BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keterlibatan seni di dalam kehidupan masyarakat hampir setua dengan umur manusia itu sendiri. Seiring dengan berjalannya waktu, bentuk seni terbagi menjadi beberapa bagian, salah satunya ialah seni musik. Tidak dapat dipungkiri, seni musik, entah yang bentuknya sederhana maupun yang rumit sekalipun, telah membawa pengaruh yang cukup besar di dalam kehidupan manusia. Salah satunya
di
dalam
kehidupan
politik
dan
bernegara.
Lockard
berpendapat bahwa kebudayaan populer (dalam hal ini musik) bisa dilihat sebagai “kaca” dan “lampu”. Sebuah kaca yang mampu merefleksikan
tentang
masyarakat
dan
lampu
yang
mampu
menerangi gambaran (atau bahkan menjadi media akan perubahan) politik.1 Lebih lanjut, Lockard mengatakan bahwa musik populer merupakan bentuk seni yang selalu ada pada ruang publik di kotakota Asia Tenggara, yang memberikan nafas kehidupan sehari-hari.2
Craig Lockard,”Popular Music And Politics In Modern Southeast Asia”, dalam Asian Music Vol. 27. 1996. Hlm. 152. 1
2
Ibid.
Bisa dikatakan bahwa musik populer merupakan salah satu kategori seni musik, bukan jenis produk yang dihasilkan oleh seni musik. Harmassi berpendapat bahwa ada dua tema besar yang bisa digunakan dalam menjelaskan perkembangan musik populer di negara-negara berkembang. Pertama, pencarian jati diri dari sebuah negara. Kedua, kritik terhadap kebijakan suatu negara yang biasanya merefleksikan ketidakpuasan terhadap kegagalan politis dalam menyelesaikan masalah sosial ekonomi yang ada.3 Contoh pengaruh tersebut bisa dilihat dengan apa yang terjadi di Indonesia pada masa sebelum kemerdekaan. Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia pada tahun 1942- 1945, banyak musisi keroncong menciptakan lagu yang berisi perlawanan terhadap kesewenang-wenangan Jepang terhadap rakyat Indonesia. Adapun, bahasa yang dipakai bersifat metafora. Hal ini bertujuan agar Jepang tidak menyadarinya dan melakukan penangkapan.4 Salah satu lagu yang paling terkenal ialah Sepasang Mata Bola karangan Ismail Marzuki. Keroncong, yang tumbuh sebagai musik populer di Indonesia sejak akhir abad 19,
Elbaki Harmassi. The Third World Reassessed. (Berkeley : University Of California. 1988). Hlm.145-146. 3
Bronia Kornhauser, “In Defence Of Kroncong”. Dalam Margaret J.Kartomi, Studies In Indonesian Music (Melbourne : Centre Of South East Asian Studies. 1978), hlm 135. 4
2
dijadikan sebagai simbol persatuan oleh para bapak bangsa sejak Kemerdekaan Indonesia tahun 1945.5 Pada dekade 1950-an, kehidupan politik dan musik di Indonesia mulai berubah dan berkembang. Pada dunia politik, pengakuan kedaulatan Belanda terhadap kemerdekaan Indonesia pada tahun 1949 membawa efek yang cukup besar.Indonesia mulai menata
kehidupannya
sendiri
tanpa
campur
tangan
pihak
luar.Berbagai macam percobaan dalam menerapkan demokrasi dilakukan oleh pemerintah. Tetapi sayangnya, dengan umurnya masih
muda,
Indonesia
belum
mampu
menemukan
sistem
pemerintahan yang cocok dengan masyarakat pada saat itu.Satu hal yang positif pada masa itu ialah artikulasi politik yang sangat bebas.6 Pada masa awal sesudah revolusi ini, masyarakat Indonesia secara bertahap memasuki, apa yang disebut oleh Holt sebagai masa vakum7, dimana ia berpegang teguh pada awal yang sama, tetapi mengalami surut dari nasionalisme yang revolusioner. Pernyataan
Judith Becker, “Kroncong : Indonesian Popular Music”, dalam Asian Music Vol. 7. 1975. Hlm. 18 5
