BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Sepanjang sejarah kehidupan manusia, konflik kerap terjadi. Konflik ini membuat manusia berpikir bagaimana cara untuk melindungi diri sendiri. Hal ini merupakan suatu awal lahirnya seni beladiri. Keberadaan seni beladiri jadi suatu kebutuhan, manusia kerap memanfaatkan kaki dan tangannya sebagai senjata. Bangsa Jepang selama berabad-abad telah menciptakan bermacam-macam seni beladiri, yang sebagian besar masih ada hingga kini. Sebelum tahun 1603 M bangsa Jepang mengalami masa peperangan (Sengoku Jidai), dimana negara Jepang terpecah belah menjadi beberapa provinsi yang dikuasai oleh kepalakepala daerah (disebut Daimyou). Para Daimyou (大名)saling berperang untuk merebut kekuasaan dan wilayah. Dalam peperangan ini, para Daimyou memanfaatkan jasa prajurit profesional yang disebut dengan bushi (Samurai) yang sebelumnya hanyalah petani yang dipersenjatai (Situmorang, 1995:11). Kaum Samurai inilah yang mengembangkan seni ksatria (Bujutsu). Bujutsu ( 武 術 ) adalah bermacam-macam seni berkelahi yang dipelajari untuk kepentingan peperangan, seperti bajutsu (menunggang kuda), yarijutsu (seni tombak), sojutsu (seni lembing), kenjutsu (seni pedang), kyujutsu (seni panah) heiho (metode strategi berperang) dan lain-lain. Didalam situasi peperangan, terkadang seorang Samurai kehilangan senjatanya dan harus bertarung dengan tangan kosong. Terkadang Samurai tersebut juga diperintahkan untuk menangkap lawannya tanpa membunuh lawan
1
Universitas Sumatera Utara
tersebut (misalnya untuk diculik atau diinterogasi). Oleh karena itu, kaum samurai juga mengembangkan seni beladiri tangan kosong. Seni beladiri tangan kosong kaum Samurai ini dari awalnya sudah mencakup jurus-jurus menghindar, menangkis, menangkap, membanting, bergumul, menyerang titik vital dan teknikteknik lainnya. Dengan demikian, beladiri Samurai ini termasuk beladiri yang komplit untuk pembelaan diri tangan kosong (Haryo, 2006:4). Ketika Shogun Tokugawa (1603-1868 M) berhasil menguasai seluruh Jepang dan masa Sengoku Jidai (戦国時代)telah berakhir, masa peperangan bersenjata telah usai dan seni beladiri biasanya lebih dimanfaatkan untuk menjaga perdamaian, misalnya untuk menangkap penjahat kriminal atau untuk membela diri dalam sebuah perkelahian. Dalam situasi damai seperti ini tentunya pembunuhan tidak selalu dianjurkan. Oleh karena itu, seni beladiri tangan kosong menjadi lebih berkembang daripada seni senjata. Seni beladiri tangan kosong ini dikenal dengan nama Jujutsu. Jujutsu adalah salah satu beladiri Jepang yang tertua yang kadang - kadang dilafalkan oleh orang non Jepang sebagai Jujitsu atau Jiujitsu. Jujutsu berasal dari dua huruf kanji yaitu
柔 (jū) yang berarti lentur atau halus dan
術
(jutsu)
yang berarti seni atau teknik. Jujutsu adalah nama umum yang dikenakan kepada bermacam-macam seni beladiri tangan kosong yang diciptakan oleh kaum Samurai. Jujutsu disebut sebagai seni yang “halus” atau “lentur” karena seorang praktisi Jujutsu mempunyai “kebebasan”, baik untuk membunuh lawannya dengan tangan kosong, atau hanya sekedar melumpuhkan dan menangkapnya. Selain itu, Jujutsu disebut sebagai seni yang “halus” atau “lentur” karena pendekatan seni Jujutsu yang lebih banyak memanfaatkan jurus menghindar dan
2
Universitas Sumatera Utara
