1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini banyak kaum muda di seluruh dunia ini sudah terangsang oleh kegemaran berfoya-foya dan bersenang-senang. Sebagai akibatnya sangat melemahkan rasa hormat terhadap kewajiban dan tradisi serta rasa hormat terhadap orang tua. Kemerosotan akhlak semacam itu banyak terjadi di kalangan generasi muda terpelajar, terutama mereka yang menghabiskan masa remaja dan kepemudaannya di sekolah-sekolah asing. Ditambah lagi dengan beredarnya majalah-majalah porno, cerita-cerita cabul dan film-film yang menyajikan adegan telanjang. Semuanya itu mendorong semakin kerasnya kegairahan kaum muda untuk meniru-niru dan mengimpikan tercapainya penghidupan yang serba mesra dan serba lezat, serba senang dan serba santai.1 Tidak ada alasan untuk meragukan, bahwa sebab utama terjadinya kemerosotan akhlak dan masyarakat ialah melemahnya usaha pencegahan untuk menyelamatkan generasi muda. Dengan perkataan lain yang lebih jelas ialah lemahnya pendidikan agama di rumah dan di sekolah. Di antara tindakan-tindakan yang perlu diambil untuk menyelamatkan mereka ialah menitik-beratkan pendidikan-pendidikan pada unsur kerohanian agar pertumbuhan jasmani dapat diimbangi dengan pertumbuhan rohani. Menitik-beratkan pada pendidikan pada 1
Abu Laila dan Muhammad Thohir, Al-Qur'an dan Pembinaannya (Bandung: Al-Ma’arif, 1983), 93.
1
2
unsur keagamaan adalah asas pertama yang dapat memperkuat mental generasi muda yang sedang tumbuh itu, agar mereka memiliki sifat mencintai kebajikan, keadilan, kebenaran dan keutamaan. Pendidikan agama pasti dapat mewujudkan ketahanan dalam jiwa generasi muda terhadap godaan-godaan yang akan menjerumuskan mereka ke dalam perbuatan dosa, mencegah kesukaan hidup berfoya-foya dan bermewah-mewah, berani menerjang larangan, menghalalkan yang haram dan melanggar tata susila. Itulah sebabnya sangat perlu ditanamkan keyakinan, bahwa pendidikan agama adalah faktor pertama dalam menanam bibit dan menumbuhkan tunas-tunas untuk membangun umat yang baik.2 Para ahli pendidikan islam sepakat bahwa maksud dari pendidikan dan pengajaran bukanlah memenuhi otak anak didik dengan segala macam ilmu yang belum mereka ketahui, tetapi maksudnya ialah mendidik akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa keutamaan, membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk satu kehidupan yang suci seluruhnya ikhlas dan jujur. Maka tujuan pokok dan terutama dari pendidikan Islam adalah mendidik budi pekerti dan jiwa.3 Dengan kata lain menumbuh kembangkan pola kesadaran diri yang tinggi. Dan untuk merealisasikan tujuan tersebut diperlukan pendidikan ajaran agama dengan cara memberikan tingkah laku melalui perbuatan, contoh dan suri
2 3
Ibid, 93. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997), 34.
3
tauladan, berlaku sopan santun, ramah tamah, jujur, menghormati guru ataupun orang yang lebih tua. Sedangkan
dasar pokok
yang dipakai
dalam
menyelenggarakan
pendidikan Islam untuk meningkatkan kesadaran diri yaitu :
ًى7ُو ِر َو ُه7? > @ اBِC DَE@ِ ٌءDَHI ِ ْ َوKLُ Nِّ ْ َرOPِ Qٌ R َS ِ ْTPَ ْKLُ Uْ َءDَV ْ7Wَ س ُ DYZ@ اDَ[\> َأDَ\ َ ^ِZPِ ْ_Eُ `ْ @ِ Qٌ Eَ a ْ َو َر (٥٧ : bcT\) .O Artinya : Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. Yunus : 57)4 Ayat di atas menjelaskan betapa pentingnya proses pendidikan itu, yang mana dapat memberikan pengajaran terhadap anak didik, tidak hanya sekedar mengajar memberi pelajaran, akan tetapi menunjukkan kepada proses peningkatan kesadaran diri anak didik. Kesadaran diri adalah suatu keadaan mengerti, sadar yang timbul dari diri sendiri yang dapat memotivasi dan mengendalikan tingkah laku. Kesadaran diri merupakan langkah yang penting untuk menjelajahi dan memahami diri kita. Kita tidak mungkin bisa mengendalikan sesuatu yang tidak kita kenal jika kita tidak menyadari perbuatan kita. Orang yang naluri kesadaran dirinya kuat bisa mengetahui saat mereka merasa kurang bersemangat, mudah kesal, sedih ataupun
4
Depag RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya (Bandung: Gema Risalah Press, 1989), 315.
4
bergairah, dan menyadari bagaimana berbagai perasaan tersebut bisa mengubah perilaku dirinya ke arah yang baik.5 Kesadaran diri adalah kemampuan manusia untuk mengamati dirinya sendiri yang memungkinkan dia menempatkan diri di dalam waktu (masa kini, masa lampau, dan masa depan). Dengan kemampuan ini, dia merencanakan tindakan-tindakannya di masa depan sebagaimana firman Allah:
nَ `Y@ن ا Y ِإnَ `Y@ا اTُqUY وَا7ٍ sَ @ِ ْtPَ 7Y Wَ DَP ٌbHْ cَ ْuR ُ Zْ vَ @ْ َوnَ `Y@ا اTُqUY ا اTُZPَ w O َ \ِx@Y اDَ[\> َأDَ\ (١٨:u|[@ن )ا َ Tُ`Eَ yْ Uَ DَENِ ٌu^ِz{ َ Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. al-Hasyr : 18).6 Adapun salah satu model untuk dapat meningkatkan kesadaran diri yaitu salah satunya dengan kegiatan membaca atau bertadarus al-Qur'an. Tadarus alQur’an adalah suatu kegiatan membaca al-Qur’an yang dilakukan bersama-sama.7 Tadarus al-Qur'an merupakan kegiatan amaliah rohaniah yang dapat menjadikan jiwa bersih, pikiran menjadi jernih sehingga akan dapat membawa anak didik berperilaku akhlakul karimah dan berukhuwah Islamiah yang baik. Oleh karena itu, tadarus itu benar-benar bisa dimanfaatkan dalam rangka membangun kesadaran diri yang nantinya anak didik agar berbudi baik, mengetahui sopan
5
Steven Stein dan Howard Book, Ledakan EQ : 15 Prinsip Dasar Kecerdasan Emosional Meraih Sukses (Bandung: kaifa, 2002), 73-75. 6 Depag RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, 919. 7 Sulcan Yasin, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Amanah, 1997), 447.
5
santun, mempunyai anggah-ungguh, dapat membedakan sesuatu yang baik dan buruk sehingga terbentuk kepribadian yang baik. Tadarus al-Qur’an yang dilakukan oleh anak-anak SMU Negeri 1 Ponorogo yang mana kegiatan tadarus ini dilakukan secara rutin yaitu setiap akan memulai pelajaran PAI selama 10-15 menit. Dan bentuk pelaksanaannya yaitu setiap siswa membaca ayat-ayat al-Qur'an yang telah ditentukan dengan bimbingan guru agama. Ayat-ayat tersebut dibaca bersama-sama sesuai dengan etika atau adab membaca al-Qur'an yang baik serta memakai ilmu tajwid yang benar.8 Berangkat dari latar belakang tersebut di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di SMU Negeri 1 Ponorogo. Dengan ini penulis mengangkat
judul
“MODEL
PEMBELAJARAN
KESADARAN
DIRI
MELALUI TADARUS AL-QUR’AN SISWA KELAS XI SMU NEGERI 1 PONOROGO”.
B. Fokus Penelitian Untuk lebih mengarah dan sesuai dalam pembahasan maka fokus penelitian dibatasi pada kegiatan tadarus al-Qur'an yang meliputi: latar belakang kegiatan tadarus al-Qur'an, model kegiatan tadarus al-Qur'an, fungsi kegiatan tadarus al-Qur'an, dan tingkat kesadaran diri setelah melakukan kegiatan tadarus al-Qur'an di SMU Negeri 1 Ponorogo. 8
Pengamatan pada waktu PPLK II, tanggal 22 Nopember – 22 Desember 2006.
6
C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian yang ada, maka terbentuklah rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana latar belakang kegiatan tadarus al-Qur'an sebelum pembelajaran PAI dimulai di SMU Negeri 1 Ponorogo? 2. Bagaimana model kegiatan tadarus al-Qur'an dalam rangka pembelajaran PAI dimulai di SMU Negeri 1 Ponorogo? 3. Apa fungsi kegiatan tadarus al-Qur'an bagi siswa dalam membangun kesadaran diri di SMU Negeri 1 Ponorogo? 4. Bagaimana tingkat kesadaran diri siswa setelah melakukan kegiatan tadarus al-Qur'an di SMU Negeri 1 Ponorogo?
D. Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai penulis ini sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui latar belakang kegiatan tadarus al-Qur'an sebelum pembelajaran PAI dimulai di SMU Negeri 1 Ponorogo. 2. Untuk mengetahui model kegiatan tadarus al-Qur'an dalam rangka pembelajaran PAI dimulai di SMU Negeri 1 Ponorogo. 3. Untuk mengetahui fungsi kegiatan tadarus al-Qur’an bagi siswa dalam membangun kesadaran diri di SMU Negeri 1 Ponorogo.
