BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kemiskinan masih menjadi persoalan mendasar di Indonesia. Oleh karena itu, program penanggulangan kemiskinan menjadi salah satu dari 11 prioritas pembangunan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014 yang tercantum dalam Peraturan Presiden No.5 Tahun 2010. Secara umum, persentase penduduk miskin di Indonesia mengalami penurunan. Jika dilihat dari angka penurunannya dari tahun ke tahun, terjadi perlambatan dalam penurunan angka kemiskinan. Hal ini sebagaimana digambarkan dalam tabel berikut. Tabel 1.1 Persentase Penduduk Miskin di Indonesia, 2008−2013 % Penduduk Miskin Penurunan dalam % Tahun Penduduk Miskin 2008 15,42 2009 14,15 1,27 2010 13,33 0,82 2011 12,50 0,83 2012 12,00 0,50 2013 11,40 0,60 Sumber: BPS, 2009-2014 (diolah)
Kondisi yang sama juga terjadi di Kota Yogyakarta, yaitu persentase kemiskinan terus menurun, namun ada perlambatan dalam penurunannya. Hal ini sebagaimana digambarkan dalam tabel berikut.
1
Tabel 1.2 Persentase Penduduk Miskin di Kota Yogyakarta, 2008−2013 Penurunan dalam % Tahun % Penduduk Miskin Penduduk Miskin 2008 10,81 2009 10,05 0,76 2010 9,75 0,30 2011 9,62 0,13 2012 9,38 0,24 2013 8,82 0,56 Sumber: BPS, 2009-2014 (diolah)
Walaupun angka kemiskinan secara nasional terus menurun, namun penurunan itu belum mencapai target. Target angka kemiskinan yang ditetapkan dalam RPJMN 2010-2014 adalah pada kisaran 9,50-10,50 persen untuk akhir tahun 2013. Angka kemiskinan nasional memang terus menurun, namun secara jumlah, masih ada jutaan penduduk Indonesia yang masuk kategori miskin. Per September 2013 (BPS, 2014), jumlah penduduk miskin di Indonesia adalah sebesar 28,55 juta jiwa. Kondisi ini menunjukkan suatu besaran angka penduduk miskin yang tidak kecil. Upaya penurunan angka kemiskinan menjadi hal yang sangat penting. Hal ini merupakan suatu upaya untuk meraih tiga inti dari pembangunan (Todaro dan Smith, 2011: 25). Tiga inti pembangunan terdiri dari kecukupan untuk memenuhi kebutuhan dasar, kecukupan untuk memenuhi kebutuhan harga diri, dan kebebasan dari sikap menghamba. Pengurangan kemiskinan dapat mendorong laju perekonomian suatu bangsa melalui peningkatan produktivitas yang lebih baik. Kondisi ini didapatkan melalui perbaikan akses pendidikan dan kesehatan bagi si miskin, peningkatan permintaan yang berasal dari peningkatan pendapatan, dan perluasan partisipasi si miskin dalam pembangunan (Todaro dan Smith, 2011: 289).
2
Adanya fakta penurunan angka kemiskinan menunjukkan keseriusan Pemerintah dalam menurunkan jumlah penduduk miskin di Indonesia.
Melalui
Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010, Pemerintah telah mencanangkan Program Penanggulangan Kemiskinan yang terdiri dari tiga klaster. Klaster pertama berupa pemberian bantuan sosial kepada rumah tangga miskin untuk membantu mengurangi beban pengeluaran rumah tangga miskin. Klaster kedua berupa program pemberdayaan masyarakat. Klaster ketiga berupa program pemberdayaan pengusaha mikro dan kecil. Program pemberdayaan masyarakat memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan
kemiskinan.
Melalui
program
pemberdayaan,
upaya
penanggulangan kemiskinan tidak hanya sebatas memberikan bantuan langsung kepada penduduk miskin. Program ini juga melibatkan penduduk miskin dalam membangun kualitas hidupnya. Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu pendekatan dalam penanggulangan kemiskinan yang semakin mendapat perhatian yang luas dari berbagai pihak (Mansuri dan Rao, 2004). Upaya ini muncul dari adanya kritik atas kebijakan pemerintah yang bersifat top down yang ternyata kebijakan tersebut tidak dapat menyentuh langsung pada masyarakat miskin sebagai penerima program (Soetomo, 2011: 67). Dalam Kamruzzaman (2013), dinyatakan bahwa partisipasi masyarakat miskin dalam upaya pembangunan
akan membuat
kebijakan pembangunan lebih realistis sehingga pada akhirnya, partisipasi masyarakat dapat mempercepat hasil yang ditargetkan.
