BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kemajuan
di
bidang
kedokteran
transfusi
sudah
berkembang pesat dari sejak ditemukannya golongan darah ABO pada tahun 1901 oleh Karl Landsteiner dan golongan darah
Rhesus
pada
tahun
1939
oleh
Karl
Landsteiner
bersama Alex Wiener, Philip Levine dan RE Stetson. Pada 1945, Coombs et al. menjelaskan indirect antiglobulin test
(IAT),
albumin,
serta
sebagai
Diamond
dan
Abelson
menjelaskan
untuk
mendeteksi
potentiator
"incomplete antibody" atau antibodi IgG. Sudah 60 tahun lebih
sejak
Diamond,
pengungkapan
Classic
Saline
yang
dilakukan
IAT masih
Coombs
dipandang
dan
sebagai
standar emas (Rumsey et Ciesielski, 2000). Telah
lama
diakui
bahwa
adalah
sulit
untuk
menetapkan pengujian serologis yang seragam, konsisten dan akurat dalam identifikasi antibodi untuk keperluan transfusi disesuaikan dengan kebijaksanaan klinis. Pada umumnya
penggunaan
teknik
serologi
dipengaruhi
oleh
banyak variabel yang meliputi rasio serum:sel, kekuatan waktu inkubasi ionik, dan pH. Hal ini mungkin sulit untuk dikontrol dan distandarisasi. Untuk meminimalkan
1
2
masalah ini, berbagai teknik baru telah dikembangkan (Duguid & Bromilow, 1993). Menurut literatur, IAT yang diinkubasi selama 60 menit pada 37oC dalam saline akan menyediakan 99 persen serapan antibodi ke eritrosit dari setiap sampel yang mengandung
antibodi
IgG
yang
sesuai.
Jika
waktu
inkubasi dikurangi menjadi 45 menit, masih akan ada 95 persen
penyerapan
antibody
(Rumsey
et
Ciesielski,
media
peningkatan
2000). Semua
metode
berikutnya
dan
dikembangkan dari titik acuan tersebut. Sebagai contoh, lowionic-strength
solution
digunakan
mempercepat
sehingga
untuk asosiasi
antibodi
(95
bahwa
sampai
(LISS) laju
kisaran 99%)
dikembangkan
dan
antigen-antibodi
optimal
dapat
penyerapan
dicapai
dengan
menggunakan 15–30 menit inkubasi (Rumsey et Ciesielski, 2000). Metode seperti
seperti
Polybrene
teknik
telah
kapiler
muncul
dan
dan
potensiator
tidak
disukai.
Selama bertahun-tahun telah menjadi semakin jelas bahwa tidak
ada
metode
antiglobulin
test,
tunggal dalam
yang
sempurna.
bentuk
Indirect
metode
Tube
tradisional, memiliki kesederhanaan
yang tak ternilai,
terbukti
sel
dalam
deteksi
antibodi
darah
merah
3
bermakna secara klinis dan masih digunakan oleh banyak orang sebagai tes pilihan (Rumsey et Ciesielski, 2000). Dalam praktek kedokteran transfusi, penggolongan darah
adalah
langkah
yang
secara
rutin
dilakukan
mutlak
pemeriksaan
harus
dilakukan,
golongan
ABO
dan
Rhesus. Secara tradisional, skrining dan identifikasi sel
darah
dalam
merah
tube
ditemukan
ataupun
reaksi
dengan
slide.
kesulitan
membedakan terakhir,
dilakukan
Dengan
pembacaan lemah.
teknologi
baru,
aglutinasi
metode
hasil,
Namun,
deteksi
metode
ini
sering
terutama
dalam
untuk
tahun-tahun
seperti
berbagai
format gel, telah dikembangkan dan disetujui, secara komersial tersedia untuk digunakan di lingkungan bank darah, dan telah mendapatkan popularitas (Lapierre et al., 1990; Tilton et al., 1992; Hilyer et al., 2007). Teknologi
gel
berdasarkan
pada
prinsip
sentrifugasi sel darah merah terkontrol melalui geldekstran-akrilamida.
