BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia sekarang ini tidak lagi seperti dahulu yang dimanjakan oleh alam. Keadaan bumi yang semakin padat seiring dengan bertambahnya penduduk disetiap belahan dunia memaksa manusia untuk memperluas pemukiman dengan cara menebang hutan. Akibatnya hutan menjadi semakin sempit dan ketersediaan makanan yang ada di hutan pun semakin menipis. Cara lama “mencari makan” dengan mengambil atau tergantung pada ketersediaan makanan di hutan secara sadar maupun tidak sadar perlahan ditinggalkan oleh manusia itu sendiri. Manusia kini “mencari makan” dengan cara yang modern. Mereka harus bekerja untuk memenuhi tuntutan hidup. Pekerjaan mereka pun bermacam – macam, mulai dari bekerja sebagai buruh dengan upah yang secukupnya, hingga bekerja di Kantor dengan upah yang memadai. “Sumber Daya Manusia (SDM) juga ikut berperan dalam menentukan pekerjaan, gaji atau upah seorang pekerja. Hampir semua lapangan pekerjaan membutuhkan pekerja dengan kualitas SDM yang tinggi. Pengembangan SDM di Indonesia dilakukan melalui tiga jalur utama yaitu Pendidikan, pelatihan dan pengembangan karir di tempat kerja. Jalur pendidikan merupakan tulang punggung pengembangan SDM yang dimulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Sementara itu, jalur pelatihan dan pengembangan karir di tempat kerja merupakan jalur suplemen dankomplementerhadappendidikan.” (http://www.wikimu.com/news/DisplayNews.aspx?id=13054) Pendidikan merupakan indikator terciptanya SDM yang berkualitas sehingga menjadikan suatu bangsa sebagai bangsa yang maju. Selain itu, pendidikan mempersiapkan calon tenaga kerja sesuai dengan potensinya masing-masing.
1
Pendidikan merupakan cermin kemajuan suatu daerah. Oleh sebab itu, masyarakat yang ada didalamnya diharapkan turut serta dalam pendidikan di daerah itu. Orang tua diharapkan member motivasi kepada anak-anaknya agar anak-anak mereka mau dan sadar akan pendidikan. „‟Peningkatan kesadaran akan pentingnya pendidikan harus pula disertai dengan upaya peningkatan tanggung jawab dan partisifasi orang tua pada keberhasilan pendidikan peserta didik‟‟ (Palekahelu D.T. dan Ferry F. Karwur, 2012:75) Wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh warga negara Indonesia atas dasar tanggung jawab Pemerintah dan pemerintah daerah (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 47 th 2008 pasal 1). Wajib belajar ditempuh dalam jangka waktu 9 tahun, atau sering disebut wajar 9 tahun. Wajib belajar 9 tahun ditempuh pendidikan di Sekolah Dasar (SD) selama enam tahun, dilanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) selama tiga tahun. Wajib belajar bertujuan memberikan pendidikan minimal bagi warga negara Indonesia untuk dapat mengembangkan potensi dirinya agar dapat hidup mandiri didalam masyarakat atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Wajib belajar sebagai dasar untuk menciptakan kualitas Sumber Daya Manusia. Pasir Mayang merupakan sebuah desa yang memiliki penduduk sekitar 576 jiwa. Tingkat pendidikan di Desa ini masih tergolong rendah. Hal tersebut ditunjukkan sekitar 18 orang (3%) penduduk masih buta aksara dan huruf latin, 247 orang (43%) penduduk hanya tamat Sekolah Dasar (SD), 120 orang (21%) penduduk tidak tamat Sekolah Dasar (SD), sehingga sebagian besar penduduk di Desa Pasir Mayang tidak berperan dalam pelaksanaan wajib belajar 9 tahun. Bahkan pemerintah tingkat desa mengaku tidak mengetahui adanya program
2
wajib belajar 9 tahun. Semangat orang tua untuk menyekolahkan anak mereka juga masih terbilang kurang. Hal tersebut dibuktikan kurangnya tindakan orang tua ketika mengetahui anak-anak mereka putus sekolah. Beranjak dari fenomena seperti yang telah dipaparkan tersebut penulis memandang perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui peran stakeholder dalam pelaksanaan wajib belajar 9 tahun di Desa Pasir Mayang. Penulis tertarik untuk melakuan penelitian dengan judul: “PERAN STAKEHOLDER DALAM PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR 9 TAHUN DI DESA PASIR MAYANG, KECAMATAN JELAI HULU,
KABUPATEN KETAPANG, KALIMANTAN
BARAT ” 1.2. Fokus Penelitian Dewasa ini, pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) agar mampu memenuhi kebutuhan hidup. Pemerintah Indonesia mewajibkan setiap warga Negaranya untuk mengikuti program wajib belajar 9 tahun. Hal tersebut dimaksudkan sebagai langkah awal agar warga Indonesia menjadi melek huruf. Namun dalam pelaksanaannya, ternyata tidak semuanya berjalan dengan lancar. Penulis melakukan studi pendahuluan di Desa Pasir Mayang, salah satu desa di Kecamatan Jelai Hulu, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Menurut data desa yang terlampir di Daftar Isian Tingkat Perkembangan Desa dan Kelurahan Pasir Mayang, pada pendidikan masyarakat, penulis menemukan beberapa gejala problematis yaitu:
3
Dari 576 Jumlah penduduk di Desa Pasir Mayang 18 orang (3%) buta aksara dan huruf latin.