M.C. Ricklefs. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 (Jakarta : PT.Serambi Ilmu Semesta, 2005). Hlm. 472. 6
Claire Holt. Art In Indonesia:Continuities And Change (New York : Cornell University Press, 1991). Hlm. 202 7
3
tersebut dapat terlihat, pada bidang seni, baik itu seni rupa, maupun yang lainnya. Dalam dunia musik di Indonesia, dekade 1950-an merupakan masa dimana musik-musik yang diproduksi oleh negara-negara Barat mulai datang dan didengar oleh sebagian masyarakat Indonesia dan kebangkitan
musik
yang
disebut
dengan
musik
hiburan
(entertainment music).8 Jenis musik populer seperti jazz, pop, dan rockn’roll mulai mendapatkan popularitasnya. Dekade 1950-an juga awal dari industri musik di Indonesia. Perusahaan rekaman Irama yang merupakan perintis hal tersebut, berdiri pada tahun 1951. Yampolsky berpendapat bahwa genre musik yang dengan mudahnya bisa cocok dengan media dan menarik perhatian industri rekaman bisa dikatakan populer. Salah satu faktor kuncinya kenapa musik populer diterima dengan baik oleh industri rekaman yaitu sifat produktif yang dapat memenuhi permintaan media.9 Politik dan musik populer bisa dikatakan saling terkait pada dekade 1960-an. Hal ini bermula pada pidato Presiden RI, Soekarno,
Suzan Piper dan Sawung Jabo, “Musik Indonesia dari 1950an hingga 1980-an”, Prisma, 5 Mei 1987. Hlm. 10. 8
Philip Yampolsky, “Music and Media In The Dutch East Indies : Gramophone Records And Radio In The Late Colonial Era, 19031942”. Disertasi S-3. University Of Washington. Hlm. 19 9
4
pada perayaan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1959. Pidato yang berjudul “Penemuan Kembali Revolusi Kita” tersebut menitikberatkan kepada kebangkitan semangat revolusi, dekolonialisasi, dan keadilan sosial ini mulai mengancam eksistensi musik-musik Barat, yang masa itu banyak didengar oleh masyarakat.10 Pelarangan musik anti Barat pun menjadi titik puncak dari pidato Presiden Soekarno tersebut. Era Presiden Soeharto membawa angin segar bagi musik Barat yang telah berkembang di Indonesia. Musik yang tadinya dilarang pada era Soekarno, menjadi bebas untuk diperdengarkan. Radioradio swasta juga banyak yang bermunculan. Perkembangan musik mulai
lebih
dinamis
di
era
pemerintahan
Soeharto.
Program
pemerintah yang menekankan pada pembangunan dan stabilitas juga membawa pengaruh pada politik dan musik populer pada masa ia berkuasa. Dari penjelasan di atas, studi perbandingan mengenai respon pemerintah, dalam hal ini langkah-langkah apa yang diambil oleh pemerintah
untuk
menghadapi
perkembangan
tersebut menarik untuk ditulis.
10Berita
Indonesia, 18 Agustus 1959. 5
musik
populer
B.Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas, permasalahan yang dapat diangkat dalam penelitian yang akan dilakukan ini ialah mengenai perkembangan musik populer di Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Soekarno dan Soeharto. Dari pokok permasalahan di atas, ada dua pertanyaan penelitian yang timbul. Pertama, bagaimana pemerintah pada kedua periode tersebut melihat perkembangan musik populer ? Kedua, apa kebijakan pemerintah terhadap musik populer? Dalam penelitian yang akan dilakukan ini, pembatasan akan ruang lingkup mutlak dilakukan agar pembahasan mengenai tema penelitian agar senantiasa fokus. Ruang lingkup dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu ruang lingkup yang bersifat spasial, dan ruang lingkup yang bersifat temporal. Ruang lingkup spasial dalam penelitian yang akan dilakukan ini adalah Indonesia pada kurun waktu 1950-an hingga 1998. Alasan memilih Indonesia karena penduduknya yang beragam sehingga selera musik bisa dipastikan juga ikut beragam. Panduan pemerintah dalam melaksanakan tugasnya, yang berbeda, dalam kedua periode tersebut di Indonesia juga menjadi alasan kenapa Indonesia dipilih sebagai ruang lingkup spasial. 6
