BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran surat kabar lokal saat ini masih menjadi sumber informasi utama bagi warga masyarakat di wilayah Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Surat kabar lokal itu adalah media informasi yang belum ditinggalkan masyarakat, di tengah-tengah warganya yang masih terus dibelit oleh persoalan kemiskinan. Pada aras ini, tentu saja surat kabar lokal tersebut berperan signifikan dalam memperjuangkan kemaslahatan masyarakat. Salah satu surat kabar lokal di NTT yang berpengaruh adalah Harian Umum Flores Pos, yang diterbitkan dan disebarluaskan di wilayah NTT. Harian ini cukup populer dan bersejarah dalam tradisi pers NTT. Lebih dari satu dekade usianya, keberadaannya sudah sangat dikenal dan diterima sebagai salah satu rujukan informasi, terbukti dengan masih tetap eksis di tengah keterbatasan masyarakat dan pesatnya pertumbuhan surat kabar di NTT. Flores Pos memiliki karakteristik khas baik dari sisi kepemilikan media (media ownership) maupun segi produksi jurnalistiknya (media content). Ciri khas dari sisi kepemilikan media yaitu harian yang mandiri ini, sejak berdiri pada 9 September 1999, pemiliknya bukan dari konglomerat media di Jawa, melainkan dimodali oleh Lembaga Gereja Katolik bernama SVD (Societis Verbi Divini) yang berkantor pusat di Ende, ibukota Kabupaten Ende, Flores (Frans Anggal, 2014). Harian umum pertama di Flores ini memiliki misi membuka dialog profetis dengan orang miskin dan tertindas, dengan berbagai komunitas religius dan
1
ideologi. Flores Pos tumbuh dalam semangat mengekspresikan gagasan, pemikiran masyarakat dengan pengelolaan media yang sederhana. Harian ini memiliki 10 biro cabang yang masing-masing dibawahi oleh seorang wartawan pada setiap kabupaten yaitu meliputi Flores, Lembata dan Kupang. Ciri khas dari sisi produk jurnalistiknya, Flores Pos berbentuk tabloid yang terbit setiap 6 hari dalam sepekan yang awalnya terbit dengan 8 halaman. Pada 2001 meningkat menjadi 12 halaman, pada 2003-2012 terbit 16 halaman. Sejak 2013 menjadi 20 halaman dengan oplah cetak rata-rata tiap hari sebanyak 5000 eksemplar. Jumlah pembaca 50.000 dengan perkiraan satu koran dibaca oleh 10 orang (wawancara dengan John Dami Mukese, 13 Maret 2014). Segmentasi pembaca Flores Pos adalah kalangan umum seperti pejabat pemerintah, cendekiawan, akademisi, rohaniwan, kaum profesional, guru, tokoh masyarakat dan tokoh umat. Flores Pos hanya terbit 20 halaman yang isinya 90 % berita lokal. Berita-berita yang dihadirkannya mencakup informasi tentang masyarakat Flores dan NTT, baik itu realitas kehidupannya maupun perkembangan masyarakat pada berbagai sektor. Ada kolom editorial dan opini yang menampilkan pemikiran kritis, konstruktif, solutif dan sederhana. Flores Pos adalah satu dari dua surat kabar yang terbanyak dibaca di Flores. Hal ini terbukti dari survei Yayasan Pantau (2006) yang menunjukkan bahwa dari semua pembaca surat kabar di Flores, sebanyak 84 % responden yang disurvei di Flores mengatakan mengenal dan mengetahui Flores Pos. Harian lokal ini tetap bertahan di tengah dominasi industri grup media besar. Mengingat saat ini tidak
2
banyak surat kabar lokal yang berhasil bertahan di tengah gempuran jaringan konglomerasi media di Indonesia. Sejak 2004, Flores Pos menghadapi kondisi pasar media cetak di NTT yang semakin kompetitif. Ada 7 surat kabar lokal, 27 tabloid dan 5 majalah (Dosi, 2012). Dua dari 7 harian, di-back up oleh grup media raksasa yaitu Pos Kupang bagian dari Kelompok Kompas Gramedia (KKG) dan Timor Express dalam rangkaian group Jawa Pos. Data tersebut memperkuat kenyataan pesatnya penerbitan surat kabar di NTT. Menjamurnya surat kabar dengan segmentasi dan area jangkauan yang sama, menuntut Flores Pos untuk membenahi kualitas isi dan penampilan produk jurnalistiknya (aspek manajemen redaksional). Hal itu perlu dilakukan sebagai cara untuk menjaga keloyalitasan pembaca dan menjangkaunya lebih banyak lagi (aspek eksistensi surat kabar lokal di mata khalayak pembaca). Mengingat surat kabar adalah bagian dari komunikasi massa yang bermanfaat untuk mewujudkan kebaikan bersama masyarakat (bonum communae). Tantangan Flores Pos dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (eksistensi) adalah bagaimana landasan idiil (visi) yang bagus didukung oleh landasan komersil, meliputi sistem manajemen redaksional dan finansial serta tenaga profesional. Idealisme jika tanpa didukung oleh kemampuan mengelola manajemen dan finansial yang kuat, sebuah surat kabar akan kehilangan daya kekuatan untuk menembus sampai ke pelosok daerah (Gobang, 2012:85). Realitas sosial masyarakat di NTT yang kompleks saat ini menuntut kemampuan kinerja manajemen redaksional Flores Pos dalam menentukan
3
agenda kerja institusinya. Manajemen redaksional ibarat nyawa bagi suatu penerbitan. Oleh karena itu, pengelola institusi harian umum Flores Pos harus pandai meracik antara landasan ideal mendirikan surat kabar berikut visi, misi dan nilai-nilai yang dikembangkan dengan kebutuhan khalayak pembacanya. Perpaduan itu oleh manajemen Flores Pos diwujudkan dalam kebijakan redaksional (editorial policy). Peran manajemen redaksi melalui kebijakan redaksinya sangat penting dalam menjalankan perusahaannya. Isi berita surat kabar yang sampai ke tangan pembaca adalah produk akhir dari rangkaian proses keredaksian yang panjang, rumit, melibatkan banyak pihak dan dibatasi oleh waktu (Tim Peneliti LP3Y, 2006). Realitas tersebut di atas menarik penulis untuk mengkaji secara mendalam yaitu pertama, bagaimana pihak manajemen redaksional yang diterapkan oleh redaksi Flores Pos dalam mengelola berbagai peristiwa, fenomena dan kecenderungan isi (orientasi) berita mana yang akan ditentukan untuk dimuat dalam pemberitaan. Kedua, mengapa kehadiran Flores Pos banyak dinanti oleh khalayak pembacanya, sehingga masih mampu bertahan (eksis) di tengah-tengah persaingan antar media di NTT. Redaksi Flores Pos memiliki kebijakan redaksi (editorial policy) yang khusus tentang idealisme organisasi dan bentuk penyajian beritanya. Pilihan berita yang dimuat apakah memiliki keterkaitan dengan visi, misi dan tujuan yang diembannya. Konteks manajemen redaksi Flores Pos dalam mempertahankan eksistensinya menjadi kajian utama dalam penelitian ini.
