliki locus audiens. Hal ini pun memunculkan variabel audience-based. Variabel tersebut telah menunjukkan pengaruh penting dalam penilaian kredibilitas media, baik kredibilitas sumber maupun kredibilitas medium. Penelitian ini termasuk, namun tidak terbatas pada, variabel seperti usia (Bucy, 2003), pendapatan
19
(Ibelema & Powell, 2001), pendidikan (Mulder, 1981), jenis kelamin (Robinson & Kohut, 1988), dan ras (Beaudoin & Thorson, 2005). Tentu saja tidak semua variabel yang sudah disebutkan akan dimasukkan pada penelitian ini.
1.7.Diagram Konsep Terdapat tiga variabel yang mampu menggambarkan penelitian ini secara komprehensif. Variabel pertama terkait audiens, karena locus penelitian memang tertuju kepada pembaca berita. Sedangkan variabel kedua ialah variabel pesan, yakni kualitas berita online. Sementara variabel utama adalah variabel kredibilitas media yang merupakan faktor dari kredibilitas sumber.
20
Variabel X1
Demografi Pembaca Berita 1.
Demografis Jenis Kelamin Tingkat penghasilan Asal daerah Suku bangsa Pekerjaan orangtua Pilihan politik
Variabel Y
Kredibilitas Media
2. Penggunaan Media Situs yang dibaca Intensitas membaca Frekuensi membaca
Keahlian/pengetahuan/kompetensi sumber Sumber layak dipercaya Sumber mempunyai pengaruh
Variabel X2
Kualitas Berita Online 1. Sifat dapat dipercaya Trustworthy Believable Akurat Melaporkan keseluruhan cerita Seimbang Sesuai standar jurnalistik
2. Peredaran Tepat waktu Sedang beredar Terbaru
21
3. Bias Berat sebelah Objektif
Diagram diatas merupakan pola pikir peneliti dalam penelitian ini. Terdapat dua variabel independen atau variabel pengaruh pada penelitian ini. Variabel independen pertama ialah variabel audiens yang dalam hal ini adalah demografi pembaca situs portal berita online. Variabel independen berikutnya adalah kualitas berita online yang diposting oleh masing-masing situs portal berita online, dalam hal ini Kompas.com dan Viva.co.id. Sementara variabel dependen atau variabel terpengaruh pada penelitian ini adalah kredibilitas media, yaitu Kompas.com dan Viva.co.id. Variabel ini akan dijelaskan secara deskriptif, dan merupakan poin utama pada penelitian ini.
1.8. Definisi Operasional 1.8.1. Demografi Pembaca Berita A. Demografis Indikator pada unsur demografis dalam penelitian ini adalah jenis kelamin dan tingkat penghasilan. Sejatinya, pendidikan dan usia termasuk dalam unsur demografis. Namun, responden penelitian dinilai homogen pada kedua unsur tersebut. Jenjang pendidikan mereka adalah undergraduate atau sedang dalam bangku kuliah, dan usia berkisar 18-22 tahun. Rentang usia tersebut masih dalam kelompok umur yang tidak menunjukkan signifikansi apabila dianalisis untuk menjawab pertanyaan penelitian. Oleh karena itu, pendidikan dan usia tidak perlu ditanyakan kembali. Indikator pertama yang akan tercantum ialah jenis kelamin. Tentu saja hanya terdapat dua pilihan, yaitu laki-laki atau perempuan. Sementara untuk indikator berikutnya, tingkat penghasilan yang perlu dipilih oleh responden berdasarkan penghasilan mereka dalam satu bulan. Jumlah penghasilan per bulan dapat dikategorikan menjadi empat golongan. Golongan rendah menerima penghasilan kurang dari Rp 1.500.000, golongan sedang menerima penghasilan
22