7
4. Untuk mengetahui tingkat kesadaran diri siswa setelah melakukan kegiatan tadarus al-Qur'an di SMU Negeri 1 Ponorogo.
E. Manfaat Penelitian Manfaat dari pembuatan skripsi atau penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut : 1. Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran bagi khazanah ilmiah dalam bidang ilmu pendidikan agama yang berasal dari pengalaman langsung dari peneliti dan kebenaran di lapangan atau dari pengalaman penulis tentang obyek yang diteliti. 2. Secara Praktis a. Agar dapat dimanfaatkan oleh SMU Negeri 1 Ponorogo untuk terus meningkatkan kegiatan-kegiatan keagamaannya. b. Sebagai masukan bagi sekolah-sekolah umum lainnya untuk dapat meniru dan mengembangkannya.
F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yang merupakan pendekatan dalam penelitian yang tidak dapat langsung diukur dengan angka.
8
Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian lapangan (field research) yang meneliti di bidang pendidikan keagamaan khususnya kegiatan tadarus al-Qur'an di SMU Negeri 1 Ponorogo. 2. Kehadiran peneliti Dalam penelitian lapangan di SMU Negeri 1 Ponorogo, peneliti bertindak sebagai instrumen, partisipan penuh sekaligus pengumpul data, sedangkan instrumen yang lain sebagai penunjang. 3. Lokasi penelitian Dalam penelitian lapangan ini, peneliti memilih lokasi penelitian di SMU Negeri 1 Ponorogo, alamat Jl. Budi Utomo no.1 Ronowijayan Siman Ponorogo. Tepatnya di sebelah timur STAIN Ponorogo dan depan Universitas Muhammadiyah. Adapun alasan peneliti memilih lokasi tersebut adalah adanya keunikan masalah yang berhubungan dengan kesadaran diri melalui tadarus al-Qur'an. 4. Sumber data Sumber data primer dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan dari sumber informan atau subyek penelitian di SMU Negeri 1 Ponorogo, di antaranya adalah kepala sekolah, para guru dan siswa-siswa SMU Negeri 1 Ponorogo, khususnya kelas XI. Sedangkan sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah dokumentasi diantaranya statistik, foto serta lainnya yang diperlukan dalam sumber data.
9
5. Prosedur Pengumpulan data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah meliputi wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sebab bagi peneliti kualitatif fenomena dapat dimengerti maknanya secara baik, apabila dilakukan interaksi dengan subyek melalui wawancara mendalam dan diobservasi pada latar, dimana fenomena tersebut berlangsung dan di samping itu untuk melengkapi data, diperlukan dokumentasi (tentang bahan-bahan yang ditulis oleh atau tentang subyek). a. Teknik Wawancara Wawancara
atau
interview
merupakan
pengumpulan
data
yang
menghendaki komunikasi langsung antara penyelidik dengan obyek atau responden.9 Hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan pembelajaran kesadaran diri dan pelaksanaan tadarus al-Qur'an di SMU Negeri 1 Ponorogo. b. Teknik Observasi Observasi merupakan pengumpulan data yang menggunakan pengamatan terhadap obyek penelitian.10 Hal ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana bentuk pelaksanaan kegiatan tadarus al-Qur'an sebelum pembelajaran PAI dimulai dan sarana prasarana di SMU Negeri 1 Ponorogo. 9
Yatim Riyanto, Metode Penelitian Pendidikan Suatu Tinjauan Dasar (Surabaya: SIC Surabaya, 1996), 67. 10 Ibid, 77.
10
c. Teknik Dokumentasi Yaitu cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis seperti arsip, foto, juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.11 Dalam penelitian ini dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan denah letak geografis, struktur organisasi, sarana dan prasarana, dan keadaan guru serta siswa SMU Negeri 1 Ponorogo juga untuk mengetahui bentuk pelaksanaan kegiatan tadarus al-Qur'an serta kegiatan proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam SMU Negeri 1 Ponorogo. 6. Analisis Data Teknik analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif kualitatif, dengan alur analisis model Miles dan Huberman sebagai berikut:12 a. Reduksi data (data reduction), yaitu proses pemilihan, pemusatan, perhatian, penyederhanaan, pengabstrakan data transformasi data mentah yang muncul di lapangan. Dalam hal ini, data-data yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi yang masih kompleks tentang kegiatan tadarus al-Qur'an kemudian direduksi dengan memilih dan memfokuskan pada hal-hal yang pokok.
11 12
Margono, Metode Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 181. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2005), 91-92.
11
b. Penyajian data (data display), yaitu proses penyusunan informasi yang kompleks ke dalam suatu bentuk yang sistematis, agar lebih sederhana dan dapat dipahami maknanya. Setelah makna direduksi, kemudian disajikan sesuai dengan pola dalam bentuk uraian naratif. Dalam penelitian ini adalah penyajian data secara sistematis mengenai kesadaran diri melalui tadarus al-Qur'an. c. Penarikan kesimpulan (conclusion drawing), yaitu analisa data yang terus menerus, baik selama maupun sesudah pengumpulan data. Untuk penarikan kesimpulan yang dapat menggambarkan pola yang terjadi. Dalam hal ini dapat diketahui dan disimpulkan mengenai model kesadaran diri melalui tadarus al-Qur'an dan maknanya. 7. Pengecekan Keabsahan Data Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbarui dari konsep
kesahihan
(validitas)
dan
keandalan
(reliabilitas).13
Derajat
kepercayaan keabsahan data (kredebilitas data) dapat diadakan pengecekan dengan teknik pengecekan yang tekun dan triangulasi. Ketekunan pengamatan yang dimaksud adalah menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari. Ketekunan pengamatan ini dilaksanakan peneliti dengan cara: (a) mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktorfaktor yang menonjol yang ada hubungannya dengan paradigma belajar 13
Lexy Meleong, Metodology Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000), 171.
12
mengajar di SMU Negeri 1 Ponorogo, kemudian (b) menelaahnya secara rinci sampai pada suatu titik, sehingga pada pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah difahami dengan cara yang biasa. Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori.14 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik triangulasi dengan sumber, berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal itu dapat dicapai peneliti dengan jalan : (a) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, dan (b) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. 8. Tahapan-tahapan penelitian Tahap-tahap penelitian ini adalah : (1) Tahap pra lapangan yang meliputi : menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajagi dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian dan yang menyangkut persoalan etika penelitian; (2) Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi : memahami latar penelitian dan persiapan diri memasuki lapangan 14
Ibid, 178.
13
dan berperan serta sambil mengumpulkan data; (3) Tahap analisis data yang meliputi : analisis selama dan setelah pengumpulan data; (4) Tahap penulisan laporan penelitian.
G. Sistematika Pembahasan Untuk memperoleh gambaran
yang lebih jelas tentang ukuran
pembahasan ini, maka penulis membagi penyusunan ini menjasi 5 (lima) bab dengan rincian sebagai berikut : Bab pertama yaitu pendahuluan yang terdiri dari : latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, landasan teori, metodologi penelitian dan sistematika pembahasan. Bab kedua yaitu teori tentang model pembelajaran kesadaran diri melalui tadarus al-Qur'an. Teori pembelajaran kesadaran diri meliputi: pengertian kesadaran diri, pentingnya pembelajaran kesadaran diri, dan teori sentral sebagai teori kesadaran diri. Sedangkan teori tadarus al-Qur'an meliputi : pengertian tadarus al-Qur’an, keutamaan tadarus al-Qur’an, adab atau etika tadarus alQur’an, serta pengaruh tadarus al-Qur'an terhadap jiwa manusia. Bab ketiga yaitu paparan data tentang model pembelajaran kesadaran diri melalui tadarus al-Qur'an siswa kelas XI SMU Negeri 1 Ponorogo yang berisi tentang penyajian data umum dan khusus. Penyajian data umum meliputi : letak geografis SMU Negeri 1 Ponorogo, sejarah berdirinya SMU Negeri 1 Ponorogo, struktur organisasi SMU Negeri 1 Ponorogo, sarana prasarana dan keadaan siswa
14
SMU Negeri 1 Ponorogo. Sedangkan penyajian data khusus meliputi: latar belakang kegiatan tadarus al-Qur’an, model kegiatan tadarus al-Qur’an, fungsi kegiatan tadarus al-Qur’an, dan tingkat kesadaran diri siswa setelah melakukan kegiatan tadarus al-Qur’an di SMU Negeri 1 Ponorogo. Bab keempat yaitu Analisis tentang model pembelajaran kesadaran diri melalui tadarus al-Qur'an siswa kelas XI SMU Negeri 1 Ponorogo yang berisi analisis tentang latar belakang kegiatan tadarus al-Qur'an, analisis model kegiatan tadarus al-Qur’an, analisis fungsi kegiatan tadarus al-Qur'an, dan analisis tingkat kesadaran diri melakukan kegiatan tadarus al-Qur’an di SMU Negeri 1 Ponorogo. Bab kelima yaitu penutup. Berisi tentang kesimpulan yang didapatkan penulis setelah mengkaji teori-teori yang ada, serta melihat pelaksanaan lapangan atau sebuah jawaban dari rumusan masalah yang dikemukan. Dan dilanjutkan dengan saran-saran penulis.