4
B. Rumusan Masalah Fenomena Harian Umum Flores Pos dalam permasalahan manajemen kebijakan redaksi untuk mempertahankan eksistensinya di Flores, menjadi latar belakang masalah penelitian ini yaitu “Bagaimana penerapan manajemen redaksional Harian Umum Flores Pos dalam mempertahankan eksistensinya pada 2013?”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Mengetahui secara komprehensif tentang sistem manajemen redaksional yang diterapkan oleh redaksi Flores Pos. b. Memberikan gambaran bagaimana kebijakan redaksional Flores Pos dalam menjaga eksistensinya di wilayah NTT. c. Mengetahui mengapa Flores Pos tetap eksis dalam persaingan dengan media lain yang terbit di Flores. 2. Manfaat Penelitian a. Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada publik bahwa produk karya jurnalistik surat kabar (berita) tidak muncul secara tibatiba, namun melalui proses panjang oleh kinerja tim di balik ruang redaksi. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para pengelola media, tentang bagaimana aktivitas proses manajemen redaksi khususnya dalam mempertahankan eksistensinya.
5
c. Memberikan penjelasan penting tentang mengapa Harian Umum Flores Pos masih tetap bertahan (eksis) di tengah persaingan antar media tersebut.
D. Obyek Penelitian Penelitian ini memfokuskan perhatian pada pada sisi manajemen media yaitu manajemen redaksional Flores Pos dan eksistensinya. Surat kabar lokal dipilih sebagai obyek penelitian karena: 1. Flores Pos adalah harian umum pertama di Pulau Flores yang eksis di tengah pesatnya penerbitan surat kabar lokal. 2. Harian ini merupakan satu dari dua surat kabar paling banyak dibaca di Flores, sehingga pengaruhnya juga meluas terhadap masyarakat. 3. Flores Pos adalah harian lokal yang tetap mampu bertahan (eksis) di tengah gempuran kelompok media besar yang merambah ke pelosok daerah NTT. Narasumber yang diwawancarai untuk memeroleh data dari pihak Flores Pos yaitu Pater John Dami Mukese, SVD (Pemimpin Umum), Pater Steph Tupeng Witin, SVD (Pemimpin Redaksi), Frans Obon (Redaktur Pelaksana), Frans Anggal (Kepala Litbang), dan Willy Aran (Wartawan).
E. Kerangka Pemikiran 1. Manajemen Redaksional Surat Kabar Meminjam istilah Terry (dalam Hasibuan,2005:3), manajemen diartikan sebagai suatu proses yang khas, yaitu terdiri dari tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang dilakukannya untuk
6
menentukan, serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya. Sedangkan pengertian redaksional dalam Kamus Bahasa Bahasa Indonesia adalah suatu cara dan gaya menyusun kata dalam kalimat (KBBI, 2007:938). Jika keduanya digabungkan, maka manajemen redaksional adalah sebuah rangkaian proses dan tindakan yang berkaitan dengan cara menyusun kata-kata dalam suatu kalimat untuk menarik minat pembaca sebagai sasaran atau tujuan dari sebuah media massa melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber lainnya. Sebuah institusi media dalam menjalankan aktivitas keredaksiannya, membutuhkan suatu sistem dan organisasi kerja yang lazim disebut manajemen redaksional (newsroom management). Menurut Pareno (2003:46), definisi manajemen redaksional adalah penerapan fungsi-fungsi manajemen melalui tindakan planning (perencanaan), organizing (penggorganisasian), actuating (penggerakan) dan controlling (pengawasan) yang disebut POAC dalam materi pemberitaan. Mengacu pada definisi tersebut, fokus manajamen redaksional adalah bagaimana redaksi surat kabar menerapkan fungsi-fungsi POAC dalam setiap kegiatannya yaitu mengelola pemberitaan. Aktivitas keseharian di bagian redaksi, tidak terlepas dari manajemen keredaksian yang ditetapkan oleh pimpinan redaksi. Mulai dari mencari berita, mengolahnya, sampai berita itu siap disajikan, pemimpin redaksi bersama awak redaksi bekerja sesuai dengan bagian masing-masing. Pemimpin redaksi dalam proses perencanaannya, mengarahkan para awak redaksi untuk merencanakan berita-berita terbaru. Berbagai peristiwa mendadak yang memerlukan liputan,
7
perencanaannya dilakukan secara mendadak pula. Perencanaan jenis ini segera menghubungi reporter, atau inisiatif sang reporter bila koordinator liputan tidak mengetahui peristiwa mendadak itu. Setelah perencanaan tersebut, selanjutnya dilakukan pelaksanaan. Pada tahap pelaksanaan, para jurnalis sering menghadapi kendala dalam merealisasikan perencanaan. Kesulitannya adalah untuk menemui nara sumber. Entah nara sumber itu sibuk atau sedang tidak berada di tempat. Kemudian setelah itu dilakukan pengawasan di mana seorang reporter harus memeriksa berita yang diperoleh sebelum diserahkan kepada redaktur. Setelah itu, redaktur juga melakukan pengawasan yaitu proses editing (Pareno, 2003:53-55). Selain peran utama dalam bertanggung jawab terhadap pemberitaan, ada sebuah peran penting yang dimiliki oleh redaksi dalam sebuah surat kabar, seperti yang dikemukakan Santana (2005:188), redaksional merupakan sisi ideal sebuah penerbitan pers yang menjalankan visi, misi atau idealisme media yang mengurus tentang pemberitaan mulai dari peliputan, penulisan hingga penyuntingan berita. Bidang redaksional memiliki keunikan pola kerja, namun bukan berarti tanpa kepastian. Berbagai waktu kerja redaksional disesuaikan dengan karateristik dan potensi media massa sebagai saluran pemberitaannya. Manajemen redaksional ibarat nyawa bagi sebuah penerbitan. Oleh karena itu, diperlukan tim personalia yang andal, berwawasan, berpengalaman dan mampu menyajikan berita berkualitas, sehingga pambaca akan loyal. Melalui manajemen redaksional pula diatur komposisi isi media dan code of conduct jalannya organisasi, pendelegasian tugas, mengatur tahapan dan alur kerja,
8
