BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Anak merupakan harta yang tak ternilai harganya yang kelak akan
menjadi pewaris dan penerus, begitu juga untuk menjadikan suatu bangsa menjadi lebih baik kedepannya. Ia akan menjadi tumpuan dan harapan bagi bangsa. Agar harapan tersebut tidak hanya sekedar menjadi harapan belaka, maka dalam hal ini dibutuhkan perhatian khusus kepada faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak adalah lingkungan (baik sosial maupun non sosial), keluarga (pola asuh kepada anak), dan juga derajat kesehatan. Selain itu juga perlu diperhatikan makanan yang dikonsumsi oleh anak tersebut dalam menunjang tumbuh kembangnya dan untuk mendapatkan derajat kesehatan yang baik. Anak yang menjadi pewaris, penerus dan harapan bangsa tersebut termasuk didalamnya adalah anak usia prasekolah. Pada Peraturan Menteri Kesehatan (PerMenKes) no 75 tahun 2013 dikatakan bahwa yang termasuk dalam kelompok anak usia prasekolah adalah anak yang berusia 4-6 tahun. Usia ini merupakan usia ketika mulai mengalami fase sulit makan. Pada usia ini anak-anak sudah mulai picky terhadap makanan. Umumnya mereka menyukai makanan yang manis-manis dan gurih.Makanan yang gurih dan mengandung banyak gula, lemak, pewarna, serta pengawet makanan. Selain itu, di era globalisasi saat ini tinggi peredaran makanan fastfood dan junkfood yang rendah serat dan jajanan yang minim akan nutrisi mudah untuk dijangkau oleh anak juga ditambah dengan minimnya ruang gerak anak turut menjadi penyebab banyak anak yang ketika
Universitas Sumatera Utara
berusia sekolah sudah ada yang mulai mengalami obesitas. Konsumsi pangan seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah kemampuan ekonomi, ketersediaan, serta pengetahuan seseorang (Riskesdas 2013). Kebiasaan makan dapat juga mulai terbentuk dari lingkungan terkecil, yaitu keluarga. Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang mengenalkan anak tentang berbagai perkara dalam kehidupannya, termasuk mengenai gizi seimbang, interaksi dengan masyarakat yang lebih luas, juga dalam pola konsumsi sayur dan buah yang mampu menunjang terpenuhinya kecukupan serat pada anak. Keluarga, terutama orangtua sangat berperan dalam hal penyediaan makanan bagi anaknya, termasuk dalam hal konsumsi sayur dan buah, untuk membantu terpenuhinya kecukupan serat pada anak usia prasekolah. Sayur merupakan salah satu kelompok pangan dalam penggolongan Food and Agriculture Organization (FAO), yang dikenal dengan Desirable Dietary Paitern (Pola Pangan Harapan) (Karsin, 2004). Sayur dan buah memiliki banyak manfaat kesehatan dan berperan sangat penting dalam menu makanan seimbang. Sayur lebih banyak mengandung mineral dibandingkan dengan buah. Umumnya, sayur dan buah memiliki kalori yang rendah dan merupakan sumber serat dan mikronutrien seperti vitamin dan mineral. Beberapa sayur dan buah juga mengandung senyawa flavonoid yang dapat membantu mencegah kenaikan berat badan serta mengurangi resiko obesitas.Anjuran untuk mengonsumsi sayur dan atau buah minimal 5 porsi per hari selama tujuh hari dalam seminggu, konsumsi sayur dan buah dikatakan cukup bila memenuhi porsi diatas dan dikatakan kurang apabila tidak memenuhi 5 porsi per hari selama 7 hari dalam seminggu. Namun
Universitas Sumatera Utara
prevalensi kurang makan sayur dan buah di Indonesia sangat tinggi, yakni 93,6% (Riskesdas 2013) atau secara nasional konsumsi sayur dan buah penduduk Indonesia pada tahun 2007 sekitar 79% dari anjuran. Almatsier (2009) menyebutkan porsi buah yang dianjurkan sehari untuk orang dewasa adalah sebanyak 200-300 gram (2-3 potong per hari) dan porsi sayuran dalam bentuk tercampur yang dianjurkan sehari adalah 150-200 gram yakni sebesar 11/2 - 2 mangkok per hari. Sepuluh pesan pedoman gizi seimbang di Indonesia juga menganjurkan untuk banyak makan sayuran dan cukup buahbuahan. Hal ini disebabkan karena dengan melakukan diet yang sangat tinggi dengan sayur dan buah maka dapat mengurangi resiko penyakit kronis seperti penyakit jantung koroner, beberapa jenis kanker (karena sayur dan buah dapat berfungsi sebagai antioksidan), menjaga daya tahan tubuh, serta berperan penting dalam saluran pencernaan yang mampu mencegah konstipasi. Namun saat ini serat belum mendapatkan perhatian khusus. Padahal, sekalipun serat hanya dibutuhkan dalam jumlah yang kecil, juga turut menunjang dalam tercapainya derajat kesehatan yang baik. Kecukupan serat dapat diperoleh dengan mengonsumsi sayur dan buah. Pentingnya mengonsumsi sayur dan buah yang merupakan sumber serat paling banyak masih kurang disadari oleh masyarakat Indonesia khususnya penduduk yang ada di Sumatera Utara. Di Indonesia prevalensi konstipasi adalah sebesar 3. 857.327 jiwa pada tahun 2003. Menurut Departemen Kesehatan pada tahun 2008 rata-rata konsumsi serat makanan per orang di Indonesia adalah 10,5
