BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk hidup, makhluk Tuhan, dan manusia sebagai makhluk sosial akan mengalami beberapa fase dalam kehidupannya. Fase permulaan adalah fase kelahiran, yang kemudian disusul oleh fase pertumbuhan dan perkembangan. Fase pertumbuhan dan fase perkembangan ini akan dilanjutkan dengan fase setengah baya dan lanjut usia, dan akhirnya fase kehidupan manusia akan diakhiri dengan kematian. Dari beberapa tahap perkembangan manusia sejak kelahirannya nampak ada suatu kecenderungan bahwa menghadapi masa tua adalah tahap yang cukup menakutkan bagi pria maupun wanita. Berkaitan dengan fase-fase kehidupan tersebut, pada fase setengah baya ini banyak orang baru menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi berbagai macam perubahan. Menurut Mappiare (1983: 173), usia setengah baya secara teoritis, psikologis maupun fisiologis antara usia 40 – 60 tahun. Pada usia setengah baya ini akan terjadi perubahan dari segi biologis-jasmaniah maupun mentalruhaniah, dan kecerdasan dan kemampuan dalam berbagai bidang (Daradjat, 1977: 9). Perubahan yang menonjol dan sangat dirasakan adalah dari segi jasmani. Pertumbuhan cepat terjadi sejak dalam kandungan, anak dan remaja, kemudian menjadi sempurna pada umur dewasa. Kesempurnaan telah
1
2
tercapai pada akhir masa remaja. Mungkin tampaklah badan tegap dan kuat, pandangan mata tajam, pendengaran nyaring, rambut hitam dan kulit kencang. Sesudah itu secara perlahan-perlahan jasmani akan mengalami masa menurun. Segala kekuatan berangsur-angsur berkurang, mata kurang bersinar, kemampuan mendengar lemah, berkurangnya rambut dan beruban, kulit pada wajah, leher, lengan dan tangan menjadi lebih kering dan keriput. Ada orang yang memahami dan menyadari, bahwa demikianlah fitrah kejadian manusia, mungkin kenyataan yang terjadi pada dirinya diterima dengan tenang tanpa mempengaruhi keadaan jiwanya dan ia tetap wajar dan tenang menghadapi perubahan yang wajar itu dengan berusaha menjaga kesehatannya. Di samping itu ada orang yang memang sadar dan mengerti atas segala yang terjadi pada dirinya, akan tetapi hatinya kurang menerima, dia ingin bertahan pada puncak kesempurnaannya. Mungkin ia akan melakukan berbagai cara untuk tetap tampak cantik, lincah, aktif, guna menutupi kondisi fisiknya (Hurlock (terj) Widiyanti dan Soejarwo, 1980: 333). Bahkan di antara mereka ada yang cemas dan takut menghadapi masa menurun itu. Masa menurun ini menurut Daradjat (1977: 12) memang lebih jelas dan terasa pada wanita karena ditandai dengan berhentinya haid (menstruasi) yang bisa disebut masa menopause. Berkaitan dengan hal ini Pikunas (1976) yang dikutip oleh Darmanto Jatman (2000: 86), mengatakan bahwa menopause pada umumnya ditakuti dan dicemasi oleh banyak wanita yang menginjak usia setengah baya, karena hal tersebut menyebabkan mereka
3
kehilangan daya tarik yang telah mereka miliki. Apa yang terjadi pada manusia seperti yang dijelaskan di atas, sebenarnya bagi mereka yang mengerti ajaran agama tidak menjadi masalah. Agama telah memberikan pedoman dan ketekunan bagi kehidupan manusia yang dapat memberikan jaminan kebahagiaan dan ketentraman batin bagi yang meyakininya serta mengetahui dengan sungguh-sungguh. Apabila wanita pada usia menopause ini mau mengerti dan menyadari bahwa apa yang terjadi pada dirinya sebagaimana apa adanya dan mungkin ia dapat memikirkan dengan tenang apa yang patut dikerjakan sehingga dengan demikian ia akan merasakan bahwa dirinya bermanfaat. Karena dalam alQur'an juga disbeutkan bahwa setiap manusia akan mengalami perubahanperubahan jasmani seperti halnya, bahwa manusia diciptakan mulai sejak bayi berkembang menjadi remaja, dari remaja berkembang menjadi dewasa dan di antara mereka ada yang diwafatkan dan adapula yang dipanjangkan umurnya hingga tua dan pikun. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT surat al-Hajj ayat 5, yang berbunyi:
ﹾﻄ ﹶﻔ ٍﺔ ﹸﺛﻢﻦ ﻧ ِﻣﺏ ﹸﺛﻢ ٍ ﺍﺗﺮ ﻦ ﻢ ِﻣ ﺎ ﹸﻛﺧﹶﻠ ﹾﻘﻨ ﺎﺚ ﹶﻓِﺎﻧ ِ ﻌ ﺒﻦ ﺍﹾﻟ ﺐ ِﻣ ٍ ﻳﺭ ﻢ ﻓِﻰ ﺘﻨﺱ ِﺍ ﹾﻥ ﹸﻛ ﺎﺎ ﺍﻟﻨﻳﻬﺎﹶﺍﻳ ﺎ ُﺀ ِﺍﻟﹶﻰﻧﺸ ﺎﺎ ِﻡ ﻣﺭﺣ ﺮ ﻓِﻰ ﹾﺍ ﹶﻻ ِﻘﻭﻧ ﻦ ﻴﺒﺨﻠﱠ ﹶﻘ ٍﺔ ِﻟﻨ ﻴ ِﺮ ﻣﻭ ﹶﻏ ﺨﻠﱠ ﹶﻘ ٍﺔ ﻐ ٍﺔ ﻣ ﻀ ﻦ ﻣ ِﻣﻋﹶﻠ ﹶﻘ ٍﺔ ﹸﺛﻢ ﻦ ِﻣ ﻦ ﻣ ﻢ ﻨ ﹸﻜﻭ ِﻣ ﻮﻓﱠﻰ ﺘﻳ ﻦ ﻣ ﻢ ﻨ ﹸﻜﻭ ِﻣ ﻢ ﹸﻛﺷﺪ ﺍ ﹶﺍﻐﻮ ﺒﹸﻠﺘ ِﻟﻼ ﹸﺛﻢ ﻢ ِﻃ ﹾﻔ ﹰ ﻜﹸﺨ ِﺮﺟ ﻧﻰ ﹸﺛﻢﺴﻤ ﻣ ﺟ ٍﻞ ﹶﺍ ﻴ ﹶ ِﺮ ِﻟ ﹶﻜﻤﺭ ﹶﺫ ِﻝ ﺍﹾﻟﻌ ِﺍﻟﹶﻰ ﹶﺍﺮﺩ ﻳ ( 5 : ﺞ )ﺍﳊ.... ﻴﺌﹰﺎﺷ ﻌ ِﺪ ِﻋ ﹾﻠ ٍﻢ ﺑ ﻦ ﻢ ِﻣ ﻌﹶﻠ ﻳ ﻼ “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur) maka ketahuilah sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian segumpal daging yang sempurna agar Kami menghendaki waktu yang sudah ditentukan kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur)
4
kamu sampailah kepada kedewasaan dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan adapula di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya …” (QS. al-Hajj: 5) (Depag RI, 1993: 512). Berdasarkan ayat tersebut hendaknya kaum wanita ibu-ibu usia menopause menyadari akan segala perubahan yang terjadi dalam dirinya, karena itu sudah menjadi takdir dari Allah SWT. Setelah melihat kondisi wanita yang memasuki usia menopause, dan mengingat berapa pentingnya jiwa, maka perlu adanya pembinaan mental keagamaan merupakan usaha atau upaya memberikan nasihat, bimbingan untuk mengarahkan seseorang atau kelompok orang dalam mengatasi problem kehidupan, sehingga diharapkan seseorang dalam masa menopause mendapat ketentraman jiwa. Dengan mereduksi makna ayat di atas, dapat dijadikan sandaran bagi para konselor atau penyuluh agama dalam menerapkan proses pembinaan keagamaan secara komprehensif dan terus menerus melalui pengajian yang terbentuk dalam wadah organisasi dakwah. Pembinaan mental agama yang dimaksud juga terdapat pada Majlis Ta'lim Al Kautsar Semarang Selatan. Majlis Ta'lim ini ikut memberikan andil terhadap ibu-ibu usia menopause yang mendambakan kesejahteraan batin. Majlis Ta'lim Al Kautsar telah dilengkapi dengan kegiatan-kegiatan yang menunjang bagi kesehatan jiwa ibu-ibu usia menopause, kegiataanya antara lain : kegiatan yang bersifat keagamaan dan kegiatan yang bersifat sosial. Kegiatan bersifat keagamaan antara lain berbentuk pengajian dengan pendekatan dzikir muhasabah. Dzikir muhasabah ini merupakan alat terapi
5
untuk kesehatan mental bagi para anggota Majlis Ta'lim Al Kautsar. (Tantowi Aashar, 13 September 2005). Kegiatan lainnya berupa wisata rohani, kegiatan ini bertujuan untuk membersihkan hati, dengan agenda kegiatan : pengajian , iktikaf, dzikir muhasabah, dan lain-lain. Dengan adanya kegiatan-kegiatan yang ada pada Majlis Ta'lim Al Kautsar ini diharapkan dapat memberikan input terhadap ibu-ibu usia menopause untuk mendapatkan ketentraman jiwa yang sangat dibutuhkannya. Dengan melihat latar belakang tersebut penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana pembinaan mental agama terhadap ibu-ibu usia menopause Majlis Ta’lim al-Kautsar di Kecamatan Semarang Selatan.