BAB II
15
TEORI TENTANG MODEL PEMBELAJARAN KESADARAN DIRI MELALUI TADARUS AL-QUR'AN SISWA KELAS XI SMU NEGERI 1 PONOROGO
A. Pembelajaran Kesadaran Diri 1. Pengertian Kesadaran Diri Kesadaran diri adalah suatu keadaan mengerti, sadar yang timbul dari diri sendiri yang dapat memotivasi dan mengendalikan tingkah laku.15 Kesadaran diri merupakan langkah yang penting untuk menjelajahi dan memahami diri kita. Kesadaran diri adalah kemampuan manusia untuk mengamati dirinya sendiri yang memungkinkan dia menempatkan diri di dalam waktu (masa kini, masa lampau, dan masa depan).16 Dengan kemampuan ini, dia merencanakan tindakan-tindakannya di masa depan sebagai firman Allah dalam surat al-Hasyr ayat 18 :
ن Y ِإnَ `Y@ا اTُqUY وَا7ٍ sَ @ِ ْtPَ 7Y Wَ DَP ٌbHْ cَ ْuR ُ Zْ vَ @ْ َوnَ `Y@ا اTُqUY ا اTُZPَ w O َ \ِx@Y اDَ[\> َأDَ\ (١٨:u|y@ن )ا َ Tُ`Eَ yْ Uَ DَENِ ٌu^ِz{ َ nَ `Y@ا Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. al-Hasyr : 18).17
15
Lynn Wilcox, Personality Psychotherapy (Yogyakarta: IRCISOD, 2006), 313. Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), 100. 17 Depag RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya 16 (Bandung: Gema Risalah Press, 1989), 315. 16
16
Kesadaran adalah pemikiran, perasaan, dan ingatan seseorang yang aktif pada saat tertentu. Dalam pengertian ini kesadaran sama artinya dengan mawas diri. Sehingga kesadaran juga mencangkup persepsi dan pemikiran yang secara samara-samar disadari oleh individu hingga akhirnya perhatian terpusat.18 Tingkat kesadaran seseorang juga ditentukan oleh tingkat kematangan (keutuhan) pribadinya, yang menurut American Psychology Association juga menunjukkan sehat tidaknya jiwa seseorang. Dalam hal itu, aspek-aspek yang harus dilihat secara menyeluruh meliputi aspek fisik, mental, intelektual, sosial, dan spiritual. Misalnya, apakah ia sudah mengetahui dengan benar siapa dirinya, sistem nilai (values) yang dianut, juga pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman yang menyertainya. Seperti kita ketahui, siapa yang mengenal dirinya akan lebih mudah mengenal Tuhannya. Dengan demikian, hal itu akan membawanya pada pengenalan, pemahaman tujuan, dan misi kehidupannya di antara sesama manusia.19
2. Pentingnya Pembelajaran Kesadaran Diri
18
Nurdjanah Taufik dan Rukmini Barbara, Introduction to Psychology (Surabaya: Erlangga, 1983), 250 19 Ratna Sulastami dan Erlinda Manaf Maldi, Universal Intelligence Tonggak Kecerdasan untuk Menciptakan Strategi dan Solusi Menghadapi Perbedaan (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006), 44.
17
Kesadaran diri merupakan pondasi tempat dibangunnya hampir semua kecerdasan, langkah yang penting untuk mejelajahi dan memahami diri kita dan untuk berubah. Sudah jelas, kita tidak mungkin mengendalikan sesuatu yang tidak kita kenal. Jika kita tidak menyadari perbuatan kita, alasan kita melakukannya dan bahwa hal itu bisa merugikan orang lain, kita tidak akan dapat mengubahnya jika dalam pikiran kita yang sempit, hal tersebut bukan masalah, maka tidak perlu dan tidak ada alasan untuk berubah. Inilah alasannya mengapa kesadaran diri merupakan kunci landasannya. Menguasai ketrampilan untuk meluruskan hal ini akan memberdayakan kita untuk memperbaiki semua aspek kecerdasan emosional yang lain. Tanpa kesadaran diri, meskipun kita bersungguh-sungguh berupaya untuk menjelaskan permasalahan satu demi satu, pada akhirnya kita hanya akan berputar-putar saja dalam lingkaran komelut. Kita tidak memperoleh umpan balik, kita tidak bisa memantau kemajuan yang telah diraih, dan kesempatan kita untuk mencapai sasaran akan sangat terkendali. Orang yang naluri kesadaran dirinya kuat bisa mengetahui saat mereka merasa kurang bersemangat, mudah kesal, sedih ataupun bergairah, dan menyadari bagaimana berbagai perasaan tersebut bisa mengubah perilaku dirinya kearah yang lebih baik.20 Kesadaran diri merupakan pondasi penting bagi kecerdasan emosional karena kita tidak akan bisa mengubah hal yang tidak kita sadari,
20
Steven Stein dan Howard Book, Ledakan EQ : 15 Prinsip Dasar Kecerdasan Emosional Meraih Sukses, 75.
18
dan kesadaran diri adalah langkah awal untuk mengubah perilaku yang dapat membuat kita dikucilkan. Untuk melakukannya, kita harus menyadari dulu perasaan kita dan dampaknya terhadap orang lain. Jika tidak, kita tidak akan berhasil membangun hubungan pergaulan yang penting. Lebih jauh lagi tanpa kesadaran diri, kita tidak akan mampu menyadari kapan kita merasa stress, kita akan melemahkan kemampuan yang mungkin kita miliki untuk berempati, dan kita akan mengabaikan kemampuan kita untuk berkomunikasi lisan dengan cara yang simpatik dengan orang lain.21 3. Teori Sentral sebagai Teori Kesadaran Diri Menurut teori atau pendapat ini gejala kejasmanian merupakan suatu akibat dari emosi yang dialami oleh individu, jadi individu mengalami emosi lebih dahulu baru kemudian mengalami perubahan-perubahan dalam kejasmaniannya. Sehingga kesediaan jasmani (fisiologi) khususnya yang masuk sebagai faktor penting dalam sebagian kelakuan naluri. Di samping itu semua terdapat perasaan yang jelas dalam perbuatan naluri kendatipun tidak mudah untuk melihat gejalanya, hal itu disebabkan karena susunan tubuh yang mempengaruhi. Pengaruh juga dapat timbul karena ada situasi atau perangsang-perangsang sensornya tertentu dan akan merangsang kesediaan mental sehingga gejala-gejala perbuatan pun akan bisa diamati. Kesediaan saraf dan jiwa yang menjadikannya memperhatikan perangsang-perangsang tertentu dan mengenali secara fisik, serta merasakannya dalam suatu tindakan 21
Ibid, 83.
19
yang dilakukannya. Sehingga dapat dipahami bahwa kelakuan naluri mengandung penyesuaian di makhluk hidup sebagai keseluruhan dan mengandung unsur-unsur pengenalan atau kesadaran terhadap dirinya sendiri.22
B. Tadarus Al-Qur'an 1. Pengertian Tadarus Al-Qur'an Tadarus al-Qur'an adalah suatu kegiatan membaca al-Qur'an yang dilakukan bersama-sama.23 Kata tadarus berasal dari bahasa arab
ارس7U, دارسyang berarti membaca, belajar.24 Setiap mukmin yang mempercayai al-Qur'an, mempunyai kewajiban dan tanggung jawab itu ialah membacanya dan mempelajarinya. Rasulullah SAW, telah mengatakan: “Yang sebaik-baik kamu ialah orang mempelajari al-Qur'an dan mengajarkannya”.25 Jadi belajar al-Qur'an itu merupakan kewajiban yang utama bagi setiap mukmin, begitu juga mengajarkannya. Belajar al-Qur'an itu dapat dibagi kepada beberapa tingkat, yaitu belajar membaca dengan baik, belajar arti dan maksudnya dan terakhir belajar menghafal diluar kepala.
22
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa : Prinsip-prinsip dan implementasinya dalam Pendidikan (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), 188. 23 Sulcan Yasin, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Amanah, 1997), 447. 24 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta: Hildakarya Agung, 1989), 126. 25 Abil Husein Muslim bin Al-Hajjaj Al-Imam, Shoheh Muslim Juz 1, Maktahul Darlan, Indonesia, 550.
20
Pada tingkat mempelajari membaca al-Qur'an dengan baik, hendaklah sudah merata dilaksanakan, sehingga tidak ada lagi orang yang buta huruf alQur'an dikalangan masyarakat Islam.26 2. Keutamaan Tadarus Al-Qur'an Al-Qur'an adalah kitab suci yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW sebagai salah satu rahmat yang tak ada taranya bagi alam semesta. Di dalamnya terkumpul wahyu illahi yang menjadi petunjuk, pedoman
dan
pelajaran
bagi
siapa
yang
mempercayainya
serta
mengamalkannya. Setiap mukmin yakin, bahwa membaca al-Qur'an saja sudah termasuk amal yang sangat mulia dan akan mendapat pahala yang berlipat ganda, sebab yang dibacanya itu adalah kitab suci illahi. Al-Qur'an adalah sebaikbaik bacaan bagi orang mukmin, baik dikala senang maupun dikala susah, dikala gembira ataupun dikala sedih. Malahan membaca al-Qur'an itu bukan saja menjadi amal dan ibadah, tetapi juga menjadi obat dan penawar bagi orang yang gelisah jiwanya.27 Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW, bersabda :
أنuq@أة اuW vPدة اDzS Cأ
26 27
Zainal Abidin, Seluk Beluk Al-Qur'an (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), 150. Ibid, 153.