dalam kisaran Rp 1.500.001 – Rp 2.500.000, golongan tinggi menerima penghasilan dalam kisaran Rp 2.500.001 – Rp 3.500.000, dan golongan sangat tinggi menerima pendapatan lebih dari Rp 3.500.000.15 Untuk unsur demografis tambahan, peneliti menyertakan asal daerah, suku bangsa, dan pekerjaan orangtua untuk mengetahui latar belakang responden. Dalam indikator asal daerah, peneliti memberikan pilihan berupa Provinsi yang ada di Indonesia. Pilihan tersebut tentu tidak sebanyak jumlah Provinsi di Indonesia, tetapi menawarkan pilihan yang merupakan Provinsi dengan populasi penduduk tertinggi di Indonesia16, antara lain Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan. Domisili sementara para responden yang berada di pulau Jawa juga mendorong peneliti untuk menawarkan seluruh Provinsi Jawa dan Bali dalam pilihan jawaban. Meski begitu, tentu peneliti menawarkan pula pilihan untuk dijawab sendiri oleh responden. Indikator suku bangsa, sama seperti asal daerah, berisi pilihan suku bangsa dengan populasi tertinggi terlebih dahulu. Populasi tersebut adalah Jawa, Sunda, Batak, Madura, Betawi, Minangkabau, Bugis, dan Melayu.17 Dalam kuesioner penelitian, peneliti juga menawarkan pilihan untuk dijawab sendiri oleh responden apabila di antara pilihan suku bangsa tersebut tidak ada yang sesuai dengan suku bangsa responden. Sementara untuk indikator pekerjaan orangtua responden dapat peneliti tawarkan pilihan berupa pekerjaan-pekerjaan yang umum di Indonesia. Pekerjaan tersebut ialah Pegawai Negeri Sipil (PNS), dosen atau guru, Tentara Nasional Indonesia (TNI) atau anggota Polisi Republik Indonesia (Polri), karyawan swasta, wirausaha atau pedagang, dan lainnya seperti petani, peternak, nelayan, pekerja kasar dan tenaga kebersihan. Terakhir, peneliti menyisipkan pertanyaan mengenai pilihan politik. Indikator pilihan politik sudah peneliti tentukan sendiri berdasarkan kondisi yang 15
Kategori pendapatan oleh Badan Pusat Statistik (2008) Sensus penduduk versi Badan Pusat Statistik (2010) 17 Ibid. 16
23
ada pada Republik Indonesia, khususnya tahun 2014 ini. Pada Pemilihan Umum (Pemilu) Presiden dan Wakil Presiden untuk periode 2014-2019, terdapat dua Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres). Mereka adalah Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Oleh karena itu, peneliti bermaksud menanyakan pada responden mengenai Capres dan Cawapres mana yang sudah mereka pilih ketika Pemilu Presiden dan Wakil Presiden pada bulan Juli 2014 lalu. Tentunya, pertanyaan ini dirasa tepat mengingat salah satu situs portal berita online yang menjadi objek penelitian memiliki latar belakang politik yang kuat. Selain itu, hasil Pemilu Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 juga telah resmi dirilis, sehingga jawaban responden sudah final dan secara umum tidak lagi bersifat rahasia. B. Penggunaan Media Indikator ini pada prinsipnya akan bertransformasi menjadi filtering questions. Peneliti ingin mengetahui perilaku pembaca berita dalam mengakses dua situs portal berita online yang menjadi objek penelitian. Indikator pertama tentu saja mengenai situs portal berita online mana yang kerap kali mereka akses. Sebab memang belum tentu semua responden membaca kedua situs portal berita online yang menjadi objek penelitian, yaitu Kompas.com dan Viva.co.id. Berikutnya, peneliti akan menanyakan tentang intensitas responden dalam membaca situs portal berita online yang pernah mereka baca. Intensitas tersebut dapat diketahui dengan mengukur durasi waktu yang dihabiskan setiap responden ketika membaca berita pada masing-masing situs portal berita online dalam satu kali waktu. Terakhir, untuk frekuensi membaca masing-masing situs portal berita online tersebut, peneliti memberikan pilihan jawaban yang lazim, yaitu, “sangat sering”, “sering”, “jarang”, dan “sangat jarang”. Responden tentu dapat mengukur sendiri terkait frekuensi membaca mereka dengan pilihan jawaban tersebut.