Universitas Sumatera Utara
gram. Di perkotaan rata-ratanya 9,9 gram dan di pedesaan adalah 10,7 gram per hari. Secara nasional tidak terjadi perubahan yang berarti antara data Riskesdas 2007 dan 2013. Perubahan yang paling menonjol terjadi di Gorontalo, dangan proporsi kurang konsumsi sayur dan buah semakin meningkat, dari 83,5 persen menjadi 92,5 persen. Sedangkan di Provinsi Sumatera Utara sendiri proporsi kurang konsumsi sayur dan buah 94,5% menjadi 92,5%. Berbagai penelitian yang pernah dilakukan untuk menggambarkan konsumsi sayur dan buah pada anak menunjukkan bahwa konsumsi sayur dan buah pada anak saat ini berada pada kategori kurang. Penelitian yang dilakukan Rara (2014) pada siswa SDN 060870 Medan menunjukkan frekuensi konsumsi sayur dan buah adalah 1 kali seminggu (27,8%), frekuensi konsumsi sayur siswa yaitu 1 kali seminggu (19,4%). Jumlah sayur yang dikonsumsi siswa berada pada kategori tidak cukup (81,9%) dan jumlah sayur yang dikonsumsi juga berada pada kategori tidak cukup (61,1%). Buah yang paling banyak dikonsumsi adalah jeruk (27,8%) dan sayur yang paling banyak dikonsumsi siswa adalah bayam dan sop (19,4%). Kecukupan serat berada pada kategori kurang, yakni sebesar 100%. Hasil penelitian Rosidi (2012) di TK Budi Mulya Semarang menunjukkan konsumsi sayur pada anak dalam kategori kurang yaitu 85,7%, dengan rata-rata konsumsi sebesar 70,4 gr/hari dengan konsumsi sayur terendah 15,0 gr/hari dan konsumsi sayur tertinggi 148 gr/hari. Hasil tersebut hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Putriana (2010) pada TK Supriyadi Semarang bahwa sebagian besar sampel (93,6%) mengonsumsi sayur dalam
Universitas Sumatera Utara
kategori kurang dengan rata-rata konsumsi sayur 73,5 gr/hari. Jenis sayuran yang sering dikonsumsi oleh sampel adalah bayam, wortel, kembang kol, dan kacang panjang. Sedangkan sayur yang jarang dikonsumsi adalah sawi putih, terong, brokoli, buncis, putren, tauge, kacang kedelai, kubis, dan gelandir. Orangtua menginginkan anaknya memiliki kehidupan yang lebih bagus kondisinya daripada orangtuanya pada saat ini dan juga menginginkan agar anaknya menjadi seorang anak yang dapat dibanggakan pada hari tuanya kelak. Hal ini bukanlah hanya sekedar falsafah belaka apabila orangtua memberikan perhatian yang lebih terhadap tumbuh kembang anaknya, juga makanan yang dikonsumsinya untuk memperoleh status gizi yang baik yang dapat mewujudkan seluruh impian orangtua. Kebutuhan setiap anak berbeda pada setiap golongan umur, sehingga setiap orangtua diharapkan memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang hal ini. Keluarga berperan penting dalam menunjang terpenuhinya kebutuhan gizi seluruh anggota keluarganya terlebih terhadap anak usia prasekolah. Pembiasaan konsumsi sayur dan buah, serta cara penyajian yang menarik akan meningkatkan minat seorang anak untuk mengkonsumsi sayur dan buah. Keluarga nelayan memang memiliki pola kehidupan yang unik, dimana mereka terbiasa hanya mengkonsumsi ikan hasil tangkapannya saja sebagai menu untuk kemudian dihidangkan kepada seluruh anggota keluarganya, sehingga tersuasanakanlah seluruh anggota keluarga dengan kebiasaan tersebut. Latar belakang sosial dan ekonomi (pendapatan) juga turut berperan dalam pemenuhan kebutuhan gizi anak. Keluarga nelayan merupakan keluarga dengan mata
Universitas Sumatera Utara
pencaharian
sebagai nelayan. Nelayan sering membawa pulang ikan hasil
tangkapannya kerumah untuk dikonsumsi oleh seluruh anggota keluarganya. Pendapatan dari hasil nelayan kurang begitu memadai untuk membeli sayur terlebih buah yang memiliki harga yang cukup mahal. Hal ini mengakibatkan konsumsi sayur dan buah keluarga nelayan, pada anak usia prasekolah khususnya masih rendah dan belum memenuhi angka kecukupan serat melalui konsumsi sayur dan buah seperti yang telah dianjurkan dalam Angka Kecukupan Gizi. Menanamkan kebiasaan mengonsumsi makanan untuk menunjang gizi seimbang pada anak melalui pola konsumsi pangan, konsumsi sayur dan buah untuk memenuhi kecukupan serat pada anak adalah suatu hal yang penting. Karena kebiasaan yang baik yang ditanamkan sejak