memanfaatkan tenaga lawan daripada jurus saling mengadu tenaga dengan lawan (Haryo, 2006:3). Sejak diciptakan di Jepang ratusan tahun lalu, Jujutsu yang berinduk pada seni beladiri samurai ini telah berkembang menjadi ratusan aliran yang tersebar di seluruh dunia, dimana setiap aliran mempunyai kekhususan atau kelebihannya masing-masing. Secara garis besarnya, aliran yang ada dalam Jujutsu terbagi menjadi dua, yaitu Aliran Tua (Ko Ryu) dan aliran Modern (Gendai Budo). Yang dimaksud Aliran Tua adalah aliran yang timbul sebelum tahun 1882 M dan berpusat di negara Jepang. Pengajaran aliran ini bersifat tertutup/rahasia, tidak sembarang orang boleh menjadi anggota dan kurikulumnya bersifat baku dan tidak berubah selama ratusan tahun, hal ini disebabkan oleh sifat Jujutsu yang pada awalnya hanya boleh dipelajari oleh golongan bangsawan dan prajurit Samurai. Aliran tua antara lain adalah Daito Ryu, aliran Jujutsu tertua di Jepang, Didirikan pada tahun 1100 oleh Shinra Saburo Yoshimitsu. Sedangkan Aliran Modern adalah yang didirikan oleh para ahli Jujutsu setelah mereka menyebarkan seni beladiri ini keluar negeri Jepang. Aliran ini timbul setelah runtuhnya kekuasaan Shogun di awal abad ke-19, pada saat seni beladiri Jujutsu tidak lagi menjadi monopoli kaum bangsawan atau prajurit Samurai dan sudah dapat diajarkan kepada rakyat jelata. Aliran modern ini bersifat terbuka, boleh diikuti semua orang, kurikulumnya berkembang sesuai kemajuan jaman dan adat istiadatnya tidak seketat aliran tua. Dari aliran modern yang terkenal antara lain Gracie Jiujitsu dari Brazil yang didirikan pada tahun 1925 oleh Carlos Gracie, Danzan Ryu Jujutsu yang didirikan oleh Okazaki
3
Universitas Sumatera Utara
Seichiro pada tahun 1935 di Hawai dan Kawaishi Ryu yang didirikan pada tahun 1931 oleh Kawaishi Mikonosuke di Eropa. Selain dikenal seni beladiri yang efektif, Jujutsu juga yang dikenal sebagai "induk" dari seni beladiri Jepang lainnya. Banyak ahli seni beladiri yang Jujutsu secara mendalam, kemudian mengembangkannya menjadi alirannya sendiri. Jigoro Kano mempelajari teknik kuncian dan pukulan dari Tenshin Shinyo Ryu Jujutsu dan bantingan dari Kito Ryu Jujutsu sebelum mendirikan Judo di tahun 1882. Morihei Ueshiba sang pendiri Aikido sempat belajar Daito Ryu Aiki Jujutsu dibawah bimbingan Takeda Sokaku selama tahun 1919-1922. Sedangkan Otsuka Hironori telah mengusai Shindo Yoshin Ryu Jujutsu sejak tahun 1922 sebelum mendirikan Wado Ryu Karate pada tahun 1931. Choi Yung Sul dari Korea belajar Daito Ryu Aiki Jujutsu dan kemudian mendirikan seni beladiri Hapkido pada tahun 1947. Para guru besar seni beladiri di atas mengambil teknik teknik Jujutsu dalam menyusun kurikulum seni beladirinya yang baru, sehingga teknik-teknik yang digunakan dalam Jujutsu banyak juga ditemui dalam seni beladiri Judo, Aikido, Hapkido, dan Karate. Walaupun demikian, aliran-aliran Jujutsu yang ada sekarang, terutama yang didirikan setelah tahun 1882 sudah tentu tidak dapat dianggap sebagai induk seni beladiri Judo, Aikido, Hapkido dan Karate. Bahkan aliran-aliran Jujutsu yang bersifat modern ini terkadang mengambil kembali jurusjurus yang ada di dalam Judo, Aikido, Karate, dan juga seni dari beladiri negara lain seperti Kungfu, Silat dan Sambo untuk dikembangkan sesuai dengan perubahan jaman.