21
Artinya : “Ibadah umatku yang paling utama adalah membaca al-Qur’an”.28 Al-Qur'an dapat dibaca di sekolah, di tempat-tempat pertemuan, surau, masjid, di rumah dan sebagainya. Sebagaimana dalam sebuah keterangan : “Perbanyaklah membaca al-Qur'an di rumah, sesungguhnya di dalam rumah yang tidak ada orang yang membaca al-Qur'an akan sedikit sekali dijumpai kebaikan di rumah itu dan akan banyak sekali kejahatan serta penghuninya merasa sempit dan susah”.29 Membaca al-Qur'an itu, baik mengetahui artinya ataupun tidak adalah termasuk ibadah, amal sholeh dan memberi rahmat serta bermanfaat bagi yang melakukannya, memberi cahaya ke dalam hati yang membacanya sehingga terang benderang.30 3. Adab atau Etika Tadarus Al-Qur'an Al-Qur'an sebagai kitab suci, wahyu illahi, mempunyai adab-adab tersendiri bagi orang-orang yang membacanya. Adab-adab itu sudah diatur dengan sangat baik, untuk penghormatan dan keagungan al-Qur'an. Dan berikut ini adalah aturan formal yang biarpun bukan merupakan keharusan yang mengikat, namun dengan menaatinya diharapkan akan dapat membangkitkan gairah untuk lebih memahami kandungan al-Qur'an yang dibaca, yang pada gilirannya akan mendorong manusia untuk mampu menafsirkannya secara lebih jitu.
28
Abil Husein Muslim bin Al-Hajjaj Al-Iman, Shohih Muslim Juz 1, Maktabah Dahlan, Indonesia, 553. 29 Hadits riwayat Daru Quthri dari Anas R.A. 30 Hadi Fajar, Psikologi Nabi (Bandung: Pustaka Hidayah, 2005), 56.
22
Di antara adab-adab membaca al-Qur'an yang terpenting ialah : a. Disunatkan membaca al-Qur'an sesudah berwudlu, dalam keadaan bersih, sebab yang dibaca adalah wahyu Allah. Kemudian mengambil al-Qur'an hendaknya dengan tangan kanan, dan sebaiknya memegang al-Qur'an dengan kedua belah tangannya. b. Disunatkan membaca al-Qur'an ditempat yang bersih, seperti: di rumah, di surau, di musholla dan di tempat-tempat lain yang dianggap bersih. c. Disunatkan membaca al-Qur'an menghadap ke kiblat, membacanya dengan khusyu’ dan tenang, sebaiknya dengan berpakaian yang pantas. d. Ketika membaca al-Qur'an mulut hendaknya bersih, tidak berisi makanan, sebaiknya sebelum membaca al-Qur'an mulut dan gigi dibersihkan lebih dahulu. e. Sebelum membaca al-Qur'an disunatkan membaca ta’awwudz. f. Disunatkan membaca al-Qur'an dengan tartil, yaitu dengan bacaan yang pelan dan tenang. Sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Muzzammil ayat 4 :
(٤) .^ِUْuUَ ن َ wْuqُ @ْ ا ِ Uِّ َو َر... Artinya : “...Dan bacalah al-Quran itu dengan perlahan-lahan”.31
31
Depag RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, 988.
23
g. Bagi orang yang sudah mengerti arti dan maksud ayat-ayat al-Qur'an disunatkan membaca dengan penuh perhatian dan pemikiran tentang ayat-ayat yang dibacanya itu dan maksudnya. h. Dalam membaca al-Qur'an hendaknya benar-benar diresapkan arti dan maksudnya. i. Disunatkan membaca al-Qur'an dengan suara yang bagus lagi merdu. j. Hendaklah membaca al-Qur'an janganlah diputuskan hanya karena hendak berbicara dengan orang lain. Hendaklah pembacaan diteruskan sampai ke batas yang telah ditentukan barulah disudahi.32 Itulah diantara adab-adab yang terpenting yang harus dijaga dan diperhatikan, sehingga dengan demikian kesucian al-Qur'an dapat terpelihara menurut arti yang sebenarnya.
C. Pengaruh Al-Qur'an Terhadap Jiwa Manusia Allah SWT menurunkan al-Qur'an untuk umat manusia dengan sejumlah maksud dan tujuan. Semuanya itu adalah untuk membahagiakan ketika hidup da alam dunia dan juga kelak di alam akhirat. Secara umum, mendasar dan menentukan, maksud penurunan al-Qur'an adalah untuk mencerdaskan manusia, mendapat kelapangan, mendapat jaminan surga yang penuh kenikmatan bagi mereka yang beriman dan beramal sholeh. Dan tidak dapat disangkal bahwa ayat-
32
Zainal Abidin, Seluk Beluk Al-Qur'an, 145.
24
ayat al-Qur'an mempunyai pengaruh psikologis terhadap orang yang beriman.33 Hal ini secara tegas telah dinyatakan al-Qur'an ketika berbicara tentang sifat-sifat orang mukmin, yakni:
nُ Uُ Dَ\w ْK[ِ ^ْ `َS َ ْt^َ `ِUُ ْ َوِإذَاK[ُ Nُ Tُ`Wُ ْt`َV ِ َوnُ `Y@ اuَ ِإذَا ُذ ِآO َ \ِx@Yن ا َ TُZPِ ْ_Eُ @ْ اDَEcY ِإ (٢:Hcن )ا َ Tُ`آY Tَ vَ \َ ْK[ِ Nِّ`َ َرS َ َوDًcDَE\ِْ إK[ُ Uْ زَا َد Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (QS. al-Anfaal : 2)34 Membaca al-Qur'an dengan baik, dapat menghibur perasaan yang sedih, menenangkan jiwa yang gelisah dan melunakkan hati yang keras, serta mendatangkan petunjuk. Itulah yang dimaksudkan dengan rahmat Allah, yang diberikan kepada orang yang membaca al-Qur'an sebagai wahyu ilahi, yang tak bosan-bosan orang membacanya. Malahan semakin sering orang membaca, semakin terpikat hatinya kepada al-Qur'an itu. Bila al-Qur'an itu dibaca dengan lidah yang fasih, dengan suara yang baik dan merdu akan lebih memberi pengaruh kepada jiwa orang yang membacanya.35
33
M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur'an Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah, dan Pemberitaan Gaib (Bandung: Mizan, 2001), 234. 34 Depag RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, 260. 35 Zainal Abidin, Seluk Beluk Al-Qur'an, 156.
