BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Kelelahan merupakan masalah yang umum dialami banyak orang. Semakin banyak aktivitas manusia, maka kemungkinan seseorang mengalami kelelahan semakin besar. Kelelahan merupakan suatu mekanisme perlindungan untuk tubuh agar terhindar dari kerusakan yang lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah melakukan istirahat. Otak manusia itu sendiri yang menjadi sentral pengatur daripada kelelahan. Masing-masing individu menunjukkan kondisi kelelahan yang berbedabeda dengan akibat yang sama yaitu kehilangan efisiensi kerja dan penurunan kapasitas kerja hingga kertahanan tubuh (Tarwaka, 2014). Kelelahan yang dialami akibat melakukan sebuah pekerjaan juga dapat memicu terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Apabila pekerja telah lama melakukan pekerjaan dari jumlah waktu yang semestinya, pekerja bisa saja mengalami sakit atau bahkan pingsan saat bekerja. Hal tersebut membahayakan nyawa dari para pekerja, terutama untuk pekerja yang bekerja dengan risiko yang besar seperti pekerja konstruksi bangunan. PT. Adhi Karya merupakan salah satu perusahaan konstruksi yang memiliki visi untuk menjadi perusahaan konstruksi terkemuka di Asia Tenggara. Perusahaan konstruksi ini telah bergerak sejak tahun 1960 dan masih aktif hingga sekarang. Dalam hal konstruksi sebuah bangunan, peran serta dari tenaga kerjanya sangatlah diutamakan. Karena tenaga kerja merupakan aset utama dalam pelaksanaan pekerjaan suatu perusahaan (Wibowo, 2010). PT. Adhi Karya sendiri komitmen untuk menjalankan sebuah kegiatan konstruksi tanpa adanya kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja. Untuk itu seluruh
1
2
pekerja yang bekerja dengan PT. Adhi Karya memiliki hak perlindungan kecelakaan kerja dan kesehatan kerja melalui kerja sama dengan JAMSOSTEK atau sekarang disebut dengan BPJS Ketenagakerjaan. Dalam suatu pekerjaan konstruksi yang melibatkan banyak tenaga kerja dibutuhkan suatu manajemen terpadu untuk keselamatan kerja mereka (Angkat, 2008). Upaya perlindungan untuk tenaga kerja dari bahaya yang timbul dari lingkungan kerja merupakan kebutuhan yang mendasar sehingga tercipta keamanan dan kenyamanan dalam bekerja. Karena itu negara Indonesia sendiri memiliki aturan mengenai jam kerja untuk para pekerja. Selain itu menurut Organisasi Perburuhan Internasional (2005) pemerintah juga memiliki peraturan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja pada bidang konstruksi yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. Menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, jam kerja yang berlaku adalah 8 jam/hari atau 40 jam selama seminggu. Jam kerja lembur yang dianjurkan adalah 3 jam perhari atau 14 jam seminggu (Wijoyo, 2003). Dan memperpanjang waktu kerja lebih dari aturan yang telah ditetapkan hanya akan mengakibatkan kelelahan kerja yang berdampak pula pada penurunan produktivitas kerja dan hasil kerja yang kurang memuaskan (Suma’mur, 2009). Namun pada kenyataannya, untuk pekerjaan jenis konstruksi ini, jam kerja tidak begitu dikelola dengan baik. Pekerja dituntut melakukan lembur tiap harinya untuk mempercepat proses pembangunan gedung. Seperti pada proyek milik PT. Adhi Karya dalam pembangunan gedung parkir dan studio tari yang dilaksanakan pada bulan Juli hingga Desember 2014, selama 150 hari pengerjaan dari 89 pekerja lapangan yang dipekerjakan, hampir 60 pekerja (67%) dari total pekerja lapangan melakukan lembur tiap harinya dan bekerja lebih dari 8 jam/hari. Jumlah tersebut diperoleh dari hasil tanya jawab langsung dengan pekerja lapangan (Jayanthi, 2014).