mengatur supervisi dan koordinasi antar bidang, mengawasi kualitas kerja, mulai dari perencanaan sampai hasil akhir yang akan dinikmati khalayak pembaca. Pola kerja bidang redaksional memuat penataan awak pekerja berita yang merencanakan, melaksanakan dan menghasilkan “peristiwa” yang diberitakan, sehingga jajaran ini disibukkan oleh proses rapat redaksi yang memutuskan peristiwa apa yang diangkat atau peristiwa mana yang ditangguhkan (Santana, 2005:188). Manajemen redaksional surat kabar daerah (lokal) bukan merupakan tujuan tersendiri. Usaha meningkatkan fungsi manajemen redaksional surat kabar daerah adalah salah satu jalan untuk meningkatkan jumlah pembaca surat kabar tersebut. Peningkatan fungsi manajemen redaksional adalah jalur bermanfaat untuk menanggulangi kesulitan yang dihadapi surat kabar daerah saat ini yaitu perencanaan redaksional yang tidak komprehensif, hasil penyajian yang tidak memenuhi selera pembaca dan proses produksi yang tersendat-sendat (Abrar, 1992:101). Dalam bidang redaksi, pemimpin redaksi adalah orang pertama yang bertanggung jawab terhadap semua isi penerbitan pers, sesuai dengan UndangUndang Pokok Pers, pemimpin redaksi bertanggung jawab, jika ada tuntutan hukum yang disebabkan oleh isi pemberitaan pada penerbitannya. Namun dalam prakteknya, pemimpin redaksi bisa mendelegasikan kepada pihak lain yang ditunjuknya. Tugas utama pemimpin redaksi adalah mengendalikan kegiatan keredaksian dari perusahaannya yang meliputi penyajian berita, penentuan liputan, pencarian fokus berita, penentuan topik, pemilihan berita utama (head lines), berita pembuka halaman (opening news), membuat sendiri tajuk rencana
9
atau menugaskannya kepada redaksi. Sehubungan dengan hal itu, pemimpin redaksi harus bisa memaknai fungsi organik manajemen bidang redaksional agar kualitas kinerjanya meningkat. Fungsi perencanaan, pengorganisasian dan pengawasan pada umumnya bisa dipakai model ideal menurut teori manajemen. Namun, dalam hal kepemimpinan, ada model khusus yaitu model vertical dyad lingkage dari Graen, dikombinasikan dengan model path goal dari Evans dan House. Dari segi kepemimpinan vertical dyad linkage yang perlu dipakai adalah sikap yang memperhatikan perbedaan dalam setiap
anggota
bidang
redaksi.
Setelah
itu,
pemimpin
redaksi
memperhatikan imbalan yang diterima anggota bidang redaksi, apakah imbalan yang diperolehnya sudah memenuhi kebutuhan. Imbalan yang layak menurut konsep path goal bukan hanya upah yang layak, namun juga keamanan kerja, pergaulan yang tepat, keinginan untuk diperlakukan sebagai manusia terhormat, kebebasan dan kemerdekaan, pekerjaan yang menarik dan menyenangkan dan sebagainya (Abrar, 1992:107-108). Pengelolaan surat kabar terutama masalah redaksional, tidak terlepas dari kepentingan perusahaan itu sendiri, khususnya tentang permasalahan pendapatan dan penghasilan media. Artinya bentuk setting-an global juga mempertimbangkan pendapatan. Dalam mengelola media massa dibutuhkan strategi, salah satunya yaitu merencanakan isi setiap edisi yang perlu dipertahankan, agar tetap sesuai dengan tujuan penerbitan dan harus lebih baru dan lebih menarik daripada isi edisi terdahulu.
10
Karakteristik pembaca yang berbeda menimbulkan persoalan yang menjadi perhatian pembaca akan berbeda pula. Jadi, selain benar-benar baru, semakin beragam pula informasi yang perlu disajikan (Siregar & Rondang, 2000:60-61). Untuk menyusun tema, kemudian mengolahnya menjadi berita, diperlukan kerja sama tim redaksi yang baik, maka perlu dibuat adanya pembagian tugas. Sementara itu pada tataran operasional, manajemen redaksi adalah hal dinamis dan responsif terhadap keadaan. Setiap perusahaan surat kabar mengaplikasikan struktur organisasi, kelembagaan dan mekanisme yang berlaku disesuaikan dengan kondisi, potensi dan kemampuan perusahaannya. Operasional media relatif rutin memudahkan pelakunya menciptakan sistem yang efektif dan efisien. Menurut pandangan Conrad C. Fink (1998:136), manajemen redaksi untuk memproduksi materi pemberitaan yang berkualitas meliputi: 1. Designing the News Organization Ada tiga prinsip dasar yang harus dicermati pada pembentukan organisasi redaksi yaitu : a) Insure the news organization structure, personal and attitudes affectively mirror your market place. b) Integration editorial with marketing implementation. c) Efficiency of human, time, and financial resources. 2. Design Research into News Value Media harus mengetahui pada bagian apa dan di mana yang disukai oleh khalayak pembaca. Apakah pada bentuk fisik sebuah media atau hal-hal abstrak
11
yang mendasarinya. Misalnya nilai-nilai kejujuran, religius dan nasionalisme. Meskipun hal itu bersifat abstrak, namun nilai-nilai yang terkandung sangat dalam dan sesuai dengan prinsip dasar organisasi. 3. Planning in the Newsroom Secara garis besar, planning in the newsroom menekankan pada planning effective of human resources, planning journalistic tone and the drive for quality. Dalam koridor ini aspek yang harus diperhatikan adalah: a) Planning Checklist for Quality yaitu sebagai daftar kerja dan elemen-elemen yang perlu diperhatikan pemimpin redaksi sebagai pemegang tertinggi dalam upaya menjamin kualitas jurnalistiknya. b) Plan to Follow Readership yaitu kebutuhan informasi pembaca memiliki dinamika luar biasa maka media harus mampu mengikuti dan menyediakannya. c) Plan “Showcase” Improvement. Showcase adalah elemen penting pada tampilan surat kabar yang perlu diperhatikan agar dapat menampakkan kekuatan berita. Misalnya, pada front page memuat the day’s best news dengan tampilan eye-catching untuk menarik pembaca. 4. How to Manage the Newsroom Resources a). Mengelola sumber daya manusia yang terlibat sebagai anggota redaksi untuk memaksimalkan efektivitas kerja redaksi secara kualitas maupun kuantitas. b). Mengelola biaya operasional secara khusus untuk mencukupi kebutuhan finansial produksi berita. Fasilitas yang dibutuhkan perlu diupayakan.