25
BAB III PAPARAN DATA TENTANG MODEL PEMBELAJARAN KESADARAN DIRI MELALUI TADARUS AL-QUR'AN SISWA KELAS XI SMU NEGERI 1 PONOROGO
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis SMU Negeri 1 Ponorogo SMU Negeri 1 Ponorogo berada di jalan Budi Utomo No.01 Ronowijayan Siman Ponorogo. Berada di utara jalan dan menghadap ke Selatan, tepatnya di depan universitas Muhammadiyah dan di sebelah timur dari STAIN Ponorogo.36 SMU Negeri 1 Ponorogo memiliki lokasi yang strategis dan mudah dijangkau oleh jalur angkutan umum. Adapun batas-batas dari SMU Negeri 1 Ponorogo adalah sebagai berikut : Sebelah timur berbatasan dengan desa Ronowijayan Sebelah utara berbatasan dengan desa Ronowijayan Sebelah barat berbatasan dengan desa Ronowijayan, dan Sebelah selatan berbatasan Universitas Muhammadiyah.37
36
Lihat transkrip dokumentasi nomor:01/D/F-1/14-IV/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 37 Lihat transkrip observasi nomor:01/O/F-1/14-IV/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
26
26
2. Sejarah Berdirinya SMU Negeri 1 Ponorogo SMU Negeri 1 Ponorogo merupakan sekolah tertua di Ponorogo dan didirikan pada tahun 1960, awal berdirinya sekolah ini belum memiliki gedung sendiri yang menetap dan memadai, akan tetapi masih berpindahpindah dari gedung satu ke gedung lainnya. Gedung SLTP Negeri 1 Ponorogo yang berada di jalan Basuki Rahmat sebelumnya adalah gedung SMU Negeri 1 Ponorogo, itupun hanya cukup untuk ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang tata usaha serta beberapa ruang kelas. Adapun kelas lain menempati gedung Paseban yang masing-masing untuk kelas 2 IPS. Begitu juga dengan gedung yang sekarang ditempati DPRD Kabupaten Ponorogo pernah juga digunakan sebagai kelas 2 IPS. Sedangkan untuk kelas 2 IPA menyewa rumah milik penduduk sebagai ruang pembelajaran. Namun tidak berlangsung lama SMU Negeri 1 Ponorogo mendapat pinjaman milik koperasi Bakti di jalan Batoro Katong, kemudian pindah lagi ke desa Rorowijayan Siman Ponorogo pada tahun 1983 yaitu di jalan Budi Utomo No. 01 Rorowijayan sampai sekarang.38 3. Struktur Organisasi SMU Negeri 1 Ponorogo Struktur Organisasi dalam suatu lembaga sangat penting keberadaanya karena dengan melihat dan membaca struktur organisasi, orang akan mudah mengetahui sejumlah personel yang menduduki jabatan tertentu di dalam
38
Lihat transkrip wawancara nomor:01/1-W/F-1/14-IV/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini
27
lembaga tersebut. Di samping pihak lembaga lebih mudah melaksanakan program yang telah direncanakan, mekanisme kerja serta tugas dan tanggung jawab dapat berjalan dengan baik. Struktur Organisasi dan personalia SMU Negeri 1 Ponorogo tahun pelajaran 2007/2008 adalah sebagaimana terlampir dalam transkip dokumentasi.39 4. Sarana dan Prasarana SMU Negeri 1 Ponorogo Sarana dan Prasarana merupakan suatu perlengkapan yang harus dimiliki dan merupakan suatu yang urgen bagi kelancaran kegiatan. Sarana dan Prasarana merupakan tolak ukur terhadap tingkat kemajuan dan kualitas lembaga itu sendiri. Sarana dan Prasarana yang ada di SMU Negeri 1 Ponorogo adalah sebagaimana terlampir dalam transkrip dokumentasi.40 Selain bangunan utama diatas di SMU Negeri 1 Ponorogo juga terdapat bangunan penunjang, sebagaimana terlampir dalam transkrip dokumentasi. Selain sarana dan prasarana yang ada di atas. SMU Negeri 1 Ponorogo juga mempunyai sarana Olahraga dan Seni. Sarana di bidang Seni antara lain: seperangkat alat musik dangdut, hadroh dan karawitan. Sarana dalam bidang Olahraga antara lain: peralatan basket, tennis lapangan, tenis meja, sepak bola, panjat atau wall climbing dan matras, dan juga prasarana pendukung proses
39
Lihat transkrip dokumentasi nomor:01/D/F-1/15-IV/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 40 Lihat transkrip dokumentasi nomor:03/D/F-1/15-IV/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
28
belajar mengajar seperti OHP, LCD, Internet, Proyektor atau TV layar lebar, VCD dan sebagainya. 5. Keadaan Siswa SMU Negeri 1 Ponorogo adalah salah satu SMU yang terfavorit di kabupaten Ponorogo. Sehingga SMU ini memiliki jumlah siswa paling banyak dalam setiap tahunnya. Jumlah siswa SMU Negeri 1 Ponorogo untuk tahun pelajaran 2007/2008 mencapai 1.067 siswa. Sebagaimana terlampir dalam transkip dokumentasi.41 Sedangkan kalau dilihat dari prestasi akademis dan non akademis siswa-siswi SMU Negeri 1 Ponorogo tergolong siswa-siswi cerdas, terampil, disiplin, intelek, agamis, berbudaya dan berprestasi tinggi.42
B. Deskripsi Data 1. Latar Belakang Kegiatan Tadarus Al-Qur'an sebelum pembelajaran PAI dimulai di SMU Negeri 1 Ponorogo. Kegiatan tadarus al-Qur'an sebelum pembelajaran PAI dimulai yang dilakukan oleh para siswa kelas XI SMU Negeri 1 Ponorogo ini sudah berjalan sejak lama yaitu secara turun-temurun dari guru-guru Pendidikan Agama Islam yang dulu. Kegiatan ini seolah-olah sudah menjadi agenda
41
Lihat transkrip dokumentasi nomor:04/D/F-1/14-IV/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 42 Lihat transkrip wawancara nomor:02/2-W/F-1/14-IV/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini
29
tersendiri bagi kelas XI khususnya dan kegiatan ini menurut rencana akan tetap dipertahankan dan kalau bisa akan terus dikembangkan. Hal ini telah diceritakan oleh Bapak Drs. H. Imam Sujono selaku guru PAI di SMU Negeri 1 Ponorogo, sebagai berikut: “Bahwasanya kegiatan tadarus al-Qur'an seblum pembelajaran PAI dimulai sudah berjalan sejak lama yaitu secara turun-temurun dari guru-guru PAI yang dulu. Kegiatan tadarus al-Qur'an ini akan menjadi suatu kegiatan yang akan tetap dipertahankan dan akan terus dikembangkan”.43
Latar belakang kegiatan tadarus al-Qur'an di SMU Negeri 1 Ponorogo dilihat dari maksud dan tujuan adalah sangat banyak sekali. Akan tetapi, secara mendasar kegiatan ini dimaksudkan untuk melatih dan membiasakan diri siswa itu untuk membaca al-Qur’an sehingga dengan terbiasa membaca al-Qur’an lama-kelamaan kefasihan dan ketertarikan terhadap al-Qur’an akan semakin bertambah. Hal ini diceritakan oleh Bapak Drs. H. Imam Sujono, selaku guru PAI di SMU Negeri 1 Ponorogo, sebagai berikut: “Bahwasanya latar belakang kegiatan tadarus al-Qur'an yang selama ini kita lakukan itu secara garis besar hanya untuk melatih dan membiasakan para siswa itu dalam membaca al-Qur’an sehingga dengan terbiasanya membaca al-Qur'an lama-kelamaan kefasihan dan ketertarikan terhadap al-Qur’an itu semakin bertambah”.44
Dari keterangan tersebut dapat diketahui bahwa latar belakang dari kegiatan tadarus al-Qur'an itu adalah dalam rangka meningkatkan daya baca dan ketertarikan siswa terhadap kitab suci al-Qur’an.
43
Lihat transkrip wawancara nomor:03/3-W/F-2/16-IV/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini 44 Lihat transkrip wawancara nomor:03/3-W/F-2/16-IV/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini
30
Kegiatan tadarus al-Qur'an sebelum pembelajaran PAI dimulai ini diikuti oleh para siswa beserta gurunya. Jadi para siswa dapat membaca alQur'an secara baik dan benar dengan bimbingan guru agamanya itu. Jika seandainya waktu pelajaran PAI itu sudah dimulai, akan tetapi guru agamanya itu belum atau lama hadir di kelas, sesuai dengan kesepakatan yaitu kegiatan ini akan tetap dilaksanakan dengan ketua kelas langsung memimpin untuk membaca al-Qur’an bersama-sama menggantikan peran guru agamanya. Kegiatan tadarus al-Qur'an ini dilakukan dengan serius dan sungguhsungguh, baik dari para siswa itu sendiri maupun dari gurunya. Para siswa mengikuti kegiatan tadarus al-Qur'an ini seolah-olah dalam hati mereka mengatakan bahwa tadarus al-Qur'an yang selama ini dilakukan setiap memulai pembelajaran PAI itu menjadi waktu yang paling tepat untuk menyempatkan diri dalam hal membaca al-Qur'an. Kegiatan tadarus al-Qur'an ini juga dimanfaatkan oleh para siswa yang merasa dirinya kurang mahir atau lancar dalam hal membaca al-Qur'an meskipun sebenarnya mereka sudah bisa. Akan tetapi, mereka merasa selama ini agak kesulitan membaca secara baik dan benar yaitu dari segi pelafadzan atau kefasihan dan kebenaran bacaaannya. Dan hal ini juga diceritakan oleh Bapak Drs. H. Imam Sujono, sebagai berikut: “Kalau diperhatikan sebenarnya kebanyakan para siswa itu sudah bisa dalam membaca al-Qur'an, akan tetapi mungkin karena kurang kebiasaan atau seringnya membaca, maka membacanya pun masih belum bisa dikatakan mahir atau lancar seperti masih agak kesulitan. Dan sepertinya rasa cinta terhadap al-Qur'an pun juga
31
masih kurang, mungkin karena sering tidak membuka dan membaca al-Qur'an tadi”.45
Kegiatan tadarus al-Qur'an ini benar-benar bermanfaat terutama bagi siswa sendiri dan umumnya bagi guru agama yang akan mengajar. Karena dengan adanya kegiatan tadarus ini konsentrasi belajar siswa akan dapat terfokus sepenuhnya bahkan kegiatan ini bermanfaat sekali pada saat waktu pelajaran PAI sudah dimulai, akan tetapi guru PAI yang akan mengajar belum atau lama hadir di kelas yaitu dengan adanya kegiatan ini kelas akan tetap nyaman, kondusif, hening, dan tidak ramai. Sehingga waktu yang luang itu tidak akan bisa terbuang sia-sia. Untuk hal ini juga diceritakan oleh bapak Drs. H. Imam Sujono sebagai berikut: “Bahwasanya kegiatan tadarus yang rutin kita lakukan setiap akan memulai pelajaran PAI ini hanya berlangsung 10-15 menit saja. Dan sistemnya itu adalah surat dan ayat ditentukan terlebih dahulu sehingga membacanya itu bisa serasi dan kompak satu sama lain. dan jika ada salah seorang siswa yang membacanya itu masih belum begitu pandai maka akan dapat mengikuti dengan mudah. Dan jika waktu pelajaran PAI sudah dimulai dan akan tetapi gurunya belum atau lama hadir, maka ketua kelas langsung memimpin untuk membaca al-Qur’an bersama-sama, sehingga tidak ada yang namanya waktu yang terbuang sia-sia hanya karena gurunya belum hadir.” 46
Dengan mengingat betapa penting dan manfaatnya kegiatan ini. Menurut recana kegiatan ini akan terus ditingkatkan dan dikembangkan bahkan menurut pengakuan Bapak Drs. Imam Sujono, selaku guru PAI yang
45
Lihat transkrip wawancara nomor:03/3-W/F-2/16-IV/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 46 Lihat transkrip wawancara nomor:03/3-W/F-2/16-IV/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini
32
kami wawancarai, kegiatan ini akan dijadikan prioritas utama dalam setiap pembelajaran PAI di SMU Negeri 1 Ponorogo. 2. Model Kegiatan Tadarus Al-Qur'an dalam rangka Pembelajaran Kesadaran Diri di SMU Negeri 1 Ponorogo Model pelaksanaan kegiatan tadarus al-Qur'an yang dilakukan oleh para siswa kelas XI SMU Negeri 1 Ponorogo ini menggunakan sistem Tilawah lafzhiyyah yaitu membaca rangkaian kalimat dalam al-Qur'an itu semata. Maksudnya adalah para siswa membaca ayat-ayat al-Qur'an itu hanya memfokuskan pada bacaannnya saja tanpa memfokuskan pada makna atau isi dari ayat tersebut. Kegiatan tadarus al-Qur'an ini diadakan setiap akan memulai pelajaran PAI selama 10-15 menit. Sistem pelaksanaannya yaitu para siswa dengan bimbingan guru agamanya dan membacanya pun secara bersama-sama. Hal ini peneliti dapat menguraikan hasil pengamatannya yaitu sebagai berikut : “Setelah mendengar bel sebagai tanda waktu pelajaran PAI dimulai, para siswa masuk kelas dan menyiapkan buku-buku pelajaran PAI dan tidak ketinggalan menyiapkan juga al-Qur'an yang dibawa atau LKS. Sebelum pembelajaran PAI dimulai seperti biasa selama 10-15 menit para siswa dengan bimbingan guru agamanya membaca ayat-ayat alQur'an yang telah ditentukan terlebih dahulu.”47
Dari hasil observari peneliti diatas bahwa kegiatan tadarus al-Qur'an sebelum pembelajaran PAI dimulai ini diikuti oleh para siswa beserta gurunya. Jadi, para siswa dapat membaca al-Qur'an secara mudah, baik dan benar dengan bimbingan guru agamanya itu. Jika seandainya waktu pelajaran 47
ini.
