BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan jaman, film merupakan salah satu media massa yang sering digunakan untuk menyampaikan sebuah pesan. Film juga merupakan media dimana para insan film mencurahkan segenap kemampuannya baik dalam hal produksi ataupun berakting. Menurut Patrick Robertson dalam bukunya The Guinness Book of Movie Facts & Feats (1993), film perdana yang dibuat kali pertama di Indonesia adalah film bisu tahun 1926 yang berjudul Loetoeng Kasaroeng dan dibuat oleh sutradara Belanda G. Kruger dan L. Heuveldrop. Film ini diperankan actor local oleh perusahaan Film Jawa NV di Bandung dan muncul pertama kali pada tanggal 31 Desember 1926 di teater Elite and Majestic, Bandung. Setelah itu, lebih dari 2.200 film diproduksi. Film Pendek (Short Films) adalah film yang berdurasi di bawah 60 menit. Dibanyak Negara seperti Jerman, Australia, Kanada, Amerika Serikat, dan juga Indonesia, film cerita pendek dijadikan laboratorium eksperimen dan batu
loncatan
bagi
seseorang/sekelompok
orang
untuk
kemudian
memproduksi film cerita panjang.1
1
Heru Effendy, Mari Membuat Film: Panduan Menjadi Produser. Yogyakarta: Jalasutra. 2005
1
Film mempunyai banyak sekali genre.Ada yang drama, horror, komedi, Sci-Fi (Science Fiction), Action, dan sebagainya. Film - film Indonesia yang bergenre drama yang bertema nasionalis seperti 5CM, Tanah Surga Katanya, dan lain sebagainya “.Hyeo No” ini termasuk dalam genre tersebut. Melihat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat saat ini, penulis melihat adanya pengaruh globalisasi yang dirasakan pada setiap individu. Dampak globalisasi yang sangat dirasakan adalah pola pikir masyarakat sekarang yang cenderung sangat terbuka terhadap apapun yang sedang popular saat ini. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, pra produksi merupakan tahap pertama dari produksi sebuah film. Setelah membuat tim produksi, peran penata artistik sangatlah penting. Tata artistik berarti penyusunan segala sesuatu yang melatarbelakangi cerita film, yakni mengangkat pemikiran tentang setting. Yang dimaksud setting adalah tempat – tempat waktu berlangsungnya cerita film. Oleh karena itu, sumbangan yang dapat diberikan seorang penata artistik kepada produksi film sangatlah penting. Seorang penata artistik boleh memiliki kecendrungan, namun bukan gaya yang harus tunduk pada tuntunan cerita atau pengarahan sutradara. Seorang artistic bertugas sebagai penterjemah konsep visual sutradara kepada pengertianpengertian visual dan segala hal yang mengelilingi aksi di depan kamera, dilatar depan bagaimana di latar belakang.
2
Percampuran budaya di suatu wilayah atau suatu negara kerap kali mengundang pertanyaan terkait kerukunannya.Seperti halnya percampuran budaya Korea dengan budaya - budaya yang terus berkembang di Indonesia. Tentunya, percampuran itu akan nampak perbedaan dari setiap budaya. Dan akulturasi terjadi bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan yang tertentu dihadapkan pada unsur - unsur suatu kebudayaan asing yang berbeda sedemikian rupa sehingga unsur - unsur kebudayaan asing itu dengan lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. “Hyeo No” yang memasukan budaya Indonesia dan budaya Korea adalah contoh efek dari akulturasi, Akulturasi dapat didefinisikan sebagai proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur – unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur – unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.2 Pada umumnya, akulturasi memahami sepenuhnya fenomena – fenomena yang terjadi ketika kelompok – kelompok individu memiliki perbedaan – perbedaan budaya untuk melakukan kontak pertama kalinya secara kontinyu, dengan melakukan
2
Paul B. Horton Chester L. Hunt, Sosiologi, terj. Aminuddin Ram edisi IV. Jakarta : Erlangga. 1990.