Metode
gel
(ID-Micro
Typing
System) dirilis di Eropa pada tahun 1988 dan mulai tersedia
di
Amerika
Serikat
pada
tahun
1995
oleh
Microtyping Systems. Dibandingkan dengan metode tube, reaksi terjadi dalam sebuah microtube yang terdiri dari ruang
reaksi
yang
menyempit
menjadi
kolom
sekitar
panjang 15 mm dan lebar 4 mm. Penggunaan metode gel
4
untuk deteksi antibodi sel darah merah dan pengujian kompatibilitas
secara
umum
meningkat
sejak
diperkenalkan untuk menjadi teknologi yang matang dan dapat
dipahami
besar
pengujian
golongan
dengan
darah,
yang
baik.
Berlaku
dilakukan
metode
di
ini telah
untuk
sebagian
bidang
serologi
distandarisasi
dan
relatif mudah untuk dilakukan, dan menyediakan reaksi yang
jelas
serta
interpretasi
stabil
hasil
yang
meningkatkan
dibandingkan
dengan
kemudahan
metode
tube
ataupun slide (Delaflor-Weiss & Chizhevsky, 2005).
I.2. Perumusan Masalah Dari
latar
belakang
tersebut
timbul
suatu
permasalahan : 1. Di
Indonesia
metode
penggolongan
darah
ABO
dan
Rhesus yang masih digunakan adalah metode slide dan tube. 2. Metode
gel
masih
relatif
baru
dan
belum
banyak
digunakan. 3. Perlu adanya studi perbandingan antara metode slide dan tube dengan metode gel.
5
I.3. Tujuan Penelitian Membandingkan pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus antara metode aglutinasi dalam gel dengan metode aglutinasi tube dan metode aglutinasi
slide.
I.4. Keaslian Penelitian Terdapat beberapa penelitian yang membandingkan teknik
aglutinasi
gel
dengan
metode
aglutinasi
tube/slide, diantaranya : Delaflor-Weiss tentang
implementasi
&
Chizhevsky
metode
gel
(2005),
untuk
meneliti
skrining
dan
identifikasi antibody pada komunitas rumah sakit. Dapat dibuktikan bahwa terjadi peningkatan jumlah antibodi yang terdeteksi secara menyeluruh dan metode gel mampu mengidentifikasi
antibodi
secara
signifikan
dibandingkan dengan metode tube tanpa perbedaan reaksi signifikan pada reaksi non spesifik. Perbedaan dengan penelitian dilakukan
ini akan
adalah
dalam
penelitian
melihat
kekuatan
reaksi
yang yang
akan dapat
diamati dari metode gel dan tube, disamping itu juga dipakai bahan pemeriksaan dari populasi Indonesia. Langston,
et
al.
(1999),
melakukan
evaluasi
terhadap metode gel untuk penggolongan darah ABO dan penggolongan
Rhesus
D.
Langston
et
al.
membuktikan
6
bahwa metode gel tidak berbeda bermakna dengan metode tube pada deteksi A, B, dan D, tetapi metode tube lebih baik dalam pendeteksian isohemaglutinin B. Metode gel dapat digunakan untuk menggantikan metode tube dalam penggolongan
darah
ABO
dan
penggolongan
Rhesus
D.
Perbedaan dengan penelitian ini, penelitian yang akan dilakukan
disamping
membandingkan
metode
gel
dengan
metode tube juga membandingkan dengan metode slide.
I.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi teori ilmu pengetahuan dan praktis bagi penggunaan keseharian di laboratorium klinik atau rumah sakit. I.5.1. Manfaat Teoritik Didapatkan nilai kesepakatan antara metode gel dengan metode tube dan slide dalam penggolongan darah ABO dan Rhesus. I.5.2. Manfaat Praktis Dapat dipahaminya tentang keunggulan dan kendala dari
cara
kerja
metode
gel
sehingga
dapat
dimanfaatkan secara benar untuk pelayanan kesehatan.