24
1.8.2. Kualitas Berita Online Dimensi kredibilitas, khususnya terhadap berita online, terus berkembang. Penelitian terbaru terkait dimensi ini dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Sifat dapat dipercaya Dimensi ini berkisar pada hal-hal yang membuat berita online bersifat dapat dipercaya dengan beberapa hal yang perlu dicermati, yaitu: A. Trustworthy B. Believable C. Akurat. Dengan kata lain teliti, tepat, dan benar. D. Melaporkan keseluruhan peristiwa E. Seimbang. Item ini memiliki nilai yang sangat mirip dengan penilaian bias. Oleh karena itu, item ini peneliti hapus. F. Sesuai standar jurnalistik (berdasarkan isi Kode Etik Jurnalistik Indonesia tentang cara pemberitaan dan menyatakan pendapat)18: F1. Mampu membedakan antara kejadian atau fakta dengan pendapat atau opini. Hal ini mencegah berita yang diputarbalik. F2. Mampu memberitakan perkara dengan bijaksana, terutama mengenai nama dan identitas yang bersangkutan. F3. Mampu menghindari berita yang immoral, tidak senonoh, dan sensasional (bersifat merangsang emosi dan/atau menggemparkan). 2. Peredaran Berita online mendapatkan kredibilitas dengan tingkatan publikasi sebagai berikut: 18
Buku Tanya Jawab Dasar-dasar Jurnalistik karya Riyati Irawan & Teguh Meinanda hal. 120
25
A. Tepat waktu B. Saat ini/Sedang beredar C. Terbaru Namun, tingkatan ini merupakan tingkatan untuk medium, tepatnya antara surat kabar, radio, televisi, dan media online. Media online yang mengedepankan aktualitas tentu mencapai tingkatan ketiga. Oleh karena itu, pada penelitian ini hanya item C yang masuk dalam kuesioner untuk responden. 3. Bias Media kerap disoroti terkait bias. Hal ini juga mempengaruhi kredibilitas. Terdapat dua pilihan untuk penilaian bias: A. Berat sebelah B. Objektif. Dengan kata lain, sesuai keadaan sebenarnya tanpa pendapat dan pandangan pribadi. Penilaian bias di atas bersifat pilihan. Oleh karena itu, peneliti hanya memilih salah satu untuk dijadikan indikator dalam penelitian ini. Peneliti memilih item B yang masuk dalam kuesioner untuk responden, karena bersifat positif, sehingga terdapat kemungkinan lebih mudah dipahami oleh responden.
1.8.3. Kredibilitas Media Baik untuk media tradisional maupun media online, terdapat penilai yang cukup konsisten dalam hal kredibilitas sumber, terutama yang berkaitan dengan layak dipercaya dan ahli. Keahlian, pengetahuan, dan layak dipercaya adalah kualitas untuk menandakan bahwa suatu sumber informasi dapat dikatakan kredibel. Individu atau organisasi sebagai sumber informasi yang mempunyai
26
pengaruh juga mampu menaksir kredibilitas. Oleh karena itu, pada penelitian kredibilitas media ini, terdapat tiga hal yang akan secara langsung ditanyakan pada responden, yakni keahlian/pengetahuan/kompetensi sumber, sumber layak dipercaya, dan sumber mempunyai pengaruh.
1.9. Operasionalisasi Konsep Tabel 1.3. Operasionalisasi Konsep
Variabel
Dimensi
Demografi
Sub-Dimensi
Indikator
Skala
Jenis Kelamin
Laki-laki atau
Nominal
Pembaca Berita
perempuan
(Variabel X1)
Tingkat
Rendah
penghasilan
≤ Rp 1.500.000 Sedang
Nominal
Nominal
Rp 1.500.001 – Rp 2.500.000 Tinggi
Nominal
Rp 2.500.001 – Rp 3.500.000 Sangat Tinggi
Demografi
Nominal
≥ Rp 3.500.001 Asal daerah
Provinsi di
Nominal
Indonesia Suku bangsa
Suku di
Nominal
Indonesia Pekerjaan
Pegawai
orang tua
Negeri Sipil Dosen/guru
Nominal
TNI/Polri
Nominal
Karyawan
27
Nominal
Swasta
Politik
Wirausaha
Nominal
Lainnya
Nominal
Calon Presiden
Nominal
dan Wakil Presiden 2014 pilihan Penggunaan
Situs portal
Kompas.com
Media
berita online
dan/atau
yang dibaca
Viva.co.id
Intensitas membaca dalam satu kali waktu
Frekuensi membaca berita
Nominal
< 5 menit
Nominal
5 – 10 menit
Nominal
11 – 15 menit
Nominal
16 – 20 menit
Nominal
> 20 menit
Nominal
Sangat sering
Nominal
Sering
Nominal
Jarang
Nominal
Sangat jarang
Nominal
Kualitas Berita
Kualitas
Trustworthy
Ordinal
Online
Berita
Believable
Ordinal
(Variabel X2)
Online
Akurat
Ordinal
Melaporkan
Ordinal
Sifat Dapat Dipercaya
keseluruhan peristiwa Mampu
Ordinal
membedakan fakta dan opini Memberitakan perkara dengan
28
Ordinal