Ruang lingkup temporal dalam penelitian yang akan dilakukan ini berkisar antara tahun 1950 hingga 1998. Tahun 1950 dipilih sebagai tahun awal dalam mengkaji keterkaitan antara musik dan politik Indonesia karena ada 2 alasan. Pertama, pada tahun 1950, musik hiburan mulai bangkit dan diperkenalkan ke masyarakat Indonesia. Kedua, tahun 1950 merupakan tahun dimana Indonesia mulai menata kehidupannya sendiri tanpa campur tangan pihak luar. Tahun 1998 dipilih sebagai akhir fokus temporal dalam penelitian yang akan dilakukan ini karena pada masa itu jabatan Presiden Soeharto telah habis dan Indonesia mengalami pergantian kekuasaan yang baru, yang tentu saja membawa dampak yang cukup besar. C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang akan dilakukan ini ialah mampu mendokumentasikan keadaan politik Indonesia dan aspek hiburan, khususnya musik, pada kurun waktu 1950-an hingga 1998, sehingga gambaran mengenai kedua hal tersebut menjadi utuh. Dilihat dari segi historiografis, penelitian yang akan dilakukan ini diharapkan mampu menjadi sebuah referensi yang membantu para peneliti dengan tema yang sama di masa depan. Penelitian yang akan
7
dilakukan ini diharapkan menjadi sebuah indikator bagi masyarakat yang ingin mengetahui sejarah perkembangan musik. D. Tinjauan Pustaka Pembahasan mengenai bidang politik dengan mengambil kurun waktu 1950-an hingga 1999 sudah banyak dilakukan oleh para peneliti, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Buku yang ditulis
oleh
Harold
Crouch
berjudul
Militer
dan
Politik
di
Indonesia11merupakan sebuah tulisan yang cukup menarik. Dengan mengangkat keterlibatan tentara dalam politik Indonesia pada tahun 1945 hingga 1970-an sebagai fokus kajian, ia berhasil menjelaskan secara kronologis bagaimana cikal bakal tentara mampu berperan banyak
dalam
dunia
politik
Indonesia,
hingga
proses
yang
menggambarkan naiknya tentara dalam puncak tampuk kekuasaan pada tahun 1967. Menurut Crouch, periode pada buku ini dibagi ke dalam tiga bagian untuk menjelaskan peran tentara dalam politik Indonesia. Pertama, keterlibatan tentara dalam politik pada masa Demokrasi Terpimpin, juga termasuk kegiatan-kegiatan para perwira yang terlibat dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965. Kedua, masa transisi yang terjadi pada kurun waktu Okotber 1965 hingga
Harold Crouch. Militer dan Politik di Indonesia, (Jakarta : Sinar Harapan, 1986). 11
8
Maret 1967, dimana tentara yang berada di bawah pimpinan Soeharto secara perlahan-lahan mengurangi kekuasaan presiden Soekarno hingga akhirnya lengser dari kursi presiden. Ketiga, dominasi tentara di bawah masa Orde Baru.Bagi para pengkaji dunia politik
pada
masa
ini,
buku
ini
layak
dijadikan
referensi
utama.Meskipun hanya membahas keterlibatan satu pihak dalam politik
Indonesia,
dalam
hal
ini
tentara,
buku
ini
mampu
menjelaskan keadaan politik secara umum pada masa itu. Buku yang berjudul Sejarah Politik Indonesia12yang ditulis oleh Zulfikar
Gazali,
Anhar
Gonggong,
dan
J.R.