Lihat transkrip observasi nomor: 03/O/F-2/14-IV/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian
33
PAI itu sudah dimulai, akan tetapi guru agamanya itu belum atau lama hadir dikelas, sesuai dengan kesepakatan yaitu kegiatan akan tetap dilaksanakan dengan ketua kelas langsung memimpin untuk membaca al-Qur'an bersamasama menggantikan peran guru agamanya. Adapun alokasi waktu pelaksanaan kegiatan tadarus al-Qur'an di SMU Negeri 1 Ponorogo ini, dilaksanakan setiap ada pembelajaran Pendidikan Agama Islam saja atau bisa dikatakan seminggu hanya satu kali. Pelaksanaannya pun hanya selama 10-15 menit saja. Hal ini diceritakan oleh Bapak Drs. H. Imam Sojono, sebagai berikut : “Bahwa hanya kegiatan tadarus al-Qur'an ini diadakan pada waktu pembelajaran PAI saja, berarti seminggu hanya satu kali tepatnya yaitu sebelum dimuali pembelajaran PAI selama 10-15 menit.”48
Dalam pelaksanaan kegiatan tadarus al-Qur'an yang telah ditentukan waktunya, maka semua siswa kecuali yang non Islam, diwajibkan untuk ikut karena kegiatan ini dijadikan prioritas utama dalam pembelajaran PAI SMU Negeri 1 Ponorogo. 3. Fungsi Kegiatan Tadarus Al-Qur'an Bagi Siswa dalam Membangun Kesadaran Diri di SMU Negeri 1 Ponorogo. Kegiatan tadarus al-Qur'an yang selama ini dilakukan oleh para siswa SMU Negeri 1 Ponorogo, terutama kelas XI itu memiliki fungsi yang sangat banyak. Fungsi itu berhubungan dengan kesadaran diri, baik kesadaran diri dalam hal membaca al-Qur’an maupun kesadaran diri dalam hal bertingkah 48
ini.
Lihat transkrip observasi nomor: 03/O/F-2/14-IV/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian
34
laku yang baik setiap hari. Hal ini diceritakan oleh Bapak Drs. H. Imam Sujono sebagai berikut: “Bahwasanya fungsi dari kegiatan tadarus al-Qur'an selama ini kami lakukan itu adalah sebenarnya sangat banyak. Akan tetapi yang paling mendasar fungsi itu adalah berhubungan langsung dengan kesadaran siswa untuk mau bertingkah laku yang baik setiap hari”.49
Fungsi tadarus al-Qur'an yang berhubungan dengan kesadaran diri dalam membaca al-Qur’an itu adalah bahwa para siswa diharapkan dengan terbiasanya atau seringnya membaca al-Qur’an setiap akan memulai pelajaran PAI itu maka ketertarikan siswa terhadap al-Qur’an semakin bertambah sehingga kalau ketertarikan itu sudah ada dalam jiwa siswa rasa maka kesadaran diri untuk membaca al-Qur’an itu lama-kelamaan akan tumbuh dan berkembang dengan sendirinya. Mulai dari tahap membaca, belajar menghafal, bahkan tidak mungkin rasa ingin memahami sedikit dari sedikit isi al-Qur'an pasti akan muncul. Dan hal ini diceritakan oleh Bapak Drs. H. Imam Sujono, sebagai berikut : “Bahwasanya dengan adanya kegiatan ini diharapkan para siswa akan jadi terbiasa dan gemar membaca al-Qur'an sehingga lama-kelamaan dengan terbiasanya atau seringnya membaca al-Qur'an setiap akan memulai pelajaran, maka ketertarikan siswa terhadap al-Qur'an semakin bertambah dan jika ketertarikan itu sudah ada dalam jiwa mereka maka kesadaran diri untuk membaca al-Qur'an itu lamakelamaan akan tumbuh dan berkembang. Seseorang itu kalau sudah terbiasa terhadap apa saja, pasti lama-lama suka dan cinta. Begitu juga dengan membaca al-Qur'an, orang yang terbiasa dan sering membaca al-Qur'an tentu ketertarikan terhadap alQur'an pun akan muncul dengan sendirinya”.50
49
Lihat transkrip wawancara nomor:04/3-W/F-2/16-IV/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 50 Lihat transkrip wawancara nomor:04/3-W/F-2/16-IV/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
35
Sedangkan untuk fungsi tadarus al-Qur'an yang berhubungan dengan kesadaran diri dalam bertingkah laku setiap hari itu adalah bahwa dengan adanya kegiatan ini diharapkan dapat memberikan pengaruh-pengaruh yang positif bagi para siswa. Siswa yang sering atau dibiasakan untuk membaca alQur'an itu diharapkan akan mempunyai jiwa dan pikiran yang bersih sehingga hati akan memperoleh cahaya dari Allah SWT dan perbuatan-perbuatan mereka pun akan menampilkan sosok seorang muslim muslimah yang baik, sopan, dan beragamis. Hal ini pun diceritakan oleh Bapak Drs. H. Imam Sujono, sebagai berikut : “Siswa-siswi disini dibiasakan untuk membaca ayat-ayat al-Qur'an pada setiap akan memulai pembelajaran Pendidikan Agama Islam dimaksudkan agar hati dan jiwa mereka itu disinari oleh cahaya al-Qur'an. Karena cahaya al-Qur'an itu dapat menjadikan hati dan pikiran bersih, suci dan pikiran-pikiran kotor pun juga akan bisa terbelenggu.”51
Dari keterangan tersebut dapat diketahui bahwa fungsi dari kegiatan tadarus al-Qur'an itu sangatlah penting karena dapat membangun kesadaran diri siswa, yakni kesadaran diri untuk membaca al-Qur'an dan kesadaran diri untuk bertingkah laku yang baik setiap hari. 4. Tingkat Kesadran Diri Siswa setelah Melakukan Kegiatan Tadarus AlQur'an di SMU Negeri 1 Ponorogo Kegiatan tadarus al-Qur'an yang semala ini dilakukan oleh para siswa SMU Negeri 1 Ponorogo memiliki banyak pengaruh. Pengaruh tadarus al51
Lihat transkrip wawancara nomor:04/4-W/F-4/14-IV/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
36
Qur'an terhadap kesadaran diri itu sangat besar sekali. Membaca al-Qur'an dengan baik dan benar tajwidnya, dapat menghibur perasaan sedih, menerangkan jiwa yang gelisah dan melunakkan hati yang keras, serta mendatangkan petunjuk. Itulah yang dimaksudkan dengan rahmat Allah SWT yang diberikan kepada orang yang membaca al-Qur'an sebagai wahtu ilahi, yang tak bosa-bosan orang membacanya. Lebih-lebih membacanya itu disertai dengan mengetahui atau memahami maknanya. Hal ini diceritakan oleh Bapak Drs. H. Imam Sojono, sebagai berikut : “Bahwasanya pengaruh membaca al-Qur'an terhadap kesadaran diri itu sangatlah besar sekali. Membaca al-Qur'an selain akan dapat menambah rasa cinta terhadap al-Qur'an juga akan berpengaruh terhadap hati, jiwa dan pikiran. Hati yang selalu diisi dengan ayat-ayat al-Qur'an akan menjadi bersih, pikiran-pikiran jauh dari sifat negatif, sehingga dengan jiwa yang bersih dan pikiran yang positif, etika atau tingkah laku pun akan menunjukkan akhlakul karimah. Membaca al-Qur'an dengan memahami maknanya akan lebih cepat berpengaruh terhadap jiwa dan pikiran daripada hanya sekedar membaca al-Qur'an semata tanpa mengetahui maknanya.”52
Dari keterangan tersebut dapat diketahui bahwa pengaruh dari kegiatan tadarus al-Qur'an itu sangatlah besar dan menjadikan kegiatan semacam ini sangat penting. Sedangkan untuk tingkat kesadaran diri siswa setelah melakukan tadarus al-Qur'an ini takni para siswa secara perlahan-lahan berperilaku akhlakul karimah dan mempu untuk berukhuwah islamiah yang baik. Para siswa dalam keseharian menampilkan sosok seorang muslim muslimah dengan berbudi baik, mengetahui sopan santun, mempunyai anggah-ungguh,
52
Lihat transkrip wawancara nomor: 05/3-W/F-2/16-IV/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini
37
dan dapat membedakan sesuatu yang baik dan buruk. Hal ini peneliti dapat menguraikan hasil pengamatannya yaitu sebagai berikut : “Para siswa setelah mendengar bel tanda istirahat dimulai, secara tertib meninggalkan kelas semua. Ada sebagian siswa yang pergi ke kantin, ada yang ke perpustakaan dan ada juga yang hanya duduk-duduk saja didepan kelas masing-masing. Bahkan ada sebagian siswa yang waktu istirahat dipakai untuk menyempatkan diri ke masjid milik sekolah untuk menunaikan sholat dhuha. Para siswa terlihat semua berpakaian rapi, bersih dan sopan. Muka manis dan senyumnya menawan selalu menghiasi wajah mereka tatkala berbicara kepada siapa saja termasuk kepada teman, karyawan, guru apalagi kepada kepala sekolah.”
