BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Kualitas masa depan anak dapat dilihat dari perkembangan dan
pertumbuhan anak yang optimal, sehingga sejak dini, deteksi, stimulasi dan intervensi berbagai penyimpangan pertumbuhan atau perkembangan harus dilakukan. Setiap anak memiliki kemampuan dan kecerdasan motorik yang berbeda. Terdapat dua kelompok dengan kemampuan motorik halus yang lebih dominan dan kemampuan motorik kasar yang lebih dominan. Dokter dan orang tua sering mengabaikan perkembangan motorik sebagai faktor yang sangat berpengaruh di masa depan. Dengan kecerdasan motorik yang baik kualitas hidup seseorang di masa depan dapat ditingkatkan (Judarwanto, 2010). Hasil dari Survey Bavarian Pre-School Morbidity Survey (BPMS) pada anak prasekolah dari tahun 1997-2009 terjadi peningkatan keterlambatan motorik halus yang signifikan dari 4,07% menjadi 22,05% antara tahun 1997-2009 (Caniato, 2011). Penelitian yang dilakukan di Ekuador tahun 2003-2004, tercatat 28,1% anak mengalami keterlambatan motorik halus pada anak usia 48-61 bulan (Handal, 2007), sedangkan dari jurnal penelitian Indonesia yang diambil dari dua rumah sakit di Jakarta tercatat 11,3% anak mengalami keterlambatan motorik halus (Wisyastuti, 2005). Keterlambatan motorik menyebabkan anak merasa rendah diri, terjadi kecemburuan terhadap anak lain, terjadi kekecewaan terhadap orang dewasa, penolakan sosial, ketergantungan dan malu 1
(Hurlock, 2003). Menurut
2
Sulistyaningsih (2010) rasa rendah diri, kecemburuan terhadap anak lain, dan malu akan menyebabkan anak kesulitan memasuki bangku sekolah, sebab ketrampilan motorik sangat diperlukan dalam bersosialisasi dengan teman sebaya dalam hal bermain, keterampilan menulis dan membaca, sedangkan kekecewaan terhadap orang dewasa, ketergantungan dan rasa malu akan menyebabkan prestasi anak jauh dibawah kemampuannya. Data dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga 2013, jumlah peserta didik pendidikan anak usia dini (PAUD) di Denpasar sebanyak 18.157 anak, dimana jumlah PAUD paling banyak terdapat di Denpasar Barat, yang berjumlah 5.589 anak. Dan di kota Denpasar Barat jumlah peserta didik PAUD paling banyak terdapat di Desa Padangsambian yaitu 1004 anak. Setelah dilakukan studi pendahuluan yang dilakukan di TK. Kumara Sari VII Denpasar Barat, terdapat beberapa anak yang mengalami keterlambatan motorik halus. Dari 75 anak terdapat 30% anak yang mengalami keterlambatan motorik halus dengan pedoman Denver Development Screening Test (DDST) dengan sub tes motorik halus. Perkembangan motorik dibagi menjadi perkembangan motorik kasar dan perkembangan motorik halus. Perkembangan gerakan anak yang menggunakan otot-otot
besar
merupakan
perkembangan
motorik
kasar,
sedangkan
perkembangan gerakan anak yang menggunakan otot-otot kecil
merupakan
perkembangan motorik halus (Heidrun, Albert, Philipp, 2008). Tumbuh kembang anak dapat dideteksi secara dini melalui pemantauan secara cermat pertumbuhan fisik, perkembangan motorik, perkembangan kognitif dan perkembangan
3
psikososial. Setiap perkembangan tersebut memiliki tahapan-tahapan sendiri sesuai perkembangan usia. Aspek kognitif, fisik, motorik, dan psikososial seorang anak berkembang secara pesat dari 50% menjadi 80% pada saat usia prasekolah (Kemendiknas, 2010). Anak mengalami tumbuh kembang yang luar biasa, baik dari segi fisik motorik, emosi, kognitif maupun psikososial pada masa ini. Salah satu aspek penting pada proses perkembangan anak pada usia prasekolah adalah perkembangan motorik karena merupakan awal kecerdasan dan emosi sosial (Hurlock, 2003 ; Santrock, 2007). Perkembangan motorik merupakan proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Pada dasarnya, perkembangan keterampilan motorik berkembang sejalan dengan kematangan saraf dan otot anak. Setiap gerakan sesederhana apapun merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak. Dan perlu diingat, perkembangan keterampilan motorik setiap anak tidak sama, tergantung proses kematangan masing-masing anak (Revina, 2008). Menurut Dewi (2012) perkembangan motorik dipengaruhi oleh stimulasi lingkungan, status gizi, ras dan genetik. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan kemampuan rata-rata perkembangan motorik anak di berbagai negara berbeda. Secara konsisten perkembangan motorik halus berhubungan positif dengan kemampuan kognitif khususnya, dan dijadikan alat prediksi dalam prestasi belajar yang rendah. Tiga hal yang paling penting dari keterampilan motorik halus, diantaranya; kemampuan dasar anak dibentuk oleh keterampilan motorik halus, membaca dan keterampilan halus memiliki korelasi yang jelas dalam memenuhi