bijaksana Menghindari
Ordinal
berita yang immoral, tidak senonoh, dan sensasional Peredaran
Terbaru
Ordinal
Bias
Objektif
Ordinal Ordinal
Kredibilitas
Kredibilitas
Keahlian /
Sumber
Media
Sumber
Pengetahuan /
dianggap ahli
Kompetensi
atau
(Variabel Y)
berkompetensi Layak
Sumber dinilai
dipercaya
layak
Ordinal
dipercaya Berpengaruh
Sumber dirasa
Ordinal
mempunyai pengaruh
1.10. Metodologi Penelitian Penelitian ini akan memakai metode kuantitatif dalam aplikasi penelitiannya. Penelitian bermetode kuantitatif bertujuan untuk menjelaskan, meramahkan dan/atau mengontrol fenomena melalui pengumpulan data terfokus dari data numerik (Lexy J Moleong, 2005:31). Penelitian kuantitatif juga memiliki karakteristik antara lain penelitian bersifat objektif dan tunggal, fakta tidak bias, peneliti diposisikan terpisah dari objek penelitian. Survei akan dipakai sebagai penakar akan kebenaran dugaan fenomena yang sebelumnya telah diprediksi oleh peneliti. Penelitian survei ialah penelitian dengan mengambil sampel dari suatu populasi, dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok
29
(Singarimbun dan Effendi, 2006 : 25). Dengan survei, peneliti akan memberikan kuesioner pada sampel, kemudian menganalisisnya. Penelitian survei sendiri membutuhkan khalayak sebagai subjek penelitian. Dalam penelitian ini, khalayak yang dimaksud adalah pembaca berita dalam situs portal berita online nasional yang terkemuka di Indonesia. Tentu tidak setiap individu pembaca berita online dapat dijangkau dalam penelitian ini sehingga perlu memakai sampling. Sampling memiliki arti sebagai pemilihan sekelompok kecil untuk merepresentasikan kelompok yang lebih besar (Bertrand & Hughes, 2005:65).
1.10.1. Populasi Dalam metode penelitian, Burhan Bungin (2005:99) menuliskan bahwa kata populasi digunakan untuk menyebutkan serumpun atau sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian. Hadari Nawawi (1983:141) membagi populasi menjadi dua berdasarkan penentuan sumber data, yaitu populasi terbatas dan populasi tak terhingga. Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan populasi terbatas. Populasi terbatas, menurut Hadari Nawawi (1983:141), adalah populasi yang memiliki sumber data yang jelas batas-batasnya secara kuantitatif. Syarat pemilihan populasi terbatas ialah mengetahui jumlah pasti dari populasi yang akan diteliti. Langkah pertama yang peneliti lakukan adalah penentuan Universitas untuk populasi sampel. Peneliti berbasis di provinsi D.I Yogyakarta dimana begitu banyak Universitas bermukim pada provinsi tersebut. Tentunya, Universitas yang paling representatif adalah Universitas terbaik dalam provinsi tersebut. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Universitas Gadjah Mada merupakan Universitas terbaik di D.I Yogyakarta.
30
Jurusan Ilmu Komunikasi pada Universitas Gadjah Mada pun berpredikat baik. Berdasarkan QS World University Rankings by Subject 201319, Jurusan Ilmu Komunikasi dan Kajian Media Universitas Gadjah Mada menduduki peringkat kelima terbaik di Indonesia. Dengan begitu, memang mahasiswamahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi di Universitas Gadjah Mada dipandang layak dalam menilai kredibilitas media. Atas pertimbangan tenaga dan biaya, peneliti juga hanya memilih satu kampus saja untuk menemukan probability sampling. Berdasarkan data yang peneliti himpun20, jumlah mahasiswa aktif Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada, peneliti menemukan jumlah sebesar 568 mahasiswa aktif pada periode 2013/2014. Meski begitu, angka ini akan direduksi
dengan
hanya
menyertakan
tiga
angkatan
yang
sewajarnya
dikategorikan sebagai mahasiswa aktif, tepatnya tiga angkatan termuda. Mereka dapat dikatakan aktif karena tengah dan/atau telah mengikuti kuliah teori pada Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada. Angkatan tersebut adalah angkatan 2013, 2012, dan 2011. Dengan rincian, angkatan 2013 berjumlah 127 orang, angkatan 2012 berjumlah 77 orang, dan angkatan 2011 berjumlah 127 orang. Jumlah total mahasiswa-mahasiswi pada ketiga angkatan ini adalah 331 orang.
