BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Film secara umum dapat dibagi menjadi dua unsur yaitu unsur naratif dan
unsur sinematik. Kedua unsur tersebut saling berinteraksi dan berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk sebuah film. Menurut Himawan Pratista menyebutkan dalam bukunya yang berjudul Memahami Film bahwa, masingmasing unsur tersebut tidak akan dapat membentuk film jika hanya berdiri sendiri. Bisa kita pahami bahwa unsur naratif adalah bahan (materi) yang akan diolah, sementara unsur sinematik adalah cara (gaya) untuk mengolahnya. Dalam sebuah film cerita, unsur naratif adalah perlakuan terhadap cerita filmnya. Sementara unsur sinematik atau juga sering diistilahkan gaya sinematik merupakan aspekaspek teknis pembentuk film1. Selain itu secara umum film dibagi menjadi tiga jenis yaitu, film dokumenter, fiksi dan eksperimental. Pembagian ini didasarkan atas cara bertuturnya yakni, naratif (cerita) dan non-naratif (non cerita). Film fiksi memiliki struktur naratif yang jelas sementara film dokumenter dan eksperimental tidak memiliki struktur naratif.Film dokumenter memiliki konsep realisme (nyata) berlawanan
1
dengan
film
eksperimental
yang
memiliki
konsep
Himawan Pratista. Memahami Film cetakan 1. Yogyakarta, Homerian Pustaka, 2008, hlm.1.
1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2
formalisme(abstrak).Sementara film fiksi berada di tengah-tengah antara film dokumenter dan film eksperimental. Film dokumenter adalah sebuah genre film dimana sebutan ini pertama kali disematkan pada film karya Lumiere bersaudara yang bercerita tentang perjalanan mereka. Film yang dianggap sebagai tonggak film dokumenter ini dibuat pada tahun 1890-an 2 . Melalui film dokumenter ini peneliti akan mengungkap realitas yang terjadi di dunia nyata yang dapat dipindahkan melalui proses representasi kedalam bentuk film dokumenter. Representasi yang dibangun dalam film dokumenter tergantung dari tujuan pembuatan film, latar belakang produksi film serta sikap dari kreator film dokumenter itu sendiri. Film dokumenter marak dibuat dan telah menjadi industri film sendiri yang berkembang pesat di dunia. Film dokumenter berkembang pesat seiring dengan kemajuan teknologi dan permasalahan yang lebih kompleks dalam kehidupan manusia secara regional maupun internasional. Saat ini film dokumenter semakin kreatif merekam kemajuan penemuan ilmiah (teknologi canggih), timbulnya beragam jenis penyakit mematikan diiringi serum anti virusnya, hingga konflik antar kelompok negara yang menyulut perang singkat sampai jangka waktu lama dengan peralatan ringan sampai menggerakan kapal induk organisasi militer internasional. Karya dukomenter merupakan film yang
2
FajarJunaedi. Membuat Film Dokumenter. Yogyakarta, Lingkar Media, 2011, hlm. 3.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3
menceritakan sebuah kejadian nyata dengan kekuatan ide kreatornya dalam merangkai gambar-gambar menarik menjadi istimewa secara keseluruhan.3 Istilah film pada awalnya dimaksudkan pada media penyimpan gambar atau yang biasa disebut celluloid, yaitu lembaran plastik yang dilapisi oleh emulsi. Berawal dari itu, pengertian film kemudian berubah menjadi tayangan audio visualdan dipahami sebagai potongan gambar-gambar bergerak 4 . Menurut Jaya Panca Javandalasta menyebutkan dalam bukunya 5 Hari Mahir Bikin Film setidaknya ada 5 keistimewaan media film. Diantaranya adalah: 1. Film dapat menghadirkan pengaruh emosional yang kuat, sanggup menghubungkan penonton dengan kisah-kisah personal. 2. Film dapat mengilustrasikan kontras visual secara langsung 3. Film dapat berkomunikasi dengan para penontonnya tanpa batas menjangkau luas kedalam perspektif pemikiran. 4. Film dapat memotivasi penonton untuk membuat perubahan 5. Film dapat menjadi alat yang mampu menghubungkan penonton dengan pengalaman yng terpampang melalui bahasa gambar5. Meskipun program dokumenter berusaha menyajikan sesuatu seperti bagaimana adanya, hampir tidak mungkin para documentarian menyajikan semuanya dengan objektif. Seperti yang dikatakan Fred Wibowo dalam bukunya “Dasar-Dasar Produksi Program Televisi”yaitu :