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah : 1. Bagaimana pelaksanaan pembinaan mental agama Islam terhadap ibu-ibu usia menopause pada Majlis Ta’lim al-Kautsar di Kecamatan Semarang Selatan ? 2. Apa saja faktor penunjang dan penghambat pelaksanaan pembinaan mental agama Islam terhadap ibu-ibu usia menopause pada Majlis Ta’lim al-Kautsar di Kecamatan Semarang Selatan ?
6
1.3. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Mendeskripsikan pelaksanaan pembinaan mental agama Islam terhadap ibu-ibu usia menopause pada Majlis Ta’lim al-Kautsar di Kecamatan Semarang Selatan. 2. Untuk mengetahui faktor penunjang dan penghambat pelaksanaan agama Islam terhadap ibu-ibu usia menopause pada Majlis Ta’lim al-Kautsar di Kecamatan Semarang Selatan. 1.3.2. Manfaat Hasil Penelitian a. Manfaat secara praktik yaitu hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh para pelaksana pembinaan mental agama Majlis Ta'lim Al Kautsar dalam menghadapi individu yang berusia menopause. b. Manfaat secara teoritik, yaitu sebagai sumbangsih
dalam
mengembangkan keilmuan.
1.4. Tinjauan Pustaka Untuk menghindari kesamaan dengan skripsi lain, maka penulis mengemukakan beberapa karya skripsi yang telah dibuat. Skripsi tersebut antara lain: Penelitian yang dilakukan oleh Maftuchah (2001) dengan judul: “Pengaruh Pembinaan Agama Islam terhadap Perilaku Berdagang Ibu-ibu Pedagang Pasar di Pasar Mragen”. Penelitian tersebut membahas tentang
7
pembinaan yang dilakukan oleh Paguyuban Persatuan Pasar Mragen (PPPM) pada ibu-ibu pedagang pasar Mragen yang mempunyai pengaruh positif terhadap peningkatan perilaku berdagang ibu-ibu pedagang pasar Mragen. Hal ini dapat dilihat dari hasil korelasinya ada 0,346 dan signifikan baik taraf signifikan 0,5 % maupun 1 %. Keberhasilan pembinaannya dapat dilihat dari aktualisasi atau perwujudan perilaku keagamaan ibu-ibu pedagang pasar di pasar Mragen. Penelitian yang dilakukan oleh Amiroh (1999) dengan judul: “Aplikasi Metode Dakwah dalam Pembinaan Majlis Ta’lim Muslimat di Kecamatan Gunung Pati Kodia Semarang”. Penelitiannya membahas tentang aplikasi metode dakwah yang digunakan untuk membina Majlis Ta’lim muslimat. Adapun metode yang digunakan dalam pembinaan jama’ah muslimat yaitu: metode ceramah, metode tanya jawab, metode demonstrasi. Berdasarkan hasil penelitian ketiga metode tersebut mempunyai pengaruh positif bagi mad’u dalam memahami materi dakwah. Penelitian yang dilakukan oleh Rokim (1996) dengan judul: “Kehidupan Keagamaan anggota Majlis Ta’lim dan Upaya Pembinaannya di Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali”. Penelitiannya membahas tentang kegiatan Majlis Ta’lim di tiap-tiap desa yang berada di wilayah Karanggede yang mengarah kepada pembinaan tata kehidupan beragama. Dalam kegiatan dakwahnya mencakup pelaksanaan ajaran-ajaran Islam yang meliputi aqidah, ibadah, moral dan muamalah.
