BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kecamatan Kuta Selatan merupakan salah satu kecamatan yang berada di Selatan Kabupaten Badung Provinsi Bali, tepatnya antara 8o46’58.7”LS dan 115o05’00”–115o10’41.3”BT. Kecamatan ini memiliki enam desa/kelurahan yang sebagian besar wilayahnya adalah daerah bukit kapur dengan luas 101,13 km2 yang terletak di pesisir pantai sehingga salah satu sektor pendapatannya adalah dari bidang jasa yakni pariwisata (BPS Kab. Badung, 2013). Kuta selatan merupakan salah satu destinasi pariwisata unggulan di Kabupaten Badung yang sangat padat dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Sebagai salah satu destinasi pariwisata, kecamatan ini memiliki banyak fasilitas pariwisata pendukung diantaranya yaitu hotel dan restoran. Wisatawan yang datang umumnya adalah orang memiliki kondisi tubuh yang rentan karena tubuhnya masih dalam tahap adaptasi dengan lingkungan yang baru. Sehingga tidak dipungkiri salah satu kasus yang sering menyerang wisatawan adalah traveler's diarrhea, yaitu gejala diare yang menyerang wisatawan atau orang yang dalam bepergian. Salah satu penyebab utama traveler diarrhea adalah infeksi bakteri melalui makanan yang tercemar E. coli. Traveler's diarrhea adalah salah penyakit yang digolongkan kedalam Traveler's Desease, yaitu penyakit yang menyerang orang baru berkunjung kesuatu wilayah atau orang yang sedang dalam berpergian. Menurut CDC (2006) negara-negara yang berkembang di kawasan Asia memiliki resiko tinggi terhadap kasus Traveler's Desease. Selain pariwisata sebagai sektor pendapatan utama, seluruh masyarakat petani di kecamatan ini juga mengandalkan peternakan sebagai pendapatan 1
2 tambahan atau tabungan. Tercatat dari hasil sensus pertanian 2013, kecamatan ini memiliki populasi ternak sapi sebanyak 11.752 ekor yang tersebar di enam desa/kelurahan (BPS Kab. Badung, 2013). Seperti yang diketahui, sapi merupakan ternak yang rentan terhadap penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, parasit dan penyakit non infeksius lainnya. Diantara penyakit tersebut ada penyakit yang bersifat zoonosis dan membahayakan bagi kesehatan manusia salah satunya adalah Colibacillosis, yakni penyakit infeksius yang disebabkan oleh infeksi bakteri E. coli (Wray, 1985). Salah satu strain E. coli yang berbahaya adalah E. coli O157:H7 yang bersifat zoonosis. Pada manusia, E. coli O157:H7 dapat menyebabkan gangguan saluran pencernaan berupa diare, terkadang diare berdarah dan pada kasus yang serius dapat menyebabkan haemolytic uremic syndrome (HUS) atau gagal ginjal yang dapat menyebabkan kematian, sedangkan pada sapi khususnya sapi muda dapat menyebabkan gejala diare berlendir sampai diare berdarah. (Dean-Nystrom et al.,1997; Andriani, 2005). Kuta Selatan sebagai salah satu daerah destinasi pariwisata yang padat dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara, selain itu juga memiliki populasi ternak sapi bali cukup banyak tentunya akan memiliki peluang yang sangat besar menimbulkan penyakit yang bersifat zoonosis dan membahayakan kesehatan manusia dan hewan yaitu infeksi E. coli khusunya E. coli O157:H7. Oleh karena itu, untuk mengetahui korelasi antara jumlah E. coli dengan ditemukannya agen zoonosis E. coli O157:H7 pada sapi bali, perlu dilakukannya penelitian yang berjudul “Perbandingan Jumlah Coliform, Escherichia coli, Escherichia coli O157 dan Escherichia coli O157:H7 pada Sapi bali di Kecamatan Kuta Selatan Kabupaten Badung”.
3 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Berapa besar jumlah Coliform, E. coli, E. coli O157 dan E. coli O157:H7 pada sapi bali di Kecamatan Kuta Selatan Kabupaten Badung ? 2. Bagaimana korelasi antara jumlah Coliform dengan jumlah E. coli, E. coli O157 termasuk juga E. coli O157:H7 pada sapi bali di Kecamatan Kuta Selatan Kabupaten Badung ?
