BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kesehatan
masyarakat
merupakan
salah
satu
tujuan
Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJN-N) tahun 2005-2025 yang harus dicapai dengan upaya mewujudkan perilaku dan hidup yang sehat. Hal ini terdapat pada sistem kesehatan nasional yang merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Upaya pencapaian tujuan tersebut belum maksimal karena masih banyak permasalahan kesehatan yang belum dapat teratasi salah satunya adalah tingginya Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia (RPJM Kes, 2014). Menurut Dinas Kesehatan D.I. Yogyakarta (2012) angka kematian bayi di D.I. Yogyakarta pada tahun 2012 menunjukkan bahwa D.I. Yogyakarta mempunyai angka kematian bayi yang relatif tinggi yaitu 25 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan target MDG’s di tahun 2015 sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup. Kasus kematian bayi di D.I. Yogyakarta pada tahun 2012 terjadi 400 kasus, dan mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2010 terjadi 241 kasus kematian bayi dan tahun 2011 sebanyak 311 kasus. Penyebab terbanyak dari kasus kematian bayi tersebut adalah BBLR dan asfiksia (Dinkes, 2012). Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan bayi yang dilahirkan dengan berat badan kurang dari 2500 gram (Yulifah & Yuswanto, 2009).
2
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkiraan sekitar 15% dari seluruh kelahiran di dunia dan sering terjadi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, angka kejadian BBLR di Indonesia berkisar 9%-30% (Pantiawati, 2010). Menurut Depkes RI (2013) dalam laporan hasil Riset Kesehatan Dasar angka tersebut sudah mulai mengalami penurunan dari 11,1% di tahun 2010 menjadi 10,2% di tahun 2013, sedangkan presentase umur 0-59 bulan dengan berat badan lahir < 2500 gram dan panjang lahir < 48 cm menurut provinsi Indonesia tahun 2013, provinsi D.I. Yogyakarta menempati peringkat tertinggi ketiga yaitu 6,1% setelah Sulawesi Tenggara dan Papua. Data dari Dinas Kesehatan Kota D.I. Yogyakarta (2012) menunjukkan jumlah bayi lahir hidup sebesar 45.796 bayi, dan jumlah bayi baru lahir ditimbang sebesar 44.896 bayi. Jumlah kasus bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) pada tahun 2012 yaitu sebesar 2.012 bayi (4.48%) dari 4 kabupaten D.I. Yogyakarta. Kabupaten Bantul menempati peringkat kedua tertinggi kasus BBLR dari 4 kabupaten di D.I.Yogyakarta setelah Kabupaten Gunung Kidul yaitu sekitar 534 bayi dari 13.419 kelahiran (3.98%). Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah di Kabupaten Bantul di tahun 2013, dilaporkan sejumlah 3,5%. Kasus BBLR tersebut ada di semua wilayah kerja puskesmas dan Rumah Sakit se-Kabupaten Bantul. BBLR juga merupakan salah satu faktor penyebab kematian bayi di bantul pada tahun 2013 yaitu sekitar 18 kasus dari 126 kasus lainnya (Dinkes, 2014). Hasil penelitian Deshpande et al (2011) di dalam penelitian Paneru et al (2014) ada lebih dari 43 faktor yang diketahui dapat mempengaruhi berat
2
3
badan lahir, dari semua faktor tersebut faktor ibu merupakan faktor yang paling penting. Berdasarkan hasil penelitian Paneru et al (2014) faktor dari ibu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan janin, beberapa diantaranya adalah faktor obstetrik yaitu usia ibu saat hamil, paritas, jarak kehamilan dekat, riwayat melahirkan BBLR, dan usia kehamilan serta kondisi morbiditas ibu selama hamil seperti anemia dan penyakit hipertensi. Peran dari keluarga terutama ibu sangat penting dalam mencegah terjadinya BBLR, dengan selalu menjaga kesehatan ibu sebelum dan selama hamil karena akan berpengaruh pada kesejahteraan janin yang dikandung. Sebagai orang tua diwajibkan untuk memberikan yang terbaik bagi generasi selanjutnya, hal ini disampaikan Allah SWT di dalam firman-Nya surah An Nisaa’ ayat 9: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertanya kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. [4:9] Perawat sebagai tenaga kesehatan lini terdepan sangat diperlukan keterlibatannya dalam berbagai upaya pencegahan dan pengelolaan BBLR yang dilakukan oleh pemerintah untuk menurunkan angka kejadian BBLR yang tinggi. Peran tersebut yaitu: malakukan deteksi dini sebagai upaya pencegahan BBLR melalui pemeriksaan antenatal care (ANC) untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan janin yang dikandung, serta memberikan asuhan keperawatan pada penanganan dan pengelolaan BBLR dengan pengetahuan yang memadai (Maryuni, 2013).