12
c). Diupayakan ada hubungan harmonis dan dinamis dengan pihak eksternal perusahaan. 5. Evaluation the News Product Evaluasi merupakan aktivitas rutin bagi media, terlebih pada media harian yang bertujuan untuk menilai pencapaian tujuan yang telah direncanakan. Aspek terpenting pada tahap ini adalah melihat proses dalam hasil kerja redaksi secara keseluruhan. Apakah pembaca tercukupi kebutuhan informasi atas berita (news) yang disajikan. Pendekatan lebih umum mengenai tugas dan fungsi yang harus dilakukan manajemen redaksional di persuratkabaran, Sindhawani (1979:100-101) merinci 4 (empat) hal yaitu: 1. Planning Editorial Mix Konsep perencanaan mencakup aturan atau kebijakan yang ditetapkan dalam proses produksi berita, menyangkut komposisi dan format berita, tampilan surat kabar, ilustrasi dan foto, dan hal lain terkait dengan penampilan fisik surat kabar yang sesuai dengan keinginan pasar dan agenda perusahaan. Editorial mix berkaitan dengan komposisi mengarah kepada penentuan seberapa besar proporsi berita berjenis hard-news, opini dan features. Selain itu, ditentukan seberapa banyak untuk rubrik-rubriknya. Misalnya rubrik ekonomi, politik, hukum, olah raga, seni dan budaya, luar negeri dan sebagainya. 2. Organizing Newsroom Operations Fungsi tertentu sebagai instrumen pelaksana manajemen terorganisasi dalam sebuah struktur. Pengorganisasian fungsi-fungsi yang terlibat itu ditujukan untuk
13
mendistribusikan tugas dan wewenang dalam operasional editorial mix yang ditetapkan. Pada sebuah harian umum, minimal ada dua rapat redaksi. Misalnya Rapat Redaksi I pagi hari mulai jam 09.00-11.00 tentang News Budgeting. Dalam rapat ini ditentukan berita apa yang harus dicari, penekanan informasinya, kepada siapa harus dicari informasi dan konfirmasi, siapa wartawan yang ditugaskan untuk mengisi koran esok hari. Rapat kedua biasanya dilakukan sore hari, antara jam 16.00-18.00. Dalam rapat tersebut sudah ditentukan berita-berita ini yang dimuat, tinggal editor naskah berperan menyunting naskah hingga siap cetak. 3. Research, Experimentation and Feedback Tahap ini dilakukan untuk mengetahui keinginan, kebutuhan dan harapan khalayak, sehingga dapat memproduksi berita yang merefleksikan dan memenuhi kebutuhan pasar. Biasanya dilakukan oleh bagian penelitian dan pengembangan. Bagian ini secara umum bertugas melakukan penelitian untuk keperluan media massa. Ada yang bersifat global, misalnya survei pembaca tahunan atau untuk media massa besar dapat diketahui, berapa sirkulasi koran hari ini, berapa yang berasal dari langganan, loper koran ataupun agen. Penelitian tentang keterbacaan sebuah rubrik atau artikel, bagaimana respon pembaca pada rubrik dan artikel tersebut. Hasil penelitian selanjutnya diteruskan ke bagian redaksi sebagai bahan evaluasi dan perbaikan. 4. Communicating and Coordinating with Other Departments. Dalam persuratkabaran, redaksi tidak bisa berjalan sendiri. Ada bagian lain yang mendukung kehidupan industri pers seperti iklan, sirkulasi, produksi dan
14
sebagainya. Meski masing-masing bidang mempunyai tugas, tanggung jawab dan kewenangannya sendiri, namun semua bagian itu harus tetap terkoordinasi dalam satu teamwork untuk mencapai tujuan perusahaan secara umum. Terlebih pada era industri media massa dengan tingkat persaingan tinggi. Sehebat apapun bagian redaksi, tanpa ada dukungan dari bagian lain tidak akan menghasilkan produk yang berkelas. 2. Dinamika Redaksi Pemisahan bagian redaksi dengan bagian bisnis bertujuan untuk menjamin independensi berita. Brians S. Brooks et al. (1988) memaparkan secara umum, struktur organisasi redaksi di media massa dipimpin oleh kepala editor yang membawahi jajaran editorial desk dan reporter. Di Indonesia, kondisi itu juga berlaku, pemimpin redaksi berada paling atas, sedangkan reporter berada pada level paling bawah. Menurut Herbert Lee Williams, struktur organisasi biasanya bertipe staff and line. Tipe ini memungkinkan adanya kontrol kerja dan alur kebijakan terdistribusi pada staf untuk menjalankan tugas masing-masing, sehingga setiap fungsi bertanggung jawab penuh pada tugasnya dan mempertanggungjawabkan kepada pengendali kewenangan di atasnya. Dengan demikian kontrol dan alur kebijakan dapat dilakukan secara proporsional (Brian, 1998:27). Selain itu, susunan struktur organisasi tidak bersifat mutlak dan permanen. Perubahan dan penyesuaian sangat mungkin bisa dilakukan, bahkan susunan organisasi redaksi dapat dimodifikasi berdasarkan kebutuhan dan perubahan faktor dinamis yang mempengaruhi kinerja kebijakan redaksi. Fungsi redaksi pada
15
dasarnya menurut River dan Mathews seperti dikutip Rahayu (1998) adalah menghasilkan liputan, menyeleksi dan memutuskan suatu berita, memroses dan mengemas berita dan mengendalikan proses pengumpulan dan penyajian berita. Penentuan materi berita adalah awal dari tahapan perencanaan proses news gathering. Pemimpin redaksi sangat berperan pada tahap ini, memilih topik apa dan dengan pendekatan apa, serta topik yang hendak diangkat. Sedangkan untuk pemberian tugas kepada wartawan yang harus meliput berita dapat dilakukan oleh redaktur pelaksana atau redaktur bidang. Setelah wartawan membuat reportase dan menulisnya, langkah berikutnya adalah mengirim hasil liputannya kepada redaktur untuk disunting. Ishadi SK, dalam buku Humanisme dan Kebebasan Pers (Penerbit Kompas 2001) mengutip pendapat Reese dan Schoemaker, bahwa proses dinamika di sebuah ruang pemberitaan melalui sejumlah pengaruh yaitu: a. Individual Level. Pada level ini para wartawan yang berperan dalam menentukan agenda berita, karena mereka langsung berhubungan dengan sumber berita. Dalam merekonstruksi peristiwa sangat dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, pengalaman, penalaran dan batas-batas tertentu berdasar persepsi subyektifnya. b. Media routine level. Level ini adalah praktek media di mana keputusan dan persepsi mengenai event atau peristiwa yang dibawa ke ruang pemberitaan dipengaruhi oleh cara para profesional media di perusahaan tempat mereka bekerja dalam mengorganisasi sistem kerjanya.