Hal. 233
3
perubahan – perubahan berikutnya dalam bentuk – bentuk suatu budaya asli atau keduanya. Tujuan utama akulturasi, seperti yang dikemukakan bersama - sama oleh Herkovits, Linton, dan Redfield3 adalah fenomena yang akan terjadi tatkala kelompok - kelompok individu yang memiliki budaya yang berbeda terlibat dalam kontak yang berlangsung secara tangan pertama, disertai perubahan terus-menerus, sejalan pola - pola budaya asal dari kelompok itu atau dari kedua kelompok itu dibawah definisi itu, akulturasi di bedakan dari perubahan budaya yang hanya merupakan salah satu aspeknya, dan asimilasi dan yang pada saat tertentu merupakan suatu fase awal akulturasi. Dalam akulturasi, sebagian menyerap secara selektif sedikit atau banyak unsur kebudayaan asing itu, sebagian berusaha menolak pengaruh itu. Contoh akulturasi yang mudah ditemui ialah kebudayaan Korea dan kebudayaan Indonesia. Beberapa Stasiun Televisi swasta yang menayangkan drama – drama Korea seperti INDOSIAR, ANTV, dan TRANS TV. Lalu, kini pengaruh kebudayaan Korea yang disebarkan melalui media massa sudah merasuk di berbagai segi kehidupan masyarakat Indonesia. Media massa lah yang erat berperan memberikan akses mudah untuk menikmati berbagai macam acara Korea. Karena itu, Penulis berupaya untuk menguraikan bagaimana penyebaran budaya Korea di Indonesia.
3
http://www.referensimakalah.com/2013/02/akulturasi-pengertian-dan-tujuan.html
4
1. Korean Drama (K Drama) Drama Korea adalah produk Korea pertama yang berhasil masuk menguasai pasar Indonesia. Drama Korean pertama hadir di layar kaca televisi pada tahun 2002 dengan drama Korea pertama berjudul Endless Love. Masuknya produk Korea lewat drama ini diawali dengan keberanian Indonesia yang melakukan liberalisasi pada tahun 1990-an. 2. Korean Pop (K Pop) Korean Pop (Musik Pop Korea) disingkat K-pop, adalah jenis musik populer yang berasal dari Korea Selatan. Banyak artis dan kelompok musik pop Korea sudah menembus batas dalam Negeri dan populer di mancanegara. Musik pop Korea pramodern muncul pertama kali pada tahun 1930-an yang dipengaruhi oleh masuknya musik pop jepang. Tahun 1992 merupakan awal mula musik pop modern di Korea, yang ditandai dengan kesuksesan grup Seo Taiji and Boys diikuti grup musik lain seperti Panic, dan Deux. Tren musik ini turut melahirkan banyak grup musik dan musisi berkualitas lain hingga sekarang. Dalam perkembangan Korea, terdapat nama Hallyu atau Korean Wave (gelombang Korea) adalah istilah yang diberikan untuk tersebarnya budaya pop Korea secara global di berbagai negara di dunia. Umumnya Hallyu 5
memicu banyak orang – orang di negara tersebut untuk mempelajari bahasa Korea dan budaya Korea. Awal mula kegemaran akan kegemaran budaya pop korea di Republik Rakyat Cina dan asia tenggara mulai akhir 1990-an.Istilah Hallyu diadopsi oleh media cina setelah album musik pop korea, HOT, dirilis di China. Serial drama Tv Korea mulai diputar di China dan menyebar ke negara - negara lain seperti Hongkong, Vietnam, Thailand, dan Indonesia hingga Amerika Serikat dan Timur tengah. Pada saat ini, Hallyu diikuti dengan banyaknya perhatian akan produk Korea Selatan, seperti masakan, barang elektronik, musik, dan film. Pemerintahan Korea sendiri sangat mendukung dan memiliki peranan penting dalam mewabahnya Hallyu, dukungan tersebut diwujudkan dengan menghindarkan diri dari gempuran industri entertainment dari barat . hal ini menjadikan orang Korea sendirilah yang harus menciptakan produk - produk media massanya sendiri. Pengaruh Hallyu di Indonesia seiring