8
Penelitian yang dilakukan oleh Sukemi (1994) dengan judul: Bimbingan Penyuluhan Agama terhadap Karang Taruna Kecamata Tanon Kabupaten Sragen. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa bimbingan penyuluhan agama adalah bertujuan untuk membantu si terbimbing supaya memiliki relligus reference (sumber pegangan keagamaan) dalam pemecahan problem untuk membantu si terbimbing agar dengan kesadaran serta kemampuannya bersedia dan mengamalkan ajaran ag ama. Penelitian yang dilakukan oleh Solikin (1997) dengan judul Bimbingan Agama dalam Memberantas Kemungkaran di Gubug Kabupaten Grobogan dengan penjelasan bahwa upaya dalam memberantas kemungkaran yaitu dengan melakukan bimbingan agama dengan membentuk pengajianpengajian seperti pengajian mingguan, hari-hari besar dan selapanan. Dari beberapa penelitian yang telah direview, membuktikan bahwa penelitian yang menfokuskan pada pembinaan mental agama Islam terhadap ibu-ibu usia menopause pada Majlis Ta’lim al-Kautsar di Semarang Selatan belum ada yang melakukan penelitian, sehingga dari judul di atas penulis mencoba mendeskripsikan dalam sebuah skripsi.
1.5. Kerangka Teori Ditinjau dari siklus kehidupan seseorang, tahap usia setengah baya ini dikenal dengan masa terjadinya berbagai perubahan (Sadli, 1991: 7). Menurut Mappiare (1983: 174) perubahan yang terjadi pada usia setengah baya adalah perubahan psikologis maupun fisologis dan perubahan itu dapat menimbulkan berbagai persoalan apabila orang yang bersangkutan tidak siap menghadapi
9
perubahan yang terjadi pada dirinya. Menurut Loether (1987) yang dikutip oleh Jatman (2000: 85) mengatakan bahwa menjadi tua bukanlah suatu kejadian yang datangnya tiba-tiba, akan tetapi menjadi tua merupakan suatu proses yang dimulai pada saat pengertian menjadi tua itu diyakini dan proses itu berlangsung sepanjang hidup. Di dalam proses menjadi tua tersebut, manusia akan mengalami perubahan-perubahan pada segi fisik dan psikis, dan
perubahan-perubahan
tersebut
dapat
menjadi
faktor
yang
melatarbelakangi timbulnya masalah-masalah ketika manusia menjelang tua. Pada umumnya wanita lebih banyak mengalami rasa cemas dibandingkan dengan pria, hal tersebut disebabkan karena perasaan wanita lebih peka dan lebih emosional (Priest, 1987, dikutip Jatman, 2000: 85). Beberapa penelitian di Amerika menunjukkan bahwa wanita lebih mudah mengalami kecemasan ketika usia setengah baya, karena pada masa tersebut wanita akan mengalami peralihan dari wanita muda menjadi tua. Dan pada masa tua banyak terjadi perubahan yaitu terjadinya masa peralihan yang bernama menopause (Johnson dan Medinnus, 1969, dikutip Jatman, 2000: 86). Menurut Dutsch yang dikutip Sadli (1991: 28-31), tokoh psikologi wanita dari aliran psikoanalisa ia menilai menopause sebagai kejadian yang paling penting dan yang paling banyak menimbulkan masalah bagi wanita. Dikatakan pula wanita usia setengah baya menyesali dan menangisi kehilangan mereka atas aktivitas reproduktifnya. Hal senada diungkapkan oleh Cherry (1986) yang dikutip Jatman (2000: 87), menopause merupakan
10