16
c. Organizational Level Di samping level rutin media, organisasi juga terlibat dalam proses rekonstruksi berita dan peristiwa. d. External Media Level Level media eksternal berarti faktor-faktor di luar media bisa memengaruhi isi media. e. Ideology Level Level ideologi ini berkaitan dengan struktur kekuasaan dalam arti sejauh mana kekuasaan melalui berbagai peraturan yang ditetapkan mampu berpengaruh atas proses pengambilan keputusan dalam ruang pemberitaan. 3. Surat Kabar Lokal Surat kabar lokal (daerah) memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat. Apa yang disajikan melalui surat kabar lokal adalah hal penting bagi masyarakat untuk menjalani hidupnya, melindungi dirinya, menjalin ikatan satu terhadap lainnya. Selain itu, surat kabar dapat memengaruhi kualitas hidup masyarakat, pikiran masyarakat dan budayanya. Menurut Muhamad Sulhan (2006:319), ada tiga kategori pers yang selama ini dipahami di Indonesia yaitu pers lokal, regional dan nasional. Konsep pers lokal merupakan sebuah surat kabar atau koran yang terbit di daerah tertentu. Artinya, kantor pusat berlokasi di daerah tersebut dan mayoritas berita yang dimuat adalah berita mengenai daerah itu. Surat kabar dengan kategori ini biasanya tidak dapat dibeli di daerah-daerah lain kecuali berlangganan.
17
Dalam konsep regional lebih mengarah pada surat kabar yang terbit dan beredar di kota dan disebarkan pula ke daerah lain yang berada di luar wilayah kota bersangkutan, namun tidak ke seluruh daerah di Indonesia. Makna yang lebih holistik terlihat ketika kita menyebut pers nasional yang bisa berarti surat kabar yang terbit di daerah tertentu dan didistribusikan ke sebagian besar wilayah di Indonesia (Hughes, 2001:1). Sejumlah penelitian mencatat bahwa sejak masa Reformasi, tepatnya pada 1999 diterbitkan Undang-Undang Pers No.40/1999 yang mengakhiri kewajiban memiliki SIUPP. Selain itu, semakin banyak surat kabar muncul di berbagai daerah di Indonesia pasca Departemen Penerangan dibubarkan. Djadjat Sudradjat (2009) mencatat jumlah media cetak di Indonesia pada 1997 berjumlah 287 meningkat pada 1999 menjadi 1.687. Surat kabar lokal sebagai komunikasi massa dalam memberikan informasi bersifat terbuka, artinya surat kabar tidak terlepas dari lingkungan di mana ia berada. Dengan kata lain, dalam menyajikan berita, surat kabar tidak bisa terlepas dari lingkungan kelokalannya yang memfokuskan diri sebagai surat kabar lokal yang melayani kebutuhan informasi lokal setempat. Seperti dikatakan Siregar (1990), bahwa informasi tentang suatu peristiwa hanya diberitakan oleh surat kabar bila informasi itu cocok bagi pembacanya, sekaligus sesuai dengan politik keredaksian media. Berbeda dengan surat kabar nasional, seperti yang diungkapkan Hughes (2001), ketika kita menyebut surat kabar nasional bisa berarti surat kabar yang terbit di daerah tertentu dan disebarkan ke sebagian wilayah Indonesia.