3
Andi Fachrudin, Dasar –Dasar Produksi Televisi, Kencana, Jakarta, 2012, Hal 315-316 Panca Javandalasta, 5 Hari Mahir Bikin Film, MUMTAZ Media, Surabaya, 2011, hal 1 5 Ibid
4
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4
“Bagaimana mungkin sesuatu dapat objektif seratus persen, sementara dari angle mana gambar diambil, sepenuhnya ditentukan menurut selera juru kamera. Gambar mana yang dipakai dan mana yang dibuang ditentukan oleh editor dan produser atau sutradara. Oleh karena itu, objektivitas berarti juga serangkaian gambar tentang kebenaran hasil pilihan dengan nilai atau makna yang paling tinggi dari apa yang di shooting dan bagaimana itu di-shooting6” Pesan-pesan / makna dari film tidak terlepas dari peran Directing Of Photography (D.O.P). D.O.P memiliki peran yang sangat penting dalam sebuah produksi film karena seorang D.O.P bertugas untuk menganalisa skenario dan membahas dengan sutradara agar menghasilkan kesesuaian penafsiran untuk mewujudkan gagasan penulis skenario dalam bentuk nyata dalam cerita. Bagus atau tidaknya sebuah film dapat dipengaruhi oleh D.O.P karena seorang D.O.P adalah orang yang menjabarkan konsep visual dalam pencapaian look dan mood yang mencangkup warna, pencahayaan, karakter visual dan komposisi yang juga menghasilkan gerak lebih baik dari refrensi foto atau gambar yang selanjutnya didiskusikan dengan sutradara. D.O.P bukanlah sebutan seorang yang secara teknis mengambil gambar, namun peranannya adalah mengatur estetika bagaimana shot size dan type shot dalam lingkup angle, framing dan komposisi dalam pengambilan gambar. Namun di film dokumenter “Dogma Djatisunda”peran seorang D.O.P menjadi satu
6
Fred Wibowo, Dasar-Dasar Produksi Program Televisi, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 1997
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5
dengan camera person untuk menganalisa tema riset melalui visual berdasarkan kepentingan sutradara agar cerita bisa dipahami dengan baik melalui bahasa audio visual, sehingga peran sinergis sutradara dan subyek sangat diperlukan, adanya peran kameramen ialah segala bentuk visualisasi merupakan tanggung jawab utama dari tahap pra produksi (riset), produksi, dan pasca produksi. seorang D.O.P menjadi berperan ganda untuk mendapatkan hasil gambar yang penuh dengan unsur fakta dan moment yang sesungguhnya tanpa dibuat-buat. Aspek yang menjadi penting bagi kameramen atau D.O.P dalam tahap produksi dokumenter ialah harus memiliki kemampuan mengambil gambar yang baik dalam keadaan apapun, karena tidak semua gambar bisa didapat, karena harus dengan izin terlebih dahulu oleh karena itu inisiatif kameramen dokumenter sangat berbeda dengan fiksi yang sudah terancang dengan matang. Hal ini di implementasikan dalam proses pembuatan film dokumenter “Dogma Djatisunda” berupa praktik dalam membuat konsep awal penentuan gambar yang dilakukan perannya oleh D.O.P yaitu tidak hanya membuat film ini menjadi metode eksposisi yang hanya mengutamakan gambar realis, tetapi juga disini menambah unsur estetika dengan mengambil video dengan kualitas baik dan rapi, agar sinematografi menmbentuk suatu perbincangan dengan penonton. Sehingga dokumenter ini akan menjadi salah satu dokumenter yang bersifat eksperimental karena setiap gambar bermaksud untuk tidak memberikan makna saja, tapi agar penonton bisa menikmati gambar yang lebih memiliki estetika sesuai kajian sinematografi, karena secara dasar bentuk estetika dalam sinematografi baik dokumenter ataupun naratif bentuk pelaksanannya merupakan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6
apresiasi. Apresiasi ini merupakan proses sadar yang dilakukan dalam karya seni (termasuk
film).