tahun-tahun khusus bagi wanita di mana hal ini seringkali menimbulkan rasa takut bagi wanita untuk menghadapinya, wanita sering dicekam rasa takut, misalnya takut menjadi tua, takut kehilangan kecantikan, takut menghadapi kehidupan tanpa kepuasan seksual lagi. Gambaran di atas menggambarkan tentang menopause yang merupakan suatu fakta yang tidak bisa dihindarkan dalam kehidupan wanita usia setengah baya dan pada masa itu akan muncul gangguan psikis yang dilatarbelakangi oleh menopause, seperti: kecemasan, ketidakstabilan emosi, menurunnya perhatian terhadap diri sendiri dan orang lain. Datangnya masa menopause untuk setiap wanita tidaklah sama, rata-rata masa menopause untuk wanita sekitar usia 40-50, dan ada pula yang lebih dari 50 tahun. Walaupun demikian ada juga wanita yang mencapai menopause beberapa tahun lebih awal dan adapula yang lebih lambat. Terjadinya perbedaan tentang masa menopause menurut Mappiare (1983: 208) dipengaruhi oleh faktor keturunan, kondisi kesehatan secara menyeluruh dan faktor perbedaan iklim. Sedangkan menurut Faisal Yatim (2001: 51-53), faktor yang menjadi perbedaan memasuki masa menopause adalah kondisi kejiwaan dan pekerjaan, sosial, ekonomi, merokok, pengunaan obat-obatan dan keluarga berencana (KB). Menopause adalah sesuatu yang normal dan wajar yang dilalui oleh setiap wanita. Masa menopause ini merupakan fakta kehidupan yang harus dialami oleh setiap wanita sehingga menopause ini pada wanita adalah tahap yang menimbulkan masalah. Hal ini mungkin tidak untuk semua wanita tetapi
11
setidak-tidaknya bagi sebagian besar dari mereka yang sedang memasuki tahap tersebut. Dengan adanya problem-problem yang ada pada masa menopause secara langsung akan mengganggu mentalnya, sehingga hidupnya selalu gelisah dan penuh kekhawatiran. Islam sebagai agama yang membawa rahmah bagi seluruh alam, harus dapat dijadikan acuan hidup agar dapat hidup sejahtera lahir dan batin. mengingat pentingnya jiwa maka pembinaan mental agama Islam sangat perlu agar wanita dalam melewati fase ini tetap terjaga ketentraman jiwanya dan tetap bergairah dalam menjalani kehidupan di usia menopause serta dapat membimbing dirinya meliputi: tingkah laku, sikap dan gerak-gerik dalam kehidupannya akan sesuai dengan ajaran Islam. Dalam membicarakan pembinaan mental agama erat kaitannya dengan tujuan dan materi. Tujuan pembinaan mental keagamaan berhubungan erat dengan hasil yang diharapkan oleh suatu proses pembinaan. Sedangkan materi dari pembinaan mental agama erat kaitannya sebagai arahan terciptanya mental keagamaan yang diharapkan. Secara global dapat diklasifikasikan menjadi tiga hal pokok, yaitu aqidah, syari’ah, dan akhlak. Hubungan pembinaan mental agama dengan usia menopause memiliki keterkaian hal ini dapat dilihat dari menopause bagi kebanyakan wanita merupakan tahap yang menimbulkan masalah berupa ketakutan dan kecemasan. Dengan adanya kondisi wanita yang memasuki usia menopause maka perlu adanya suatu tempat yang memberikan pembinaan mental agama. Pembinaan mental agama merupakan usaha atau upaya untuk mengarahkan
12
seseorang atau kelompok orang dalam mengatasi problema kehidupan secara agama, karena agama memberikan berbagai pedoman dan petunjuk agar ketentraman jiwa tercapai.