18
Kesimpulannya, surat kabar lokal sebagai surat kabar yang terbit di daerah, baik yang berkantor pusat di ibukota kabupaten maupun ibukota provinsi dan tersebar luas di berbagai wilayah dalam satu provinsi. Surat kabar lokal merupakan ruang publik yang turut menentukan dinamika sosial, politik dan budaya dalam sebuah masyarakat lokal. Surat kabar lokal memiliki kemampuan untuk mengenal dengan baik kompleksitas kondisi masyarakat di daerah sehingga dapat menjalankan tugasnya dengan baik pula. 4. Isi Surat Kabar Isi surat kabar dan media massa pada umumnya merupakan refleksi dari lingkungan masyarakatnya. Djuroto (2004:46) membagi isi media cetak menjadi tiga kelompok besar yaitu pemberitaan (news), pendapat atau pandangan (opinion) dan periklanan (advertising). Setiap media memiliki karakterisitik berbeda dalam mengelola tiga kelompok isi media cetak tersebut. Perbedaan utama terletak pada faktor kesejarahan, idealisme, orientasi, profesionalitas, besar kecilnya media, pasar dan sebagainya. Faktor-faktor tersebut bisa berasal dari dalam maupun dari luar. Kebutuhan terhadap informasi khalayak pembaca juga perlu dipahami agar media dapat tetap eksis. a. Pemberitaan (News) Mengutip pendapat Mitchell V.Charnley (Dosi,2012:128), berita adalah laporan tentang fakta atau pendapat orang yang terikat oleh waktu, menarik dan atau penting bagi sejumlah orang tertentu. Definisi lain berita adalah berita harus selalu berdasarkan fakta. Oleh karena itu, seorang wartawan tidak boleh mengarang peristiwa, atau memasukkan opininya dalam sebuah tulisan berita
19
(Aunur R. Faqih, 2001:36). Unsur faktual adalah hal utama dalam membedakan suatu tulisan disebut berita atau bukan berita. Ada seperangkat kriteria yang membuat sebuah kejadian memiliki nilai berita yaitu actually (terbaru), audience (khalayak), significance (penting), magnitude (besar), proximity (kedekatan), prominence (terkenal) dan human interest (manusiawi). Berbagai unsur nilai berita itu menjadi dasar bagi seorang wartawan dalam mencari dan memproduksi berita. Selanjutnya, wartawan menuliskannya dengan obyektif berdasarkan pada kebenaran dan fakta-fakta yang diperoleh, akurat serta utuh (selengkapnya), sehingga tidak menimbulkan multitafsir yang membingungkan bagi khalayak pembaca. Setiap unsur berita memiliki daya ketertarikan yang berbeda pada khalayak, tergantung pada tingkat kesadaran, lingkungan, kebiasaan, pendidikan dan sebagainya. Kesimpulannya, berita adalah laporan tentang sebuah peristiwa yang tidak akan pernah menjadi berita bila peristiwa tersebut tidak dilaporkan. Jenis berita dapat diketahui dengan melihat bentuk tampilan liputan berita dalam surat kabar sebagai berikut: 1). Straight News adalah berita yang dibuat untuk menyampaikan berbagai peristiwa secepatnya harus diketahui khalayak dan penulisannya mengikuti struktur piramida terbalik dengan bagian terpenting pada pembukaan berita (Abrar A.,1995:39). 2). Indepth News adalah berita tentang peristiwa penting yang peliputannya bersifat lebih mendalam.
20
3). Features adalah kisah berita bersifat human interest, memiliki daya tarik manusiawi dan penulisannya tidak harus mengikuti struktur piramida terbalik. 4). Breaking News adalah peliputan berita yang memiliki aktualitas tinggi dan harus segera dilaporkan. Mengingat pentingnya isi berita itu bagi khalayak luas dalam surat kabar lazimnya disebut Stop Press. 5). Investigative Reporting adalah laporan berita aktual yang bersifat mendalam dengan ulasan selengkapnya. b. Pendapat (Opinion) Pendapat umum (public opinion) adalah pendapat, pandangan atau gagasan pemikiran dari khalayak umum mengenai suatu masalah, ide, harapan dan tanggapan yang dimuat dalam media massa. Khalayak berarti luas karena mereka bisa akademisi, ilmuwan, praktisi, tokoh pemerintahan dan tokoh masyarakat. Terdapat tiga opini dalam media massa yaitu komentar, artikel dan kiriman pembaca (Djuroto, 2004:65) yaitu: 1).Komentar adalah pendapat atau pandangan yang disampaikan oleh masyarakat untuk menanggapi peristiwa yang telah dimuat di surat kabar. Komentar ini bersifat individu, jika komentatornya kebetulan sedang mempunyai posisi struktural di masyarakat, tetap saja merupakan komentar pribadi. 2).Artikel opini yaitu pendapat atau gagasan dari masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan yang dirasakan perlu diketahui oleh semua pihak. Penulisan artikel tidak terlalu terikat waktu, bentuk dan teknik penulisan serta gaya bahasa. Penulisan ini mengutamakan orisinalitas ide, kebaruan gagasan, problem solving yang jelas dan ditulis dengan bahasa yang mudah dipahami.
21
Meski terkadang mencantumkan nama sumber referensi, namun tidak seketat pada laporan ilmiah. 3).Surat pembaca yaitu masukan, keluhan, protes atau pujian kepada siapa saja dan dalam topik apa saja. Surat pembaca dengan berbagai penamaan terdapat hampir di semua penerbitan surat kabar. Rubrik ini biasanya sering dibaca oleh khalayak, karena banyak persoalan aktual yang ditampilkan dan biasanya sebagai respon atas kejadian sehari-hari yang mungkin dialami oleh khalayak pembaca itu sendiri. c. Ruang Iklan Iklan merupakan salah satu sumber utama sebuah usaha penerbitan pers. Idealnya, pemasukan iklan mampu membiayai operasional media. Iklan juga merupakan wujud kepercayaan pengiklan kepada media. Pemasang iklan dan produsen menganggap media dapat mendukung tujuan iklannya secara efektif. Dalam industri pers, iklan dibagi dua macam yaitu pertama, iklan umum yang terkait dengan kepentingan bisnis. Misalnya promosi penjualan produk, fasilitas perbankan, harga-harga di supermarket dan sebagainya. Kedua, iklan khusus yaitu iklan yang berkaitan dengan aktivitas sosial tertentu, misalnya iklan layanan sosial baik dari pemerintah, LSM maupun lembaga swasta lainnya. Bentuk iklan mengalami perkembangan, setidaknya ada tiga bentuk yaitu iklan display dengan memakai ukuran millimeter/kolom, artinya tarif iklan dihitung dari banyaknya millimeter/kolom yang digunakan. Bentuk lainnya, iklan baris biaya yang dikenakan berdasarkan jumlah baris. Bentuk terakhir adalah iklan advertorial yaitu padanan dari advertising dan editorial. Iklan ini dibuat
22
dengan pendekatan jurnalistik sesuai asal namanya. Biasanya biaya dihitung per paket, misalnya paket millimeter/kolom bisa pula ditambah foto. Prinsip utama tentang iklan adalah urusan redaksi harus independen dan media harus membuat batasan yang tegas dan jelas mana bagian redaksi dan mana bagian iklan. 5. Eksistensi Surat Kabar Lokal Kata eksistensi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (Alwi dkk.,2005) diartikan sebagai hal berada, keberadaan, kehadiran yang mengandung unsur bertahan. Eksistensi menurut filsafat berarti keadaan aktual yang terjadi dalam ruang dan waktu, eksistensi menunjukkan kepada 'suatu benda yang ada di sini dan sekarang'. Keberadaan tersebut hidup penuh dengan tangkas, sadar, tanggung jawab dan berkembang (Hadiwijono, 1980:124). Merujuk pada pengertian filosofis tersebut, maka eksistensi sebuah surat kabar harus dilihat dari fungsi ataupun peran surat kabar bersangkutan. Fungsi surat kabar tidak dapat dilepaskan dari fungsinya sebagai media massa. Fungsi pers menurut Himat dan Purnama Kusumaningrat (2006: 27) adalah sebagai berikut, (i) Fungsi informatif, yaitu memberikan informasi kepada khalayak dengan cara yang teratur. (ii) Fungsi kontrol pers yang bertanggungjawab. (iii) Fungsi interpretatif dan direktif, yaitu memberikan interpretasi dan bimbingan. (iv) Fungsi regeneratif yaitu pers yang bekerja berdasarkan teori tanggung jawab harus menjamin hak setiap pribadi untuk didengar dan diberi penerangan. (v) Fungsi ekonomi, yaitu melayani sistem ekonomi melalui iklan. (vi) Fungsi swadaya, yaitu pers berkewajiban untuk memupuk kemampuannya sendiri agar ia dapat membebaskan dirinya dari pengaruh serta tekanan dalam bidang keuangan.