4
semua keperluan mata pelajaran, dampak emosional pada perkembangan anak dilihat dari keterampilan motorik halus (Heidrun, Albert, Philipp, 2008). Faktor internal dan eksternal merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik halus. Faktor genetik, faktor IQ dan kelainan kromosom merupakan faktor internal, sedangkan riwayat kelahiran, pola asuh, keadaan gizi, stimulasi dan faktor kesehatan merupakan faktor eksternal (Dinkes, 2005;Hurlock, 2003). Salah satu bentuk faktor eksternal (stimulasi) adalah brain gym. Senam otak (brain gym) merupakan latihan ringan yang bisa diberikan saat mengasuh anak, maka dari itu senam otak termasuk dalam faktor eksternal. Menurut hasil survey Bavarian Pre-School Morbidity Survey (BPMS) ras dan genetik memiliki pengaruh penting dalam perkembangan keterampilan motorik halus, yang menunjukkan anak laki-laki tiga kali lebih sering mengalami keterlambatan motorik halus dari pada anak perempuan (Caniato, 2011). Otak sangat mempengaruhi perkembangan motorik. Otaklah yang mengatur setiap gerakan yang dilakukan oleh anak, semakin matang perkembangan
sistem
saraf
otak
yang
mengatur
otot
memungkinkan
berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak (Santrock, 2007). Selain mengatur hampir seluruh fungsi kehidupan dalam tubuh manusia, otak juga turut memberikan pengaruh signifikan terhadap tingkat kognisi dan intelegensi manusia. Oleh karena itu, antara otak dan pemikiran memiliki keterkaitan yang sangat erat. Disamping itu, otak juga mengatur fungsi emosi, pengenalan, ingatan, pembelajaran motorik, dan lainnya (Darma Putra, 2013)
5
Otak terdiri dari dua hemisfer (belahan), yaitu otak kiri dan otak kanan dimana masing-masing memiliki fungsi yang berbeda. Pengetahuan tentang kedua belahan otak ini merupakan hasil penelitian Profesor Roger Sperry. Sebanyak 85% orang di dunia ini hanya menggunakan otak kiri, sebagian dari sisanya menggunakan otak kanan dan sebagian lagi memakai kombinasi antara keduanya. Senam otak merupakan rangkaian gerakan yang sederhana yang berfungsi untuk merangsang perkembangan seluruh bagian otak, baik otak kanan, otak kiri, otak depan maupun otak belakang secara sinergis (Hilda, 2009; Guyton, 2006). Dalam dimensi lateralitas, yang mendapat rangsangan adalah otak kiri dan kanan, sedangkan dalam
dimensi
pemfokusan,
gerakan senam
otak berupaya
meringankan atau merileksasi otak belakang dan bagian otak depan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui “Pengaruh Terapi Brain Gym Terhadap Keterampilan Motorik Halus Pada Anak Prasekolah di TK. Kumara Sari VII Denpasar Barat”.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah
penelitian sebagai berikut : “Adakah pengaruh brain gym terhadap keterampilan motorik halus pada anak prasekolah?”
6
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh brain gym terhadap keterampilan motorik halus pada anak prasekolah di TK. Kumara Sari VII Denpasar Barat.
1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi karakteristik responden anak prasekolah di TK. Kumara Sari VII Denpasar Barat. b. Mengetahui keterampilan motorik halus anak sebelum dan sesudah diberikan brain gym pada kelompok eksperimen di TK. Kumara Sari VII Denpasar Barat. c. Mengetahui keterampilan motorik halus anak sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol di TK. Kumara Sari VII Denpasar Barat. d. Menganalisis perbedaan keterampilan motorik halus pada anak prasekolah di TK. Kumara Sari VII Denpasar Barat. e. Menganalisis pengaruh brain gym terhadap keterampilan motorik halus pada anak prasekolah di TK. Kumara Sari VII Denpasar Barat.
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris mengenai pengaruh brain gym dalam meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak
7
prasekolah, sehingga dapat memberikan pengetahuan baru didalam dunia keperawatan dan pendidikan.
1.4.2 Manfaat Teoritis a.
Bagi Guru TK. Kumara Sari VII Denpasar Barat dapat memberikan alternatif untuk perkembangan keterampilan motorik halus dalam proses belajar mengajar, sehingga prestasi belajar anak didik dapat meningkat.
b.
Untuk peneliti selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi peneliti-peneliti lain yang ingin meneliti jenis bidang yang sama.