anak masih kecil akan menjadi kebiasaan baik pada usia anak selanjutnya. Sayur dan buah yang dikonsumsi dalam jumlah yang cukup akan membantu terpenuhinya kebutuhan akan serat pada anak usia prasekolah. Serat memang dibutuhkan dalam jumlah yang kecil, saat ini pemenuhan terhadap serat ini dipandang sebelah mata, kurang mendapatkan perhatian, atau malah terabaikan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kusharto (2005) tentang serat makanan dan peranannya bagi kesehatan menunjukkan bahwa serat yang dikonsumsi dalam jumlah yang tepat berfungsi dalam membantu kerja saluran pencernaan, melancarkan pencernaan, juga dapat mencegah terjadinya kanker kolon. Serat memberikan tekstur pada tinja, sehingga dengan dikonsumsinya serat akan membantu membantu menghindarkan konstipasi (sembelit), serta susah
Universitas Sumatera Utara
buang air besar pada anak. Serat yang dikonsumsi dengan baik akan mencegah terjadinya luka pada dinding usus pada anak. Inilah beberapa hal yang serius yangperlu mendapatkan perhatian yang serius bagi seluruh orangtua yang mencintai buah hatinya. Masalah makanan umumnya terjadi pada anak, termasuk masalah konsumsi sayur dan buah. Penanaman kebiasaan hidup sehat, termasuk kebiasaan makan yang baik seharusnya dilakukan untuk anak saat anak usia prasekolah. Keluarga, terutama ibu berperan penting dalam pembentukan kebiasaan makan anak. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di Kelurahan Pulau Buaya Kecamatan Teluk Nibung terhadap 10 anak usia prasekolah dengan menggunakan Formulir food recall melalui ibu dari anak prasekolah tersebut diperoleh gambaran hanya 2 dari 10 anak yang mengonsumsi buah dan sayur dalam 4-6 kali seminggu, selebihnya hanya mengonsumsi buah dan sayur 1-3 kali seminggu.Selain itu sangat sedikit dijumpai keluarga yang menyajikan sayur dan buah dalam menu yang disajikan kepada anggota keluarga, ada lauk (ikan dan sejenisnya) dalam menu saja sudah dianggap cukup, bahkan untuk menu sarapan pagi tidak dijumpai sayur, kebanyakan hanya menyajikan nasi goreng dengan telur goreng dengan alasan waktu yang singkat dalam menyajikan sarapan, dan kebanyakan anak menyukai menu nasi goreng ditambah telur pada setiap paginya. Sedangkan untuk menu makan siang dan makan malam umumnya sama. Ibu hanya memasak menu dalam sehari dalam dua kali masak saja. Menu yang biasa disajikan pada siang dan malam adalah lauk, seperti ikan sambal. Meskipun
Universitas Sumatera Utara
terkadang ibu menyertakan sayur dalam menunya. Namun anak mereka hanya memilih makan dengan sambal ikan dan kuah sayur saja sehingga ibu hanya menyediakan lauk saja dalam menu sehari- hari karena anak mereka tidak menyukai sayur. Buah yang biasa dikonsumsi adalah jeruk dan pisang. Sedangkan sayur yang sering dikonsumsi adalah bayam. Berdasarkan hal inilah akhirnya penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk melihat konsumsi sayur, buah, dan kecukupan serat anak usia prasekolah yang berasal dari keluarga nelayan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana gambaran konsumsi sayur, buah, dan sumbangan serat sayur dan buah terhadap kecukupan serat anak usia prasekolah pada keluarga nelayan di kecamatan Teluk Nibung, kota Tanjungbalai 2016. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran konsumsi sayur, buah, serta sumbangan serat sayur dan buah terhadap kecukupan serat anak usia prasekolah pada keluarga nelayan di kecamatan Teluk Nibung, kota Tanjungbalai 2016. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.
Mengetahui jenis, jumlah, dan frekuensi sayur dan buah yang dikonsumsi anak usia prasekolah pada keluarga nelayan di Kecamatan Teluk Nibung, Kota Tanjungbalai.
Universitas Sumatera Utara
2.
Mengetahui pengetahuan ibu tentang konsumsi sayur, buah, dan kecukupan serat pada anak usia prasekolah pada keluarga nelayan di Kecamatan Teluk Nibung, Kota Tanjungbalai..
3.
Mengetahui sumbangan serat sayur dan buah terhadap kecukupan serat anak usia prasekolah pada keluarga nelayan di Kecamatan Teluk Nibung, Kota Tanjungbalai.
1.4 Manfaat Penelitian 1.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi kepada masyarakat, keluarga nelayan khususnya tentang konsumsi sayur, buah dan kecukupan serat anak usia prasekolah. Sehingga dapat memberikan makanan terbaik yang dapat menunjang tumbuh kembang anak.
2.
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai tentang permasalahan gizi anak usia prasekolah yang merupakan aset bangsa.
Universitas Sumatera Utara