Dari 576 jumlah penduduk Desa Pasir Mayang, 247 orang (43%) hanya tamat Sekolah Dasar (SD).
Dari 576 jumlah penduduk Desa Pasir Mayang, 120 orang (21%) tidak tamat Sekolah Dasar (SD).
Jumlah penduduk usia wajib belajar (7 – 15 tahun) adalah 142 orang: jumlah yang sedang SD adalah 97 orang, sedang SMP 13 orang, dan yang putus sekolah atau tidak melanjutkan ke SMP adalah 32 orang.
Berdasarkan gejala problematis yang telah dipaparkan oleh penulis tersebut, penulis menemukan adanya masalah dengan tingkat pendidikan di Desa Pasir Mayang khususnya dalam pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun. Hal tersebut ditunjukan bahwa sebagian besar (64%) masyarakat Pasir Mayang tidak melaksanakan program wajib belajar 9 tahun, bahkan data desa menunjukkan masih ada warga yang buta huruf. Penulis ingin mengetahui bagaimana peran stakeholder atau pemangku kepentingan dalam pelaksanaan wajib belajar 9 tahun di Desa Pasir Mayang. maka penulis hendak menjawab beberapa pertanyaan dibawah ini: 1. Bagaimana peran pemerintah daerah dalam pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun di Desa Pasir Mayang? 2. Bagaimana peran orang tua dalam pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun di Desa Pasir Mayang?
4
3. Bagaimana peran tokoh budaya atau adat dalam pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun di Desa Pasir Mayang? 4. Apa saja faktor yang menjadi penyebab putus sekolah dikalangan anak-anak usia wajib belajar di Desa Pasir Mayang? 1.3.Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui peran pemerintah daerah dalam pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun di Desa Pasir Mayang. 2. Mengetahui peran orang tua dalam pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun di Desa Pasir Mayang. 3. Mengetahui peran tokoh budaya atau adat dalam pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun di Desa Pasir Mayang. 4. Mengetahui faktor yang menjadi penyebab putus sekolah dikalangan anak-anak usia wajib belajar di Desa Pasir Mayang. 1.4.Signifikansi Penelitian 1.4.1. Signifikansi Teoritis Penelitian ini hendak mendukung PP No 47 Tahun 2008 Tentang Wajib Belajar. Pasal 4 berbunyi: “Program wajib belajar diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah sesuai kewenangannya, atau masyarakat” Agar tercapai tujuan wajib belajar 9 tahun, maka tidak lepas dari peran stakeholder dalam hal ini adalah Pemerintah daerah, orang tua, dan tokoh masyarakat.
5
1.4.2. Signifikansi Praktis a.
Bagi masyarakat Pasir Mayang Penelitian ini diharapkan berguna bagi masyarakat Pasir Mayang sebagai upaya pemberian motivasi akan pentingnya pendidikan terutama wajib belajar 9 tahun sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi dan upaya peningkatan sumber daya manusia.
b.
Bagi Pemerintah Penelitan ini diharapkan berguna bagi Pemerintah khususnya
pemerintah
daerah
untuk
lebih
memperhatikan
pendidikan di daerah pedalaman terutama agar program wajib belajar 9 tahun yang telah dicanangkan dapat berjalan efektif. c.
Bagi tokoh masyarakat adat Penelitian ini diharapkan berguna bagi tokoh-tokoh masyarakat adat Desa Pasir Mayang untuk agar mau bekerja sama mewujudkan terciptanya pendidikan dalam adat istiadat sehingga pendidikan tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah, tetapi juga dalam masyarakat adat Pasir Mayang.
d.
Bagi penulis dan pembaca Penelitian ini diharapkan memberi wawasan kepada penulis dan pembaca mengenai dunia pendidikan dan diharapkan dapat memberikan teori baru untuk penelitian lebih lanjut.
6