1.6. Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode-metode yang digunakan untuk menggali data-data yang diperlukan yaitu: 1.6.1. Jenis, Pendekatan dan Spesifikasi Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan penemuan yang tidak dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara-cara yang lain dengan kuantitatif (Straus, terj. Ghony, 1997: 11). Sedangkan jika dilihat dari segi tempatnya, maka penelitian ini merupakan penelitian lapangan atau kancah (field research). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan bimbingan penyuluhan Islam.. Pendekatan ini digunakan sebagai acuan penulis untuk dapat mengetahui pelaksanaan pembinaan mental agama dilihat dalam konteks bimbingan penyuluhan Islam. Adapun spesifikasi penelitian ini adalah deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambaran dan bukan angka-angka (Moleong, 2000: 6). Metode ini bertujuan menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu (Savilla, 1993: 71). Dalam hal ini penulis akan mengumpulkan informasi tentang keadaan
13
nyata sekarang yaitu pelaksanaan pembinaan mental keagamaan Islam terhadap ibu-ibu usia menopause pada Majlis Ta’lim al-Kautsar di Kecamatan Semarang Selatan. 1.6.2. Definisi Konseptual dan Operasional Dalam
rangka
mengefektifkan
penelitian
ini
dan
menghindarkan dari kemungkinan berbagai bias yang muncul, maka perlu adanya pendefinisian berbagai konsep yang dipakai di dalam penelitian ini. a. Definisi Konseptual Dalam hal ini akan ditentukan konseptual judul yaitu: pembinaan mental keagamaan Islam terhadap ibu-ibu usia menopause. Dalam wacana penelitian pembinaan diartikan suatu usaha yang dilakukan dengan sadar, berencana, teratur dan terarah, serta bertanggungjawab untuk mengembangkan kepribadian dengan segala aspeknya (Daradjat, 1983: 6). Sementara mental diartikan semua unsur jiwa termasuk pikiran, emosi, sikap, perasaan yang dalam keseluruhannya menekankan perasaan, mengecewakan atau menggembirakan dan menyenangkan (Daradjat, 1982: 38-39). Di sisi lain agama Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada umat manusia melalui Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenal satu segi tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia (Nasution dalam Abuddin Nata, 1999: 64).
14
Dan menopause diartikan berhentinya secara definitif menstruasi (Kartono, 1992: 318). Dengan demikian yang dimaksud dengan pembinaan mental agama Islam terhadap ibu-ibu usia menopause adalah segala usaha yang dilakukan dengan berencana, teratur untuk meningkatkan unsurunsur kejiwaan berdasarkan agama Islam terhadap ibu-ibu yang menstruasinya telah berhenti. b. Definisi Operasional Mencermati pemahaman yang dituangkan pada definisi konseptual tentang pembinaan mental agama Islam terhadap ibu-ibu usia menopause pada Majlis Ta’lim al-Kautsar di Kecamatan Semarang Selatan secara definisi operasional dapat dipahami sebagai segala
usaha,
tindakan,
dan
kegiatan
yang
ditujukan
untuk
meningkatkan unsur-unsur kejiwaan atau rohaniah berdasarkan agama Islam terhadap ibu-ibu usia menopause Majlis Ta’lim al-Kautsar di Kecamatan Semarang Selatan adalah studi untuk mengetahui pembinaan tentang ajaran agama yang ditujukan untuk meningkatkan kondisi mental spiritual ibu-ibu usia menopause yang disesuaikan dengan prinsip-prinsip Islam.
15
1.6.3. Sumber dan Jenis Data Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka dalam hal ini memerlukan adanya sumber yang perlu digali atau dicari dari fenomena yang ada di lapangan atau field research yaitu ibu-ibu anggota Majlis Ta'lim Al Kautsar dan pengurus Majlis Ta'lim Al Kautsar. Sedangkan jenis data yang ada pada penelitian ini adalah: a. Data Primer Yaitu data pokok dalam penelitian yang langsung diperoleh melalui data lapangan yaitu pelaksanaan pembinaan mental agama Islam, metode yang digunakan dalam pembinaan mental agama, kondisi mental ibu-ibu usia menopause pada Majlis Ta’lim al-Kautsar. b. Data Skunder Yaitu data penunjang dalam penelitian sebagai penunjang data primer yang diperoleh melalui sejarah berdirinya Majlis Ta'lim Al Kautsar, struktur organisasi. 1.6.4. Populasi dan Sampel Yang dimaksud populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2002: 102). Jadi populasi adalah sejumlah elemen individu yang ada dalam lembaga tersebut yang akan diteliti. Sedangkan yang dimaksud populasi di dalam penelitian ini adalah semua warga Majlis Ta’lim al-Kautsar yang berusia 40-50 tahun di Kecamatan Semarang Selatan yang berjumlah kurang lebih 50 orang. Pengambilan teknik ini berdasarkan pada pendapat Suharsimi Arikunto yaitu untuk sekedar