4
Universitas Sumatera Utara
Sejak Jujutsu menyebar ke seluruh dunia, ada beberapa organisasi Internasional yang didirikan untuk mengatur perkembangan seni beladiri Jujutsu, diantaranya American Judo and Jujitsu federation (AJJF) dengan tokoh seniornya Lamar Fisher dan United States Sport Jujitsu Association dengan ketuanya Ernest Boggs yang berkedudukan di Amerika, Kokusai Jujutsu Renmei yang berkedudukan Di Jepang dengan ketuanya Soke Tanemura Shoto dan Federacao De Jiu-Jitsu dengan ketuanya Robert Gracie yang berkedudukan di Brazil, World Council of Jiu Jitsu Organization (WCJJO) yang berpusat di London Inggris. Badan badan tersebut selain berwenang untuk mengatur perkembangan Jujutsu di Negaranya masing masing juga berwenang untuk mengurusi cabang-cabang Jujutsu yang ada di luar negara mereka. Untuk memenuhi kebutuhan para Jujutsuka untuk bertanding dan berkompetisi, Di Amerika setiap tahun di adakan A.A.U Jujitsu Freestyle Competition, kejuaraan amatir yang diselenggarakan oleh pemerintah Amerika dan terbuka untuk diikuti oleh hampir semua aliran Jujutsu dari seluruh Dunia. Fenomena ini membuat penulis tertarik untuk mendalami lebih jauh tentang seni beladiri Jujutsu sehingga penulis memilih judul sebagai skripsi penulis yaitu: Jujutsu Dalam Sejarah Beladiri di Jepang. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis akan mencoba untuk menguraikan tentang defenisi, sejarah dan perkembangan beladiri Jujutsu yang berasal dari negara Jepang.
5
Universitas Sumatera Utara
Dengan
demikian
diharapkan
dapat
mengetahui
dan
menjawab
permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, yaitu: 1. Bagaimana sejarah lahirnya Jujutsu di Jepang? 2. Bagaimana perkembangan Jujutsu hingga kini? 3. Bagaimana eksistensi Jujutsu saat ini? 1.3 Ruang Lingkup Pembahasan Agar masalah penelitian ini tidak terlalu luas, maka masalah penelitian dibatasi. Dalam penulisan skripsi ini penulis membatasi ruang lingkup pembahasan yang difokuskan kepada: -
Mendefinisikan Beladiri dan mendeskripsikan beladiri yang berasal dari Jepang.
-
Mendeskripsikan pengertian, teknik, aliran-aliran dan perkembangan Jujutsu.
-
Mendeskripsikan eksistensi Jujutsu dalam bentuk organisasi-organisasi pada dewasa ini.
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1 Tinjauan Pustaka Seni Beladiri adalah perpaduan unsur seni, teknik membeladiri, olahraga, serta olah batin (spiritual) yang didalamnya terdapat muatan seni budaya masyarakat dimana seni beladiri itu lahir dan berkembang. Perkembangan seni beladiri terus berlanjut seiring dengan berkembangnya seni budaya di masyarakat. Seni beladiri mempunyai peranan dalam memberikan kontribusi perkembangan seni budaya masyarakat di suatu daerah (Haryo, 2005:V).