3
Meskipun berbagai program telah digulirkan, namun harus diakui bahwa upaya penanggulangan kemiskinan belum berjalan sebagaimana yang ditargetkan. Selain masalah perlambatan dalam penurunan angka kemiskinan, berbagai kendala masih dijumpai dalam implementasi program-program penanggulangan kemiskinan. Salah satu kendala dalam pemberdayaan masyarakat adalah kurangnya motivasi dari masyarakat miskin untuk mengambil peran dalam upaya pembangunan (Puslitbang Kementerian PU, 2011). Platteau (2004) menyebutkan salah satu hambatan dalam pemberdayaan masyarakat adalah adanya dominasi kaum elite dalam menentukan jalannya program. Akibatnya, hasil kegiatan justru tidak menyentuh kebutuhan masyarakat miskin. Bado (2012) menyebutkan beberapa kendala yang membuat program pemberdayaan masyarakat belum dapat sepenuhnya mengurangi kemiskinan sebagaimana
yang
diharapkan.
Kendala
tersebut
meliputi
lemahnya
pemberdayaan masyarakat, lemahnya sistem akuntabilitas, kurangnya mekanisme capacity building, dan kurangnya kolaborasi antara pihak yang terlibat di dalamnya. Kementerian Sosial sebagai salah satu kementerian yang terlibat dalam upaya penanggulangan kemiskinan telah melaksanakan berbagai program penanggulangan kemiskinan. Program yang dilaksanakan meliputi bantuan sosial maupun pemberdayaan. Program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan salah satunya adalah Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE), yang merupakan program
4
penanggulangan kemiskinan klaster tiga. Program ini
merupakan pemberian
hibah uang sebagai modal untuk membentuk usaha ekonomi produktif. KUBE beranggotakan warga masyarakat yang mau bergabung untuk melaksanakan usaha ekonomi produktif. Tujuan KUBE adalah untuk meningkatkan kesejahteraan anggota. Salah satu persoalan yang dihadapi warga miskin adalah terbatasnya akses ke sumber daya, baik uang maupun barang. Program KUBE berupaya untuk mengatasi persoalan tersebut dengan memberikan peluang bagi warga miskin untuk dapat memiliki dan memanfaatkan modal yang diterima kelompok. Modal ini selanjutnya dapat digunakan untuk mengembangkan usaha ekonomi produktif yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan hidup. Program KUBE berupaya menumbuhkan kelompok yang digunakan sebagai sarana bagi warga miskin dalam menjalankan usaha ekonomi produktif. Penumbuhan kelompok merupakan media pemberdayaan yang diharapkan dapat memberikan kekuatan bagi warga miskin untuk bersama-sama keluar dari jerat kemiskinan (Kementerian Sosial, 2011). Program KUBE yang ditumbuhkan di Kota Yogyakarta tahun 2010 diantaranya adalah 10 KUBE yang ada di Kelurahan Sorosutan. KUBE yang beranggotakan warga miskin ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan anggota. Programnya diwujudkan berupa pemberian hibah sebesar 20 juta rupiah per kelompok
yang digunakan sebagai modal untuk
mengembangkan usaha ekonomi produktif sesuai dengan yang direncanakan kelompok.
5
Suyanto (2013: 17) menyampaikan bahwa bantuan pemerintah yang dimaksudkan untuk usaha ekonomi produktif seringkali justru dimanfaatkan untuk kepentingan konsumtif. Selain itu, ada fenomena bahwa proses pemberdayaan masyarakat terkadang menimbulkan ketergantungan masyarakat pada berbagai stimulan dari luar. Program KUBE tahun 2010 di Kelurahan Sorosutan merupakan program yang berupaya untuk menumbuhkan usaha ekonomi produktif sebagai bantuan pemberdayaan kepada warga yang tergolong miskin. Fenomena tersebut menjadi hal yang menarik untuk diteliti bagaimana implementasi KUBE penumbuhan yang ada di Kelurahan Sorosutan sejak dibentuk di tahun 2010 dan eksistensinya sampai dengan 2014. Implementasi tersebut menyangkut apakah program berhasil dalam menstimulus anggota kelompok untuk mengembangkan usaha ekonomi produktif yang dapat meningkatkan taraf hidupnya, atau tidak.
1.2 Keaslian Penelitian Berbagai
penelitian
sebelumnya
yang
berkaitan
dengan
upaya
pemberdayaan ekonomi masyarakat telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian tersebut adalah yang disajikan dalam tabel 1.3 sebagai berikut.
6
Tabel 1.3 Hasil Penelitian Terdahulu Peneliti Ledoh (2010)
Alat Analisis Uji beda dua ratarata dan Anova.
Hasil
Persamaan
Perbedaan
Ada perbedaan pendapatan masyarakat sebelum dan sesudah menerima program bantuan. Tidak terdapat hasil signifikan terhadap pengembangan usaha pada kelompok masyarakat penerima bantuan. Proses pelaksanaan KUBE belum sesuai dengan pedoman, belum ada peningkatan yang berarti pada pendapatan anggota
Analisis dilakukan terhadap efektivitas program pemberdayaan.