dengan drama yang semakin diterima publik Indonesia muncul pula kegemaran akan musik grup pria ( Boyband ) seperti grup musik dari SM Entertainment seperti, TVXQ dan Super Junior . Lalu hadir pula penyanyi Rain yang mulai dikenal lewat serial drama Korea “Full House” . Sejak itu penggemar K-pop dan drama Korea di Indonesia mulai umum dijumpai. Virus budaya kontemporer Hallyu yang menyebabkan demam Korea sudah menginfeksi remaja Indonesia dalam satu dasawarsa terakhir hal itu mendorong lahirnya sebuah fenomena fanatisme dimana para tokoh idola dari negeri ginseng tersebut menjadi kiblat dalam 6
berperilaku bagi remaja dan generasi muda ditanah air dalam proses pembentukan identitas dirinya. Penulis melihat bahwa fenomena demam korea yang sedang melanda masyarakat Indonesia mulai dari remaja bahkan orang tua. Budaya Korea yang akhir - akhir ini melanda di Indonesia memiliki tanggapan baik positif maupun negatif. Masyarakat menyukai budaya Korea, hampir semua acara televisi atau media massa memuat mengenai korea. Mulai dari film korea, lagu/musik korea, boyband atau girlband korea dan artis/aktor korea. Pada umumnya masyarakat khususnya remaja perempuan menyukai budaya korea karena artis/aktor korea itu sendiri tampan dan cantik. Banyak masyarakat Indonesia lebih menyukai film produksi korea di bandingkan dengan film produksi Indonesia. Bahkan dari film atau drama korea, masyarakat jadi ingin meniru gaya hidup yang ada dalam drama korea tersebut. Karena apa yang ada di dalam budaya korea itu adalah sesuatu yang mengagumkan dan sering di bilang “keren”. Gaya hidup dalam korea cenderung bebas dan tidak sesuai dengan citra masyarakat Indonesia pada umumnya. Masyarakat Indonesia cenderung mengikuti dengan segala hal yang sedang populer di dalam negeri seperti demam korea ini. Akibat dari adanya fenomena demam Korea ini menimbulkan efek yang luar biasa yang kian menjalar dan secara continue akan mengikis minat untuk mempelajari kultur budaya di Negeri sendiri. Di Indonesia juga mulai terlihat peningkatan minat mempelajari budaya Korea lebih jauh dengan 7
bertebarnya kursus - kursus dan minat dalam bahasa Korea yang ditandai dengan kursus - kursus Korea, setelah sebelumnya didominasi oleh jepang dan mandarin. Menu - menu masakan Korea juga mulai dicari, begitu juga Hanbok, pakaian tradisional Korea. Jika hal ini berlangsung terus menerus tentunya akan dapat menimbulkan kebingungan identitas diri dalam remaja Indonesia. Secara positif, masyarakat pasti sudah mengetahui dan sadar akan manfaatnya. Hal yang harus diarahkan adalah dampak negatif yang tidak disadari. Masyarakat Indonesia lebih cenderung menyukai produk Korea. Dan berkurangnya rasa cinta dan kebanggaan terhadap budaya Indonesia sendiri. Lalu, disini Penulis ingin membuat Film pendek yang berjudul “HYEO NO” . Tujuan Penulis merancang Film Pendek “Hyeo No” untuk menjadi salah satu solusi meningkatkan kecintaan akan kebudayaan Indonesia terhadap remaja Indonesia yang sudah melupakan budayanya sendiri. Di era globalisasi ini semua informasi umum bisa didapatkan dengan mudah bagi masyarakat. Termasuk dengan informasi yang berhubungan dengan gaya hidup dan budaya. Film pendek “Hyeo No” ini mengisahkan tentang seseorang bernama Yono, ia adalah remaja asli Indonesia yang sangat menyukai Korea hingga ia melupakan segala kekayaan budaya dari negaranya sendiri. Budaya Korea yang mendunia dianggapnya lebih hebat dari budaya Indonesia yang menurutnya begitu - gitu saja dan tidak berkembang mengikuti perkembangan 8