3
4
Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta didapatkan data bayi dengan BBLR pada tahun 2014 sebanyak 404 bayi dari 1813 kelahiran atau sekitar 22.3%. Berdasarkan latar belakang di atas maka penelitian tentang “Hubungan Faktor Obstetrik dan Kondisi Morbiditas Ibu dengan Kejadian BBLR di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta” perlu dilakukan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu apakah ada hubungan antara faktor obstetrik dan kondisi morbiditas ibu dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara faktor obstetrik dan kondisi morbiditas ibu dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui hubungan antara usia ibu saat hamil, paritas, jarak kehamilan, riwayat melahirkan BBLR, dan usia kehamilan dengan kejadian BBLR. b. Mengetahui hubungan antara anemia dan penyakit hipertensi dengan kejadian BBLR.
4
5
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat Dapat memberikan pengetahuan bahwa BBLR disebabkan oleh banyak faktor dan faktor yang paling penting adalah faktor dari ibu. Sehingga diperoleh kesadaran yang tinggi dari masyarakat dalam upaya pencegahan kejadian BBLR. 2. Bagi Instansi Terkait Rumah sakit dan instansi pelayanan kesehatan dapat meningkatkan upaya-upaya penyuluhan dan bimbingan kepada masyarakat, khususnya kepada ibu dan calon ibu tentang pentingnya menjaga kesehatan sebelum dan selama kehamilan serta meningkatkan pemberian pelayanan antenatal untuk mencegah dan menurunkan kelahiran BBLR. 3. Bagi Depkes Dapat dijadikan bahan pertimbangan keputusan kebijakan dalam penanganan dan pengelolaan BBLR di daerah Yogyakarta khususnya daerah Bantul. 4. Bagi Perawat Sebagai informasi dan data penunjang untuk lebih meningkatkan peran perawat di lini pertama pelayanan kesehatan dalam upaya pencegahan dan pengelolaan kejadian BBLR.
5
6
5. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar dalam melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan bayi berat lahir rendah. E. Keaslian Penelitian Paneru,
Naik, Nilgar & Mallapur (2014) dengan judul penelitian
“Obstetric Risk Faktors for Low Birth Weight amongst Full Term Babies Born at a Tertiary Care Hospital of Belgaum District, South India.” Hasil dari penelitian menunjukkan primigravida, penyakit hipertensi selama kehamilan, presentasi fetal saat melahirkan dan jenis kelamin dari bayi secara signifikan berhubungan denga kejadian BBLR. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan yaitu terletak pada variabel, sampel dan desain penelitian. Variabel yang diteliti pada penelitian tersebut adalah faktor resiko obstetrik, sedangkan variabel yang diteliti pada panelitian ini adalah faktor obstetrik dan kondisi morbiditas ibu. Sampel dari penelitian tersebut adalah pada ibu dengan bayi full term sedangkan pada penelitian ini adalah semua ibu yang melahirkan pada periode penelitian. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian tersebut adalah studi retrospektif cohort sedangkan desain penelitian ini adalah observasi analitik dengan pendekatan cross sectional. Jammeh, Sundby & Vangen (2011) dengan judul penelitian “Maternal and Obstetric Risk Faktors for Low Birth Weight and Preterm Birth in Rural Gambia: a Hospital-Based Study of 1579 Deliveries.” Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah cross sectional dengan pendekatan
6
7
retrospektif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa presentasi BBLR dan kelahiran preterm di rumah sakit desa atau rural Gambia tinggi dan faktor resiko signifikan terbanyak adalah berhubungan dengan pedarahan antepartum dan penyakit hipertensi pada ibu. Perbedaan penelitian terletak pada variabel, variabel pada penelitian tersebut adalah faktor resiko ibu dan obstetrik, sedangkan pada panelitian ini adalah faktor obstetrik dan kondisi morbiditas ibu
serta terdapat perbedaan pada outcome yaitu pada penelitian tersebut
kejadian BBLR dan bayi premature sedangkan pada penelitan ini hanya .kejadian BBLR. Najikh (2009) dengan judul penelitian “Profil Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Unit Perawatan Neonatus RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Bulan Januari-Mei 2012”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik BBLR laki-laki lebih banyak daripada perempuan, presentasi berat badan BBLR terbanyak pada rentang 1500-2500 gram, usia gestasi terbanyak < 37 minggu, jumlah partus tertinggi adalah partus pertama, komplikasi tertinggi adalah asfiksia, diagnosa terbanyak resiko infeksi, rencana tindakan yang paling banyak dibuat adalah resiko infeksi dan implementasi yang sering adalah memandikan bayi. Perbedaan penelitian yang peneliti lakukan dengan penelitian yang sudah ada adalah pada variabel penelitian dan outcome penelitian yaitu variabel yang diteliti adalah faktor obstetrik dan kondisi morbiditas ibu dengan outcome kejadian BBLR serta terdapat perbedaan pada desain penelitian dan sampel. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian tersebut adalah deskriptif non-eksperimental dengan
7
8
pendekatan retrospektif sedangkan desain pada penelitian ini adalah observasi analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan pada penelitian tersebut adalah ibu dengan bayi BBLR saja sedangkan pada penelitian ini sampelnya adalah semua ibu yang melahirkan pada periode penelitian
8