1.10.2. Teknik Pengambilan Sampel Jumlah populasi yang sudah pasti membawa peneliti untuk menentukan rancangan sampel probabilitas. Penarikan sampel akan didasarkan atas pemikiran bahwa keseluruhan unit populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel. Apabila semua memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel, maka unit-unit populasi harus diacak. Dengan asumsi, sifat populasi yang begitu
19
Dilansir dari http://edukasi.kompas.com/read/2013/05/17/12184778/5.Kampus.dengan.Jurusan.Komunikasi. Terbaik.di.Indonesia 20 Data dari akademik FISIPOL UGM pada 17 Juli 2014
31
homogen dengan kelompok usia, profesi, dan latar belakang pendidikan yang sama. Sampel yang dihasilkan harapannya tetap merupakan sampel yang representatif. Berikutnya, akan digunakan rumus Slovin untuk menentukan jumlah
n
sampel:
N = jumlah populasi n = jumlah sampel yang dicari e = presisi/tingkat error (presisi yang digunakan adalah 5% dengan tingkat kepercayaan 95%)
n n n Hasil penghitungan diatas akan dibulatkan menjadi 181. Artinya, penelitian ini memerlukan setidaknya 181 mahasiswa-mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada untuk menjadi responden. Hal ini sesuai dengan acuan umum untuk menentukan ukuran sampel yang ditemukan oleh Roscoe (1975:11) yang menyebutkan bahwa ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan penelitian. Acuan umum tersebut membawa peneliti untuk menambah jumlah responden yang perlu dimintai pendapatnya mengenai kredibilitas media. Terlebih
32
lagi, belum tentu seluruh responden membaca kedua situs portal berita online yang menjadi objek penelitian, dalam hal ini Kompas.com dan Viva.co.id. Untuk menemukan angka yang pasti, peneliti merujuk kembali pada jumlah mahasiswa masing-masing angkatan. Jumlah mahasiswa angkatan 2013 dan 2012 ternyata berjumlah 204 orang. Angka ini melebihi jumlah sampel yang ada, sehingga tepat untuk dijadikan jumlah yang pasti. Artinya, peneliti melebihkan 23 responden untuk mengantisipasi adanya responden yang sejatinya tidak layak dalam menilai kredibilitas media, karena mereka bukan pembaca kedua situs portal berita online tersebut. Dengan begitu, seluruh mahasiswamahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada angkatan 2013 dan 2012 merupakan responden pada penelitian ini.
1.10.3. Variabel Variabel independent I: Demografi mahasiswa-mahasiswi pembaca berita pada situs portal berita online Nasional Variabel independent II: Kualitas berita online pada masing-masing situs portal berita online yang menjadi objek penelitian Variabel dependent : Kredibilitas media (Kompas.com dan Viva.co.id)
1.10.4. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini mengumpulkan data primer yang langsung diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian. Metode penelitian data yang dipakai ialah angket atau kuesioner. Menurut Burhan Bungin (2005:123), metode angket merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian dikirim untuk diisi oleh responden. Setelah diisi, angket kembali atau dikembalikan pada peneliti.
33
Peneliti akan memasukkan kuesioner yang telah terjawab pada sistem pengolahan data komputer. Program yang dipakai untuk proses penelitian ini adalah SPSS.
1.10.5. Teknik Analisis Data Analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan (Sofian Effendi, 1989:263). Statistik dari komputer akan membandingkan hasil yang diperoleh dengan hasil yang terjadi secara kebetulan, sehingga memungkinkan peneliti untuk menguji apakah hubungan yang diamati memang betul terjadi karena adanya hubungan sistematis antara variabel-variabel yang diteliti. Setelah data dianalisa dan informasi yang lebih sederhana diperoleh, hasil-hasilnya akan diinterpretasi untuk mencari makna dan implikasi yang lebih luas dari hasil-hasil penelitian. Setelah semua tahap selesai, penelitian akan berkembang menjadi laporan tertulis berisi pembahasan hasil temuan penelitian, yang mengacu pada generalisasi dari kredibilitas media, yaitu dua situs portal berita online nasional, berdasarkan persepsi pembaca.
34