6
Universitas Sumatera Utara
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Menurut Edward B. Taylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa dan cipta masyarakat (Wikipedia Indonesia). Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia dan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
7
Universitas Sumatera Utara
Seni adalah ekspresi jiwa. Sebuah karya seni yang dilahirkan oleh seorang seniman, merupakan hasil pemikiran yang diperkaya oleh pengalaman, yang diwujudkan kedalam bentuk-bentuk tertentu sesuai dengan bidang seni yang ditekuninya. Sedangkan secara luas, seni dapat dimaknai sebagai suatu keahlian mengekspresikan ide-ide dan pemikiran mengenai estetika, termasuk imajinasi serta kemampuan mewujudkan penciptaan karya seni berbentuk benda, suasana, gerakan, atau karya yang mampu menimbulkan rasa indah (Haryo, 2005:9). Seni beladiri maknanya mencakup semua konsep berupa keindahan gerak (seni), olahraga (pembentukan fisik) dan olah batin (spiritual). Maka dengan perpaduan dari ketiga unsur diatas, diramu oleh seorang seniman beladiri menjadi sebuah karya. Jujutsu (柔術)adalah nama generik yang dikenakan kepada bermacammacam seni beladiri tangan kosong yang diciptakan oleh bangsa Jepang sebelum tahun 1868 [selain sumo] (Haryo, 2006:3). 1.4.2 Kerangka Teori Penelitian ini lebih mengarah pada penelitian kebudayaan. Kebudayaan selalu bersifat sosial dan historik. Sosial karena tidak ada budaya perseorangan, namun meliputi kelompok manusia (suku dan bangsa). Historik karena suatu budaya pasti memiliki akar budaya. Menurut Ratna (2004:66), pendekatan historis melihat konsekuensi karya sastra sebagai sarana untuk memahami aspek-aspek kebudayaan yang lebih luas dimana karya sastra adalah gambaran kehidupan masyarakat di zamannya. Dalam perjalanan historisnya Jujutsu mengalami perkembangan yang tidak hanya di
8
Universitas Sumatera Utara
negaranya saja melainkan sampai keseluruh dunia dan melahirkan aliran-aliran baru.
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan : 1. Untuk mengetahui dan memahami sejarah Jujutsu sebagai seni beladiri tradisional Jepang. 2. Sebagai media sosialisasi olahraga beladiri Jujutsu kepada masyarakat, khususnya mahasiswa Sastra Jepang USU Medan. 3. Berusaha mengembangkan dan menjaga nilai-nilai sejarah, khususnya beladiri Jepang. 1.5.2 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Adapun manfaat penulisan skripsi ini antara lain: 1. Bermanfaat bagi penulis dan juga pembaca yang ingin mempelajari kebudayaan Jepang, karena bagaimanapun hasil cipta dan karya manusia merupakan wujud dari kebudayaan. 2. Bermanfaat bagi pendidikan dan lembaga-lembaga yang mengajarkan kebudayaan Jepang agar para pembelajar bahasa dan sastra kebudayaan Jepang dapat mengetahui seni beladiri Jujutsu.
9
Universitas Sumatera Utara
1.6 Metode Penelitian Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode studi kepustakaan (library research) dan metode deskriptif. Studi kepustakaan merupakan suatu aktifitas yang sangat penting dalam kegiatan penelitian yang ditujukan untuk mewujudkan jalan pemecahan masalah penelitian. Beberapa aspek penting perlu dicari dan digali, meliputi: masalah, teori, konsep dan penarikan kesimpulan dan saran (Nasution, 2001:14). Metode deskriptif berupa penelitian dengan membuat deskripsi mengenai suatu bentuk keadaan atau kejadian (Kontjaraningrat, 1985:29). Dalam memecahkan permasalahan penelitian penulis mengumpulkan, menyusun, mengklarifikasikan, mengkaji serta menginterpretasikan seluruh data yang ada. Data yang digunakan adalah data tulisan. Data tulisan ini berhubungan langsung dengan pokok permasalahan seperti buku-buku, artikel dan informasi dari media-media, baik media cetak maupun media elektronik.
10
Universitas Sumatera Utara