Dalam
karya
dokumenter
”Dogma
Jati
Sunda”kami
menambahkan adanya metode timelapse yang merupakan seni modern sehingga karya ini menjadi karya yang mengikuti perkembangan gaya film saat ini. Setiap film dokumenter memiliki gaya sendiri dalam pemaparan faktafaktanya. Gaya dalam dokumenter terdiri dari bermacam-macam kreativitas, seperti gaya humoris, puitis, satir, anekdot, serius, semi serius dan seterusnya. Kemudian dalam gaya ada tipe pemaparan eksposisi (Expository documentary) yang konvensional, umumnya merupakan tipe format dokumenter televisi dengan menggunakan narator sebagai penutur tunggal. Oleh karena itu narasi disini disebut sebagai Voice of God karena aspek subjektivitas narator, kita dapat melihat contohnya pada dokumenter Discovery Channel, Natonal Geographic, ataupun BBC Documentary.. Gaya yang kini sangat jarang ditemui adalah gaya dimana film tersebut merupakan sebuah refleksi (Reflexive documentary) dari proses pembuatan (shooting) film tersebut. Dokumentaris Rusia Dziga Vertov merupakan pelopor dalam gaya ini. Dengan filmnya yang berjudul “Man with The Movie Camera”(1928), Vertov hanya bertujuan merefleksikan dua prinsip teorinya mengenai apa itu film kebenaran (KinoPravda = FilmTruth), dimana semua adegan harus sesuai apa adanya.7
7
Gerzon R. Ayawaila, Dokumenter dari Ide sampai Produksi, FFTV-IKJ Press, Jakarta, 2008, hal 91
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
Pada dasarnya Agama merupakan salah satu hak yang paling asasi diantara hak–hak asasi manusia lainnya, karena kebebasan beragaman bersumber langsung pada martabat dan hak manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan. Oleh karenanya, agama tidak dapat dipaksakan. Agama dan kepercayaan terhadap tuhan yang maha Esa itu berdasarkan atas keyakinan, karena menyangkut hubungan pribadi manusia dengan tuhan yang dipercayai dan diyakininya.hal tersebut bahkan terjamin dalam konstitusi Indonesia yaitu dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagaimana diatur dalam pasal 28 E ayat (1) yang menjelaskan bahwa “setiap orang bebas memeluk dan beribadat menurut agamanya”. Jelaslah sudah hak untuk memeluk agama dan kebebasan untuk beribadah menjadi hak konstitusional bagi warga Negara Indonesia. Dalam praktik pelayanan keberagaman di Indonesia selama ini, hanya ada enam agama yang diakui negara, yakni islam, protestan, katolik, hindu, budha dan konghucu. Karena hanya enam yang diakui, agama-agama lokal yang kadang disebut sebagai aliran kepercayaan tidak diakui oleh negara, termasuk sunda wiwitan yang memiliki pemeluk yang tersebar di berbagai daerah di Jawa. Hal tersebut berdampak pada pelayanan mereka yang kurang memadai. Di daerah lebak Banten terdapat masyarakat penganut agama sunda wiwitan yang masih mengaharapkan agar menteri keagaaman dapat mengesahkan agama sunda wiwitan sebagai agama yang diakui oleh negara, mereka berharap agar kolom agama pada kartu tanda penduduk yang mereka miliki dapat di isi dengan agama yang mereka anut, dengan masih kosongnya kolom agama pada kartu tanda penduduk berpengaruh besar pada kelangsungan kehidupan mereka
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
terutama pada pernikahan dan proses pembuatan akte kelahiran, karena pengaruh tersebut banyak penganut sunda wiwitan yang terpaksa mencantumkan agama lain pada kolom agama pada kartu tanda penduduknya. Namun masih banyak juga penganut sunda wiwitan yang masih bertahan untuk tidak mencantumkan agama lain dan tetap mengkosongkan kolom agama pada kartu tanda penduduk sampai pemerintah mengakui agama sunda wiwitan yang merupakan kepercayaan yang sudah ada sejak lama di Indonesia. Sunda wiwitan sendiri adalah sebuah aliran kepercayaan orang orang sunda terdahulu, mereka meyakini kepercayaan tersebut sebagai kepercayaan masyarakat asli sunda, petunjuk tersebut ditemukan dalam naskah kano yang terdapat dipedalaman suku Baduy. Dalam penelitian ini penulis berusaha ingin mengangkat bagaimana perjuangan dan tindakan para pengikut ajaran sunda wiwitan dalam memperjuangkan ajaran yang dianutnya agar diakui oleh negara. Banyak sekali faktor yang membuat mereka harus melakukan tindakan tersebut terutama demi mengambil hak asasinya untuk beragama. 1.2
Permasalahan Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di jelaskan, kami
mengangkat sebuah film mengenai perjuangan, tindakan dan reaksi yang dilakukan oleh warga suku baduy sebagai penganut ajaran sunda wiwitan agar ajaran yang telah mereka anut sejak dulu dapat diakui oleh negara. Dalam film kami yang berjudul “Dogma Djatisunda”banyak kasus yang diangkat terutama kebebasan warga negara untuk menganut agama yang telah tercantum dalam
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
Undang –Undang dasar 45 dan tercantum pula dalam pancasila ayat pertama, dimana setiap warga negara memiliki hak asasi untuk memilih agama yang mereka yakini dan tetap menjaga kerukunan antara sesama umat beragama lainnya. 1.4.