3
Bekerja lembur melebihi dari jumlah waktu yang dianjurkan menimbulkan banyak keluhan pada para pekerjanya. Salah satu keluhan yang sering dialami adalah perasaan lelah dan pegal-pegal di seluruh tubuh. Untuk mengatasi rasa lelah tersebut, pekerja sering melakukan istirahat curian selama melakukan pekerjaan. Tidak hanya masalah jam kerja, faktor-faktor lain juga dapat mempengaruhi terjadinya kelelahan kerja. Faktor-faktor tersebut berasal dari beban tambahan akibat lingkungan kerja yaitu faktor fisik seperti cahaya, kebisingan, dan cuaca kerja. Kemudian faktor kimia seperti debu, faktor biologis seperti virus hingga binatang pengganggu misalnya serangga, faktor fisiologis meliputi sikap dan cara kerja, serta faktor psikologis meliputi suasana kerja, stres kerja maupun hubungan dengan rekan kerja (Suma’mur, 2009). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2010), membuktikan bahwa faktor umur mempengaruhi terjadinya kelelahan dalam kategori yang sangat sering sebesar 34,2% terutama pada usia 42 tahun ke atas. Semakin tua usia maka semakin mudah orang tersebut mengalami kelelahan. Kemudian dalam penelitian yang dilakukan oleh Mauludi (2010) pada pekerja di proses produksi kantong semen PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Bogor menyebutkan bahwa tingkat kelelahan yang dialami oleh pekerjanya adalah 100% dengan rincian 38,6% mengalami kelelahan ringan, 37,5% mengalami kelelahan sedang, dan 23,9% mengalami kelelahan berat. Dalam penelitian tersebut juga dipaparkan bahwa masa kerja yang lama yaitu lebih dari 10 tahun mempengaruhi terjadinya kelelahan sebesar 52,3%. Selain itu, jam kerja yang panjang (lebih dari 8 jam/hari) juga mempengaruhi terjadinya kelelahan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Umyati (2010) menunjukkan bahwa jam kerja lebih dari 8 jam/hari 56,3% mempengaruhi terjadinya kelelahan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ardiani (2011) juga membuktikan bahwa 60% pekerja buruh angkut mengalami kelelahan kerja.
4
Rumusan Masalah Pada proyek milik PT. Adhi Karya dalam pembangunan gedung parkir dan studio tari Institut Seni Indonesia Denpasar banyak pekerja yang bekerja lebih dari 8 jam/hari serta melakukan lembur. Berdasarkan tanya jawab dengan pekerja lapangan, hampir 60 orang pekerja (67%) dari 89 pekerja melakukan pekerjaan lebih dari 8 jam/hari. Jam kerja yang panjang akan memicu terjadinya kelelahan (Umyati, 2010 dan Hadi, 2011). Selama ini belum ada penelitian untuk melihat proporsi kejadian kelelahan pada pekerja konstruksi bangunan. Oleh karena itu penulis merasa perlu melakukan penelitian untuk melihat proporsi kejadian kelelahan pada pekerja konstruksi bangunan PT. Adhi Karya Divisi Konstruksi IV Wilayah Operasional II Bali.
Pertanyaan Penelitian Dari uraian di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut, “Bagaimanakah proporsi kelelahan kerja pada pekerja konstruksi bangunan PT. Adhi Karya Divisi Konstruksi IV Wilayah Operasional II Bali?”
Tujuan Tujuan umum Adapun tujuan umum penelitian ini yaitu untuk mengetahui proporsi kelelahan kerja pada pekerja konstruksi bangunan PT. Adhi Karya Divisi Konstruksi IV Wilayah Operasional II Bali.
Tujuan khusus 1. Untuk mengetahui proporsi kelelahan kerja pada pekerja konstruksi bangunan PT. Adhi Karya Divisi Konstruksi IV Wilayah Operasional II Bali.
5
2. Untuk mengetahui distribusi kelelahan kerja menurut umur pekerja konstruksi bangunan PT. Adhi Karya Divisi Konstruksi IV Wilayah Operasional II Bali. 3. Untuk mengetahui distribusi kelelahan kerja menurut masa kerja pekerja konstruksi bangunan PT. Adhi Karya Divisi Konstruksi IV Wilayah Operasional II Bali. 4. Untuk mengetahui distribusi kelelahan kerja menurut status gizi pekerja konstruksi bangunan PT. Adhi Karya Divisi Konstruksi IV Wilayah Operasional II Bali. 5. Untuk mengetahui distribusi kelelahan kerja menurut status perkawinan pekerja konstruksi bangunan PT. Adhi Karya Divisi Konstruksi IV Wilayah Operasional II Bali. 6. Untuk mengetahui distribusi kelelahan kerja menurut jam kerja pekerja konstruksi bangunan PT. Adhi Karya Divisi Konstruksi IV Wilayah Operasional II Bali.
Manfaat Penelitian Manfaat teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan informasi mengenai proporsi kelelahan kerja pada pekerja konstruksi bangunan.
Manfaat praktis Memberikan masukan kepada pihak perusahaan untuk lebih meningkatkan peran dan memperbaiki kebijakan dalam mengurangi tingkat kelelahan kerja pada pekerja konstruksi bangunan.
6
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) khususnya di bidang kelelahan kerja pada pekerja konstruksi bangunan PT. Adhi Karya Divisi Konstruksi IV Wilayah Operasional II Bali.
7