23
Eksistensi surat kabar lokal juga dibangun melalui pembentukan citra. Citra itu dibentuk melalui publikasi yang disajikannya, harus tetap memenuhi standar penyampaian informasi jurnalistik yaitu berupa informasi yang mengandung unsur penting dan menarik bagi khalayak pembaca. Sebagai informasi, materi publikasi itu mengandung sesuatu yang baru (aktual) sebagai pengetahuan yang bermanfaat bagi khalayak pembaca. Dengan cara itu, kehadiran media menjadi bermakna bagi khalayak pembaca (Siregar dan Rondang, 2000:47). Seperti yang dikatakan Conrad C.Fink (1998:136); “The reading public regards substantive news and information”, artinya kekuatan dan daya tarik sebuah surat kabar di mata pembaca adalah terletak pada berita dan informasi yang disajikan. Salah satu peran strategis pengelola media adalah merencanakan isi setiap edisi. Isi setiap edisi selalu dituntut memenuhi dua syarat. Pertama, isi setiap edisi perlu dipertahankan agar tetap sesuai dengan tujuan penerbitan. Syarat ini hanya dapat dipenuhi, jika sejak awal telah disusun secara garis besar isi media korporasi. Garis besar itu yang menunjukkan tujuan penerbitan, menjadi kerangka yang mendasari setiap perencanaan isi untuk setiap edisi. Kerangka ini yang perlu diisi dengan informasi terbaru jelas berbeda pada setiap edisi. Syarat kedua, isi dari setiap edisi harus lebih aktual dan menarik. Persyaratan ini juga hanya dapat dipenuhi jika isi dari suatu edisi mengandung informasi terbaru tentang persoalan apa saja yang menjadi perhatian khalayak pembaca saat diterbitkan (Siregar dan Rondang, 2000:60). Oleh karena itu, aktualitas, kedekatan dan frekuensi berita menjadi taruhan. Isi surat kabar yang tidak aktual dan sedikit menyampaikan berita akan ditinggalkan oleh pembacanya.
24
Mengacu pada kerangka pemikiran tersebut di atas, dapat dirumuskan konsep dan indikator manajemen redaksi dalam penelitian ini yaitu: Tabel 1. Konsep dan Indikator Manajemen Redaksi No 1.
Konsep Perencanaan Redaksi
Indikator
Informan
Rapat Proyeksi Redaksi
Pemimpin Redaksi
Pertanyaan Wawancara Apakah ada perencanaan liputan? Bagaimana proses perencanaan liputan? Kapan rapat proyeksi terhadap liputan itu dilakukan? Siapa saja yang hadir dalam rapat perencanaan peliputan? Bagaimana cara menyesuaikan tema berita dengan visi - misi Flores Pos? Bagaimana merencanakan anggaran yang dibutuhkan untuk peliputan ? Bagaimana melakukan perencanaan terhadap berita yang terduga? Apa yang dilakukan bila ada berita tidak terduga? Faktor-faktor apa sajakah yang perlu ada dalam evaluasi?
Pemimpin Umum
Bagaimana sejarah terbentuknya Flores Pos? Apa visi dan misi Flores Pos? Bagaimana menghidupkan visi dan misi itu agar eksistensi Flores Pos tetap terjaga?
2.
Pengorganisasian Redaksi
Pembagian Tugas Redaksi
Pemimpin Umum/ Pemimpin Redaksi
Pembentuk an Struktur
Seperti apakah struktur organisasi Flores Pos? Bagaimana cara mempertahankan eksistensi Flores Pos? Bagaimana tanggapan masyarakat
25
Jabatan Dalam Redaksi
terhadap Flores Pos? Bagaimana manajemen yang diterapkan untuk mengatur para pekerja di redaksi Flores Pos? Apakah manajemen yang diterapkan sama setiap tahunnya? Redaktur Pelaksana
Seperti apakah struktur organisasi di bidang redaksi dan tugas masingmasing personil? Apakah dalam pembagian tugas disesuaikan dengan keahlian masingmasing? Bagaimana cara menentukan rubrikasi? Faktor-faktor apa sajakah yang harus ada di dalam suatu rubrik? Bagaimana manajemen yang diterapkan pada bagian redaksi? Apakah manajemen yang diterapkan sama setiap tahunnya?
3
Pelaksanaan Kerja Redaksi
• Pencarian Berita (News Gathering)
Redaktur Pelaksana
Bagaimana sistem dan mekanisme pelaksanaannya?
• Penulisan Naskah Berita
Apa saja fasilitas yang mendukung aktivitas ini?
• Penyuntingan Berita • Penerbitan Berita
Aktifitas apa saja yang dilakukan pada tahap pelaksanaan?
Wartawan / Redaktur
Bagaimana teknik peliputan dan penulisan berita yang dilakukan oleh wartawan? Bagaimana mekanisme peliputan berita yang sifatnya tak terduga? Apa saja kendala yang dialami pada saat peliputan berita? Bagaimana cara mengatasi kendala tersebut? Bagaimana teknik penulisan berita
26
yang telah menjadi ketentuan selama ini? Jenis berita apa yang menjadi prioritas wartawan Flores Pos? 4.