Dari hasil observasi peneliti diatas bahwa tingkat kesadaran diri siswa setelah melakukan tadarus al-Qur'an itu benar-benar tumbuh dan berkembang di jiwa mereka. Mereka berperilaku dan berpenampilan layaknya seorang muslim-muslimah yang baik dan agamis.
38
BAB IV ANALISIS TENTANG MODEL PEMBELAJARAN KESADARAN DIRI MELALUI TADARUS AL-QUR'AN SISWA KELAS XI SMU NEGERI 1 PONOROGO
Setelah penulis mengumpulkan data-data yang diperoleh dalam penelitian melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Penulis memaparkan apa adanya, sehingga memperoleh temuan-temuan penelitian. Dan langkah selanjutnya penulis akan menganalisa data sebagai berikut :
A.
Analisis Tentang Latar Belakang Kegiatan Tadarus Al-Qur'an Sebelum Pembelajaran PAI dimulai di SMU Negeri 1 Ponorogo. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan, penulis dapat menganalisis latar belakang kegiatan tadarus al-Qur'an sebelum pembelajaran PAI dimulai di SMU Negeri 1 Ponorogo. Kegiatan tadarus alQur'an sebelum pembelajaran PAI dimulai, ini sudah berjalan sejak lama yaitu secara turun-temurun dari guru-guru PAI yang dulu dan sampai sekarang kegiatan tadarus ini masih tetap berjalan dan akan terus dipertahankandan dikembangkan. Sedangkan untuk latar belakang kegiatan tadarus al-Qur'an sebelum pembelajaran PAI dimulai itu muncul dengan maksud dan tujuan tidak lain adalah untuk melatih dan membiasakan diri siswa itu untuk gemar atau senang membaca al-Qur’an sehingga dengan terbiasanya membaca al-Qur’an
39
39
lama-kelamaan kefasihan dan ketertarikan terhadap kitab suci al-Qur’an itu akan semakin bertambah. Kegiatan tadarus al-Qur'an ini diikuti oleh para siswa dengan bimbingan guru agamanya sehingga kefasihan dalam pelafadzan huruf dan kebenaran dalam membaca al-Qur'an dapat terjamin dan tidak diragukan lagi. Kegiatan tadarus alQur'an yang selama ini dilakukan itu sangatlah baik dan bermanfaat sekali lebihlebih terhadap waktu. Tidak ada waktu yang terbuang sia-sia hanya karena guru PAI yang akan mengajar belum atau lama hadir di kelas dan waktu 10-15 menit itu tidaklah waktu yang lama kalau digunakan untuk kegiatan ini, tidak ada kerugian atau penyitaan waktu kalau waktu pelajaran PAI itu diisi dulu dengan kegiatan bertadarus al-Qur'an. Kegiatan tadarus al-Qur'an ini benar-benar membawa manfaat yang besar baik dari guru maupun dari para siswa. Lebih-lebih bagi para siswa kegiatan ini sangat dimanfaatkan bagi para siswa yang merasa kurang atau tidak ada waktu untuk membaca al-Qur'an. Para siswa mengikuti kegiatan ini dengan serius dan sungguh-sungguh sehingga ini menandakan kalau kegiatan ini sangat berarti bagi mereka. Kegiatan tadarus al-Qur'an sebelum pembelajaran PAI dimulai sangatlah bermanfaat, terutama bagi para siswa yang merasa dirinya kurang mahir atau lancar dalam hal membaca al-Qur'an. Karena dengan adanya kegiatan tadarus al-Qur'an ini mereka yang merasa membaca al-Qur'an itu malu dan takut salah bacanya berubah menjadi yakin atau tidak ragu-rahu lagi, sehingga membaca al-Qur'an pun bisa jadi biasa dan leluasa. Kegiatan tadarus ini juga
40
dapat membawa suasana atau kondisi kelas sebagai tempat belajar menjadi nyaman, sejuk, enak dan kondusif seolah-olah kelas sebagai tempat belajar mereka tersinari oleh cahaya al-Qur'an yang dibacanya itu. Dari semua uraian di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa latar belakang dari kegiatan tadarus al-Qur'an yang dilakukan sebelum pembelajaran PAI dimulai di SMU Negeri 1 Ponorogo itu adalah untuk membuat daya baca dan ketertarikan siswa terhadap kitab suci al-Qur’an itu akan semakin bertambah. Sehingga kitab suci al-Qur'an akan dijadikan pedoman, petunjuk dan pelajaran bagi mereka.
B.
Analisis Tentang Model Kegiatan Tadarus Al-Qur'an dalam rangka Pembelajaran Kesadaran Diri di SMU Negeri 1 Ponorogo Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan, penulis dapat menganalisis model kegiatan tadarus al-Qur'an dalam rangka pembelajaran kesadaran diri di SMU Negeri 1 Ponorogo. Bahwasanya model pelaksanaan kegiatan tadarus al-Qur'an ini menggunakan sistem tilawah lafzhiyyah yaitu membaca ayat-ayat al-Qur'an semata dan ini memang menurut penulis sudah sesuai sebagai dasar untuk membuat ketertiban terhadap al-Qur'an itu dapat muncul. Maka dengan sistem ini guru sebagai pembimbing dituntut untuk lebih memahami dan selalu memperhatikan setiap ayat-ayat yang dibaca para siswa. Guru sebagai pembimbing langsung dalam kegiatan ini selalu sabar
41
dan berusaha untuk selalu menjaga kefasihan dan kebenaran bacaan setiap ayat yang dibaca. Sedangkan
untuk
alokasi
waktu
sangat
mempengaruhi
proses
berlangsungnya kegiatan tadarus al-Qur'an ini. Menurut analisa penulis alokasi waktu yang tersedia untuk kegiatan tadarus ini masih bisa dikatakan kurang. Hal ini dapat dilihat dari alokasi waktu yang diberikan untuk kegiatan ini hanya 1015 menit yang pelaksanaannya hanya setiap akan ada pembelajaran PAI saja atau seminggu hanya satu kali. Maka perlu adanya penambahan alokasi waktu yang dilakukan. Penambahan waktu ini bisa dilakukan dengan menambah jam pelaksanaan ataupun dengan menambah hari pelaksanaan. Karena dalam sebuah keterangan menyebutkan bahwasanya keberhasilan dalam memperoleh ilmu itu juga dipengaruhi oleh waktu yang lama. Sehingga nantinya kegiatan tadarus alQur'an ini bisa lebih maksimal dan benar-benar mengenai tujuan yang dicapai.
C.
Analisis Tentang Fungsi Kegiatan Tadarus Al-Qur'an Bagi Siswa dalam Membangun Kesadaran Diri di SMU Negeri 1 Ponorogo. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan, penulis dapat menganalisis fungsi kegiatan tadarus al-Qur'an bagi siswa dalam membangun kesadaran diri di SMU Negeri 1 Ponorogo. Bahwasanya fungsi dari kegiatan tadarus al-Qur'an itu adalah untuk menumbuhkembangkan rasa kesadaran diri, baik kesadaran diri dalam hal membaca al-Qur’an maupun kesadaran diri dalam hal bertingkah laku yang baik setiap hari.