16
ancer-ancer apabila subyek kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. (Arikunto, 2002 : 107). 1.6.5. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang diperlukan penulis adalah: a. Observasi Observasi adalah mengamati dan mendengar dalam rangka memahami, mencari jawaban, mencari bukti terhadap fenomena yang diselidiki (Suprayogo, 2001: 167). Teknik ini penulis gunakan untuk memperoleh gambaran gambaran umum Majlis Ta’lim al kautsar dan proses pelaksanaan pembinaan mental agama. b. Wawancara Wawancara adalah mencakup cara yang diperlukan seseorang untuk suatu tugas tertentu untuk mendapatkan keterangan secara lesan dari seseorang responden dengan bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang itu untuk mendapatkan informasi dengan cara bertanya secara langsung kepada responden (Sangarimbun, 1985: 45). Adapun cara yang perlu digunakan adalah bebas terpimpin, artinya wawancara secara bebas menanyakan pokok permasalahan dan berpegang pada pedoman ditujukan pada pemimpin Majlis Ta’lim untuk mengetahui sejarah singkat berdirinya, dan kondisi jamaah Majlis Ta’lim, juga pada pembina agama atau da’i untuk
17
mengetahui materi, metode, faktor pendukung dan penghambat serta proses pelaksanaan pembinaan mental agama ibu-ibu usia menopause. Dan juga untuk mewawancarai ibu-ibu usia menopause dalam keaktifannya untuk mengamalkan dari hasil bimbingannya. c. Dokumentasi Dokumentasi adalah penelitian dengan memperhatikan obyek dalam memperoleh sumber dengan tulisan, tempat dan berkas atau orang (people) (Arikunto, 1992: 131). Teknik ini digunakan untuk memperoleh data mengenai letak geografis, struktur organisasi dan hal-hal yang mengenai kegiatan di Majlis Ta’lim al kautsar. 1.6.6. Teknik Analisis Data Analisis
data
adalah
rangkaian
kegiatan
penelaahan,
pengelompokan, sistematisasi, penafsiran dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai sosial, akademis dan ilmiah (Suprayogo, 2001: 191). Adapun dalam menganalisis data yang berhasil dihimpun, dikelompokkan dalam satuan kategori dan dianalisis secara kualitatif. Penulis menggunakan analisis kualitatif deskriptif yaitu bertujuan melukiskan secara sistematis fakta dan karakteristik bidang-bidang tertentu secara factual dan cermat dengan menggambarkan keadaan atau status fenomena (Arikunto, 1992: 228).
18
1.7. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan dan mencerna masalah yang akan dibahas, maka akan disusun sistematika penulisan skripsi sebagai berikut: Bab I adalah pendahuluan. Di dalamnya menguraikan tentang latar belakang; perumusan masalah; tujuan dan manfaat penelitian; tinjauan pustaka; kerangka teoritik; metode penelitian yang mencakup jenis, pendekatan dan spesifikasi penelitian, definisi konseptual dan operasional, sumber dan jenis data, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, teknik analisis data; dan sistematika penulisan. Bab II menguraikan landasan teori pembinaan mental agama Islam, di dalamnya meliputi: pengertian pembinaan mental agama Islam; dasar pembinaan mental agama Islam; metode dan materi pembinaan mental agama Islam. Dan landasan teori tentang menopause yang di dalamnya menguraikan: pengertian menopause; problematika usia menopause, yang meliputi gejalagejala menopause dan menopause dalam kehidupan. Hubungan pembinaan mental agama dengan usia menopause Bab III akan diuraikan tentang hasil penelitian di lapangan meliputi sekilas tentang sejarah Majlis Ta’lim al-Kautsar di Kecamatan Semarang Selatan, pelaksanaan pembinaan mental agama Islam terhadap ibu-ibu usia menopause, yang meliputi: sistem pembinaan : subyek pembina, obyek pembinaan, tujuan dan aktivitas pembinaan mental agama, metode pembinaan mental agama Islam, serta materi pembinaan mental agama Islam.
19
Bab IV studi analisis terhadap pelaksanaan pembinaan mental agama Islam terhadap ibu-ibu usia menopause pada Majlis Ta’lim al-Kautsar di Kecamatan Semarang Selatan, yang di dalamnya meliputi: analisis terhadap pembinaan mental agama Islam pada Majlis Ta’lim Al-Kautsar, dan analisis pelaksanaan pembinaan mental agama ditinjau dari bimbingan penyuluhan agama Islam. Bab V penutup. Dalam bab ini memuat kesimpulan, saran dan kata penutup. Setelah terselesaikannya penulisan dari bab I sampai bab V penulis melengkapinya dengan daftar kepustakaan, lampiran-lampiran serta daftar riwayat hidup penulis.