1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari dilaksanakanya penelitian ini adalah : 1. Mengetahui jumlah Coliform, E. coli, E. coli O157 dan E. coli O157:H7 pada sapi bali di Kecamatan Kuta Selatan Kabupaten Badung 2. Mengetahui korelasi antara jumlah Coliform dengan jumlah E. coli, E. coli O157 termasuk juga E. coli O157:H7 pada sapi bali di Kecamatan Kuta Selatan Kabupaten Badung
1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang didapatkan dari dilaksanakan penelitian ini adalah : 1. Diketahuinya jumlah Coliform, E. coli, E. coli O157 dan E. coli O157:H7 pada sapi bali di Kecamatan Kuta Selatan Kabupaten Badung 2. Diketahuinya kekuatan korelasi antara jumlah Coliform dengan jumlah E. coli, E. coli O157 termasuk juga E. coli O157:H7 pada sapi bali di Kecamatan Kuta Selatan Kabupaten Badung
4 1.5 Kerangka Pemikiran Kuta Selatan yang memiliki populasi ternak cukup banyak, hal ini akan bepeluang
untuk
menimbulkan
penyakit
yang
bersifat
zoonosis
dan
membahayakan kesehatan manusia dan hewan. Salah satu penyakit zoonosis yang dibawa oleh ternak sapi adalah Colibacillosis, yaitu infeksi bakteri E. coli yang umumya menyebabkan diare. Seperti yang diketahui bakteri E. coli memiliki banyak strain, salah satu strain yang berbahaya adalah E. coli O157:H7 yang juga bersifat zoonosis. Pada manusia E. coli O157:H7 dapat menyebabkan gangguan saluran pencernaan berupa diare, terkadang diare berdarah dan pada kasus yang serius dapat menyebabkan haemolytic uremic syndrome (HUS) atau gagal ginjal yang dapat menyebabkan kematian (Andriani, 2005; FDA, 2012), sedangkan pada sapi khususnya sapi muda dapat menyebabkan gejala diare berlendir sampai diare berdarah (Dean-Nystrom et al.,1997). Kuta selatan juga sebagai salah satu daerah destinasi pariwisata yang padat dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara, memiliki banyak fasilitas hotel dan restoran yang harus menyediakan makanan untuk kebutuhan konsumsi wisatawan. Salah satu kebutuhan konsumsi yang harus dipenuhi adalah kebutuhan akan protein yang umumnya bersumber pada daging, sehingga dalam proses memenuhi kebutuhan tersebut peluang sebagai salah satu sumber infeksi bakteri E. coli dan pada umumnya olahan daging yang diminati wisatawan berupa daging sapi yang diolah setengah matang contohnya steak. Umumya wisatawan memiliki kondisi tubuh yang rentan karena tubuhnya masih dalam tahap adaptasi dengan lingkungan yang baru, sehingga tidak dipungkiri bahwa salah satu kasus yang sering menyerang wisatwan adalah Traveler's diarrhea, yang merupakan infeksi bakteri melalui makanan yang tercemar E. coli (CDC, 2006). Sapi diketahui sebagai reservoir utama dari Verocytotoxin-producing Escherichia coli (VTEC) dan merupakan sumber penularan utama infeksi dari
5 hewan kemanusia (Heuvelink et al., 1999). Lebih lanjut Andriani (2005) menambahkan bahwa saluran pencernaan hewan ruminansia yang sehat terutama sapi merupakan reservoir serta carrier dari bakteri E. coli O157:H7. Bakteri ini hidup dalam saluran pencernaan sapi dan tidak menyebabkan sakit tetapi dapat menularkan bakteri ini ke hewan lain maupun kemanusia. Kudva et al. (1996) menyatakan bahwa kejadian infeksi E. coli pada ternak sapi dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain stress, kondisi geografis, kepadatan ternak serta musim. Melliawati (2009) juga menambahkan, untuk dapat tumbuh dan berkembang bakteri memerlukan beberapa faktor yang sangat berpengaruh antara lain, kelembaban suhu, dan pH yang optimum. E. coli O157:H7 sebagai agen zoonosis juga sangat membutuhkan faktor tersebut untuk dapat tetap hidup sebelum menginfeksi hewan maupun manusia. Jumlah E. coli O157:H7 pada sapi bali tentunya akan terkait dengan tinggi rendahnya jumlah Coliform, E. coli maupun E. coli O157. Semakin tinggi jumlah Coliform, E. coli maupun E. coli O157 tentunya semakin besar peluang ditemukannya agen zoonosis E. coli O157:H7. Kecamatan Kuta Selatan yang terletak pada ketinggian 28 meter diatas permukaan laut (BPS Kab. Badung, 2013), dengan suhu rata-rata berkisar 27–28 oC dan kelembaban sekitar 80–84 % (BMKG Wilayah III Denpasar, 2014) tentunya menunjang untuk ditemukannya bakteri Coliform, E. coli, E. coli O157 maupun E. coli O157:H7 pada sapi bali.