zaman. Yono membuat nama Koreanya sendiri yaitu “Hyeo No”, nama itu menurutnya lebih keren dibanding dengan nama aslinya Yono yang terlihat norak dan kampungan. Hyeo No muak dengan negaranya yang selalu dipenuhi dengan berita korupsi, plagiat, kuno, dan terlebih lagi pemerintahnya tidak mampu mengembangkan budayanya, sehingga banyak remaja tidak mengenal budayanya sendiri, tidak seperti pemerintah Korea yang bisa mendukung penuh dan mengembangkan budaya dari negaranya. Ketika Hyeo No sudah merasa sangat kesal dengan negaranya sendiri, Hyeo No mengucapkan sumpah serapah di sebuah bukit, ia menginginkan agar budaya Korea ditukar dengan budaya Indonesia, walaupun hanya dengan hal yang kecil. Keesokan harinya, semuanya menjadi berubah. Semua orang di Indonesia memakai bahasa Korea sebagai bahasa mereka. Perubahan yang terjadi pada negaranya itu membuat Hyeo No tersadar bahwa apa yang sudah dimilikinya jauh lebih baik dari apa yang diinginkannya. Penulis memberikan judul pada film ini adalah “HYEO NO” yang diambil dari nama Korea si tokoh utama, yaitu Yono. “HYEO” sendiri memiliki arti yaitu dari bahasa Korea yang berarti lidah. Karena dalam film ini memiliki banyak pesan seperti menjaga lisan dalam berbicara dan memiliki arti tentang bahasa yang identik dengan berbicara.
9
1.2
Permasalahan Pembuatan Tugas Akhir “Perancangan Penata Artistik (Art Director) Film Pendek HYEO NO” digunakan untuk mengatasi masalah yang sedang berlangsung, saat ini remaja di Indonesia telah kehilangan identitasnya karena faktor demam Korea itu sendiri. Faktor tersebut dapat berupa film, bahasa, gaya berbusana, dan mungkin budayanya. Berdasarkan topik tersebut, penulis merumuskannya sebagai berikut : “ Bagaimanakah perancangan Penata Artistik (Art Director) dalam Film pendek HYEO NO? “
1.3
Tujuan Perancangan Indonesia memiliki kebudayaan, tetapi dengan masuknya K-POP atau demam Korea ke dalam budaya dan masyarakat Indonesia, ini membuat perubahan budaya yang sudah ada. Melalui pembuatan Skripsi Aplikatif “Perancangan Penata Artistik (Art Director) Film Pendek Hyeo No”. Perancangan media audio visual ditunjukan untuk : A. Untuk mengembalikan kembali identitas Bangsa B. Untuk dapat lebih memahami budaya Negeri sendiri C. Turut serta memajukan film pendek indie di Indonesia
10
1.4
Manfaat Perancangan Skripsi Aplikatif 1.4.1
Manfaat Akademis Melihat kurangnya bahasa komunikasi secara audio visual tentang
kebudayaan Indonesia dan nasionalisnya terhadap bangsa sendiri, merupakan salah satu alasan yang harus diperhatikan. Adapun manfaat akademis yang akan diperoleh adalah sebagai berikut : A. Untuk mengkampanyekan rasa nasionalisme bangsa Indonesia terhadap pengaruh budaya asing khususnya budaya Korea di Indonesia melalui film pendek. B. Menerapkan teori - teori komunikasi antar budaya dan komunikasi visual yang telah dipelajari kedalam karya ini. 1.4.2
Manfaat Praktis Pembuatan Tugas Akhir “Perancangan Penata Artistik (Art Director)
Film Pendek Hyeo No” diharapkan menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan cinta akan kebudayaan Indonesia. Selain itu manfaat praktis dari penulisan ini adalah sebagai berikut : 1. Mencoba menerapkan suatu sistem kampanye yang efektif, efisien, dan terintegrasi. 2. Membantu para Penulis lain yang sedang akan melakukan Tugas Akhir yang berhubungan dengan komunikasi visual, sehingga
11
menambah masukkan yang bermanfaat untuk para Penulis berikutnya. 3. Membantu melakukan kampanye melalui film pendek agar nilai – nilai budaya di Indonesia tidak hilang di kalangan masyarakat khususnya para remaja.
12