Pengawasan Kerja Redaksi
Pengecekan dan Editing Isi Berita
Redaktur Pelaksana
Apakah ada tindakan pengawasan terhadap materi pemberitaan? Seperti apa bentuk pengawasan nya? Kapan pengawasan tersebut dilakukan?
Redaktur Pelaksana / Pemimpin Umum
Apa yang dilakukan pada saat editing naskah berita? Apa saja yang perlu disunting ? Bagaimana membuat judul yang menarik dan menempatkan naskah berita pada kolom yang tersedia? Apa standar berita yang layak?
G. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif yaitu menggunakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati dan membutuhkan informan untuk menggali data dan fakta atas suatu fenomena pada konteks khusus alamiah. Jenis deskriptif kualitatif dipilih karena penelitian ini mendeskripsikan secara lebih komprehensif tentang manajemen keredaksian Harian Umum Flores Pos.
27
2. Metode Penelitian Pendekatan analisis utama dalam penelitian ini adalah studi kasus (case study) yaitu suatu fenomena unik, spesifik dan kontemporer yang terjadi atau dialami sebuah institusi dapat menjadi kasus. Metode ini dipakai oleh peneliti untuk mendapatkan jawaban menyeluruh atas rumusan masalah yang diajukan. Tipe studi kasusnya adalah tipe deskriptif yang memiliki kemampuan mendeskripsikan suatu fenomena secara lengkap dan komprehensif beserta konteks permasalahan yang melingkupinya (Bill Gillham, 2000:33). 3. Fokus Penelitian Fokus penelitian ini pada manajemen redaksional yang diterapkan oleh redaksi Harian Umum Flores Pos dalam kinerjanya sehari-hari. 4. Lokasi Penelitian Penelitian berlokasi di Kantor Redaksi Harian Umum Flores Pos Jl. El Tari, Kota Ende, Kabupaten Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur. 5. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan beberapa cara dalam memperoleh data yaitu jenis data data primer dan sekunder. a. Data Primer 1. Wawancara Peneliti melakukan wawancara terhadap anggota redaksi Flores Pos seperti pemimpin umum, pemimpin redaksi, redaktur pelaksana dan kepala litbang. Wawancara juga dilakukan terhadap wartawan bertipe open-ended tentang fakta-fakta suatu peristiwa. Melalui wawancara mendalam dapat
28
diketahui bagaimana pola manajemen keredaksian sampai tersaji berita-berita aktual dan menarik setiap harinya, termasuk analisis terhadap adanya keterkaitan antara visi dan misi dengan isi hariannya. 2. Observasi Langsung Peneliti melakukan pengamatan langsung di ruang redaksi Flores Pos, yaitu mengamati dinamika yang terjadi dan apa yang dilakukan oleh masingmasing staf di bagian keredaksian, termasuk mengikuti rapat redaksi. b. Data Sekunder 1. Dokumentasi Data yang diperoleh berupa hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, data-data berupa hasil survei, gambar dan arsip yang menunjukkan mekanisme kerja redaksi Flores Pos. 2. Studi Literatur Data yang didapatkan melalui hasil pembacaan terhadap sejumlah buku dan pengamatan mengenai Flores Pos. 6. Batasan Penelitian Data sebuah penelitian diperlukan batasan penelitian agar terfokus pada masalah yang diteliti yaitu mengutamakan perhatian pada manajemen redaksional Harian Umum Flores Pos sebagai harian lokal yang masih eksis di wilayah NTT.
H. Teknik Analisis Data Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui pertanyaan tentang ‘bagaimana’ dan ‘mengapa’ mengenai manajemen
29
redaksional sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono, 2006). Langkah-langkah analisis data penelitian ini mengikuti tahapan sebagai berikut: a. Analisis data dilakukan sejak awal sebelum peneliti mendatangi lapangan tempat penelitian. Sumber untuk menganalisis adalah dokumen dan literatur yang berkaitan erat dengan keberadaan organisasi Harian Umum Flores Pos. Setelah itu peneliti melihat isi keseluruhan yang terbit pada Flores Pos untuk menentukan fokus penelitian. Peneliti melihat tampilan produknya (koran), kecenderungan yang terjadi, hubungan dengan isi keseluruhan obyek penelitian. b. Berikutnya, analisis yang dilakukan adalah mendatangi lokasi penelitian yaitu di kantor redaksi Flores Pos di Kota Ende, Flores untuk mengumpulkan data sebanyak mungkin, namun tetap sesuai dengan tujuan penelitian. c. Langkah analisis selanjutnya adalah mereduksi data yaitu membuang data yang tidak relevan, mengumpulkan yang sejenis dengan memasukkannya dalam kategori-kategori agar memudahkan analisis. d. Mengintepretasikan data yang telah dikategorisasikan. Interpretasi tersebut dilakukan dengan bantuan teori dan konseptualisasi menuju fokus terhadap jawaban pertanyaan penelitian. e. Selanjutnya peneliti melakukan penyajian data (display). Hasil analisis diterjemahkan ke dalam bentuk deskripsi melalui tulisan. Dalam penelitian kualitatif penyajian datanya berbentuk narasi, bagan dan hubungan antar kategori, tabel dan sebagainya.
30
f. Langkah terakhir peneliti membuat kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan kredibel, jika kesimpulan didukung bukti-bukti dari data yang didapatkan di lokasi penelitian yang valid dan konsisten.
I. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari empat bab yaitu: Bab I adalah bab pendahuluan yang memuat latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, obyek penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian, teknik analisis data dan sistematika penulisan. Pada Bab II, terdapat gambaran umum tentang sejarah pendirian Flores Pos. Di bagian kedua dari bab ini sekilas tentang profil Harian Umum Flores Pos yaitu newsroom, visi dan misi, struktur organisasi Flores Pos, profil pembaca dan rubrikasinya. Bab III memuat hasil penelitian berupa analisis deskriptif terkait dengan penerapan manajemen redaksional Flores Pos dan dinamikanya. Kemudian terakhir Bab IV, peneliti menarik kesimpulan dari hasil penelitian dan memberikan rekomendasi bagi penelitian selanjutnya.
31