Chaniago,
yang
diterbitkan oleh Depdikbud pada tahun 1989 juga bisa dijadikan referensi tambahan dalam mengkaji dunia politik yang ada pada masa Soekarno menjadi presiden Republik Indonesia. Fokus temporal dalam buku ini mengambil kurun waktu tahun 1950 hingga 1965. Pembahasan
buku
ini
banyak
mengkaji
keputusan-keputusan
pemerintah serta undang-undang. Kutipan-kutipan pidato Soekarno mengenai sebuah isu di dalam politik juga banyak dipakai buku ini dalam membahas dunia politik Indonesia pada masa itu.Analisis disampaikan cukup baik di dalam buku ini. Secara keseluruhan,
Zulfikar Gazali,dkk. Sejarah Politik Indonesia, (Jakarta : Depdikbud, 1989). 12
9
buku ini, meskipun tipis, layak dijadikan referensi dalam membedah politik Indonesia pada masa itu. Buku 196513yang
yang
berjudul
merupakan
Pemikiran
kumpulan
Politik
kupasan
Indonesia tulisan
1945-
mengenai
pemikiran politik para tokoh bangsa seperti Ir. Soekarno, Hatta, Sutan Syahrir, dan lain-lain.Semua tulisan tersebut digabungkan dengan tulisan ahli politik Indonesia dari luar negri seperti Herbert Feith, Lance Castles, dan lain-lain. Buku ini banyak membahas politik Indonesia dari tahun 1945-1965. Buku ini sangat berguna dalam memahami politik Indonesia dari tahun 1945 hingga 1965. Pembahasan mengenai perkembangan musik di Indonesia dari tahun 1950-an hingga 1998 sudah banyak dilakukan oleh para musikus, peneliti kebudayaan, maupun pengamat musik. Artikel yang ditulis Sawung Jabo dan Suzan Piper berjudul Musik Indonesia dari 1950-an
hingga 1980-an14
dan
diterbitkan
oleh
majalah
Prismamerupakan contoh referensi yang cukup bagus. Analisis yang disampaikan juga cukup tajam. Bahasa yang digunakan oleh kedua penulis tersebut juga cukup komunikatif dan tidak membingungkan. Herbert Feith dan Lance Castles (eds.), Pemikiran Politik Indonesia 1945-1965, (Jakarta : LP3ES, 1988). 13
14Suzan
Piper dan Sawung Jabo, “Musik Indonesia dari 1950an hingga 1980-an, dalam Prisma, 5 Mei 1987. 10
Pembahasan di dalam artikel ini banyak menjelaskan mengenai tumbuh dan berkembangnya musik pop di Indonesia pada kurun waktu 1950-an hingga 1980-an. Jenis musik seperti keroncong, rock, dan lain-lain hanya disebut sambil lalu saja. Artikel ini cukup membantu bila ingin mengkaji perkembangan musik populer yang ada di Indonesia. Artikel yang berjudul Pasang Surut Musik Rock di Indonesia15 yang ditulis oleh A. Thahjo dan Nug Katjasungkana dan diterbitkan oleh majalah Prisma pada tanggal 10 Oktober 1991 pantas untuk dijadikan referensi. Artikel ini khusus mengangkat tema musik rock di dalam tulisannya. Tulisan ini mengambil ruang lingkup temporal pada masa Orde Baru atau masa pemerintahan Presiden Soeharto. Perkembangan musik rock tentu saja mengambil porsi paling banyak di dalam tulisan ini. Meskipun begitu, penjelasan mengenai musikmusik lainnya khususnya dangdut dan pop juga ada di tulisan ini walaupun tidak terlalu banyak. Buku yang berjudul Media, Culture, and Politics In Indonesia16 yang dikarang oleh Krisnha Sen dan David T. Hill merupakan
15A.
Thahjo dan Nug Katjasungkana, “Pasang Surut Musik Rock di Indonesia”, dalamPrisma, 10 Oktober 1991. 16Krishna
Sen dan David T. Hill.Media, Culture, and Politics in Indonesia, (Jakarta : Equinox Publishing, 2007). 11
referensi utama dalam membedah keterkaitan politik dan musik pada kurun waktu 1950-an hingga 1999. Pada salah satu bab di dalam buku ini, perjalanan musik Indonesia dan keterkaitannya dengan politik pada kurun waktu tersebut dibahas singkat. Tak hanya musik saja yang dibahas di dalam buku ini. Aspek-aspek seperti film, televisi, pers, radio, dan internet juga dibahas secara lugas di dalam buku ini. Secara garis besar buku ini mengambil lingkup waktu sekitar masa Orde Baru berkuasa, penjelasan-penjelasan di bagian awal merupakan sumber tertulis yang cukup berharga dalam membentuk kerangka berpikir yang dipakai dalam menjelaskan keterkaitan politik dan media (termasuk musik) pada tahun 1950-an hingga 1998. E. Metode dan Sumber Metode yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah kritis.17 Metode tersebut dapat dibagi menjadi 4 tahap yaitu : 1. Pengumpulan sumber 2. Verifikasi (kritik internal dan eksternal)
17Kuntowijoyo.