42
Untuk masalah kesadaran diri dalam hal membaca al-Qur’an, penulis sangat setuju dengan apa yang dilakukan selama ini oleh para siswa SMU Negeri 1 Ponorogo. Dengan dibiasakan membaca al-Qur'an setiap akan dimulainya pembelajaran PAI, maka lama kelamaan ketertarikan terhadap alQur'an pun akan semakin bertambah, lebih-lebih kalau kegiatan ini bisa dikembangkan seperti membaca ayat al-Qur'an secara tartil atau dilagukan, maka daya tarik baca siswa pun akan semakin bertambah pula. Dan jika daya tarik siswa terhadap al-Qur'an itu sudah ada dalam jiwa mereka, maka dengan sendirinya rasa kesadaran diri untuk membaca al-Qur'an lama-kelamaan akan bisa tumbuh dan berkembang. Mulai dari tahap membaca secara biasa, membaca secara tartil atau dilagukan, belajar menghafal ayat-ayat pendek atau ayat-ayat pilihan, bahkan tidak mungkin rasa ingin mengerti dan memahami sedikit demi sedikit isi al-Qur'an pun akan muncul. Sedangkan untuk masalah kesadaran diri dalam hal bertingkah laku yang baik setiap hari itu, kalau kita memahami sebuah keterangan dari ayat al-Qur'an pasti akan dapat merasakan dan menyakini bahwa ayat-ayat al-Qur'an itu dapat membawa pengaruh-pengaruh yang positif terhadap jiwa dan hati pembacanya. Siswa yang sering diajak atau dibiasakan untuk membaca al-Qur'an, hati dan jiwa mereka akan memperoleh cahaya dari al-Qur'an sehingga dengan cahaya itu pikiran-pikiran mereka menjadi bersih, hati dan jiwa mereka menjadi suci dan perbuatan-perbuatan mereka pun akan menampilkan sosok seorang muslim muslimah yang baik, sopan, beradab, dan beragamis. Membaca al-Qur'an
43
dengan baik dan benar tajwidnya benar-benar akan dapat menerangkan jiwa yang gelisah dan melunakkan hati yang keras apalagi membacanya itu disertai dengan mengetahui atau memahami maknanya. Lebih-lebih al-Qur'an itu sering dibaca dan membacanya pun dengan lidah yang fasih dengan suara yang baik dan merdu pasti akan lebih memberi pengaruh kepada jiwa orang yang membacanya. Dari uraian diatas maka penulis menyimpulkan bahwa fungsi dari kegiatan tadarus al-Qur'an itu sangatlah penting. Karena dapat memberikan pengaruh-pengaruh yang positif, baik pengaruh secara fisiologi maupun pengaruh yang bersifat psikologis terhadap para siswa atau pembacanya. Dan yang paling penting fungsi dari kegiatan tadarus al-Qur'an yang dilakukan oleh para siswa terutama kelas XI SMU Negeri 1 Ponorogo itu adalah untuk menumbuhkembangkan sifat kesadaran diri, baik kesadaran diri untuk membaca al-Qur'an maupun kesadaran diri untuk bertingkah laku yang baik setiap hari.
D.
Analisis Tentang Tingkat Kesadaran Diri Siswa setelah melakukan Kegiatan Tadarus Al-Qur'an di SMU Negeri 1 Ponorogo Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan, penulis dapat menganalisis tingkat kesadaran diri siswa setelah melakukan kegiatan tadarus al-Qur'an di SMU Negeri 1 Ponorogo. Bahwasanya tingkat kesadaran diri siswa setelah melakukan kegiatan tadarus al-Qur'an ini menurut analisa penulis adalah kegiatan ini akan tetap berpengaruh terhadap para siswa.
44
Pengaruhnya pun sangat besar terutama pengaruh yang bersifat psikologis. Para siswa yang sering dilatih dan dibiasakan untuk membaca al-Qur'an dan membacanya itu dengan baik dan benar tajwidnya akan mempengaruhi jiwa mereka, perasaan yang semula sedih jadi terhibur, jiwa yang semula gelisah jadi terang, dan hati yang semula keras jadi lunak dan sebagainya. Sehingga para siswa secara perlahan-lahan akan berperilaku akhlakul karimah dan berukhuwah islamiyah yang baik dengan berbudi baik, mengetahui sopan santun, mempunyai anggah-ungguh, dapat membedakan sesuatu yang baik dan yang buruk. Perbuatan-perbuatan mereka akan menampilkan sosok seorang muslimmuslimah yang baik, sopan, beradab, dan agamis sehingga terbentuklah kepribadian yang baik.
45
BAB V PENUTUP
A.
KESIMPULAN 1. Latar belakang kegiatan tadarus al-Qur'an sebelum pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dimulai di SMU Negeri 1 Ponorogo adalah untuk melatih dan membiasakan diri siswa itu untuk gemar atau senang membaca al-Qur'an dan dengan seringnya dilatih dan dibiasakan bertadarus ini diharapkan nantinya dalam hal membaca al-Qur'an akan semakin baik, fasih dan rasa cinta terhadap kitab suci al-Qur'an akan semakin bertambah. 2. model kegiatan tadarus al-Qur'an dalam rangka pembelajaran kesadaran diri di SMU Negeri 1 Ponorogo adalah menggunakan sistem tilawah lafzhiyyah yaitu membaca rangkaian ayat-ayat al-Qur'an semata tanpa memahami maknanya selama 10-15 menit setiap pembelajaran PAI. Dengan bimbingan gurunya ayat-ayat tersebut dibaca dengan memperhatikan kebenaran bacaannya dan kebenaran pelafadzatannya. 3. Fungsi kegiatan tadarus al-Qur'an bagi siswa dalam membangun kesadaran diri di SMU Negeri 1 Ponorogo adalah untuk menumbuhkembangkan sifat kesadaran diri siswa, baik kesadaran diri untuk hal membaca al-Qur'an maupun kesadaran diri untuk hal bertingkah laku yang baik setiap hari. Untuk kesadaran diri dalam membaca al-Qur'an itu dengan dibiasakan membaca al-Qur'an lama-kelamaan ketertarikan terhadap al-Qur'an akan
46
46
semakin bertambah. Sedangkan untuk kesadaran diri dalam bertingkah laku yang baik setiap hari yaitu dengan dibiasakan membaca al-Qur'an ini hati dan jiwa akan disinari oleh cahaya dari ayat-ayat al-Qur'an yang dibaca sehingga hati dan jiwa akan jadi bersih, pikiran-pikiran negatif akan hilang dan perbuatan-perbuatan akan menampilkan sosok seorang muslim muslimah yang baik, sopan, beradab, dan agamis. 4. Tingkat kesadaran diri siswa setelah melakukan kegiatan tadarus al-Qur'an di SMU Negeri 1 Ponorogo adalah dapat meningkat di jiwa mereka secara perlahan-lahan sehingga dengan kesadaran diri itu akan memiliki kepribadian yang baik.
B.
SARAN 1. Kegiatan tadarus al-Qur'an sebelum pembelajaran Pendidikan Agama Islam dimulai yang selama ini dilakukan itu hendaklah tetap dipertahankan dan kalau bisa terus dikembangkan baik dari segi motivasi maupun variasi. 2. Hendaklah kegiatan tadarus al-Qur'an ini dijadikan sebagai salah satu kegiatan yang berarti dan penting bagi para siswa. 3. Hendaklah kegiatan tadarus al-Qur'an ini benar-benar diikuti oleh para siswa dengan serius, sungguh-sungguh danjuga ikhlas tanpa ada unsur tentutan apalagi paksaan, lebih-lebih kepada guru PAI hendaklah kegiatan ini benarbenar dimanfaatkan dalam rangka mengharap ridlo dari Allah SWT melalui mengajarkan membaca al-Qur'an dengan baik dan benar.
47
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal. Seluk beluk Al-Qur'an. Jakarta: Rineka Cipta, 1992. Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya. Semarang: Asy-Syifa, 1998. Fajar, Hadi. Psikologi Nabi. Bandung: Pustaka Hidayah, 2005. Husein Muslim bin Al-Hajjaj Al-Iman, Abil. Shohih Muslim Juz 1 Maktabah Dahlan, Indonesia. Laila, Abu dan Thohir, Muhammad. Al-Qur'an dan Pembinaannya. Bandung: AlMa’arif, 1983 Margono, Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 1997. Meleong, Lexy. Metodology Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000. Qardhawi, Yusuf. Berinteraksi dengan Al-Qur'an. Jakarta: Gema Insani Press, 1999. Riyanto, Yatim. Metode Penelitian Pendidikan Suatu Tinjauan Dasar. Surabaya: SIC Surabaya, 1996. Shihab, Quraish. Mukjizat Al-Qur'an ditinjau dari Aspek kebahasaan, isyarat ilmiah dan pemberitaan gaib. Bandung: Mizan, 2001. Stein, Steven dan Howard Book, Ledakan IQ : 15 Prinsip Dasar Kecerdasan Emosional Meraih Sukses. Bandung: Kaifa, 2002. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2005.
48
Sulistami, Ratna dan Manaf Maldi, Erlinda. Universal Intelligence : Tonggak Kecerdasan untuk Menciptakan Strategi dan Solusi Menghadapi Perbedaan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006. Taufiq, Nurdjanah dan Barhara, Rukmini. Introduction to Psychology. Surabaya: Erlangga, 1983. Tasmara, Toto. Kecerdasan Ruhaniah. Jakarta: Gema Insani Press, 2001. Uhbiyati, Nur. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997. Wilcox, Lynn. Personality psychotherapy. Yogyakarta: IRCiSoD, 2006. Yasin, Sulcan. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Amanah, 1997.