Perbedaan pada pendekatan penelitian, penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif.
Sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif, obyek penelitian juga sama yaitu Program KUBE.
Perbedaan pada lokasi penelitian dan perbedaan pada tujuan. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi ketepatan pelaksanaan dengan pedoman. Perbedaan pada lokasi penelitian dan perbedaan pada tujuan. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi proses pelaksanaan KUBE. Perbedaan pada lokasi penelitian dan perbedaan pada tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi dari LKM.
Iriyanti (2011)
Deskriptif evaluatif
Dramayanti (2011)
Evaluasi formatif
Target sasaran penerima bantuan belum sesuai kriteria. Aspek konsistensi belum tepat. Pendampingan lebih bersifat pendampingan administratif.
Sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif, obyek penelitian juga sama yaitu Program KUBE.
Andariani (2011)
Deskriptif kualitatif
Lembaga Keuangan Mikro (LKM) KUBE membantu anggota dalam mengakses modal, walaupun belum mampu mengentaskan anggota dari kemiskinan.
Sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif, obyek penelitian juga sama yaitu Program KUBE.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya tentang program penanggulangan kemiskinan adalah pada objek penelitiannya. Objek pada
7
penelitian ini adalah
Program KUBE. Penelitian ini melihat pada aspek
implementasi serta hambatan yang menyertainya. Penelitian terdahulu tentang KUBE secara umum bertujuan untuk menganalisis kesesuaian pelaksanaan dengan pedoman atau kriteria. Penelitian ini, selain menganalisis pelaksanaan, juga akan menganalisis apa saja yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan dan membandingkan karakteristik peserta KUBE dengan peserta program yang lain untuk lebih memperjelas hambatan yang ada. Program yang akan dibandingkan adalah Program Pemberdayan Ekonomi Berbasis Wilayah (PEW) dan Program KUBE Mandiri.
1.3 Perumusan Masalah Perumusan masalah pada penelitian ini adalah adanya berbagai hambatan dalam proses implementasi program pemberdayaan masyarakat pembentukan
melalui
KUBE. Hambatan ini menyebabkan program belum mencapai
tujuan yang diinginkan yaitu peningkatan kesejahteraan anggota.
1.4 Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut. 1.
Bagaimana perkembangan kelompok dan kelangsungan usaha pada KUBE Penumbuhan 2010 sampai dengan akhir 2014?
2.
Apa hambatan yang ditemui dalam implementasi KUBE Penumbuhan 2010?
3.
Apa perbedaan karakteristik antara peserta KUBE dengan peserta Program Pemberdayaan Ekonomi Berbasis Wilayah (PEW) dan KUBE Mandiri?
8
1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah sebagai berikut. 1.
Menganalisis perkembangan KUBE Penumbuhan 2010 di Kelurahan Sorosutan dilihat dari kelangsungan kelompok dan usaha, serta dampaknya terhadap peningkatan pendapatan.
2.
Menganalisis hambatan-hambatan yang terjadi dalam implementasi KUBE Penumbuhan.
3.
Membandingkan karakteristik peserta KUBE Penumbuhan dengan peserta program pemberdayaan ekonomi lainnya, yaitu Program Pemberdayaan Ekonomi Berbasis Wilayah (PEW) dan KUBE Mandiri.
1.6 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian adalah sebagai berikut. 1.
Manfaat bagi Pemerintah Kota Yogyakarta dalam merumuskan perbaikan pengelolaan program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat.
2.
Manfaat bagi peneliti lain untuk mengembangkan hasil penelitian lebih lanjut untuk kepentingan pendidikan dan pengambilan keputusan.
3.
Memperkaya
pengetahuan
dan
informasi
yang
berkaitan
dengan
penanggulangan kemiskinan.
1.7 Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian ini menganalisis implementasi Program KUBE, hambatan yang terjadi
9
dan perbandingan karakteristik penerima program dengan penerima program lain. Pendekatan kualitatif digunakan karena dipandang bahwa pendekatan ini bisa lebih menggambarkan bagaimana proses pelaksanaan secara riil yang terjadi di lapangan maupun mengeksplorasi hambatan apa saja yang ditemui. Lingkup penelitian adalah pada sepuluh KUBE penumbuhan 2010 yang ada di Kelurahan Sorosutan.
1.8 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan terdiri dari 5 bab. Bab I terdiri dari latar belakang penelitian, perumusan masalah penelitian, keaslian penelitian, pertanyaan, tujuan dan manfaat penelitian, lingkup penelitian dan sistematika penulisan. Bab II menjelaskan tentang tinjauan pustaka. Bab III menguraikan tentang metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Bab IV tentang analisis data, yaitu memuat tentang gambaran umum program serta hasil analisis data. Bab V tentang simpulan dan saran, yang memuat simpulan, implikasi, keterbatasan dan saran.
10