Pengantar Ilmu Sejarah. (Yogyakarta: Bentang,
2005), hlm. 96-105. 12
3. Interpretasi (analisis dan sintesis) 4. Penulisan Pada tahap pertama, yaitu pengumpulan sumber. Sumber, menurut urutan penyampaiannya, dapat dibagi menjadi dua yaitu sumber primer dan sekunder. Sumber primer merupakan sumber utama yang disampaikan oleh saksi mata, melalui wawancara langsung atau artikel koran. Sumber primer yang akan digunakan dalam penelitian ini berupa publikasi tertulis seperti koran, dan majalah yang terbit dalam kurun waktu 1950-an hingga 1998. Publikasi yang bersifat audio seperti lagu-lagu yang banyak didengar pada masa itu juga termasuk ke dalamnya.Sumber primer akan diperoleh
dari
Arsip
Nasional
Republik
Indonesia
(ANRI),
Perpustakaan Nasional, dan Library Center yang terletak di Jalan Malioboro, Yogyakarta. Sumber sekunder merupakan sumber sejarah yang tidak sezaman dengan peristiwa yang menjadi fokus penelitian. Dalam penelitian yang akan dilakukan ini, sumber sekunder tersebut berupa artikel, buku, dan jurnal. Sumber-sumber tersebut akan diperoleh
dari
Perpustakaan
Fakultas
Ilmu
Budaya
UGM,
Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM, Perpustakaan Unit
Pelaksana
Teknis
(UPT)
UGM, 13
Perpustakaan
Ignatius,
Perpustakaan Cultural Studies Center, dan Perpustakaan Usmar Ismail. Setelah tahap pengumpulan sumber, tahap selanjutnya ialah tahap verifikasi. Verifikasi atau kritik keabsahan sumber dapat dibagi menjadi dua yaitu kritik internal dan eksternal. Kritik internal melingkupi aspek isi dari sumber sejarah tersebut. Sejarahwan harus benar-benar harus bisa memutuskan apakah data yang telah dikumpulkan tersebut dapat diandalkan atau tidak pada titik ini. Kritik eksternal menekankan pada aspek fisik dari sumber sejarah. Kritik ini digunakan untuk memeriksa otensitas dan integritas dari dokumen
tersebut,
seperti
umur
kertas,
tulisan
tangan,
dan
sebagainya. Tahap selanjutnya ialah tahap interpretasi. Tahap ini terdiri dari analisis dan sintesis. Analisis merupakan penguraian data-data. Dalam tahap ini, data-data yang berhasil dikumpulkan dijalin kembali
menggunakan
penjelasan.
Setelah
data-data
berhasil
dianalisis, tahap selanjutnya ialah sintesis. Data-data yang berhasil dianalisis
lalu
disatukan
sehingga
menghasilkan
penjelasan-
penjelasan utuh yang saling mendukung satu sama lain. Tahap akhir merupakan tahap penulisan. Tahap ini adalah hasil akhir dari tahap-tahap sebelumnya. 14
F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan akan dibagi menjadi empat bab. Bab pertama akan menekankan latar belakang, permasalahan, dan ruang lingkup penelitian. Ketiga bagian tersebut merupakan bagian yang esensial dalam membangun tulisan yang baik dan kronologis. Bila ketiga bagian tersebut telah terjalin dengan baik, proses dalam penulisan bisa dikatakan dapat berjalan dengan lancar. Bagian yang lain seperti tujuan penelitian, tinjauan pustaka, serta metode dan sumber yang digunakan dalam penelitian akan dijelaskan secara jelas. Bab Dua akan menjelaskan tentang perkembangan musik populer pada masa Presiden Soekarno. Ruang lingkup temporal yang akan dipaparkan pada bab ini berkisar pada tahun 1950-an hingga 1967. Bab ini akan dimulai dari penjelasan akan perkembangan seni secara umum pada masa itu dan hubungannya dengan politik. Lebih lanjut, bab ini akan juga akan menjelaskan perkembangan musik populer pada tahun 1950-an hingga 1967. Bab Tiga akan membahas tentang perkembangan musik pada masa kepemimpinan Presiden Soeharto. Ruang lingkup temporal yang akan dipaparkan pada bab ini berkisar antara 1967 hingga 1998. Bab ini juga akan dibuka melalui penjelasan mengenai 15
perkembangan seni dan politik pada umumnya di masa itu, hingga akhirnya penjelasan akan perkembangan musik populer pada tahun 1967-1998. Bab Empat akan berisi tentang penjelasan-penjelasan bab sebelumnya yang akan disintesiskan menjadi sebuah kesimpulan yang utuh.
16