Tujuan Perancangan Film yang berjudul “Dogma Djatisunda”dibuat untuk memenuhi syarat
kelulusan S1 di bidang studi Broadcasting Universitas Mercu Buana. Film dokumenter ini adalah aplikasi dari penulisan skripsi aplikatif yang dibuat berdasarkan ketentuan akademik di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana. Skripsi aplikatif merupakan karya tulis ilmiah, berupa paparan tulisan hasil penelitian dan perancangan yang membahas suatu permasalahan dalam bidang ilmu tertentu dengan menggunakan kaidah-kaidah yang berlaku dalam ilmu komunikasi. Skripsi aplikatif ini lebih bersifat keahlian, jadi proses penerapannya diarahkan secara visual maupun audio visual sebagai metode pemecahan masalah yang kreatif, rasional dan estetis.
1.5.
Alasan Pemilihan Judul Peneliti memilih judul “Dogma Djatisunda” karena dalam film ini peneliti
akan membahas sebuah realitas yang ada pada suku baduy tidak hanya itu banyak yang mengira suku baduy merupakan suku yang terbelakang namun tidak sepenuhnya demikian dan pada kasus kurang adanya partisipasi pemerintah mengenai identitas agama di KTP yang tidak tercantum. Selain itu kata “di Tanah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
Sunda”dikarenakan suku Baduy yang letaknya berapa di Provinsi Banten yang mayoritas penduduknya memiliki ras sunda.
1.6
Manfaat Tayangan 1.6.1. Manfaat Akademis Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
ilmu pengetahuan dibidang broadcasting terutama pengetahuan mengenai film dokumenter dan mampu memberikan referensi bagi mahasiswa di jurusan Broadcasting Fakultas Ilmu Komunikasi. Selain itu film ini diharapkan mampu membuat memberikan wawasan dan pengalaman bagi para pembuat film dokumenter yang serupa dengan lebih baik dan lebih berkualitas, secara garis besar film ini memberikan dan membuka kebenaran yang terjadi akan adanya ketidak setaraan hak keagamaan dan mampu memberikan informasi mengenai agama sunda wiwitan yang merupakan sebuah ajaran yang ada sejak Indonesia lahir, dalam film ini juga diharapkan dapat memberikan pelajaran bagaimana kita sebagai penghuni bumi dapat memelihara alam dengan cara belajar dari masyarakat suku baduy yang dimana suku ini mengajarkan kita untuk senantiasa belajar melindungi alam.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
1.6.2. Manfaat Praktis Secara praktis film ini diharpakan mampu memberikan masukan kepada pemerintah agar dapat memberikan sebuah tindakan nyata akan adanaya kebenaran yang terjadi mengenai kasus yang ada pada penganut sunda wiwitan terutama masyarakat suku baduy yang dimana pemerintah harus memberikan solusi atas apa yang dialami masyarakat suku baduy. Dari film dan data yang telah ditampilkan diharapkan dapat memberikan manfaat dan kehidupan yang lebih baik lagi bagi masayarakat suku baduy dan bagi masyarakat yang menonton film ini dihararapkan dapat belajar dari kehidupan masyarakat suku baduy yang sederhana yang tetap menjaga keseimbangan alam.
http://digilib.mercubuana.ac.id/